Anda di halaman 1dari 31

0

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF J I GSAW


UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN SISWA
DALAM KONSEP PEMBELAJARAN BENDA TEGAR
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
dari Ibu Devi Solehat, M.Pd.









Oleh:
SHINTA FITRIYANI
NIM 1111016300027







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
1

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne, 1984). Dari pengertian tersebut
dapat kita ketahui bahwa dalam belajar terdapat unsur proses, perubahan perilaku
dan pengalaman.
Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (Degeng, 1989)
Membelajarkan artinya tidak sekedar hanya mengajar, karena membelajarkan
harus banyak memberikan perlakuan pada siswa. Peran guru dalam pembelajaran
lebih dari sekedar pengajar (informatory) belaka, akan tetapi guru harus memiliki
multi peran dalam pembelajaran (TIM Pengembang MKDP, 2011 : 129).
Paradigma lama dalam pembelajaran adalah guru memberi pengetahuan
pada siswa secara pasif (Made Wena, 2009). Guru mengajar dengan strategi
ceramah dan mengharapkan siswa duduk memperhatikan, diam, mendengar,
mencatat dan menghafal semua materi yang telah disampaikannya.
Pembelajaran pasif tersebut hingga kini masih mendominasi proses
pembelajaran. Kondisi seperti ini tidaklah baik, karena hanya terfokus pada guru
saja, sehingga siswa tidak berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Untuk itu
perlu adanya perubahan model belajar yang membuat siswa tidak hanya belajar,
tetapi juga dapat mengajar pada sesame siswa lainnya.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi baru yang dapat
dijadikan alternative untuk menggantikan strategi ceramah. Salah satu model
pembelajaran kooperatif adalah Model Kooperatif Jigsaw. Dengan model
pembelajaran ini hasil belajar siswa akan meningkat, karena siswa memiliki dua
sumber belajar langsung, yaitu dari guru dan dari teman belajarnya.

2. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang diatas, identifikasi masalah yang kita dapatkan
adalah :
1. Strategi ceramah adalah strategi pengajaran lama yang tidak membuat
siswa berperan aktif dalam proses belajar-mengajar.
2

2. Pembelajaran pasif (dengan ceramah) masih mendominasi proses
pembelajaran
3. Perlu adanya strategi baru untuk menggantikan strategi ceramah
4. Model Kooperatif Jigsaw dapat dijadikan alternative untuk merubah
kebiasaan (pembelajaran) lama.

3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah penelitian akan
dibatasi sebagai berikut:
Mengingat luasnya permasalahan yang telah diungkap maka perlu dibatasi,
diantaranya adalah :
a. Pengukuran hasil belajar dalam penelitian ini hanya berorientasi pada ranah
kognitif yang merujuk pada taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Lorin
W. Anderson, ddk. Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini mulai
dari C1 sampai C4.
b. Hasil belajar siswa yang akan diteliti, dibatasi pada konsep Benda Tegar yang
diajarkan pada siswa SMAN 1 Karawang kelas XI.

4. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka perumusan dalam penelitian yang
akan dilaksanakan ini adalah penerapan model kooperatif J igsaw untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep pembelajaran benda tegar
pada siswa kelas XI SMAN 1 Karawang

5. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan rencana penelitian
tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswakelas XI SMAN
1 Karawang dalam konsep pembelajaran benda tegar dengan penerapan model
kooeperatif Jigsaw.

6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah :
3

a. Dengan menggunakan kooperatif tipe Jigsaw, diharapkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fisika dapat meningkat.
b. Menjadi bahan rujukan bagi guru-guru mata pelajaran fisika dalam
mengunakan media pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan
fisika pada konsep benda tegar.
c. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi para guru khususnya
guru fisika dalam menerapkan pendekatan dan metode mengajar yang sesuai
dengan situasi dan kondisi siswa.

B. DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
1. Deskripsi Teoritis
a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-
tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie
, 2002). Sedangkan menurut Nurhadi dan Senduk (2003), Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah
sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga
sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang
berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di
samping guru dan sumber belajar.
1

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu pembelajaran di mana siswa berperan aktif dalam proses
belajar juga mengajar, sedangkan guru berperan aktif sebagai fasilitator sekaligus
sumber belajar.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi dan Senduk
(2003) dan Lie (2002) adalah saling ketergantungan positif (positive

1
Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan
Konseptual Opersional. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.

4

independence), interaksi antar muka (face to face interaction), akuntabilitas
individual (individual accountability), dan keterampilan untuk menjalin hubungan
antar pribadi dan keterampilan social yang secara sengaja diajarkan (use of
collarative / social skill).
Model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah model STAD (Student
Teams Achievement Division), Model Jigsaw, dan Model GI (Group
Investigation).
2

2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional
yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.
(2000), yaitu:
a) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa
ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa
model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,
dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa

2
Ibid
5

dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.
c) Pengembangan keterampilan social
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda
masih kurang dalam keterampilan sosial.
3) Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif dalam Kelas
Langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif
yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah :
a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b) Menyajikan Informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
c) Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d) Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
e) Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang maeri yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
f) Memberikan Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu kelompok
4) Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
6

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai
metode pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Teknik ini dapat
digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun
berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
1997).
Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
(Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
7

pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.
Implementasi model ini adalah
3
:
a) Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
b) Tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi
kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya
c) Setiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan
d) Masing-masing kelompok diambil satu orang anggota untuk membentuk
kelompok baru (kelompok pakar dengan membahas ugas yang sama. Dalam
kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar.
e) Anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok semula, untuk
mengajari anggota keompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi
kelompok.
f) Selama proses pembelajaran kelompok , guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator.
g) Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi baik secara
individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
h) Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang
sempurna maka wajib diberi penghargaan.
Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Jigsaw menurut Priyanto
(2007) adalah
4
:

3
Ibid
4
Ibid
8

a) Pembentukan Kelompok Asal
Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan yang
heterogen
b) Pembelajaran pada Kelompok Asal
Setiap anggota dai kelompok asal mempelajari sub materi pelajaran yang akan
menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara
individual.
c) Pembentukan Kelompok Ahli
Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya
untuk menjadi ahli dalam submateri pelajaran. Kemudian masing-masing ahli
sub materi yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk
kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
d) Diskusi Kelompok Ahli
Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang
masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok
ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu
menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri
pelajaran yang menjadi tangung jawabnya.
e) Diskusi Kelompok Asal (Induk)
Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok adal masing-masing. Kemudian
setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertnyaan mengenai
submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal
yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai ke seluruh anggota kelompok
asal telah mendapatkan giliran.
f) Diskusi Kelas
Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep
penting yang menjdi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru
berusaha memperbaiki kesalahan konsep pada siswa
g) Pemberian Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota
kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.
h) Pemberian Penghargaan Kelompok
9

Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan
penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

b. Hakikat Hasil Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 tahun 2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus
memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai
model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar
dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
2) Pengertian Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai
indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi
yang berbeda (Degeng, 1989). Hasil pembelajaran diklasifikasikan ke dalam tiga
variabel, yaitu keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran
dapat diketahui dari kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan
kerja, tingkat belajar dan tingkat retensi. Efisiensi belajar diukur dengan
perbandingan keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa atau jumlah biaya
yang digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan daya tarik pembelajaran diukur
dengan mengamati kecenderungan siswa untuk terus belajar.

10


3) Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Pembelajaran
Secara umum, hasil belajar siswa dari proses pembelajaran dipengaruhi
oleh factor internal, yaitu factor-faktor yang ada dalam diri siswa dan factor
eksternal, yaitu factor-faktor yang berada di luar siswa
5
.
Faktor-faktor internal diantaranya adalah :
a) Faktor fisiologis atau jasmani
b) Faktor psikologis
c) Faktor Kematangan baik berupa fisik maupun psikis
Faktor-fsktor eksternal adalah :
a) Faktor social
b) Faktor budaya
c) Faktor lingkungan fisik
d) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan
4) Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada
diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana
perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tin-dakan
perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkut-an. Misalnya
dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, membe-rikan bimbingan
dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak
hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku
siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses
pembelajaran.
Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran
dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilai-an
hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang
dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditem-puhnya

5
Tim Pengembang MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Raga Grapindo Persada, 2011.

11

(pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka pe-nilaian
berfungsi sebagai berikut:
6

a) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi
ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan
pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.
b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin
dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman bela-jar
siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajar-an, dll.
c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan
belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam ben-tuk
nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
Sejalan dengan fungsi penialaian di atas maka tujuan dari penilaian hasil
belajar adalah untuk :
7

a) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pe-
lajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut da-pat
diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya
b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah,
dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni
seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke
arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan
pembelajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya me-
manusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar
menjadi manusia yang berkualitas.
c) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi
pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya
hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri sis-wa semata-mata,
tetapi juga bisa disebabkan oleh program pembelajaran yang diberikan

6
PMPTK, DEPDIKNAS 2008
7
Ibid
12

kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam mekalsana-kan program
tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode
mengajar dan alat bantu pembelajaran.
d) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke-pada
pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah,
masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam mempertanggungjawabkan
hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan la-poran berbagai
kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yang
dihadapinya. Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan,
misalnya dinas pendidikan setempat melalui petugas yang menanganinya.
Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua
disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir
program, semester.
5) Prinsip-prisnip Penilaian Hasil Pembelajaran
Prinsip penilaian yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
8

a) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses pem-
belajaran. Artinya setiap guru melaksanakan proses pembelajaran ia harus
melaksanakan kegiatan penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penila-ian
formatif. Tidak ada proses pembelajaran tanpa penilaian. Dengan de-mikian
maka kemajuan belajar siswa dapat diketahui dan guru dapat sela-lu
memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya.
b) Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang dengan jelas kemampuan apa
yang harus dinilai, materi atau isi bahan ajar yang diujikan, alat penilaian yang
akan digunakan, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-
rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kuri-kulum yang
berlaku terutama tujuan dan kompetensi mata pelajaran, ru-ang lingkup isi
atau bahan ajar serta pedoman pelaksanaannya.
c) Penilaian harus dilaksanakan secara komprehensif, artinya kemampuan yang
diukurnya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotiris. Dalam aspek
kognitif mencakup: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi secara proporsional.

8
Ibid
13

d) Alat penilaian harus valid dan reliabel. Valid artinya mengukur apa yang
seharusnya diukur (ketepatan). Reliabel artinya hasil yang diperoleh dari
penilaian adaalah konsisten atau ajeg (ketetapan).
e) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tidak lanjutnya. Data ha-sil
penilaian sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan untuk menyem-purnakan
program pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan pembelajaran,
dan kegiatan bimbingan belajar pada siswa yang memerlu-kannya.
f) Penilaian hasil belajar harus obyektif dan adil sehingga bisa mengambar-kan
kemampuan siswa yang sebenarnya.
Prinsip-prinsip penilaian di atas dapat digunakan guru dalam merenca-
nakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar.
c. Hakikat Konsep Benda Tegar
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bidang kajian yang
terdiri dari fisika, biologi dan kimia. Fisika, seperti halnya juga biologi dan kimia
adalah mata pelajaran wajib dalam kurikulum 2006 (KTSP). Karakteristik
pelajaran IPA berbeda dengan pelajaran lainnya. IPA pada hakekatnya dibangun
atas dasar produk, proses dan sikap.
Benda tegar adalah sistem partikel yang mana posisi relatif partikel-
partikelnya,satu dengan yang lainnya di dalam sistem, (dianggap) tetap.Akibatnya
ketika benda ini berotasi terhadap suatu sumbu tetap, maka jarak setiap partikel
dalam sistem terhadap sumbu rotasi akan selalu tetap. Di sini kita hanya akan
meninjau gerak rotasi dengan sumbu putar yang tetap orientasinya.
Konsep-konsep fisika yang dipelajari pada konsep benda tegar adalah :
1) Sudut dan jarak
Jarak yang telah ditempuh dalam selang waktu t adalah s terkait dengan
sudut (dalam radian). Hubungan s dan diberikan oleh s = r . Untuk selang
waktu yang sangat kecil maka besar kecepatan linier dinyatakan dengan :


2) Kecepatan sudut
Besaran =

disebut sebagai kecepatan sudut, yang arahnyadiberikan oleh


arah putar tangan kanan, tegak lurus bidang lingkaran. Jadi hubungan antara
kecepatan linier dengan kecepatan sudut diberikan oleh v = r.
14

3) Percepatan sudut
Percepatan sudut a didenisikan sebagai laju perubahan kecepatan sudut
terhadap waktu, = a r.
4) Kinematika rotasi
Karena persamaan-persamaan kinematika yang menghubungkan , dan a
bentuknya sama dengan persamaan-persamaan kinematika gerak linear, maka
dengan memakai analogi ini akan diperoleh kaitan sebagai berikut untuk
keceptan sudut konstan dinyatakan dengan (t) = + t
5) Momentum sudut
Untuk memudahkan penyelidikan dan analisa terhadap gerak rotasi,
didenisikan beberapa besaran sebagai analog konsep gaya dan momentum.
Pertama didenisikan konsep momentum sudut l. Momentum sudut suatu
partikel yang memiliki momentum linear p dan berada pada posisi r dari suatu
titik referensi O adalah l = r p
6) Kesetimbangan benda tegar dan momen inersia
a) Syarat-syarat Keseimbangan
Agar sebuah benda diam, jumlah gaya yang bekerja padanya harus berjumlah
nol, karena gaya merupakan vektor, komponen-komponen gaya total masing-
masing harus nol. Dengan demikian, syarat keseimbangan adalah:
9

Selain gaya total yang harus bernilai nol, benda yang diam juga dipersyaratkan
agar torsi total yang merotasi benda tersebut bernilai nol .
b) Stabilitas Keseimbangan
Keseimbangan sebuah benda dapat diklasifikasikan menurut tiga kategori:
1. Keseimbangan stabil
Keseimbangan stabil terjadi bila torsi atau gaya yang muncul karena
perpindahan kecil dari benda tersebut memaksa benda itu kembali ke arah
posisi keseimbangannya (pusat gravitasinya tetap). Sebagai contoh adalah
bila sebuah kotak diputar sedikit terhadap salah satu ujungnya, maka torsi
yang dihasilkan terhadap titik putar berusaha mempertahankan kotak itu
pada posisinya semula.

9
Douglas C. Giancoli, Fisika, (Jakarta: Erlangga. 2001). hlm. 286.
15

2. Keseimbangan tak stabil Keseimbangan tak stabil terjadi bila gaya-gaya
atau torsi yang muncul karena perpindahan kecil dari benda memaksa
benda menjauhi posisi keseimbangannya.
3. Keseimbangan netral
Keseimbangan netral terjadi jika gaya yang dikenakan pada sebuah benda
tidak mengubah pusat gravitasi benda tersebut.
10

c) Pusat Berat
Biladua atau lebih gaya sejajar bekerja pada sebuah benda, maka gaya-gaya
tersebut dapat diganti oleh sebuah gaya tunggal ekivalen yang sama dengan
jumlah gaya-gaya itu dan dikerjakan pada sebuah titik. Sehingga torsi yang
dihasilkan gaya ekivalen tunggal itu sama dengan torsi total yang dihasilkan
oleh gaya-gaya semula.
d) Kopel
Setelah diketahui bahwa sekumpulan gaya sejajar dapat diganti dengan gaya
tunggal yang sama dengan jumlah gaya-gaya sejajar yang bekerja pada suatu
titik. Maka, pemikiran tersebut digunakan untuk menggantikan gaya-gaya
berat yang bekerja pada berbagai bagian dari benda dengan sebuah gaya
tunggal, yaitu berat benda tersebut, yang bekerja pada pusat berat. Namun, dua
gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dan mempunyai garis
kerja yang berbeda tidak dapat diganti oleh satu gaya tunggal. Pasangan gaya
semacam itu dinamakan kopel
11
.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tenaga pendidik fisika SMA,
materi pelajaran kesetimbangan benda tegar dan momen inersia merupakan
salah satu materi pelajaran fisika yang tergolong sulit bagi kebanyakan siswa,
karena selain membutuhkan operasi matematis vektor, materi ini juga
merupakan gabungan antara gerak translasi dan rotasi. Di samping itu,
pengajaran tentang materi ini pada umunya menggunakan metode ceramah.
Guru hampir tidak pernah mengajar dengan metode eksperimen ataupun
setidaknya metode demonstrasi. Oleh karena itu penulis menerapkan metode
pembelajaran kooperatif jigsaw dalam pembelajaran benda tegar.

10
David Halliday, Robert Resnick, Fisika, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 432.

11
Paul A. Tipler, Fisika Untuk Sains dan Teknik, (Jakarta: Erlangga, 1998). hlm. 327
16


2. KERANGKA BERPIKIR
Menurut Nurhadi dan Senduk (2003), Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga
sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama
siswa.
Pada pembelajaran kooperatif keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Dengan pembelajaran
kooperatif khususnya teknik Jigsaw siswa akan lebih aktif dalam belajar dan
melakukan diskusi dengan teman-temannya, sehingga ilmu yang ia dapatkan akan
lebih banyak.
Agar kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian tindakan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka kerangka
pemikiran dapat digambarkan dalam sebuah skema agar peneliti mempunyai
gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian sebagai berikut:












Kondisi
Awal
Tindakan1
Kondisi
Akhir
Tindakan 2
(Perbaikan)
Guru belum
menerapkan model
pembelajaran Jigsaw
Dalam pembelajaran
guru menerapkan
model pembelajaran
Jigsaw

Dalam pembelajaran
guru menerapkan
model pembelajaran
Jigsaw dengan media

Penerapan model
pembelajaran Jigsaw
dapat meningkatkan
hasil belajar konsep
Benda Tegar siswa.
Hasil Belajar rendah
Kisaran 50%
Siklus 1
Hasil belajar me-
ningkat menjadi 70 %
Siklus 2
Hasil belajar me-
ningkat menjadi 90 %
Diagram Kerangka Berpikir

17

3. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN
a. Perenapan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan
kualitas belajar siswa kelas X SMAK Immanuel Batu oleh Didik Purwoko.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya dilaksanakan
penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan menggunakan
Lembar Kegiatan Siswa. Pada penelitian ini, pembelajaran kooperatif
model Jigsaw dilakukan melalui 3 tahapan siklus belajar yaitu (1) tahap
kooperatif, (2) tahap inti, dan (3) tahap perangkaian. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan kualitas belajar siswa yang ditunjukkan
dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas X SMAK
Immanuel Batu.
b. Penerapan pembelajaran kooperatof model jigsaw berbasis kecakapan
hidup dalam upaya meningkatkan motivasi belajar, aktivitas belajar dan
hasil belajar siswa kelas X-4 SMA Negeri 10 Malang oleh Izza Nurdiana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi maupun aktivitas belajar
siswa mengalami peningkatan. Persentase siswa yang mempunyai aktivitas
baik pada siklus I sebanyak 75,7% dan meningkat menjadi 80,5% pada
siklus II. Hasil belajar juga mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus I sebesar 82,6% dan pada siklus II meningkat menjadi
87,9%. Ketuntasan belajar klasikal meningkat dari 66,7% sebelum
penelitian, menjadi 91,7% pada siklus I dan menjadi 97,2% pada siklus II.
Hasil belajar ranah afektif maupun ranah psikomotorik juga menunjukkan
terjadi peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA
Negeri 10 Malang tentang penerapan pembelajaran kooperatif model
jigsaw berbasis kecakapan hidup yang dapat meningkatkan motivasi
belajar, aktivitas belajar dan hasil belajar siswa maka disarankan kepada
para guru hendaknya untuk menerapkan metode ini dalam proses
pembelajaran di sekolah.
c. Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw sebagai upaya meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 7
Malang Jawa Timur oleh Sri Utami. Hasil penelitian menunjukan bahwa:
Persentase aktivitas belajar siswa pada Siklus II tingkat K (kurang)
18

mengalami penurunan sebesar 15,45%, pada tingkat C (cukup) mengalami
penurunan sebesar 9,56%, dan persentase aktivitas belajar siswa pada
tingkat B (baik) mengalami peningkatkan sebesar 31,86% jika
dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan persentase hasil belajar siswa
pada siklus I sebesar 19,2% dan peningkatan persentase hasil belajar siswa
pada siklus II sebesar 22,7%. Peningkatan persentase ketuntasan belajar
siswa pada siklus I sebesar 62,6% dan peningkatan persentase ketuntasan
belajar siswa pada siklus II sebesar 71,6%.
d. Penerapan pembelajaran problem solving dipadu kooperatif jigsaw untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada konsep ekosistem kelas
X SMA Negeri 3 Ternate tahun pelajaran 2006 oleh 2007 oleh Taslim D.
Nur. Hasil penelitian di SMA Negeri 3 Ternate Pada kelas X-4
menunjukan bahwa (1) Proses belajar siswa mengalami peningkatan dari
Siklus I dan Siklus II, antara lain, (a) keaktifan siswa: nilai rata-rata 62,9
menjadi 66,9. (b) keterampilan kooperatif siswa secara klasikal 3,3
menjadi 3,7 (2) penigkatan hasil belajar serta respons siswa dari siklus I
dan Siklus II antara lain (a) kemampuan kognitif siswa dari 64,1 menjadi
71,2 (b) keterampilan berpikir kritis 3,1 menjadi 4,5 (c) sikap siswa 62,9
menjadi 74,1 serta respons siswa terhadap penerapan pembelajaran
problem solving dipadu kooperatif Jigsaw menunjukan respons positif,
dengan nilai rata-rata 79,5%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa: (1) Penerapan pembelajaran problem solving dipadu
kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan proses dan hasil belajar pada
konsep ekosistem kelas X siswa SMA Negeri 3 Ternate tahun pelajaran
2006/2007 dan juga ditunjukan dengan respons positif siswa terhadap
model pembelajaran tersebut.

4. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
19

Melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw, maka
hasil pembelajaran konsep Benda Tegar pada siswa kelas XI SMAN 1 Karawang
akan meningkat.

C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karawang pada semester genap, yaitu
bulan Januari Februari 2015.
2. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
a) Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode One
Group Pretest-Postest Design, yaitu metode penelitian yang mempunyai satu
kelompok yang diberi treatment atau perlakuan. Sebelum diberikan perlakuan,
kelompok tersebut diberi test terlebih dahulu (pretest), kemudian diberi tes
kembali (posttest) setelah diberi perlakuan. Desain penelitiannya dapat dilihat
pada Tabel C.1.
Tabel C.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
A



Keterangan:
A = Kelas Penelitian


= Perlakuan yang diberikan pada kelompok Kelas Penelitian
Tindakan Kelasberupa penggunaan media animasi berbasis CTL.


= Pretest


= Posttest
3. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi target adalah seluruh
siswa di salah satu SMAN 1 Karawang dan populasi terjangkaunya adalah seluruh
siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Karawang. Adapun sampel yang
terpilih adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.

20

4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu sifat dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian terdapat
beberapa macam variabel penelitian. Penelitian ini memiliki hubungan kausal
yakni hubungan yang bersifat sebab akibat. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini
terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
12

a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik pembelajaran kooperatif
Jigsaw.
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa pada
konsep benda tegar.

5. Prosedur Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan melalui
gambar berikut:











Gambar C.1 Model Penelitian Classroom Action Research


12
I bid., hal. 37-39.
OBSERVATION
SIKLUS 1
PLANNING
ACTING
REFLECTING
SIKLUS 2
HASIL
21

a. Pengamatan (Observation)
Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksaaan peneliti mengobservasi
keaktifan dan respon siswa terhadap scenario pembelajaran yang telah dibuat oleh
peneliti.Dengan menggunakan lembar kerja observasi peneliti mencatat semua
peristiwa yang terjadi di kelas penelitian.
b. Perencanaan (Planning)
Penelitian merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti
menyiapkan skenario pembelajaran dan instrument penelitian yang terdiri atas
rencana pembelajaran media Power Point, lembar soal tes hasil belajar, lembar
panduan observasi, dan lembar wawancara.
c. Tindakan (Acting)
Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu
tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya maka kegiatan yang dilaksanakan
dalam tahap ini adalah melakukan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan.
d. Refleksi (Reflecting)
Refleksi ini dilakukan dengan cara kolaboratif yaitu adanya diskusi
terhadap berbagai masalah yang terjadi di dalam kelas penelitian. Dengan
demikian, refleksi dapat dilakuakn sesudah adanya impelentasi tindakan dan hasil
observasi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tahap observasi, dikumpulkan
dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer. Hasil analisis tersebut
digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya.
e. Siklus I
Kegiatan Keterangan
Perencanaan 1) Identifikasi masalah dan rumusan masalah. Dalam penelitian
ini peneliti memilih materi Benda Tegar.
2) Guru merencanakan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
pada materi yang akan diajarkan.
3) Rencana pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan
kerangka rancangan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.
4) Menyusun lembar kerja untuk siswa. Lembar kerja yang
diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan
22

masalah pada materi benda tegar.
5) Membentuk kelompok kelompok dengan tiap kelompok
merupakan kelompok yang heterogen. Sehingga dalam
kelompok terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang,
rendah, selain itu juga tidak memperhitungkan jenis kelamin
6) Mempersiapkan atau membuat soal tes dengan evaluasi yang
diberikan untuk siswa pada akhir siklus.

Pelaksanaan
Tindakan
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan
peserta didik (Present goals and set).
2) Mempresentasikan informasi kepada pesrta didik secara
verbal dan memberikan permasalahan yang kontekstual
terhadap siswa (Present Information) yang selanjutnya
digunakan sebagai starting point pembelajaran.
3) Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar yang
heterogen (Organize student into learning terms).
4) Menberikan permasalahan yang telah disusun kedalam
lembar diskusi yang mengarahkan kepada tujuan matematika
formal.
5) Mengarahkan kelas,kelompok, maupun individu untuk
menciptakan free production dan mengiterprestasikan
problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai metode
peynelesaian. (Assist team work and study).
6) Memotifasi antar siswa, maupun kelompok untuk saling
interaksi dan interaktif.
7) Mengevaluasi hasil diskusi setiap kelompok, menampilkanya
di depan kelas.
8) Pemberian penghargaan atau penguatan (reinforcement)
9) Membimbing,mengarahkan, dan bersama-sama menarik
kesimpulan ke dalam matematika formal. Guru memberikan
penekanan pada informasi penting dan menambah informasi
lain yang terkait.
23

10) Guru memberikan soal yang berhubungan dengan sub materi
kubus dan balok sebagai post test siklus 1
Pengamatan 1) Pengamatan terhadap keaktifan siswa selama kegiatan
pelaksanaan tindakan kelas.
2) Pengamatan tentang tingkat keberhasilan guru ketika proses
kegiatan belajar mengajar.
3) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam
meyelesaikan post test yang diujikan.

Refleksi Hasil yang diperoleh dari pengamatan dan tes pada tindakan
siklus 1 dianalisis apakah sudah memenuhi target atau belum.
Selanjutnya apabila belum memenuhi tindakan dilakukan
tindakan II

f. Siklus II
Kegiatan Keterangan
Perencanaan 1) Identifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan
refleksi pada siklus I.
2) Merencanakan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.
3) Rencana pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan
kerangka rancangan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.
4) Menyusun lembar diskusi untuk siswa. Lembar diskusi yang
diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan
masalah pada materi benda tegar.
5) Membentuk kelompok kelompok seperti siklus I.
6) Mempersiapkan atau membuat soal untuk evaluasi.
7) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan.
Pelaksanaan
Tindakan
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan
peserta didik (Present goals and set).
2) Mempresentasikan informasi kepada pesrta didik secara
verbal dan memberikan permasalahan yang kontekstual
terhadap siswa (Present Information) yang selanjutnya
24

digunakan sebagai starting point pembelajaran.
3) Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar yang
heterogen (Organize student into learning terms).
4) Menberikan permasalahan yang telah disusun kedalam
lembar diskusi.
5) Mengarahkan kelas,kelompok, maupun individu untuk
menciptakan free production dan mengiterprestasikan
problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai metode
peynelesaian. (Assist team work and study).
6) Memotifasi antar siswa, maupun kelompok untuk saling
interaksi dan interaktif.
7) Mengevaluasi hasil diskusi setiap kelompok, menampilkanya
di depan kelas.
8) Pemberian penghargaan atau penguatan (reinforcement)
9) Membimbing,mengarahkan, dan bersama-sama menarik
kesimpulan ke dalam matematika formal. Guru memberikan
penekanan pada informasi penting dan menambah informasi
lain yang terkait.
10) Guru memberikan soal yang berhubungan dengan sub materi
kubus dan balok sebagai post test siklus 1
Pengamatan 1) Pengamatan terhadap keaktifan siswa selama kegiatan
pelaksanaan tindakan kelas.
2) Pengamatan tentang tingkat keberhasilan guru ketika proses
kegiatan belajar mengajar.
3) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam
meyelesaikan post test yang diujikan.
Refleksi Setelah pelaksanaan dan pengamatan dilaksanakan, maka hasil
pengamatan dievaluasi dan dianalisis, diharapkan pada
kesimpulan akhir siklus II ini hasil pembelajaran siswa kelas XI
IPA 1 SMAN 1 Karawang mengalami peningkatan.

6. Instrumen Penelitian
25

Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian, yaitu suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
13

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini dalah instrumen tes yaitu tes
hasil belajar berupa tes objektif pilihan ganda yang diberikan pada saat pretest dan
posttest.
Instrumen tes dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila memenuhi
empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian ini harus diuji terlebih dahulu. Berikut ini adalah pengujian
berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian:
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid ialah instrumen yang mampu mengukur apa yang
diinginkan oleh peneliti dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat.
14
Intrumen tes ini terdiri dari beberapa soal sehingga perlu mencari
validitas butir (tiap butir soal). Salah satu cara menguji validitas butir soal adalah
menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
15

Rumus korelasi product moment sebagai berikut:

()()
*

()

+{*

()

+}

Keterangan:

= korelasi antara variabel X dan Y


= skor butir soal yang menjawab benar
= skor total siswa yang menjawab benar
= jumlah siswa
16


Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks korelasinya (r)
pada Tabel C. 2 sebagai berikut:
17


13
I bid., hal. 102.
14
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet ke-1, h. 269.
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Bumi Aksara:
Jakarta, 2009), hal 69.
16
I bid.,hal. 78.

17
Ibid., h.75.
26

Tabel C. 2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,800-1,00 Sangat tinggi
0,600-0,800 Tinggi
0,400-0,600 Cukup
0,200-0,400 Rendah
0,00-0,200 Sangat rendah

b. Uji Reabilitas
Reliabilitas merupakan ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek
yang sama.
18
Salah satu rumus yangdigunakan untuk menguji reabilitas instrumen
tes adalah rumus Kude-Richardson (KR-20), sebagai berikut,


) (

)
Keterangan:

= reabilitas tes secara keseluruhan


= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( )
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
= banyaknya item

= standar deviasi dari tes


Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya
pada Tabel C. 3 sebagai berikut:
19

Tabel C.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,00 r 0,20 Kecil
0,20 r 0,40 Rendah
0,40 r 0,70 Sedang
0,70 r 0,90 Tinggi
0,90 r 1,00 Sangat Tinggi

18
I bid.,hal. 90.

19
Ratih Komala, op.cit., h. 53
27

c. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha
memecahkanya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak semangat untuk mencoba lagi. Bilangan yang
menunjukkan sukar mudahnya suatu soal disebut indenks kesukaran (difficulty
index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Taraf
kesukaran dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut
20
:


Keterangan:
= indeks kesukaran
= banyak siswa yang menjawab benar pada butir soal yang diukur
= jumlah seluruh peserta tes
Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang
diperoleh digunakan Tabel C. 4 sebagai berikut:
21

Tabel C. 4 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00 0,30 Sukar
0,30 0,70 Sedang
0,70 1,00 Mudah

d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D) yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus
untuk menentukan indeks diskriminasi adalah
22



20
I bid.,hal. 207-208.
21
Ibid., h. 210.

22
I bid.,hal. 213.
28

Keterangan:
= daya beda soal

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan


benar

= banyaknya peserta kelompok atas

= banyaknya peserta kelompok bawah



Tabel C. 5 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 0,20 Jelek (poor)
0,20 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 0,70 Baik (good)
0,70 1,00 Baik sekali (excellent)

7. Teknik Analisis Data
a. N- Gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
dilakukan guru.
23
Dalam hal ini digunakan rumus normal gain menurut Meltzet,
yaitu:
24





Dengan kategorisasai perolehan:
G-tinggi : nilai (<g>) >0,70
G-sedang : nilai 0,70 e(<g>)e 0,30
G-rendah : nilai (<g>) <0,30

b. Analisisis deskriptif kualitatif

23
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan
IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hal. 70
24
Ibid, hal. 53
29

Analisis tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif yaitu membandingkan hasil belajar siswa dengan kriteria
pencapaian ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu siswa
dinyatakan tuntas jika tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai di bawah 75.
Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:

Ketuntasan belajar =




Peningkatan potensi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka pendeknya
yang ditunjukkan dengan kenaikkan nilai rata-rata tes pada setiap siklus. Dari data
perolehan skor untuk setiap tes, rata-rata nilai siswa dengan menggunakan
perhitungan sebagai berikut :

,
dengan x = Nilai siswa dan n = Jumlah siswa



8. Hipotesis statistik
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis alternatif (Ha): Model pembelajaran koopertif Jigsaw
meningkatkan hasil pembelajaran .
2. Hipotesis nol (Ho): Model pembelajaran koopertif Jigsaw tidak
meningkatkan hasil pembelajaran.

30

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung, 2006)
Douglas C. Giancoli, Fisika, (Jakarta: Erlangga. 2001).
Hadjar

, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan,
Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
Halliday, David, Robert Resnick. Fisika. Jakarta: Erlangga, 1985
Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan
Konseptual Opersional. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011.
Sandy, Ahmad, Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Materi
Momentum, Impuls, dan Tumbukan Dengan Pemanfaatan Multimedia
Pembelajaran. Skripsi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
2008.
Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin, Aplikasi Statistika Dalam
Penelitian.Jakarta : Pustaka Setia, 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung : Alfabeta, 2014.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Tim Pengembang MKDP. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Raga Grapindo
Persada, 2011.
Tipler , Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga, 1998.
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta:
Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan
Konseptual Opersional. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
http://rosajinyoung.wordpress.com/2013/01/21/penelitian-tindak-kelas-ptk/
http://djatieprasetiawan.blogspot.com/2014/01/karakteristik-penelitian-tindakan-
kelas.html
http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/desain-dan-jenis-data-penelitian.html

Anda mungkin juga menyukai