Anda di halaman 1dari 13

1.

FAKTA
a. Data Kuantitatif dan Kualitatif
Ilmu lingkungan merupakan satu-kesatuan dari berbagai ilmu yang
mempelajari tentang hubungan dan interaksi antara organisme dengan
lingkungannya. Mempelajari ilmu lingkungan juga membahas berberapa aspek
kehidupan dari berbagai sudut pandang yang saling melengkapi dalam mengatasi
permasalahan lingkungan (Sudarmadji, 2012).
Pembicaraan tentang lingkungan tengah menjadi topik utama akhir-akhir
ini. Topik tersebut berbicara mengenai masalah-masalah lingkungan, solusi untuk
permasalahan yang terjadi sampai dampak yang disebabkan oleh permasalahan
tersebut. Salah satu penyebab permasalahan lingkungan saat ini adalah terjadinya
anomali iklim. Secara harfiah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
anomali diartikan sebagai perubahan, ketidaknormalan atau kelainan. Sedangkan
iklim adalah proses alami yang sangat kompleks yang mencakup interaksi antara
udara, air, dan permukaan tanah. Iklim juga digambarkan sebagai cuaca rata-
rata atau kondisi cuaca yang terjadi selama jangka waktu yang panjang. Ketika
iklim diukur, pengukuran yang dilakukan adalah suhu rata-rata, curah hujan atau
hujan, salju rata-rata, serta seberapa sering badai terjadi di suatu daerah atau
selama jangka waktu yang panjang, yang dapat berupa beberapa dekade atau
bahkan beberapa abad.
Perlu disadari bahwa iklim bumi memang telah berubah. Para ilmuwan
telah mengamati dan mengukur perubahan dalam pola cuaca dan banyak orang di
seluruh dunia telah merasakan terjadinya perubahan ini. Perubahan juga terjadi
lebih cepat dari yang telah terjadi di masa lalu. Tanda-tanda utama terjadinya
anomali iklim secara global adalah:
Peningkatan Suhu Global
Suhu global rata-rata telah meningkat terus selama 100 tahun terakhir
sekitar 0,74 derajat Celsius atau 1,3 derajat Fahrenheit. Peningkatan suhu itu telah
terjadi di semua wilayah di seluruh dunia.

Gambar 2.1. Perkiraan suhu rata-rata global (Samsudi, 2013)
Kasus perubahan suhu atau tempertur di Indonesia juga terjadi sejak tahun
1950 sampai 2100 yang trus mengalami peningkatan dewasa ini. Perubahan
temperatur tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 2.2. Perubahan temperatur di Indonesia untuk tahun 1950-2100
(Susandi, 2008)
Perubahan Curah Hujan
Perubahan curah hujan telah terjadi di seluruh dunia, akibat perubahan suhu
permukaan lautan dan daratan. Sejak tahun 1970-an, secara global telah terjadi
peningkatan jumlah kejadian daerah yang mengalami kekeringan atau periode
cuaca sangat kering, sementara di beberapa daerah terjadi penurunan curah hujan
dan masa kekeringan yang lebih lama, wilayah lainnya di belahan dunia yang lain
mengalami peningkatan curah hujan. Di banyak tempat juga terjadi perubahan
waktu terjadinya musim penghujan. Hujan berlangsung pada waktu yang berbeda
dan pada periode yang lebih pendek atau lebih lama dibandingkan hujan pada
masa lalu.


Berkurangnya Tutupan Salju dan Mencairnya Lapisan Es di Kutub
Di kutub utara dan kutub selatan bumi, iklimnya sangat dingin dan
terdapat es yang menutupi permukaan daratan dan beberapa bagian laut. Sebagian
daerah dengan tutupan es ini disebut gletser, dan akibat pemanasan global telah
terjadi peningkatan pencairan es di kawasan gletser yang ada. Gletser juga
ditemukan di beberapa pegunungan yang sangat tinggi. Di daerah-daerah
pegunungan itu juga telah terjadi pencairan es gletser akibat suhu yang lebih
hangat. Es di gletser Gunung Kilimanjaro, misalnya, telah hampir menghilang.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa dengan tingkat pencairan es yang terjadi
sekarang, gletser yang diperkirakan telah berumur lebih dari 12.000 tahun di
gunung ini, akan menghilang pada 2020.

Gambar 2.2 Salju di Gunung Kilimanjaro semakin sedikit (Agrawala, dkk, 2003)
Peristiwa Cuaca yang Tidak Biasa Lebih Sering Terjadi
Selama 50 tahun terakhir, hari dan malam yang sangat panas lebih sering
terjadi, sementara hari dan malam yang sangat dingin lebih jarang terjadi. Selain
itu, Periode gelombang panas menjadi lebih lama dan lebih panas di sebagian
besar daratan. Badai besar dengan hujan dan angin yang kencang lebih sering
terjadi serta menyebabkan lebih banyak kerusakan.
Perubahan Muka Air Lautan Dunia
Dalam 100 tahun terakhir, permukaan air laut global telah meningkat rata-
rata sekitar enam inci atau 15 sentimeter. Meningkatnya tinggi permukaan laut itu
terjadi karena peningkatan suhu di atmosfer mengakibatkan es di pegunungan dan
di kutub utara dan selatan mencair dan meningkatkan jumlah air yang masuk ke
laut. Hal ini juga menyebabkan lautan menjadi lebih luas. Naiknya permukaan
laut itu mengancam masyarakat di wilayah pesisir dan beberapa negara kepulauan
karena menutupi wilayah daratan yang rendah, menyebab kan banjir dan
menggerus tanah di kawasan pantai. Peningkatan permukaan air laut juga dapat
menyebabkan intrusi air garam ke sungai dan sumber air tawar lainnya, yang pada
giliranya akan mempengaruhi kualitas pasokan air.

Gambar 2.3. Tinggi muka air laut global (Samsudi, 2013)
b. Contoh lokasi/tempat fakta ditemukan
Kenaikan tinggi muka laut seperti di atas juga terjadi di Indonesia, seperti
di Banjarmasin. Ketiga gambar di bawah ini menunjukkan genangan air yang
diakibatkan oleh kenaikan muka laut hingga tahun 2100. Beberapa kecamatan di
Banjarmasinmengalami dampak dari kenaikan muka laut tersebut. Di antaranya
adalah kecamatan Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Utara, Banjarmasin Barat,
dan Banjarmasin Selatan.


Ganbar 2.4. kenaikan tinggi muka laut di Banjarmasin hingga 2100 (Susandi,
2008)
2. PERMASALAHAN
a. Sejarah dan akar permasalahan
Anomali iklim adalah perubahan yang terjadi pada pola cuaca normal di
seluruh dunia selama jangka waktu yang panjang, biasanya selama beberapa
dekade atau lebih. Revolusi industri disebut titik balik dalam sejarah manusia.
Revolusi ini dimulai pada akhir 1700-an dengan penemuan mesin-mesin yang
mulai menggantikan tenaga manual manusia. Pada pertengahan 1800-an terjadi
peningkatan yang sangat cepat dalam penggunaan mesin-mesin yang digerakkan
oleh batubara dan bahan bakar fosil lainnya. Revolusi Industri memang telah
membawa banyak manfaat untuk kehidupan umat manusia, namun juga menjadi
masa mulai dirasakannya peningkatan dampak kegiatan manusia pada lingkungan.
Saat ini, peningkatan produksi secara besar-besaran juga telah meningkatkan
penggunaan bahan bakar fosil, yang pada gilirannya menimbulkan pelepasan gas
rumah kaca yang lebih banyak ke atmosfer. Beberapa gas rumah kaca yang
penting diantaranya Metana (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), dan karbon dioksida
(CO2). Hal ini semakin meningkat ketika listrik dan kendaraan bermotor
diciptakan, dan kemudian banyak diproduksi dan digunakan.
Selama 100 tahun terakhir ini, suhu rata-rata bumi secara perlahan-lahan
telah mengalami peningkatan. Istilah pemanasan global sering digunakan ketika
membahas perubahan iklim, dan hal ini berarti bahwa suhu rata-rata atmosfer
bumi semakin tinggi. Perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud rata-rata adalah
perubahan suhu yang terjadi di seluruh planet bumi. Di banyak tempat suhu udara
semakin memanas, sementara di beberapa tempat lain mungkin saja yang terjadi
sebaliknya dan menjadi lebih dingin, tapi secara umum keseluruhan bumi semakin
hangat. Artinya, penting untuk diingat bahwa perubahan iklim tidak terjadi
dengan cara yang sama dan secara seragam di seluruh permukaan bumi.

3. Dampak yang terjadi terhadap lingkungan dan mahluk hidup
Anomali iklim merupakan masalah global karena terjadi di seluruh
belahan dunia. Peristiwa ini menimbulkan banyak permasalahan atau dampak di
berbagai aspek kehidupan. Sebut saja di antaranya berdampak terhadap
lingkungan, kesehatan, ketahanan pangan dan ekonomi, serta keaadaan sosial.
Dampak-dampak tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor dan dapat memicu
bermacam-macam masalah di setiap aspek sebagai berikut:
Dampak terhadap Lingkungan
Dewasa ini kualitas lingkungan semakin memburuk, seperti yang telah
dijelaskan pada uraian tentang tanda-tanda utama terjadinya anomali iklim di atas.
Hal-hal tersebut menjadi indikasi adanya kerusakan lingkungan yang terjadi saat
ini akibat terjadinya anomali atau perubahan iklim. Dampak perubahan iklim
terhadap lingkungan ini juga terlihat dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam jangka pendek misalnya kenaikan muka air laut mengakibatkan
perubahan kualitas air permukaan, meningkatnya risiko banjir dan erosi pantai.
Sedangkan dalam jangka panjang akan berakibat pada semakin banyaknya pulau-
pulau yang tenggelam dan ancaman terhadap biodiversitas serta keragaman
hayati.
Dampak terhadap Kesehatan
Tanda-tanda utama perubahan iklim juga berdampak terhadap aspek
kesehatan. Akibat adanya perubahan iklim banyak wabah penyakit yang melanda
dunia. Hubungan mewabahnya penyakit dengan perubahan iklim yaitu karena
keadaan iklim ekstrim akan memperpanjang waktu transmisi berbagai penyakit
yang disebabkan oleh vektor dan juga mengubah jangkauan geografisnya
sehingga berpotensi menjangkit daerah yang masyarakatnya memiliki kekebalan
rendah terhadap penyakit-penyakit tersebut. Iklim juga dapat mempengaruhi pola
penyakit infeksi karena agen penyakit (virus, bakteri, atau parasit lainnya) dan
vektor (serangga atau rodensia) bersifat sensitf pada suhu, kelembaban dan
kondisi lingkungan lainnya sehingga secara langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi mewabahnya penyakit.
Dampak terhadap Ketahanan Pangan dan Ekonomi
Aspek kehidupan lain yang dipengaruhi perubahan iklim adalah
permasalahan ketahanan pangan dan ekonomi. Dampak perubahan iklim terhadap
ketahanan pangan yang paling utama terlihat dari menurunnya produktifitas hasil
panen bahan pangan. Menurunnya produktifitas tersebut dapat disebabkan karena
berkurangnya kemampuan dan ketahanan tumbuhan untuk beradaptasi terhadap
perubahan iklim. Selain itu, karena perubahan iklim menjadi kesempatan
menguntungkan bagi beberapa organisme penyebab penyakit tumbuhan untuk
menjangkitkan penyakit. Penyakit tersebut misalnya
Merosotnya ketahanan pangan tersebut akan berkesinambungan terhadap
permasalahan ekonomi. Jika produktifitas bahan pangan rendah, maka harga
bahan pangan tersebut akan semakin mahal bahkan sulit dijangkau oleh keadaan
ekonomi masyarakat. Dalam kurun waktu lama hal ini dapat menjadi pemicu
kritis ekonomi.
Dampak terhadap Keaadan Sosial
Dampak sosial dari perubahan iklim misalnya terjadi kesenjangan sosial.
Kesenjangan sosial dapat terjadi karena terjadi perbedaan hidup yang signifikan
antara si miskin dan si kaya. Misalnya dalam upaya mendapatkan bahan pangan,
karena bahan pangan yang mahal masyarakat kecil menjadi susah untuk
mendapatkannya. Sementara masyarakat kalangan atas bisa mendapatkannya
dengan mudah karena memiliki uang yang cukup. Jika contoh dampak sosial ini
dibiarkan terus-menerus dalam jangka panjang akan mengakibatkan melonjaknya
angka kriminalitas, kemiskinan, kelaparan dan kematian di masyarakat luas.
Akibat kenaikan muka laut, kehidupan sosial juga akan terganggu karena
meningkatnya risiko banjir di wilayah pesisir yang menyebabkan perpindahan
penduduk, kehilangan mata pencaharian, dan akhirnya meningkatkan tekanan
psikososial masyarakat yang terkena dampaknya.

Dari berbagai dampak perubahan iklim tersebut, tidak ada solusi yang
mudah dan instan untuk dilakukan. Tidak ada cara yang cepat dan mendadak
dalam menyelesaikan permasalahan tersebut dan semuanya harus saling terkait.
Jika mengkaji siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas perubahan iklim
beserta dampaknya tersebut, maka jawabannya adalah semua orang. Hal itu
karena perubahan iklim itu sendiri merupakan masalah global yang terjadi di
seluruh penjuru dunia dan manusia merupakan makhluk hidup utama penyebab
terjadinya perubahan iklim disamping faktor-faktor alami dari alam. Berbagai
solusi dapat dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Solusi
tersebut juga dapat bersal dari setiap kalangan tanpa melihat kedudukan ataupun
peranan kalangan tersebut di dalam masayarakat luas.
Solusi yang sudah umum dilakukan untuk masalah perubahan iklim ini di
antaranya mengurangi emisi CO
2
, mengurangi deforestasi dan meningkatkan
penghijauan di berbagai lahan yang potensial. Hutan dan kawasan alami lainnya
memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga proses-proses alami. Hutan
adalah salah satu reservoir atau penyimpanan karbon yang terbesar sehingga dapat
membantu menjaga siklus karbon dan proses alami lainnya yang bekerja dan
membantu mengurangi perubahan iklim. Di satu sisi, hutan dapat menjadi salah
satu sumber terbesar emisi CO
2
, sementara di sisi yang lainnya, hutan dan
tanaman lainnya juga menarik CO
2
keluar dari atmosfer. Karena peran ganda
tersebut, hutan menjadi sangat penting dalam perubahan iklim. Studi ilmiah
menunjukkan bahwa antara 12 - 17% dari seluruh CO
2
yang dilepaskan ke
atmosfer oleh kegiatan manusia berasal dari perusakan hutan (Samsudi, 2013).
Menggunakan dan mengelola hutan secara bijaksana bukan satu-satunya
solusi untuk menghentikan perubahan iklim. Di seluruh dunia, terutama di negara-
negara dengan banyak industri dan kendaraan, perlu ditemukan cara-cara baru
untuk membuat barang, energi dan transportasi yang menghasilkan lebih sedikit
CO
2
. Dari sinilah diperlukan pula solusi dari sekelompok instansi misalnya
perusahaan untuk menciptakan cara-cara baru di atas.
Pemerintah juga menjadi kalangan yang sangat penting dalam mencari
solusi untuk permasalahan perubahan iklim ini. Solusi tersebut dapat diwujudkan
misalnya dengan membuat kebijakan-kebijakan baik secara internasional maupun
nasional. Secara internasional, kebijakan tersebut dapat dijalankan dengan
membentuk berbagai organisasi internasional atau bekerja sama dengan negara-
negara di seluruh dunia. Kebijakan-kebijakan tersebut dirancang dan difungsikan
sebagai upaya pemberhentian perubahan iklim, membantu masyarakat beradaptasi
dengan perubahan yang telah terjadi dan mempersiapkan diri dengan lebih baik
dalam menghadapi perubahan-perubahan yang mungkin akan terjadi di masa
depan.
Organisasi internasional yang memimpin pengembangan kebijakan
internasional adalah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang keanggotannya
mencakup 192 negara di dunia. Di dalam PBB, badan yang disebut Konvensi
Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework
Convention on Climate Change atau UNFCCC) bekerja untuk memfasilitasi
negara-negara anggotanya dalam merancang kebijakan-kebijakan tentang
perubahan iklim.
Negara-negara angota UNFCCC telah berjanji atau membuat komitmen
untuk melakukan tindakan-tindakan yang disepakati dalam periode waktu tertentu,
yang disebut periode komitmen. Periode komitmen pertama Protokol Kyoto
adalah 2008 sampai 2012, dan dalam perioda itu negara-negara peserta UNFCCC
akan bekerja merancang kebijakan atau perjanjian baru untuk periode komitmen
berikutnya, yakni setelah tahun 2012.
Banyak negara berkembang, yang masih memiliki hutan dan sumberdaya
lainnya, dapat memainkan peran penting dalam menyerap CO
2
dari atmosfer dan
menyimpan karbon untuk mengurangi atau mitigasi perubahan iklim. Hutan dan
ekosistem lainnya menyediakan sumberdaya penting, seperti air tawar dan
makanan, yang membantu masyarakat untuk menangani lebih efektif dampak
perubahan iklim dan beradaptasi pada meningkatnya suhu dan kenaikan muka air
laut. Pemerintah nasional mencari cara-cara untuk menjaga ekosistem dan
sumberdaya alam dalam melindungi masyarakat dan membantu dunia mengurangi
dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Pemerintah nasional juga bekerja untuk
membuat kebijakan dan pendekatan baru yang akan membantu pengurangan
perubahan iklim namun tetap memungkinkan negara tersebut untuk tumbuh dan
mengembangkan ekonomi yang kuat (Samsudi, 2013).
Selain solusi di atas, solusi dari hasil diskusi kelompok penulis makalah
ini tidak jauh berbeda. Menurut kami untuk tidak menambah dan mempercepat
datangnya perubahan iklim, beberapa solusi lain yang dapat dilakukan yaitu
menerapkan pola hidup sehat, mengubah gaya hidup modern ke prinsip Back To
Nature, misalnya dengan menggunakan peralatan listrik lebih efisien,
mendayagunakan teknologi alternatif, menggunakan produk-produk ramah
lingkungan, mengubah kesenangan privasi seperti mengendarai kendaraan
bermotor milik pribadi, mengutamakan penggunaan transportasi dan sarana publik
dan memulai kegiatan positif lebih mencintai alam.
Dari uraian-uraian yang telah disebutkan, sebenarnya masih banyak lagi
yang tidak disebutkan dalam materi ini. Baik itu tentang indikasi, dampak hingga
solusi untuk masalah perubahan iklim yang terjadi. Solusi terbaik sebenarnya
kembali kepada kesadaran dan konsistensi individu masing-masing untuk
menyikapinya. Semua peristiwa yang terjadi pada intinya pasti memiliki sisi
positif dan negatif yang akan memberikan hikmah dan pembelajaran untuk masa
mendatang.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembahasan di atas menghasilkan kesimpulan bahwa anomali iklim atau
perubahan iklim merupakan perubahan yang terjadi pada pola cuaca normal
secara global selama jangka waktu panjang. Peristiwa ini terjadi berkaitan dengan
pemanasan global yaitu meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer karena
meningkatnya kandungan gas rumah kaca di atmosfer. Perubahan iklim tersebut
berawal sejak akhir tahun 1700-an yaitu saat revolusi industri dengan
diciptakannya mesin-mesin dan semakin meningkat di pertengahan tahun 1800-an
sejak mesin-mesin tersebut digerakkan dengan batu bara dan bahan bakar fosil.
Masalah perubahan iklim sendiri merupakan permasalahan global yang terjadi di
seluruh penjuru dunia dan dampaknya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Akibat dari perubahan iklim
yang terjadi, setiap orang harus terlibat atau bertanggung jawab dalam mencari
solusi agar perubahan iklim ini tidak bertambah dan datang lebih cepat.

3.2 Saran
Saran yang disampaikan penulis yaitu mulailah menyadari kebaikan alam.
Jangan hanya saling menunggu dan menyalahkan untuk mulai memperhatikan
alam.
DAFTAR PUSTAKA

Agrawala, Shardul. 2003. Development and Climate Change In Tanzania: Focus
On Mount Kilimanjaro. Environment Directorate Development Co-
Operation. www.oecd.org/dataoecd/47/0/21058838.pdf (diakses 26
Agustus 2014).
Naja, Daeng. 2007. Bank Hijau Kebijakan Kredit yang Berwawasan Lingkungan.
Yogyakarta: Medpress.
Samsudi. 2013. Perubahan Iklim dan REDD+ Modul Pelatihan untuk Pelatihan.
Bogor: RECOFT indonesia.
Siahaan, N. T. H. 2004. Hukum lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi 2.
Jakarta: Erlangga.
Sudarmadji. 2012. Buku Ajar Pengantar Ilmu Lingkungan Edisi Ketiga. Jember:
Universitas Jember.
Susandi, Armi. 2008. Dampak perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut
di Wilayah Banjarmasin. Bandung: Program Studi Meteorologi-Institut
Teknologi Bandung.



ANOMALI IKLIM DAN WABAH PENYAKIT

MAKALAH


Oleh :


Renam Putra A. (101810401024)
Jalia Agustina (121810401012)
Yudi Pramana (121810401015)
Nurul Aini A. S. (121810401033)



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013

Anda mungkin juga menyukai