JUDUL : Identifikasi telur, skoleks dan proglotid cacing Kelas Cestoda
(genus Taenia ) HARI, TANGGAL : Jumat, 3 mei 2013 TUJUAN : 1. Membedakan Morfologi Proglotid Cestoda genus Taenia 2. Membedakan Morfologi Scolex cestoda genus Taenia 3. Identifikasi telur cestoda genus Taenia LANDASAN TEORI Cestoda atau cacing pita merupakan cacing dengan morfologi secara makroskopis menyerupai pita, termasuk kelas cestoda fillum Platyhelmintes. Habitat cacaing dewasa ini biasannya menempati saluran usus vetebarata dan larvanyan hidup di jaringan vetebrata dan invetebrata. Sifat-sufat umum cacing dewasa dapat digambarkan sebagai berikut : Bentuk badan cacaing dewasa memanjang menyerupai pita ,pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat cerna.bagian badan terbagi menjadi 3 bagian umu, yaitu : Bagian kepala (Skoleks), dengan alat pelekat dilengkapi dengan batil isap. Morfologi skoleks dapat digunakan sebagai identifikasi spesies. Leher yaitu tempat pertumbuhan badan. Strobila, terdiri darai segmen segmen atau proglotid.tiao proglotid dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap, sehingga Cestoda termasuk cacing yang Hemaprodit.jumlah, ukuran dan bentuk proglotid berbeda berdasarkan spesies dan stadium pertumbuhannya. Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae. Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerba Terdapat tiga spesies penting cacing pita Taenia, yaitu Taenia solium, dan Taenia saginata, Kedua spesies Taenia ini dianggap penting karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yang dikenal dengan istilah taeniasis dan sistiserkosis.Adapun perbedaan antarspesies cacing pita Taenia dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Perbedaan antara Taenia solium, Dan Taenia saginata No. Keterangan Taenia solium Taenia saginata 1 Inang definitif dan habitat Usus halus manusia Usus halus manusia 2 Inang antara Babi dan manusia Sapi (utama), kambing, domba 3 Nama tahap larva Cysticercus cellulosae Cysticercus bovis 4 Ukuran panjang x lebar (3-8)x 0,01 meter (4-15) x 0,01 meter 5 Jumlah segmen 700-1000 1000-2000 6 Jumlah telur 30.000-50.000 di setiap segmen lebih dari 100.000 di setiap segmen
Gambar : Morfologi telur genus Taenia Sumber : simple-med.blogspot.com Siklus hidup Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi. Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia. Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus manusia. Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang mengandung telur Taenia solium. Hal ini juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan.
Gambar : Siklus hidup Taenia Solium Sumber : www.3.bp.blogspot.com/-RGq1GE4w_0I/
1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen tubuh (proglotid ) cacing pita. 2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita (sistisekus). 3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita. Penyebaran di Dunia Cacing pita Taenia tersebar secara luas di seluruh dunia. Penyebaran Taenia dan kasus infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki curah hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. Taeniasis dan sistiserkosis akibat infeksi cacing pita babi Taenia solium merupakan salah satu zoonosis di daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi dan tingkat sanitasi lingkungannya masih rendah, seperti di Asia Tenggara, India, Afrika Selatan, dan Amerika Latin. Adapun kasus infeksi cacing pita Taenia di negara tropis ALAT DAN BAHAN Alat Mikroskop cahaya atau mikroskop listrik Atlas parasitologi medik Bahan Preparat awetan : Proglotid cestoda genus Taenia Scolex cestoda genus Taenia Telur cestoda genus Taenia LANGKAH KERJA 1. Amati preparat awetan proglotid, scolex dan telur genus Taenia bawah mikroskop dengan pembesaran lemah terlebih dahulu ( 10 x 10 ) lalu dengan pembesaran 10x 40 ! 2. Gambar hasil pengamatan pada kolom yang telah disediakan serta dengan keterangan gambar yang memperlihatkan ciri khas ! HASIL PENGAMATAN GAMBAR Skolex Taenia Solium
Ket gambar : Skolex Taenia saginata
Ket gambar :
GAMBAR Proglotid Taenia solium
Ket gambar :
Proglotid Taenia saginata
Ket gambar :
GAMBAR Telur Genus Taenia
Ket gambar :
BAHAN DISKUSI 1. Jelaskan perbandingan skoleks proglotid dari cacing cestoda genus Taenia! Jawab : - Taenia solium a. Skoleks abatil isap memiliki rostelum dengan pengait. b. Proglotid lebar segmen lebih besar dari panjang segmen ( organ genetalis dalam segmen. - Taenia saginata a. 4 batil isap tanpa pengait b. Panjang segmen 3x lebar segmen c. Lubang genetalla disisi lateral 2.Sebutkan bentuk infektif dari : a. Tenia solium adalah sistoserkus cellulosae b.Taenia saginata adalah sistiserkus bavis 3. Apa yang dimaksud dengan bentuk diagnostik ? sebutkan bentuk diagnostik dari cestoda genus taenia ! Jawab : Bentuk diagnistik : sustu bentuk dari cacing yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan Bentuk diagnostik dari cestoda genus taenia adalah telur dan proglotid gravid. 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan : a. Proglotid matur : alat kelaminnya sudah terbentuk ( dewasa ) sudah ada testis dan ovariumnya. b. Proglotid gravid : proglotid yang mengandung telur. c. Proglotid imatur : sebelum dewasa ( belum ada alat kelamin ) d. Strobila : sekumpulan segmen atau proglotid cacing pita. 5. Sebutkan bahan pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit taeniasis serta bagaimana cara mendiagnosisnya ? Jawab : Bahan pemeriksaanya adalah feses dan darah perianal ditemukan potongan proglotid matang / telur. Cara mendiagnostiknya : dengan tinta india / dengan cara penjernihan.
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini yang diamati hanya preparat telur taenia proglotid taenia saginata, dan yang lainya dilihat dari jurnal dan atlas parasitologi. KESIMPULAN 1. Perbedaan Taenia Solium Taenia Saginata 1 Skoleks Mempunyai kait- kait 4 batil isap Tidak mempunyai kait- kait 2 Telur Embrionya bergaris radial,terdapat embrio heksanan Embrionya tidak bergaris radial, terdapat embrio heksanan 3 Cabang uterus Cabang uterus renggang Cabang uterus rapat 4 Larva Cystiserus cellulose Cystiserua bovis
PRAKTIKUM IX HARI, TANGGAL : Jumat, 10 Mei 2013 JUDUL : Identifikasi Telur, Skoleks dan Proglotid Cestoda (Genus Hymenolepis) Echinococcus granulosus, Diphyllobothrium latum TUJUAN 1.) Membedakan Morfologi Proglotid, Skoleks, dan telur cestoda genus Hymenolepis 2.) Identifikasi Morfologi telur dan proglotid Diphyllobothrium latum 3.) Identifikasi Morfologi telur dan proglotid Echinococcus granulosus
LANDASAN TEORI 1.) Genus Hymenolepis Genus Hymenolepis merupakan cacing pita yang masih satu ordo dengan genus Taenia yaitu ordo CYCLOPYLLIDEA. Terdapat 2 spesies penting, yaitu : a.) Hymenolepis nana Klasifikasi Ilmiah Kingdom : Animalia Phylum : Platyhelminthes Class : Cestoda Ordo : Cyclophyllidea Family : Hymenolepididae Genus : Hymenolepis Species : Hymenolepis nana (Gandasuda dan Srisasi, 2006)
Morfologi Telur Telur berbentuk bulat atau oval dengan diameter 30-45 mikron.Dinding telur terdiri dari 2 lapis yaitu membran luar dan dalam (Makimian, 1996).
Gambar Telur Hymenolepis nana Sumber : www.bobobo.blogspot.com/2011/11/hymenolepis-nana.html
Cacing Dewasa Hymenolepis nana berbentuk seperti benang dengan ukuran 15 40 mm x 0,5 1 mm dan jumlah proglotid mencapai yang 200. Hymenolepis nanamemiliki skoleks dan rostellum pendek yang retraktil. Bagian lehernya panjang dan ramping. Hymenolepis nana memiliki 3 testis yang berada pada bagian posterior dari setiap proglotid. Segmen gravid Hymenolepis nanamengandung 80 180 butir telur (Makimian, 1996).
Gambar Cacing Dewasa Hymenolepis nana Sumber : www.sodiycxacun.web.id/2010/06/hymenolepiasis-nana.html
Siklus Hidup Telur-telur dikeluarkan bersama tinja dengan cara disintegrasi pelan- pelan dari segmen gravid. Hymenolepis nana merupakan satu-satunya cacing pita manusia yang tidak membutuhkan hospes perantara. Segmen gravid biasanya pecah di kolon sehingga telur dapat dengan mudah ditemukan di feses.TelurHymenolepis nana segera menjadi infektif ketika dikeluarkan bersama tinja dan tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari pada lingkungan luar. Ketika telur infektif tersebut ditelan oleh orang lain, onkosfer yang terkandung di dalam telur dilepaskan di usus kecil kemudian mempenetrasi vilus dan berkembang menjadi larva sistiserkosis. Setelah villus ruptur, sistiserkosis kembali ke lumen usus, lalu mengeluarkan skoleks mereka, kemudian menempel ke mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa lalu tinggal di ileus (Maegraith B, 1995). Autoinfeksi dapat terjadi pada infeksi Hymenolepis nana, dimana telur mampu mengeluarkan embrio heksakan mereka yang kemudian menembus villus dan meneruskan siklus infektif tanpa melalui lingkungan luar.Hal ini menyebabkan cacing dapat memperbanyak diri dalam tubuh hospes. Masa hidup cacing dewasa adalah 4-6 minggu, tetapi autoinfeksi internal memungkinkan infeksi bertahan selama bertahun-tahun.
Cacing di dalam usus terdapat dalam jumlah 1.000 sampai 8.000 ekor.Jangka waktu hidupnya hanya 2 minggu (Maegraith B, 1995).
Patologi dan Gejala Klinik Parasit ini umumnya tidak menimbulkan gejala. Jumlah cacing dalam jumlah besar pada mukosa usus akan dapat menyebabkan iritasi mukosa usus. Kelainan yang timbul adalah toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit dari cacing yang masuk peredaran darah.Pada anak kecil dengan infeksi berat, dapat menimbulkan keluhan pada organ saraf, sakit perut yang dapat diikuti atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing.
Epidemiologi Cacing ini tersebar secara kosmopolit, tetapi lebih suka daerah beriklim panas daripada dingin termasuk Indonesia. Infeksi terjadi dari tangan ke mulut, tersering pada anak usia 15 tahun ke bawah. Kontaminasi dengan tinja tikus perlu mendapat perhatian.Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur yang tertelan dari benda-benda yang kontak dengan tanah dari tempatbuang air atau langsung dari anus ke mulut.
Daignosa Laboratorium Diagnosa laboratorium dapat ditegakkan apabila ditemukan telur atau bagian dari cacing dewasa dalam feses. Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung atau dengan cara tak langsung (konsentrasi). Pemeriksaan jumlah eosinifil dalam darah hanya sebagai pendukung, biasanya pada kasus infeksi parasit ini akan meningkat 8 16 %.
b.) Hymenolepis diminuta NO Perbandingan Hymenolepis nana
Hymenolepis diminuta
1. Panjang 25-40 mm (cacing pita terkecil) 20-60 mm 2. Jumlah Proglotid 200 buah 1000 buah 3. Telur Bentuk oval berhialin, dengan lapis membrane. Dalam telur telur terdapat embrio heksakan yang membawa 6 kait. Membran sebelah dalam mempunyai 2 penebalan dan dari kedua kutub keluar 4-8 filamen yang halus. Bentuk oval berhialin, dengan lapis membrane. Dalam telur telur terdapat embrio heksakan yang membawa 6 kait. Membran sebelah dalam mempunyai 2 penebalan dan dari kedua kutub tidak terdapat filament. 4. Proglotid Matang (matur) Berbentuk trapesium, punya 1 lubang kelamin disebelah kiri, 3 buah testis yang bulat dan ovarium berlobus dua. Berbentuk trapesium, ukuran segmen lebih besar. Punya 1 lubang kelamin disebelah kiri, 3 buah testis yang bulat dan ovarium berlobus dua. 5. Proglotid Gravid Uterus berbentuk kantung Uterus berbentuk irreguler mengandung 80- 180 telur. kantung irreguler 6. Skoleks Bulat kecil mempunyai rostellum kecil dan reflaktil dengan 1 baris kait kecil dan 4 batil isap yang terbentuk seperti mangkuk. Berbentuk gada, mempunyai rostellum apical yang rudimeter tanpa kait dan ada4 batil isap kecil.
2.) Echinococcus granulosus Kingdom : Animalia Filum : Platyhelminthes Kelas : Cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Genus : Echinococcus Spesies : Granulosus
Hospes dan Nama Penyakit Hospes definitif dari Echinococcus granulosus adalah hewan karnivora terutama anjing, srigala, dan lain-lain. Sedangkan hospes perantaranya adalah manusia, kambing, domba, sapi, dan lain-lain. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cestoda ini adalah echinococcosis atau penyakit hidatidosis (disebabkan larvanya).
Penyebaran Geografis Penyebaran infeksi Echinococcus granulosus tersebar di seluruh dunia terutama di daerah pedesaan dan pinggiran yang daerah tersebut terdapat banyak anjing yang memakan daging hewan yang mengandung kista hidatid. Echinococcus granulosus memiliki fokus endemik di Amerika Selatan yaitu pada peternakan domba dan sapi di Argentina, Uruguay, Brazil Selatan, dan Chili.Kista Hidatid seringkali menginfeksi anak-anak dan tumbuh terus tanpa diketahui selama bertahun-tahun
Morfologi Cacing dewasa berukuran kecil panjangnya 3-6 mm terdiri dari skoleks, leher, dan sebuah strobila yang hanya terdiri dari 3-4 segmen.
Gambar : Cacing dewasa E.granulosus Sumber : www.commons.wikimedia.org
Perkembangan segmennya yaitu immatur, matur, dan gravid. Segmen gravidnya merupakan segmen terbesar yang panjangnya 3-4 mm dan lebarnya 0,6 mm.
Gambar : Telur E. granulosus Sumber : www.wikipedia.org/wiki/Echinococcus_granulosus Skoleksnya terdiri dari 4 alat isap dengan rostelum yang dilengkapi 2 deret kait yang melingkar.
Siklus Hidup Cacing dewasa Echinococcus granulosus (panjangnya 3 - 6 mm) berada di usus halus hospes definitif misalnya anjing. Lalu proglotid melepaskan telur yang keluar bersama feses. Kemudian tertelan oleh hospes intermediat yang sesuai (biri-biri, kambing, babi, sapi, kuda, onta) setelah itu telur menetas di usus halus dan onkosfer keluar onkosfer menembus dinding usus dan menuju sistem peredaran ke berbagai organ, terutama hati dan paru-paru. Di hati dan paru-paru onkosfer berkembang menjadi kista kemudian berkembang secara berangsur-angsur, menghasilkan protoskoleks dan anak kista yang mengisi kista interior. Hospes definitif dapat terinfeksi dengan cara memakan daging hospes intermediet yang mengandung kista hidatid. Setelah tertelan, protoskoleks melakukan evaginasi, menuju ke mukosa usus dan berkembang menjadi cacing dewasa setelah 32 sampai 80 hari kemudian proglotid melepaskan telur. Hospes intermediat terinfeksi dengan cara menelan telur kemudian menetas menghasilkan onkosfer pada usus dan menjadi kista di dalam berbagai organ.
Gambar Siklus Hidup Sumber : www.commons.wikimedia.org
Gejala Klinik Echinococcus granulosus menginfeksi selama bertahun-tahun sebelum kista membesar dan menyebabkan gejala saat tersebar ke organ-organ vital. Bila menginfeksi hati maka terjadi rasa sakit dan nyeri di bagian abdominal, benjolan di daerah hati, dan obsruksi saluran empedu. Pada saat kista menginfeksi paru-paru menyebabkan dada sakit dan batuk hemoptysis. Kista yang menyebar ke seluruh organ dapat menyebabkan demam, urtikaria, eosinofilia, dan syok anafilaktik. Kista dapat menyebar hingga ke otak, tulang, dan jantung.
Pencegahan Beberapa tindakan pencegahan dilakukan untuk menurunkan insiden infeksi : 1.) Semua hewan yang menjadi hospes perantara ketika selesai disembelih harus dibuang dan dijauhkan dari anjing agar tidak dimakan sehingga tidak berkembang menjadi cacing dewasa. 2.) Ditekankan kesehatan perorangan untuk mencegah tertelannya telur infektif yang terkontaminsi feses anjing, karena telurnya sangat resisten terhadap desinfektan . 3.) Melakukan tindakan kontrol yang ekstensif untuk mengurangi penularan penyakit hidatid. 4.) Program pendidikan dan penyuluhan terhadap masyarakat 5.) Mengobati hewan-hewan piaraan yang terinfeksi. 6.) Jangan bergaul erat dgn anjing sebagai sumber infeksi 7.) Meningkatkan kesadaran higienis dan sanitasi air. 8.) Menjaga kebersihan dan kesehatan hewan piaraan terutama anjing dan kucing. 9.) Cara terbaik untuk menghindari infeksi manusia adalah menghindari menelan makanan atau bahan lain yang terkontaminasi dengan kotoran anjing.
ORDO PSEUDOPHYLLIDEA Ordo pseudophyllidea memiliki 1 spesies, yaitu klasifikasi Diphyllobothrium latum. Cestoda Ordo pseudophyllidea ini berbeda dengan Ordo Cyclophyllidea dalam hal bentuk skoleksnya.
Kingdom : Animalia Phylum : Platyhelminthes Class : Cestoda Ordo : Pseudophyllidea Family : Diphyllobothriidae Genus : Diphyllobothrium Species : Diphyllobotrium latum
Hospes dan Penyebaran Hospes definitif : manusia, anjing, kucing, serigala,anjing laut,beruang,anjing hutan, dan hewan pemakan ikan. Hospes perantara I : copepoda (Cyclops sp dan Diaptomus sp). Hospes perantara II : ikan. Cacing dewasa hidup dalam ileum hospes definitive. Dist.geografis : Amerika, Kanada, Eropa Tengah, Afrika Tengah, Malaysia, Siberia dan Jepang.
Morfologi Cacing dewasa: 1.) Panjang sampai 10 mm, 3000-4000 proglotid. 2.) Skolek : seperti sendok, mempunyai dua lekuk isap. 3.) Proglotid : Lebar lebih panjang dari panjangnya. Lubang uterus di bagian tengah proglotid. Mempunyai lubang uterus. Uterus panjang berkelok-kelok membentuk roset.
Gambar : Skolex & Proglotid D. latum Sumber : www.e-cleansing.com
Gambar : Morfologi Proglotid D.latum (Sumber : Atlas Parasitologi Kedokteran)
Sumber : www.e-cleansing.com Telur : o Mempunyai overkulum o Sel-sel telur o Menetas dalam air korasidium o Memerlukan 2 hospes perantara o Hospes perantara I : Cyclops dan Diaptomus(golongan udang) Berisi larva PROCERCOID o Hospes Perantara II : ikan air tawar Berisi larva PLEROCERCOID atau SPARGANUM
Gambar : Telur D. latum Sumber : www.practicalscience.com
Perbedaan Morfologi Ordo Pseudophyllidea Ordo Cyclophyllidea Skoleks 2 lekuk isap, lubang genital & uterus di tengah- tengah proglotid Telur punya operkulum, berisi sel telur & kel. brsm tinja Di air sel telur menjadi onkosfer, menetas & kel. Korasidium Hospes.I (copepoda) memakan korasidium & brkmbang dlm tbh Hp. II (ikan, kodok) terus mjd sparganum (btk infektif) Manusia terinfeksi dgn memkn Hp.II yg mgndg sparganum Yang trmsk jenis ordo ini : D. latum&D. Mansoni Skoleks dgn 4 batil isap dengan atautanpa rostellum berkait-kait Lubang genital di pinggir proglotid, unilateral atau bilateral selang-seling Ruang uterus tidak ada Telur berisi onkosfer tumbuh dalam Hospes perantara dan menjadi bentuk infektif Di Indonesia jenis yg terpenting: cacing pita sapi (T. saginata) & cacing pita babi (T. solium)
Siklus Hidup Telur berkembang untuk beberapa minggu, coracidium (onchosphere berkait 6 dilengkapi embriophore yang bercilia) berada di air, kemudian dimakan h.i. I cyclopid/diaptomid (berkembang menjadi procercoid) di haemochole dalam 2-3 minggu selanjutnya h.i. I dimakan h.i. II ikan (berkembang menjadi plerocercoid) di viscera dan otot. H.i. II dimakan h.d dan menjadi dewasa dengan periode prepaten 3-4 minggu
Gambar : Siklus Hidup Diphyllobothrium latum Sumber : www.e-cleansing.com
ALAT DAN BAHAN ALAT Mikroskop cahaya atau mikroskop listrik Atlas parasitology medik BAHAN Preparat Awetan Proglotid, scolex, dan telur cestoda genus Hymenolepis Proglotid dan Scolex Diphyllothrium latum Proglotid dan Scolex Echinococcus granulosus
CARA KERJA 1.) Amati preparat awetan proglotid, scolex dan telur genus Hymenolepis bawha mikroskop dengan pembesaran lemah terlebih dahulu (10 x 10) lalu dengan pembesaran 10 x 40 ! 2.) Gambar hasil pengamatan pada kolom yang telah disediakan serta lengkapidengan keterangan gambar yang memperhatikan ciri khas!
HASIL PENGAMATAN GAMBAR GAMBAR Skolex H.nana
Skolex H.diminuta Keterangan : Kait-kait Rostelum Bati Isap
Ciri Khas : Berbentuk bulat kecil dam memiliki kait-kait Keterangan : Rostelum Batil Isap
Ciri Khas : Berbentuk seperti ganda dan bentuk rostelum rudimeter
GAMBAR GAMBAR Proglotid H.nana Proglotid H.diminuta Keterangan : Uterus Keterangan : Uterus
GAMBAR GAMBAR Proglotid D.latum Scolex D.latum Keterangan : 1. Uterus Keterangan : 1. Lekukan ventral 2. Leher
GAMBAR GAMBAR Skolex E.granulosus Skolex E.granulosus Keterangan : 1. Skoleks 2. Proglotid imatur 3. Proglotid matur 4. Telur (embrio) Keterangan : 1. Kait-kaitil 2. Batil isap
GAMBAR Kista Hydatid Keterangan :
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini tidak ditemukan proglotid E.granulosis dan skoleks D.latum
BAHAN DISKUSI 1.) Buat bagan perbedaan morfologi antara ordo Psedophyllidea dan ordo Cyclophyllidea (bentuk telur,skoleks, ada tidaknya lubang uterus pada proglotid,)! Jawab: Pebedaan Ordo Psedophyllidea Ordo Cyclophyllidea TELUR Beroverkulum melalui lubang uterus dan berembrio. Tidak beroverkulum tetapi berembrioker yang bergaris dan terdapat embrio heksakan.
SKOLEKS Lonjong seperti sendokk tanpa batil isap tepi mempunyai lekuk ventral dan dorsal. Ada batil isap ada yang punya rostellum dan pengait ataupun tidak PROGLOTID Ada lubang uterus dan ovarium berbentuk seperti roset (bunnga rose) Tidak ada lubang uterus
2.) Jelaskan perbedaan siklus hidup antara ordo Psedophyllidea dan ordo Cyclophyllidea ! Jawab : Ordo Psedophyllidea : hospes perantara bias 1,2/3, telur tidak berembrio dalam tinja telur berembrio dalam air korasidium menetas dari te tertelan crutaceaa proserkoid dalam rongga badan crustacea crustacea dimakan oleh ikan air tawar pleroserkoid dalam otot ikan tertelan manusia skoleks melekat pada usus cacing dewasa di usus halus. Ordo Cyclophyllidea : hospes perantara 1 tidak ada. Telur berembrio dalam tinja tertelan hospes perantara keluar onkosfer menembus dinding usus kista hydatid di hati, paru-paru dll kista dalam organ termakan hospes definitive prostoskoleks dari kista skoleks menempel diusus kecil cacing dewasa di usus.
3.) Jelaskan gejala klinik dan cara mendiagnosis penyakit : a.) Hiemenolepiasis nana Jawab : Gejala Klinik : Infeksi berat, mengalami sakit perut dengan tanpa gejala Diagnostik : Menemukn telur dalam tinja. b.) Hiemenolepiasis diminuta Jawab : Gejala Klinik : Secara tiba-tiba gangguan diare ringan, gangguan gastrointestinal. Diagnostik : Telur dalam tinja c.) Difilobotriasis Gejala Klinik : Secara tiba-tiba menimbulkan gangguan gastrol intestinal, Diagnostik : Menemukan proglotid yang bergerak aktif dalam tinja
4.) Sebutkan hospes perantara H.diminuta Jawab : Serangga berupa pinjal kumbang tepung, pinjal tikus (xenopsylla shepatis), pinjal manusia (pulle x irritas)
5.) Jelaskan cara mendiagnosis penyakit Hiemenolepiasis serta sebutkan bahan pemeriksaan yang bias dipakai untuk mendiagnosis penyakit Hiemenolepiasis! Jawab : Cara mendiagnosia : Ditemukan telur dalam tinja Bahan Pemeriksaan : Feses penderita
6.) Jelaskan perbedaan morfologi cacing dewasa genus Hymenolepis dan E.granulosus Jawab : Cacing dewasa genus Hymenolepis ukurannya lebih panjang dari E.granulosus dan cacing dewasa genus Hymenolepis memiliki proglotid yang banyak sedangkan genus E.granulosus hanya memiliki 1 proglotid imatur, 1 proglotid matur, dan 1 progrotid gravid (yang merupakan proglotid paling panjang dan lebar).
KESIMPULAN Cara mendiagnosisinya menemukan telur dalam tinja, skoleks melekat pada usus halus.Semua genus Hymenolepis, E.granulosus, D.Latem, mempunyai hospes perantara.Telur H.nana terdapat 7-8 Filamen, telur H.diminuta tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA www.beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan- parasitologi/cestoda-cacing-pita/ www.sodiycxacun.web.id/2010/06/hymenolepiasis-nana.html www.asliarekprolink.wordpress.com/2013/03/15/laporan-identifikasi- cacing/ www.bbobobo.blogspot.com/2011/11/hymenolepis-nana.html www.3.bp.blogspot.com