Anda di halaman 1dari 13

Luka pada genital

Step 1
Granulasi : penyembuhan luka yang terdiri atas jaringan edematosa, proliferasi pemb. darah dan sel
radang campuran
Dinding menggaung: dinding yang melingkupi lesi yang berbentuk seperti cawan
Eksudat: cairan ekstraseluler yang berupa hasil peradangan mengandung protein yang tinggi dan ada
infiltrat peradangan, berwarna keruh
Ulkus: hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi, merupakan hilangnya jaringan sampai ke
stratum basalis

Step 2
1. Mengapa timbul luka pada genital pasien sejak 7 hari yang lalu
2. Mengapa bintil kecil berubah menjadi luka kemudian bertambah menjadi 4 dan ukuran semakin
membesar
3. Mengapa terasa nyeri dan disertai cairn kuning di dasarnya
4. Apa hubungan keluhan pasien dengan pernah ada riwayat hub seks dengan psk sejak dua
minggu yang lalu
5. Mengapa bisa timbul ulkus bergranulasi dan eksudat
6. Apa saja kelainan pada genital yang ditandai dengan luka
7. Bagaimana patogenesis dari keluhan pasien
8. Jika kelainan yang disebabkan karena mikroorganisme, mikroorganisme jenis apa dan jelaskan
imunopatofisiologinya
9. DD
10. Pemeriksaan penunjang
11. Terapi pada pasien
12. Komplikasi


Step 3
1. Mengapa timbul bintil kecil kemudian menjadi luka
Bintil berupa cairan reaksi imunitas tubuh atau reaksi mikroorganisme terkena gesekan
lecet pecah

Luka timbul karena pasien melakukan hub seks, mengalami trauma minor (bisa tajam atau
tumpul).
- Trauma karena bakteri yang masuk menginfeksi epidermis papul vesikopustul
ulkus
Karena mikroorganisme yang memiliki masa inkubasi <7hari, karena melakukan hub seks 2
minggu yg lalu
2. Mengapa bintil kecil berubah menjadi luka kemudian bertambah menjadi 4 dan ukuran semakin
membesar
Bintil pecah ada cairan keluar terdapat mikroorganisme menyebar timbul baru
Penetrasi di epidermis di makrofag dan neutrofil inflamasi semua komplemen
teraktifasi ukk baru
3. Mengapa terasa nyeri dan disertai cairan kuning di dasarnya
Karena reaksi inflamasi, kerusakan jaringan disekitar, prostaglandin
Cairan yang menginokulasi jaringan disekitarnya memicu reaksi inflamasi
Terjadi inflamasi, sel2 berkumpul di lumen, membuat vaskularisasi kapiler terhenti, ada respon
nyeri karena bendungan tidak ada respon dan tidak mendapatkan nutrisi

4. Apa hubungan keluhan pasien dengan pernah ada riwayat hub seks dengan psk sejak dua
minggu yang lalu
Hub seks dengan psk adalah faktor resiko, 2minggu yang lalu sebagai masa inkubasi dari
mikroorganisme tersebut.
Faktor resiko yang lain??
5. Mengapa bisa timbul ulkus bergranulasi dan eksudat
Proses inflamasi pustul pecah ulkus timbul cairan eksudat di stratum basalis
Ulkus yang timbul lama kelamaan menjadi granula
Mikroorganisme masuk epitel ke kulit menyebabkan mediator inflamasi di daerah inokulasi aktif
(pmn, makrofag, sel dendritik, sitotoksik, cd4, cd8) kemudian mikroorgnsme induksi il6 dan il8
dari sel epidermis yg kena inokulasi il8 membawa pmn dan makrofag trjadi respon imun
terbentuk abses lalu ulkus. Il6 hanya berfungsi untuk memanggil yang lain, induksi cd4.

6. Bagaimana patogenesis dari keluhan pasien

7. Jika kelainan yang disebabkan karena mikroorganisme, mikroorganisme jenis apa dan jelaskan
imunopatofisiologinya

Ulkus ole
Etiologi : Basil H.ducreyi berbentuk batang pendek, ramping dengan ujung membulat, tidak
bergerak dan tidak membentuk spora, Gram-negatif, anaerob fakultatif yang membutuhkan
hemin untuk pertumbuhan, mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan mempunyai DNA berisi
guanosine plus cytosine fraksi 0,38 mole. Basil sering kali berkelompok, berderet
membentuk rantai, terutama dapat dilihat pada biakan sehingga disebut juga
Streprobacillus. Basil ini pada lesi terbuka di daerah genital sukar ditemukan karena tertutup
oleh infeksi sekunder, lebih mudah dicari bila bahan pemeriksaan berupa nanah yang
diambil dengan cara aspirasi abses kelenjar inguinal. Kuman ini sukar dibiak.

PATOGENESIS dan IMUNOKIMIA
Pada percobaan kelinci, seperti pada manusia, beberapa galur H. Ducreyi diketahui virulen,
sedangkan yang lain kelihatannya avirulen. Beberpaa penyelidik menyatakan bahwa
virulensi dapat hilang dengan kultivasi serial sehingga kuman kehilangan kemampuan untuk
menimbulkan lesi pad akulit. Organisme yang avirulen dilaporkan lebih rentan terhadap
antimikroba terutama polimiksin. Limfadenitis yang terjad pada H. Ducreyi diikuti dengan
respons inflamasi sehingga terjadi supurasi. Kemungkinan terdapat sifat-sifat H.ducreyi yang
tidak diketahui dan unik yang menimbulkan bubo supuratif. Respons imun yang
berhubungan dengan patogenesis dan kerentanan penyakit tidak diketahui. Penyelidikan
sebelumnya menemukan respons hipersensitivitas lambat dan respons antibodi pada para
penderita dengan chancroid dan pada binatang percobaan. Antibodi ditemukan dengan cara
fiksasi komplemen, aglutinasi, presipitasi, dan tes fluoresens antibodi indirek. Reaktivas
silang antara antisera yag dihasilkan terhadap antigen H.ducreyi murni dan ekstrak antigen
dari spesies haemophilus lain telah ditemukan



8. DD ( SAMPAI TERAPI KECUALI HERPES SAMPAI DIAGNOSIS)

Infeksi menular seksual yang dapat bermanifestasi sebagai ulkus genital adalah:
1. Sifilis
2. Ulkus mole (chancroid)
3. Herpes simpleks genitalis (herpes genitalis)
SIFILIS
Nama lain: Lues venerea/ raja singa
Sifilis adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, merupakan penyakit kronis dan
dapat mengenai seluruh organ tubuh. Gambaran klinisnya dapat menyerupai penyakit lain (the great
imitator). Pada bayi ditularkan in utero atau karena kontak dengan lesi ibu pada waktu persalinan.
Selama perjalanan penyakitnya terdapat masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh.
KLASIFIKASI
1. Sifilis kongenital
1. Sifilis kongenital dini (muncul sebelum umur 2 tahun)
2. Sifilis kongenital lanjut (muncul setelah umur 2 tahun)
2. Sifilis akuisita (klasifikasi epidemiologis)
1. Sifilis dini (sifilis yang terjadi dalam 1 tahun setelah terinfeksi)
i. Sifilis primer (S I)
ii. Sifilis sekunder (S II)
iii. Sifilis laten dini (early latent syphilis)
1.
1. Sifilis lanjut (sifilis yang terjadi lebih dari 1 tahun setelah infeksi)
i. Sifilis laten lanjut (late latent syphilis)
ii. Sifilis tersier (S III)
GAMBARAN KLINIS
Sifilis primer
Sifilis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi infeksius. Treponema masuk melalui selaput lendir
yang utuh atau kulit yang mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe, kemudian masuk ke pembuluh
darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Pada saat ini tanda-tanda klinis dan serologis belum jelas.
Tanda klinis yang pertama kali muncul adalah timbul lesi primer berupa ulkus di tempat inokulasi, 3
minggu (10-90 hari) setelah coitus suspectus (hubungan seksual yang dicurigai sebagai penyebab
infeksi). Ulkus ini disebut ulkus durum atau chancre (syphilitic ulcer), dapat di genital maupun ekstra
genital.
Gambaran karakteristik ulkus durum:
Biasanya soliter, tidak nyeri (indolen), bagian tepi lesi meninggi dan keras (indurasi), dasar
bersih, tanpa eksudat, ukuran bervariasi dari beberapa mm sampai 1-2 cm.
Terdapat limfadenopati inguinal medial unilateral/bilateral, tidak terdapat gejala konstitusi
Adanya ulkus disertai pembesaran kelenjar getah bening disebut kompleks primer
Bila tidak diobati, ulkus akan menetap selama 2-6 minggu, lalu sembuh spontan.
Pada ulkus dapat ditemukan gerakan T. pallidum.
Tes serologis untuk sifilis: non reaktif, namun makin lama lesi terjadi kemungkinan tes menjadi
reaktif ( > 4 minggu)
Sifilis sekunder
Timbul 6 minggu sampai 6 bulan kemudian berupa ruam pada kulit, mukosa dan organ tubuh, dapat
disertai gejala konstitusi seperti demam, malaise, sakit kepala, atralgia dan anoreksia.
Pada stadium ini ulkus masih dapat ditemukan.
Kelainan antara lain:
- Manifestasi kulit pada sifilis sekunder (sifilid):
Sangat bervariasi, biasanya simetris, dapat berupa makula, papula, folikulitis, papulaskuamosa
(psoriasiform) dan pustul.
Ditemukan pada 75% kasus
Ruam kulit dapat sembuh spontan
- Papul basah pada daerah intertriginosa yang lembab disebut kondiloma lata
- Limfadenopati generalisata ( > 50% kasus)
- Hepatomegali
- Splenomegali
- Pada kasus yang tidak diobati dapat terjadi relaps 1-2 tahun setelah infeksi, lesi sering unilateral,
berbentuk arsiner.
Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan adanya lesi sifilis sekunder yang khas, hasil
pemeriksaan serologis yang reaktif, dapat pula pemeriksaan lapangan gelap positif.
Diagnosis banding
Sifilis pimer:
- Chancroid
- Granuloma inguinale
- Herpes genitalis
Sifilis sekunder:
- Pitiriasis rosea
- Tinea versikolor
- Psoriasis
- Skabies
- Drug eruption
- Eksantema virus
Sifilis laten
Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa manifestasi klinis, dapat berlangsung bertahun-tahun atau
seumur hidup.
Masa laten ini terbagi dua yaitu:
- Laten dini, kurang dari 1 tahun, masih bisa menular
- Laten lanjut, lebih dari 1 tahun, jarang menular, kecuali pada wanita hamil dapat menularkan
sifilis pada bayi yang dikandungnya
Diagnosis hanya berdasarkan pada tes serologis. Pada laten dini titer tinggi, namun setelah diberi
pengobatan akan rendah atau non reaktif, sedangkan laten lanjut selalu dengan titer rendah dan sedikit
perubahan setelah diberikan pengobatan.
Sifilis lanjut
Lesi sifilis lanjut berupa endarteritis obliterans pada bagian ujung arteriol dan pembuluh darah kecil yang
menyebabkan peradangan dan nekrosis. Bila tidak diobati kerusakan akan semakin hebat pada salah
satu organ tubuh
Yang paling sering terjadi pada sifilis lanjut adalah: latensi, simtomatik neurosifilis, sifilis benigna lanjut
dan sifilis kardiovaskuler.
Tes serologis umumnya reaktif
Sifilis kongenital
Infeksi pada janin lebih banyak terjadi bila ibu berada pada stadium dini, sebab pada saat ini
banyakTreponema yang beredar dalam darah. Pada tahun pertama setelah infeksi yang tidak diobati,
kemungkinan 90% akan ditularkan pada bayi yang dikandungnya. Pada umumnya makin lama seorang
ibu terkena infeksi, maka makin sedikit kemungkinannya menginfeksi janinnya.
Pada sifilis kongenital dini, tanda dan gejala yang khas muncul sebelum umur 2 tahun. Lebih awal
munculnya manifestasi klinis, prognosisnya akan semakin buruk. Tanda-tanda tersebut antara lain: lesi
vesikobulosa (segera setelah lahir), lesi papulaskuamosa, sekresi hidung disertai darah, osteokondritis,
anemia hemolitik, hepatosplenomegali, kelainan pada cairan sumsum tulang belakang.
Sifilis kongenital lanjut biasanya muncul setelah umur 2 tahun. Lebih dari setengah penderita tanpa
manifestasi klinis kecuali tes serologis yang reaktif. Pada tipe ini tidak menular. Tanda-tanda sifilis
kongenital lanjut, antara lain: keratitis interstitialis, gigi Hutchinson, gigi Mulberry, ketulian, neurosifilis,
sklerosis tulang, fisura sekitar rongga mulut dan hidung (rhagade parrot),
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Pemeriksaan langsung : bahan pemeriksaan dari ulkus (Reitz serum)
Dark field examination
PCR
Pemeriksaan tidak langsung: tes serologis untuk sifilis (TSS) /Serologic Test for Syphilis (STS)
1 Tes Treponema : TPI (T. pallidum Immobilization), FTA-ABS (Fluorescent Antibody Absoption
Test), TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)
2 Tes non Treponema : VDRL (Venereal Diseases Research Laboratory), RPR (Rapid Plasma Reagin)
VDRL: sensitivitas tinggi skrining
TPHA: spesifisitas tinggi konfirmasi diagnosis
PENGOBATAN
1. Sifilis dini (primer, sekunder, laten dini)
- Benzatin benzilpenisilin G 2,4 juta IU intra muskuler, dosis tunggal atau
- Prokain benzilpenisilin 0,6 juta IU/ hari, intramuskuler selama 10 hari berturut-turut.
- Untuk penderita yang alergi penisilin:
i. Doksisiklin 2 x 100 mg/ hari per oral, selama 30 hari
ii. Tetrasiklin 4 x 500 mg/ hari, selama 30 hari
iii. Eritromisin 4 x 500 mg/ hari selama 30 hari
1. Sifilis lanjut (sifilis > 2 tahun, laten yang tidak diketahui lama infeksi, kardiovaskular, syphilis late
benign kecuali neurosifilis)
- Benzatin benzilpenisilin G 2,4 juta IU/ minggu, intramuskuler, selama 3 minggu berturut-turut,
atau
- Prokain benzilpenisilin 0,6 juta IU/ hari, intramuskuler selama 3 minggu berturut-turut.
- Untuk penderita yang alergi penisilin:
i. Doksisiklin 2 x 100 mg/ hari selama 30 hari atau lebih
ii. Tetrasiklin 4 x 500 mg/ hari selama 30 hari atau lebih
iii. Eritromisin 4 x 500 mg/ hari selama 30 hari atau lebih
Evaluasi Hasil Pengobatan
Pada penderita sifilis stadium dini yang telah dilakukan pengobatan dengan cara dan dosis yang adekuat,
harus dievaluasi kembali secara klinis dan serologis (dengan VDRL) sesudah 3 bulan pengobatan.
Evaluasi kedua dilakukan sesudah 6 bulan, dan bila ada indikasi berdasarkan hasil pemeriksaan pada
bulan ke-6 tersebut, dapat dievaluasi kembali sesudah bulan ke-12.
ULKUS MOLE
Ulkus mole atau Chancroid atau soft chancre adalah IMS yang disebabkan oleh Haemophilus ducreyi,
dengan masa inkubasi 4-10 hari. Pada wanita sukar ditentukan masa inkubasinya karena sering
ditemukan kasus asimtomatis
Karakteristik:
- Ulkus multipel, nyeri pada > 50% kasus, tepi tidak rata, indurasi (-).
- Dasar ulkus kotor, mudah berdarah dan nekrotik, kulit sekitar ulkus kemerahan
- Terdapat limfadenopati inguinal uni/bilateral yang terasa nyeri pada 50% kasus terjadi
supurasi perforasi fistula ulkus
- Dapat terjadi autoinokulasi
- Lokasi lesi: sering pada daerah vulva, serviks, prepuce, sulkus koronarius, dan anal; oral
pada oral sexual contac; bagian tubuh lain (jarang) karena autoinokulasi
Diagnosis banding:
- Sifilis
- Herpes genitalis
Pada sekitar 10% kasus dapat terjadi koinfeksi. Ulkus mikstum adalah koinfeksi ulkus mole dengan
infeksi T. pallidum.
Pemeriksaan laboratorium:
Pewarnaan Gram dari ulkus (sensitivitas 40-60%)
Basil kecil Gram negatif, yang berderet berpasangan seperti kumpulan ikan (school of swimming fish)
Kultur
PCR
PENGOBATAN
1. Siprofloksasin 2 x 500 mg/ hari per oral, selama 3 hari
2. Eritromisin base 4 x 500 mg/hari,per oral selama 7 hari
3. Azitromisin 1 gram per oral, dosis tunggal
4. Seftriakson 250 mg intramuskular, dosis tunggal
HERPES GENITALIS
Herpes genitalis adalah IMS yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) tipe 1 dan 2 (90% kasus
herpes genitalis disebabkan oleh HSV tipe 2), dengan gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan
dasar eritema dan bersifat rekuren.
Infeksi herpes genitalis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi atau sekret genital yang infeksius.
Transmisi terjadi pada saat viral shedding. Gejala yang timbul dapat berat, tetapi dapat pula
asimtomatis. Pada penelitian retrospektif 50-70% infeksi HSV tipe 2 adalah asimtomatis.
Pada penderita dengan imunodefisiensi, gejala akan lebih berat, lebih lama, rekurensi lebih sering
dengan penyembuhan yang lebih lama.
Manifestasi klinis
1. Episode pertama primer
2. Episode pertama bukan primer
3. Episode rekuren
4. Asimtomatik
Episode pertama primer
Merupakan infeksi primer sejati, mengenai seseorang yang belum pernah terpajan HSV
sebelumnya (seronegatif terhadap antibodi HSV)
Masa inkubasi 1 minggu (2-12 hari) setelah coitus suspectus
Pada episode ini gejala lebih berat, seringkali disertai gejala sistemik dan dapat mengenai
banyak tempat.
Kelenjar limfe regional dapat membesar dan nyeri pada perabaan.
Vesikel berkelompok pada dasar eritem, yang terasa nyeri pustula erosi ulkus krusta
keabu-abuan
Lesi baru masih muncul sampai hari ke-10, reepitelisasi terjadi setelah 15-20 hari
Lokasi:
Wanita: introitus, meatus, labia, serviks (70%)
Laki-laki: Glans, sulkus koronarius, uretra, penile shaft, perineal region
Jarang: perineum, bokong, paha, perianal, skrotum, mons area
Komplikasi:
Neurologis (13-35%) : aseptic meningitis, transverse meningitis, sacral
radiculitis(retensi urin)
Pada kehamilan: abortus, malformasi kongenital, lahir mati.
Episode pertama bukan primer
Pada orang yang pertama kali timbul gejala klinis, namun telah seropositif terhadap antibodi
HSV
Gejala lebih ringan dari episode primer, tetapi lebih berat dari episode rekuren
Episode Rekuren
Gejala yang timbul biasanya lebih ringan, dapat diawali gejala prodromal seperti gatal, rasa
terbakar, disuria
Faktor pencetus : trauma, stress emosi, kelelahan, koitus yang berlebihan, demam, menstruasi,
obat-obatan (imunosupresif, kortikosteroid), alkohol.
Reepitelisasi + 10 hari
Rekurensi HSV-2 lebih sering dibandingkan HSV-1
DIAGNOSIS BANDING
- Chancroid
- Sifilis dengan infeksi sekunder
- Ulkus genital karena trauma
- Dermatitis kontak
LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan apus Tzanck yang diwarnai dengan Giemsa atau
Wright akan tampak sel raksasa berinti banyak, namun pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas
dan spesifisitas yang rendah.
PCR
Serologi
PENGOBATAN
1. Episode pertama primer:
1. Asiklovir 5 x 200 mg/ hari, per oral, selama 7 hari, atau
2. Valasiklovir 2 x 500 mg/ hari, per oral, selama 7 hari
2. Episode kambuhan:
1. Asiklovir 5 x 200 mg/ hari, per oral, selama 5 hari, atau
2. Valasiklovir 2 x 500 mg/ hari, per oral, selama 5 hari
3. Bila ringan cukup diberikan krim asiklovir
3. Pengobatan supresif (kekambuhan > 6 kali/ tahun)
1. Asiklovir 2 x 400 mg/ hari, per oral, secara terus-menerus, atau
2. Valasiklovir 1 x 500 mg/ hari

DAFTAR PUSTAKA
1. Sparling PF, Swartz MN, Musher DM, Healy BP. Clinical manifestation of syphillis.
Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk,
penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-4. New York: Mc.Graw Hill, 2008:
661-84.
2. Spinola SM. Chancroid and Haemophilus ducreyi. Dalam: Holmes KK, Sparling PF,
Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually Transmitted
Diseases. Edisi ke-4. New York:Mc.Graw Hill, 2008: 689-700.
3. Corey L, Wald A. Genital herpes. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P,
Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-4.
New York: Mc.Graw Hill, 2008: 399-438.



Pengobatan Ulkus Genital


Pilih salah satu dari
beberapa cara
pengobatan yang
dianjurkan di bawah ini
Pilihan
pengobatan lain
Alergi penisilin dan
tidak hamil
Sifilis stadium dini
Benzatin-benzil penisilin
2,4 juta IU, intra
Prokain-benzatin
penisilin 0,6 juta
Doksisiklin**) 2 x
100 mg/ hari, per
muskuler, dosis tunggal IU/ hari, intra
muskuler, selama
10 hari berturut-
turut
oral, selama 30 hari
Tetrasiklin **) 4 x
500mg/ hari, selama
30 hari
Eritromisin 4 x
500mg/ hari, selama
30 hari
Sifilis stadium
lanjut
Benzatin-benzil penisilin
2,4 juta IU, intra
muskuler, sekali
seminggu selam 3
minggu berturut-turut
Prokain-benzatin
penisilin 0,6 juta
IU/ hari, intra
muskuler, selama
3 minggu
berturut-turut
Doksisiklin**) 2 x
100 mg/ hari, per
oral, selama > 30
hari
Tetrasiklin **) 4 x
500mg/ hari,
selama >30 hari
Eritromisin 4 x
500mg/ hari,
selama >30 hari
Chancroid
Siprofloksasin 2 x 500
mg/ hari, per oral, selama
3 hari
Eritromisin 4 x 500 mg/
hari, per oral, selama 7
hari
Azitromisin 1 gr, per oral,
dosis tunggal
Seftriakson 250
mg,
intramuskuler,
dosis tunggal

Herpes genitalis
episode pertama
primer
Asiklovir 5 x 200 mg/
hari, per oral selama 7
hari ATAU
Valasiklovir 2 x 500 mg/
hari, per oral selama 7
hari


Herpes genitalis
episode
kambuhan
Asiklovir 5 x 200 mg/
hari, per oral selama 5
hari ATAU
Valasiklovir 2 x 500 mg/
hari, per oral selama 5
hari ATAU
Bila ringan dapat


digunakan krim asiklovir
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun dan
remaja
**) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak di bawah 12 tahun

Sumber : Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman
penatalaksanaan infeksi menular seksual. Jakarta: Depkes RI, 2004

9. Pemeriksaan penunjang
- Px sediaan apus
- Biakan kuman
- Px lab teknik fluoresensi ditemukan adanya antibodi
- Biopsi
- Tes kulit (renstirna)
- Inokulasi
Siphilis
Px mikroskop medan gelap
gonorhoae
10. Terapi pada pasien
Ulkus mole : sulfonamid, streptomisin, penicilin, tetraciclyn dan oxcitetraciclin, canamycin,
klorampenicol efektif untuk h.ducrey dan bersifat toksik jadi ga digunakan lagi

11. Komplikasi
Step 4

Ulkus,
eksudat,
nyeri
Ulkus genital :
siphilis, ulkus mole,
herpes simplex
genital
Px penunjang
ims
Px fisik

Anda mungkin juga menyukai