Anda di halaman 1dari 1

model segi empat ini Bintarto mengukur interaksi sosial keempat kota tersebut, hasilnya adalah

sebagai berikut: Model grafitasi interaksi antara ke empat kotamadya Dik : Jumlah penduduk kota
Jarak terdekat antara ke empat kota; *Maka apabila di hitung dengan formula gravitasi I(Y- Su) =
398.192 x 462.825 = 51.192.559 (60)2 I(Su-Sa) = 462.825 x 85.740 = 22.495.814 (42)2 I(Sa-M) =
85.740 x 123.358 = 6.610.447 (40)2 I(M-Y) = 123.358 x 398.192 = 29.220.802 (41)2 Hasil
perhitungan diatas menyatakan Surakarta dan Yogya sebagi kota yang memiliki interaksi terbesar (I =
51) artinya frekuensi hubungan sosial, ekonomi dan sebagainya antara kedua tempat tersebut tettinggi
jika dibandingkan dengan interaksi antar kodya lainnya. Meski jarak antara keduanya adalah jarak
terpanjang dibandingkan jarak Magelang-Salatiga, hal ini dikarenakan dua kodya tersebut merupakan
kota budaya dan kota pelajar, jalan yang menghubungkan kedua kota memudahkan transferabilitas
disamping jumlah penduduk yang besar pula. Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah
analisis yang lebih empiris dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model
gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi
antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga
memperhitungkan jarak dan

ukuran fisik di antara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisis
ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan
juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini. Teori gravitasi juga dapat di terapkan dan di
pergunakan untuk mengetahui potensi penduduk di setiap kawasan. Gravitasi dan migrasi juga di
kembangkan dalam hubungannya dengan penelitian perpindahan penduduk seperti yang telah di
terapkan oleh sarjana-sarjana di Negara maju. Perhitungan gravitasi dengan formula tipe Pareto hanya
memperhatikan jarak, sedangkan hambatan-hambatan dalam proses perpindahan penduduk tidak
hanya faktor jarak tetapi juga ada hambatan alami, seperti topografi, iklim, hutan, daerah aride, dan
sebagainya. Hambatan-hambatan yang bersifat alami ini dapat menghalangi proses perpindahan dari
stu tempat ke tempat yang lainnya. Kelemahan penerapan model ini dalam analisis wilayah, terutama
terletak pada variabel yang digunakan sebagai alat ukur, dimana dalam fisika variabel yang
digunakan, yaitu molekul suatu zat mempunyai sifat yang homogen, namun tidak demikian halnya
dengan unsur pembentuk kota, misalnya penduduk. Namun demikian, hal ini telah dikembangkan,
yaitu dengan tidak hanya memasukan variabel massa saja, tetapi juga gejala sosial sebagai
faktor pembobot.

BAB III PENUTUP
Gaya tarik dua kota dapat di buktikan dengan adanya mobilitas ataupun bentuk interaksi lain
penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Daya tarik kota yang kuat akan menarik interaksi yang
besar ke dalam wilayah kota yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi
yang dimiliki suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. Unsur - unsur pendukung suatu kota
juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik antar kota, faktor fisiogafis, sosial,ekonomi,
teknologi kota yang berbeda akan memunculkan suatu interaksi yang mengakibatakan daya tarik antar
keduanya. Adanya komplementaritas antar kota akan semakin memperkuat daya tarik antar kedua
kota, hal ini juga didukung oleh transferbilitas yang dapat tercipta antar keduanya. Semakin besar
tranferbilitas yang terjadi maka dapat dikatakan daya tarik antar kota tersebut sangat kuat, jarak dalam
hal ini dapat diatasi dengan pembangunan akses jalan yang baik, untuk mendukung kelancaran
interaksi keduanya

Anda mungkin juga menyukai