memiliki dua atau lebih tics motorik (misalnya, berkedip, atau mengangkat bahu) dan setidaknya satu tic vokal (misalnya, bersenandung, membersihkan tenggorokan, atau meneriakkan kata atau frase), meskipun mereka mungkin tidak selalu terjadi pada saat yang sama. memiliki tics selama setidaknya satu tahun. tics dapat terjadi berkali-kali sehari. Onset hampir selalu pada masa kana-kanak atau remaja. Lazimnya ada riwayat tic motorik sebelum timbulnya tic vocal. Simdrom ini memburuk pada usia remaja dan lazim pula menetap sampai usia dewasa. gejala tidak disebabkan oleh minum obat-obatan atau karena memiliki kondisi lain medis (misalnya, kejang, penyakit Huntington, atau ensefalitis postviral). Gangguan TIC motor atau Vocal Kronik memiliki satu atau lebih tics motorik (misalnya, berkedip atau mengangkat bahu) atau tics vokal (misalnya, bersenandung, membersihkan tenggorokan, atau meneriakkan kata atau frase), tetapi tidak keduanya. memiliki tics yang terjadi berkali-kali sehari selama periode lebih dari satu tahun. memiliki gejala yang tidak disebabkan oleh minum obat atau obat lain, atau karena memiliki kondisi medis yang dapat menyebabkan tics (misalnya, kejang, penyakit Huntington, atau ensefalitis postviral). Gangguan Tic Sementara memiliki satu atau lebih tics motorik (misalnya, berkedip atau mengangkat bahu) atau tics vokal (misalnya, bersenandung, membersihkan tenggorokan, atau meneriakkan kata atau frase). telah hadir tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut. Bentuk ini paling sering dijumpai pada anak usia 4-5 tahun. Biasanya berupa kedipan mata, muka menyeringai atau kedutan kepala. Pada sebagian kasus hanya berupa episode tunggal, namun pada beberapa kasus lain hilang timbul selama beberapa bulan. memiliki gejala yang tidak disebabkan oleh minum obat atau obat lain, atau karena memiliki kondisi medis yang dapat menyebabkan tics (misalnya, penyakit Huntington atau ensefalitis postviral).
Penegakan diagnosis 1) Anamnesis 2) Pemeriksaan fisik 3) Pemerisaan penunjang: EMG (Elektromiografi) Fungsional Magnetic Resonance Imaging (fungsional MRI) pasien dengan tics telah menunjukkan bahwa daerah asosiasiparalimbic dan sensorik kritis terlibat dalam tic. Positron Emission Tomography (PET) studi ini juga menunjukkan peningkatan aktivitas di sensomotor, paralimbik, bahasa, dan daerah subkortikal frontal. Kegiatan ini adalah acara yang berhubungan dengan motor danphonic tics, serta dorongan untuk melakukan perilaku tersebut. EEG (Elektroensefalografi) dapat diperlukan untuk menyingkirkan kondisi lain: Misalnya, ketika kebingungan diagnostik antara tics dan kejang.