Krim Silymarin
DISUSUN OLEH:
Rinda Putri Anggraini
1102009248
PEMBIMBING:
dr. Yanto Widiantoro, Sp.KK
Abstrak
Latar belakang : Melasma adalah peningkatan pigmentasi kulit didapat yang
dikarakterisasi oleh patch yang simetris dan konfluen berwarna abu abu
kecoklatan yang biasanya pada area wajah yang terpapar matahari. Silymarin
dengan kuat mencegah fotokarsinogenesis, dan secara signifikan mencegah
produksi melanin. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai kenyamanan dan efikasi
dari krim Silymarin topikal (SM) dengan penelitian double blind placebo controlled
dalam terapi pasien melasma.
Metode : Eksperimen pada 24 kelinci Albino dan dibagi secara acak menjadi tiga
grup yang sama rata. [A] Tidak diterapi, [B] diberikan placebo, [C] diterapi dengan
krim SM (0,1) & [D] diterapi dengan krim SM (0,2) diberikan secara topical sebelum
terpapar sinar UV selama 30 hari, dinilai secara klinis dan dengan pemeriksaan
histopatologi. Secara klinis pada 96 dewasa didiagnosa dengan melasma dan
dibagi secara acak menjadi tiga grup untuk menerima obat yang diuji dan dioleskan
secara dua kali sehari selama empat minggu, dievaluasi dengan 3 respons; ukuran
lesi, area melasma dan keparahan skor indeks, Physician global assessment, dan
penilaian subjektif.
Hasil : Observasi klinis dan pemeriksaan histopatologi berkurang secara signifikan
pada grup SM. Secara klinis, semua pasien memperlihatkan hasil perbaikan
pigmen yang istimewa & pengurangan ukuran lesi dengan terapi SM sejak minggu
pertama. Semua pasien merasa puas sampai 100%. Tidak ada efek samping yang
diobservasi.
Kesimpulan : Silymarin memperlihatkan peningkatan yang luar biasa pada
melesma tergantung dosis, dan efektif dalam pencegahan kerusakan kulit yang
disebabkan oleh sinar UV. Silymarin aman pada pasien yang baru didiagnosis
melasma.
Latar Belakang
Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat yang umum terjadi
pada wanita (lebih dari 90% kasus) pada seluruh ras dan etnik.
Melasma memperlihatkan tanda patch dan macula berwarna cokelat
sampai abu abu, dengan gerigi, irregular, dan batas berbentuk
seperti peta. Patch yang mengalami pigmentasi biasanya memiliki
batas tegas dan simetris.
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti;
bagaimanapun, paparan sinar ultraviolet menjadi faktor risiko yang
paling signifikan.
Silymarin, berasal dari sari tanaman aster termasuk polifenol
flavonoid alami.
Komponen utamanya adalah silybin (silibinin), dipertimbangkan
menjadi antioksidan paling aktif yang berpotensi.
Mekanisme fotoproteksi kutaneus dipicu dengan silymarin dan
silybin dan didemonstrasikan untuk mengurangi dan menekan efek
radiasi sinar UV yang berbahaya, seperti stres oksidatif akibat sinar
UV, inflamasi, respon imun dan kerusakan DNA yang diinduksi oleh
apoptosis sel.
Silymarin secara signifikan mencegah produksi melanin tergantung
dosis.
Bahkan pada dosis tinggi, silymarin tidak memperlihatkan efek
toksik dan, pada kenyataannya tidak ada efek berbahaya pada
embrio.
Metode
Penelitian eksperimen
24 kelinci Albino dibagi secara acak menjadi empat grup yang
sama rata (n = 6); grup [A] Tidak diterapi, [B] diberikan
placebo, [C] diterapi dengan krim SM (0,1 mg/ml.kg
-1
) & [D]
diterapi dengan krim SM (0,2 mg/ml.kg
-1
).
Sebanyak 3 cm
2
punggung kelinci albino dicukur. Lalu
setelah 48 jam, obat yang diuji dioles dengan menggunakan
cotton bud pada area yang dicukur pada semua grup kelinci
setiap hari, 30 menit sebelum terpapar sinar UV, 3 jam setiap
hari pada bulan Juni selama 30 hari.
Semua hewan dibunuh dengan kloroform dan sampel area
yang dicukur diperiksa oleh ahli histopatologi, sampelnya
diberikan cairan formalin 10%.
Semua sampel dipotong menjadi dadu kecill lalu diberi
paraffin, dipotong menjadi ketebalan 5m dan diwarnai
dengan hematoksilin dan eosin.
Para ahli histopatologi di-blinded tidak tahu obat yang diuji.
Penelitian klinis
Sebanyak 96 pasien melasma diikut sertakan dalam
penelitian ini, wanita (F) sebanyak 80 dan pria (M) sebanyak
16, rasio distribusi jenis kelamin {F : M} pada grup adalah [G I
(26 : 6), G II (27 : 5), G III (27 : 5)].
Umur pasien berkisar antara 28 sampai 55 tahun (median, 41
tahun). Durasi melasma bervariasi dari 2 sampai 6 tahun
(median 4 tahun).
Faktor presipitasi paling sering ditemukan adalah terpapar
sinar matahari (90%), dan kehamilan (10%).
Pasien dibagi secara acak; Grup I (G I) krim SM (7 mg/ml),
Grup II (G II) krim SM (14 mg/ml), Grup III (G III) placebo,
dioleskan pada area yang terkena, 2 x 1 selama empat
minggu, juga disarankan untuk menghindari paparan sinar
matahari dan menggunakan pelindung sinar matahari topikal
dengan SPF 15
+
selama diterapi dan seterusnya.
Pasien diobservasi secara teratur setiap minggu selama satu
bulan, respon terapi dinilai berdasarkan ukuran lesi.
Evaluasi pigmen kulit pada area melasma dan indeks
keparahan (MASI), physician global assessment (PGA);
penilaian pada terapi keseluruhan aktivitas penyakit,
menggunakan skala 0 sampai 10, oleh peneliti independen
yang di blinded, dan melaporkan ada atau tidaknya efek
samping.
Diskusi
Paparan sinar UV mempengaruhi sejumlah kelainan kulit,
termasuk eritema, edema, sunburn cell formation,
hiperplasia, supresi imun, kerusakan DNA, photoaging,
melanogenesis, dan kanker kulit.
Inhibisi signifikan pada sunburn akibat UVB, formasi sel
apoptosis, dan edema dihubungkan dengan penggunaan
silymarin topikal.
Para peneliti menyetujui bahwa penelitian ekeperimen
sebelumnya memperlihatkan tidak ada manifestasi klinis
maupun ada kelainan pada pemeriksaan histopatologi pada
kedua grup yang diterapi Silymarin dibandingkan dengan
placebo dan grup yang tidak diterapi setelah terpapar sinar
UV.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa reduksi pigmen yang
signifikan dan lesi melasma dalam waktu yang singkat.
Silymarin memiliki efikasi untuk mengobati melasma
tergantung dosis. Dan aman, tidak memiliki efek samping.
Semua pasien dilaporkan puas dari mulai minggu pertama
terapi dengan Silymarin.