Anda di halaman 1dari 15

METABOLISME ENERGI

Penyusun :
Erza Widyarini 021311133048
Amalia Wimarizky 021311133118
Qurni Restiani 021311133119
Monika Nilam S 021311133120
Eresha Melati K. W 021311133121
Afrista Dyah Ayu S 021311133122
Maulidina Nabilah T. 021311133124
Pramesti Audigita 021311133125
Farah Azkiyah 021311133126
Delavia Faniga E. 021311133127
Hasnah Diah Pratiwi 021311133130
Pradipta Pitaloka 021311133131
Muhammad Iqbal A.P 021311133136
Affan Nuranggar I. 021311133146
Louis Steventhie 021311133148
Adil Rachmawan 021311133150

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Metabolisme adalah semua proses pada organisme yang mengekstrasi energi dari
ikatan kimiawi pada makanan sekaligus mensintesis senyawa-senyawa penting. Ciri
umum metabolisme dapat diketahui pada persamaan dasar antara pembakaran pada
zat tak hidup dan respirasi pada hewan.
1
Derajat metabolisme seseorang sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kerja dari
orang yang bersangkutan. Karena aktivitas kerja sangat bervariasi maka diperlukan
suatu keadaan standar sehingga tingkat metabolisme seseorang dapat dinilai dan
dibandingkan. Keadaan itu disebut keadaan basal atau metabolisme basal.
Metabolisme basal adalah sejumlah energi yang diperlukan oleh tubuh dalam
keadaan istirahat total baik jasmani maupun rohani dalam keadaan berbaring tidak
tidur dan suhu badan dalam lingkungan yang serasi.
Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) adalah
produksi panas per satuan waktu pada orang yang dalam keadaan basal. Kebutuhan
energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk pernapasan,
peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk
proses metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh. Kurang
lebih dua pertiga energi yang dikeluarkan seseorang sehari digunakan untuk
kebutuhan aktivitas metabolisme basal tubuh. Angka metabolisme basal dinyatakan
dalam kilokalori per kilogram berat badan per jam. Angka ini berbeda antar orang
dan mungkin pada orang yang sama bila terjadi perubahan dalam keadaan fisik dan
lingkungan. Metabolisme basal bergantung pada luas permukaan badan, usia, dan
jenis kelamin.


1.2 Masalah
1. Bagaimana besar metabolisme basal dan metabolisme kerja seseorang?
2. Bagaimana menghitung BMR dan Metabolic Rate?
3. Bagaimana menghitung BMR dengan Rumus Reed?
4. Apa saja faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi hasil praktikum BMR?

1.3 Tujuan
1. Menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme basal dan metabolisme
kerja subyek.
2. Mempelajari perlunya menghitung BMR dan bukan hanya Metabolic Rate
saja.
3. Menghitung dan membandingkan pengukuran BMR dengan rumus Reed:
B.M.R = 0,75 {(frekuensi nadi) + 0,74 (tekanan nadi)} 72.
4. Mempelajari pengaruh faktor-faktor fisiologi yang mempengaruhi hasil
pengukuran BMR.




















2. METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan
1. Alat Spirometer
2. Alat pencatat suhu ruangan
3. Alat pencatat tekanan udara (Barometer)
4. Pipa mulut (mouth piece) dan penjepit hidung
5. Timbanan dan pengukur tinggi badan
6. Tabel Nomogram Aub du Bois
7. Tabel tekanan uap jenuh
8. Cermin Kecil
9. Beban
10. Metronom
11. Tempat tidur
12. Tensimeter
13. Termometer

2.2 Tata Kerja
Pemeriksaan metabolisme basal
1. Pemeriksaan secara tak langsung dilakukan dengan mengunakan alat
spirometer. Spirometer termasuk jenis kalorimetri tertutup dimana hawa
inspirasi dan ekspirasi ditampung dalam satu sungkup. CO2 dihilangkan
denan pengikat gas CO2 oleh soda lime. Penurunan tabung sungkup dari awal
menunjukkan besarnya pemakaian oksigen.
2. Persiapan Subyek (ingat pada kenyataan subyek dalam keadaan basal)
a. Catat : Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan.
b. Hitung luas badan subyek dengan cara mengukur tinggi dan berat badan,
selanjutnya dengan menggunakan Nomogram dari Aub du Bois(lihat
lampiran 5) dicari luas badannya.
c. Suruh subyek istirahat berbaring tenang minimal setengah jam


3. Persiapan alat-alat :
a. Catat suhu ruang dan tekanan udara yang terbaca pada barometer
b. Spirometer
- Bilas sungkup 2-3 kali dengan udara atmosfir dengan cara menekan ke
bawah dan menarik ke atas sungkup. Pastikan terlebih dahulu kran
pengatu aliran udara pada ujung pipa dalam keadaan terbuka agar
sungkup dapat ditekan dan ditarik.
- Periksalah soda lime apakah sudah mengalami kejenuhan dengan cara
melihat perubahan warnanya.
- Periksalah pipa-pipa aliran udara terpasan dengan benar, hawa
ekspirasi keluar melewati soda lime masuk ke dalam sungkup
- Isi sungkup dengan oksigen melalui kran pengisi oksigen. Perhatikan
kran pengatur aliran udara pada ujung pipa napas dalam keadaan
tertutup.
- Pasang kertas pada drum (tromol)
- Isi tinta penulis
- Pasang pipa mulut (mouth piece) yang telah disterilkan.
- Hubungkan arus listrik dan periksalah jalannya tromol. Gunakan
kecepatan yang paling rendah.
4. Jalannya pemeriksaan
a. Setelah istirahat, menjelang pemeriksaan ukurlah suhu tubuh, frekuensi
nadi, tekanan darah serta frekuensi pernapasan. Pastikan keadaan jiwa
betul betul tenang.
b. Pasanglah pipa mulut pada subyek, kemudian jepitlah hidungnya dengan
penjepit hidung. Biarkan subyek membiasakan diri denan alatnya. (masih
bernapas dengan udara luar)
c. Setelah pernapasan teratur jalankan tromol pencatat, kemudian pada akhir
ekspirasi bukalah kran pengatur aliran udara sehinga subyek bernapas
dengan udara dalam spirometer.
d. Periksalah, jangan sampai ada kebocoran gas melalui mulut, maupun
hidung. (lakukan dengan menggunakan cermin kecil)
e. Ukurlah kembali frekuensi nadi, frekuensi pernapasan pada pertengahan
percobaan
f. Catat suhu spirometer. Ini adalah suhu udara di dalam spirometer.
g. Lanjutkan percobaan sampai didapat grafik yang teratur, paling sedikit
dalam 6 menit.
h. Setelah selesai, lepaskan semua alat dari subyek.
i. Jangan lupa menhitung kembali frekuensi nadi dan frekuensi pernapasan
subyek setelah percobaan.
j. Untuk menghitung pemakaian oksigen buatlah garis lurus yang banyak
menyinggung titik ujung akhir ekspirasi dari grafik yang didapat.
Besarnya pemakaian oksigen diperhitungkan dari tinginya kenaikan grafik
selama 6 menit.

















3. HASIL PRAKTIKUM

Data Relawan dalam keadaan awal
Nama subyek Adil Rahmawan
Umur 19 thn
Jenis Kelamin Laki-laki
Pekerjaan Mahasiswa
Tinggi Badan 172 cm Suhu Spirometer 27 C
Berat Badan 59 cm Tekanan Barometer 738 mmHg
Luas Badan 1,69 cm Tekanan Uap Jenuh 26,5 mmHg
Suhu Tubuh 37 C Tekanan Darah 120/70 mmHg

3.1. Pemeriksaan Laju Metabolism Istirahat
Frekuensi Nadi Frekuensi Pernapasan
Permulaan 79 Permulaan 27
Pertengahan 60 Pertengahan 26
Akhir 72 Akhir 26



Hitungan:
Banyaknya pemakaian oksigen 6 menit = 1,8 liter ATPS
Banyaknya pemakaian oksigen 6 menit = 1,533 liter STPD
Banyaknya pemakaian oksigen 1 jam = 15,33 liter STPD
Metabolisme rate =43,76 kcal/m
2
/jam
Metabolisme baku Aub de Bois/Fleisch =41,0/39,2 kcal/m
2
/jam
BMR subyek = 0,067 kcal/m
2
/jam
= 6,7 %


Gambar Hasil rekaman grafik spirometer






4. PEMBAHASAN

4.1 Diskusi Hasil
Pada percobaan ini, orang coba merupakan salah satu anggota kelompok dengan
nama Adil Rachmawan. Ia seorang mahasiswa, berjenis kelamin laki-laki serta
berusia 19 tahun dengan tinggi badan 172 cm dan berat badan 59 kg. Berdasarkan
tinggi badan dan berat badan orang coba didapatkan luas badan orang coba 1,69 m
2
.
Orang coba memiliki suhu tubuh dan tekanan darah yang normal, yaitu 37,C dan
120/70 mmHg.
Metabolisme basal adalah istilah untuk menunjukan jumlah keseluruhan aktivitas
metabolisme dengan tubuh dalam keadaan istirahat, di tempat tidur, tidak terganggu
oleh apapun, dengan pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
2


Basal
metabolic rate (BMR) juga merupakan tingkat metabolisme energi harian yang
diperlukan oleh individu mempertahan dan menjaga keutuhan fungsi penting.
3
Faktor
yang paling berpengaruh dalam meningkatkan tingkat metabolisme adalah olahraga
dan kegiatan berat. Kontraksi otot maksimal dalam waktu singkat pada otot dapat
melepaskan hingga 100 kali panas dibandingkan kondisi basal untuk beberapa detik.
Untuk keseluruhan tubuh, kerja otot maksimal dapat meningkatkan produksi panas
tubuh hingga 50 kali normal.
2
Hal ini berarti kerja otot yang dilakukan oleh subjek meningkatkan tingkat
metabolismenya. Tingkat metabolisme dapat diukur secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam percobaan ini, dilakukan pengukuran secara tidak langsung
menggunakan spirometer. Dalam pengukuran metabolisme secara tidak langsung,
volume oksigen yang digunakan oleh subyek menjadi dasar pengukuran.

Pada percobaan basal, orang coba diusahakan dalam keadaan basal. Pada
percobaan ini frekuensi nadi yang dimiliki oleh orang coba pada permulaan,
pertengahan, dan akhir percobaan adalah 79, 60, dan 72 per menit, sedangkan
frekuensi pernafasan pada permulaan, pertengahan, dan akhir percobaan sebanyak 27,
26, dan 26 per menit.
Spirometer merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran kapasitas dan
volume paru.Hasil pencatatan dari alat ini berupa spirogram. Spirometer merupakan
wadah terkalibrasi yang mengumpulkan gas dan melakukan pengukuran kapasitas
volume dan paru yang dapat diekspirasi. Bernafas pada komponen bell akan merubah
volume dari gas yang terperangka di dalamnya, dan perubahan volume ini akan
diterjemahkan sebagai gerakan vertikal yang tercatat oleh kymograph.
4

Dalam praktikum ini digunakan sebuah alat yakni spirometer yang
dihubungkan dengan pipa mulut (mouth piece) pada orang coba yang berbaring atau
dalam kondisi istirahat. Sementara itu hidung orang coba juga dijepit dengan penjepit
yang dilapisi oleh kapas agar pernafasan terjadi lewat mulut dan harus dipastikan
bahwa tidak ada kebocoran sedikitpun. Kebocoran ini akan sangat mempengaruhi
hasil praktikum karena udara yang seharusnya masuk ke dalam pipa mulut dan
menggerakkan alat spirometer ternyata keluar dari sistem.
Setelah alat disiapkan dengan baik dan benar orang coba mulai melakukan
ekspirasi dan inspirasi seperti biasa melalui mulut selama 6 menit. Orang coba
mendapatkan udara dari tabung oksigen yang telah dihubungkan dengan pipa mulut
dan mengeluarkan oksigen kembali. Sementara itu tabung pada spirometer akan
bergerak naik turun dan mencatat grafik pernafasan secara otomatis. Dan selama 6
menit itu dilakukan 3 perlakuan yaitu pengecekan frekuensi nadi dan frekuensi
pernafasan pada awal atau sebelum percobaan, pertengahan saat percobaan dan akhir
saat setelah percobaan.
Grafik pernafasan yang terbentuk merupakan cerminan dari keadaan inspirasi
(grafik naik) dan keadaan ekspirasi (grafik turun) yang terjadi pada orang coba. Dari
grafik inilah kemudian dapat diketahui besarnya oksigen yang dibutuhkan orang coba
dalam proses pernafasan serta besarnya oksigen yang telah digunakan untuk
metabolisme. Grafik ini semakin lama akan semakin naik karena karbon dioksida
akan semakin habis seiring dengan bertambahnya oksigen di dalam sistem. Hal ini
dikarenakan karbon dioksida diikat oleh soda lime. Dan sungkup akan mengalami
penurunan.
Meningkatnya volume gas yang digunakan subjek saat melakukan kerja
memiliki kaitan dengan metabolisme respirasi. Respirasi merupakan sekelompok
reaksi kimia yang bertujuan untuk melepaskan energi dari makanan.Bahan makanan
utama yang digunakan dalam reaksi ini adalah glukosa, tetapi gula lain, asam lemak,
bahkan asam amino juga dapat digunakan untuk mendapatkan energi dari makanan
diperlukan adanya suplai oksigen. Produksi energi dengan oksigen disebut sebagai
respirasi aerobik. Sebagian dari energi ini dilepaskan sebagai panas yang berguna
untuk mempertahankan suhu tubuh hangat. Sisanya disimpan dalam bentuk ATP
sampai digunakan oleh sel, termasuk sel otot.
5
Untuk mengetahui Basal Metabolic Rate (BMR) orang coba, perlu diketahui
terlebih dahulu berapa volume pemakaian oksigen selama 6 menit. Setelah diketahui,
volume dalam Ambient Temperature Pressure Saturated (ATPS) perlu diubah ke
Standard Temperature Pressure Dry (STPD) karena volume ATPS didapatkan pada
suhu dan tekanan setempat, sehingga volume harus disamakan dengan suhu dan
tekanan standar agar BMR dapat dibandingkan dengan harga standarnya. Untuk
mengubah volume ATPS ke STPD, digunakan rumus Boyle Gay Lussac :

sehingga didapatkan



Dengan V
1
adalah volume ATPS pemakaian oksigen selama 6 menit, P
1

merupakan tekanan barometer - tekanan uap jenuh, dan T
1
adalah suhu absolute
(273
o
C) + suhu spirometer. Sedangkan V
2
adalah volume STPD yang dicari, P
2

bernilai 760, dan T
2
adalah suhu absolute (273
o
C). Setelah mengubah volume
pemakaian oksigen selama 6 menit dari ATPS senilai 1,8 liter, didapatkan volume
STPD sebesar 1,533 liter.
Selanjutnya mencari metabolic rate dengan menggunakan rumus berikut :




Diketahui volume pemakaian oksigen selama 1 jam sebesar 15,33 liter dikalikan
satu liter oksigen yang setara dengan 4,825 kcal, dan luas badan senilai 1,69 m
2
.
Sehingga dihasilkan metabolic rate sebesar 43,76 kcal/m
2
/jam.

Sementara itu BMR dapat dihitung menggunakan rumus :






Metabolisme rate yang dimiliki oleh orang coba sebesar 43,76 kcal/m
2
/ jam. Saat
membandingkan metabolisme basal orang coba dengan harga standart kelompoknya
yang dinyatakan dalam persen, digunakan harga standart Aub Du Bois dan Fleisch
maka didapatkan penyimpangan positif. Penyimpangan positif menunjukkan bahwa
aktifitas metabolisme orang tersebut meningkat. Pada umumnya nilai normal BMR
berkisar antara -15 % sampai 15%. Pada orang coba didapatkan nilai BMR berdasar
harga 6,7%. Sedangkan, metabolisme baku aub de bois pada orang coba didapatkan
nilai 41,0 kcal/m
2
/ jam dan metabolisme baku fleisch didapatkan nilai 39,2 kcal/m
2
/
jam.
Hal ini tidak dapat dikatakan bahwa orang coba tidak normal, sebab pada saat
percobaan dilakukan orang coba sudah tidak pada kondisi basal, namun diusahakan
dalam kondisi basal sebab terdapat beberapa syarat yang tidak terpenuhi untuk
mencapai keadaan basal yaitu :
1. Orang coba melakukan aktivitas berat sebelum melakukan percobaan
2. Kondisi orang coba tidak terlalu nyaman karena banyak orang di ruangan
praktikum
3. Fisik dan mental orang coba tidak dalam keadaan istirahat 100% sebab merasa
tegang saat melaksanakan pre-test sebelum melakukan percobaan
Sehingga, nilai yang dihitung bukanlah BMR, namun metabolic rate dalam
keadaan istirahat.



4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan metabolic rate cara langsung dan
tidak langsung ?
Secara langsung : pemeriksaan produksi panas per satuan waktu yang dilakukan
setelah bangun tidur di pagi hari dengan menggunakan kalorimetri ruangan.
6

Secara tak langsung : pemeriksaan produksi panas persatuan waktu yang
dilakukan setelah beristirahat selama beberapa menit dengan
menggunakan calorimeter tertutup.
6


2. Apa yang dimaksud dengan kalorimeter tertutup dan kalorimeter terbuka ?
Kalorimeter tertutup : Alat pengukur kalori yang sirkulasi udaranya
tertutup (O
2
yang didapatkan dari dalam tabung gas).
Kalorimeter terbuka : Alat pengukur kalori yang sirkulasi udaranya
terbuka (O
2
yang didapatkan dari udara di sekitar ruangan tidak didalam
tabung gas).
7


3. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pemeriksaan metabolic rate ?
Factor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan metabolis rate adalah:
8
Usia
Dimana semakin tua, laju metabolisme tubuh makin menurun.
Jenis kelamin
Aktivitas
Di mana pada kontraksi maksimal singkat pada satu otot akan melepas
panas 100x saat istirahat.
Asupan makanan
Kecepatan metabolisme menurun karena tidak adanya zat makanan yang
dibutuhkan oleh sel.
SDA
Setelah makan, laju metabolisme tubuh basal akan meningkat
Hormon
4. Mengapa perlu dilakukan perubahan pengukuran kondisi ATPS ke STPD?
Karena kondisi STPD merupakan standart satuan pengukuran basal metabolic
rate.
5. Apa pengaruh SDA terhadap hasil pemeriksaan metabolic rate?
SDA memperngaruhi metabolisme seseorang karena bisa meningkatkan
produksi panas sehingga berpengaruh terhadap laju metabolik.
6. Bagaimana pendapat saudar mengenai pengukuran metabolic rate
menggunakan rumus Reed?
Pengukuran metabolic rate menggunakan rumus Reed dapat lebih akurat
dalam mengukur hasil dari metabolic rate. Karena di dalam rumus Reed
sudah tercantum semua yang ada didalam proses metabolisme dan dihitung
dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap proses metabolisme.


















5. DAFTAR PUSTAKA

1. Fried GH, Hademenos GJ. 2006. Schaums Outline: Biologi ed 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga. hal: 51
2. Brown J E. 2011. Nutrition Now. 6
th
ed. Belmont: Wadsworth Cengage Learning.
pp.83-84.
3. Guyton A C & Hall J E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11
th
ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders. pp.887, 895-7
4. Khandpur R S. (2003). Handbook of Biomedical Instrumentation. 2nded. New
Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing. pp.362-363.
5. Wright D. (2000). Human Physiology and Health. Oxford: Heinemann
Educational Publishers. p.50.
6. Ganong, WF. 2005. Review of Medical Physiology. 22th Edition., Aplpleton &
Lange A Simon & Schuster Co., Los Altos, California.
7. Guyton, AC. and Hall, JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Edition.,
W.B. Saunders Co., Philadelphia.
8. Marieb, EN. 2006. Human Anatomy and Physiologi. 7th Edition, The
Benjamins/Cumming Publishing Co. Inc., California.

Anda mungkin juga menyukai