Skreening
a. Definisi
Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus
Epidemiologi (A Dictionary of Epidemiology), skrining didefinisikan
sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau kecacatan yang belum dikenali
dengan menerapkan pengujian , pemeriksaan atau prosedur lain yang
dapat diterapkan dengan cepat . Tes skrining memilah orang-orang yang
terlihat sehat untuk dikelompokkan menjadi kelompok orang yang
mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang yang mungkin tidak.
Sebuah tes skrining ini tidak dimaksudkan untuk menjadi diagnostik.
Orang dengan temuan positif atau mencurigakan harus dirujuk ke dokter
untuk diagnosis dan pengobatan yang diperlukan.
Skrining juga merupakan pemeriksaan untuk membantu
mendiagnosa penyakit (atau kondisi prekursor penyakit) dalam fase awal
riwayat alamiah atau di ujung kondisi yang belum parah dari spektrum
dibanding yang dicapai dalam praktek klinis rutin. Sedangkan menurut
Bonita et.al (2006) skrining adalah proses menggunakan tes dalam skala
besar untuk mengidentifikasi adanya penyakit pada orang sehat. Tes
skrining biasanya tidak menegakkan diagnosis, melainkan ada atau tidak
adanya faktor risiko yang diidentifikasi, sehingga individu membutuhkan
tindak lanjut dan pengobatan. Sebagai penerima skrining biasanya orang-
orang yang tidak memiliki penyakit adalah penting bahwa tes skrining itu
sendiri sangat mungkin untuk menyebabkan kerusakan.
Inisiatif untuk skrining biasanya berasal dari penyidik atau orang
atau badan kesehatan dan bukan dari keluhan pasien. Skrining biasanya
berkaitan dengan penyakit kronis dan bertujuan untuk mendeteksi
penyakit yang belum umum dalam pelayanan medis. Screening dapat
mengidentifikasi faktor - faktor risiko, kecenderungan genetik , dan
pencetus , atau bukti awal penyakit. Ada berbagai jenis tes kesehatan ,
masing-masing dengan tujuan sendiri : massa, beberapa atau multifase,
dan preskriptif .
Selain pengertian skrining yang dikaitkan dengan diagnosis dan
pengobatan dini ini, istilah skrining mungkin memiliki pengertian lain, yaitu
Rangkaian pengujian yang dilakukan terhadap pasien simtomatik
yang diagnosanya belum dapat dipastikan
Agen kimiawi yang dapat di skrining dalam pengujian laboratorium
atau surveilans epidemiologi untuk mengidentifikasi suatu zat yang
diperkirakan bersifat toksik
Prosedur skrining dapat digunakan untuk mengestimasi prevalensi
berbagai kondisi tanpa bertujuan untuk pengendalian penyakit
dalam waktu dekat
Skrining adalah pengidentifikasian orang yang beresiko tinggi
terhadap suatu penyakit
Skrining dibagi menjadi 3 jenis, antara lain :
Mass : Suatu proses skrining yang dilakukan pada general
populasi untuk mengidentifikasi suatu resiko. Misalnya,
pemeriksaan kolesterol di tempat-tempat perbelanjaan,
pameran kesehatan di tempat kerja (community level)
Targeted : Suatu proses mempromosikan tindakan skiring
pada sub-kelompok yang berada pada populasi. Seperti
mereka yang beresiko terinfeksi HIV (individual/family level)
Periodic : Suatu proses skrining yang dilakukan pada sub-
kelompok populasi secara teratur dari waktu ke waktu, untuk
memprediksi resiko atau masalah. Contohnya : skrining
kanker payudara dan serviks pada kalangan perempuan di
berbagai usia (individual/family level).
b. Tujuan
Tujuan skrining adaah untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas
dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus kasus yang
ditemukan. Program diagnosis atau pengobatan dini hampir selalu
diarahkan kepada penyakit tidak menular seperti kanker, DM, glaukoma
dll.
Semua skrining dengan sasaran pengobatan dini ini dimaksudkan
untuk mengidentifikasi orang-orang asimptomatik yang beresiko
mengidap gangguan kesehatan serius. Dalam konteks ini, penyakit
adalah setiap karakteristik anatomi (misalnya kanker atau
arteriosklerosis), fisiologi (misalnya hipertensi atau hiperlipidemia).
Ataupun perilaku (misalnya kebiasaan merokok) yang berkaitan dengan
peningkatan gangguan kesehatan yang serius ataupun kematian
c. Contoh Pelaksanaan
Kanker leher rahim adalah keganasan dari leher rahim (serviks)
yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Diseluruh
dunia, penyakit ini merupakan jenis kanker ke dua terbanyak yang diderita
perempuan.1 Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1 juta
perempuan menderita kanker leher rahim1 dan 3-7 juta orang perempuan
memiliki lesi prekanker derajat tinggi (high grade dysplasia). Penelitian
WHO tahun 2005 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru,
dan 260.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya
terjadi di negara berkembang. Angka insidens tertinggi ditemukan di
negara-negara Amerika bagian tengah dan selatan, Afrika timur, Asia
selatan, Asia tenggara dan Melanesia.
Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) merupakan lesi pra-ganas
yang mungkin ada pada salah satu dari tiga tahap yaitu : CIN1 , CIN2 ,
atau CIN . Jika tidak diobati , CIN2 atau CIN3 (secara kolektif disebut
sebagai CIN2+) dapat berkembang menjadi kanker serviks. Jumlah
penderita tertinggi dilaporkan pada wanita dari status HIV-positif, sebesar
10% (1-5).
Praktek standar untuk menskrining wanita yang menggunakan
sitologi ( Pap Smear), dan ketika hasil sitologi positif diagnosis CIN
didasarkan pada pemeriksaan kolposkopi selanjutnya, biopsi lesi yang
mencurigakan, dan kemudian pengobatan hanya saat CIN2 + telah
dikonfirmasi secara histologi. Metode skrining tradisional ini
membutuhkan sumber daya manusia yang sangat terlatih dan sejumlah
besar peralatan laboratorium.
Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, karena
tingginya biaya membuat program skrining berbasis sitologi, cakupan
skrining sangat rendah dan metode skrining alternatif diperlukan. Selain
itu, tindak lanjut dari uji sitologi positif dengan pemeriksaan kolposkopi
dan biopsi membutuhkan sumber daya dan tenaga terampil yang sangat
kurang di banyak negara. Hambatan lain dalam program skrining
didasarkan pada sitologi termasuk kebutuhan untuk rujukan ke fasilitas
kesehatan yang jauh untuk layanan diagnostik dan pengobatan, dan
waktu tunggu yang lama sebelum hasil sitologi tersedia.
Pendekatan alternatif untuk mendiagnosa dan mengobati CIN
adalah dengan menggunakan 'screen-dan-treat' pendekatan di mana
keputusan pengobatan didasarkan pada tes skrining, dan bukan pada
histologis yang dipastikan diagnosis CIN2 +, dan pengobatan diberikan
segera atau, idealnya , segera setelah tes skrining positif.
Tujuan dari program skrining dan pengobatan kanker serviks
adalah untuk mengurangi kanker serviks dan kematian yang terkait
dengan efek sampingnya . Program ini harus mencakup tes skrining atau
strategi ( urutan tes ) dan dihubungkan dengan pengobatan yang sesuai
untuk CIN , dan juga menyediakan rujukan untuk pengobatan wanita
dengan kanker serviks invasif . Tes skrining umum yang banyak
digunakan termasuk tes untuk human papillomavirus ( HPV ) , sitologi (
tes Pap ) , dan inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) . Tes ini dapat
digunakan sebagai tes tunggal atau secara berurutan . Bila menggunakan
tes tunggal , hasil positif menunjukkan kebutuhan untuk perawatan . Bila
menggunakan urutan tes , perempuan yang dites positif pada tes pertama
menerima tes lain dan hanya mereka yang dites positif pada tes kedua
diperlakukan . Wanita dengan positif pertama tes skrining diikuti dengan
negatif tes skrining kedua ditindaklanjuti . Perawatan yang tersedia
termasuk cryotherapy , lingkaran besar eksisi zona transformasi ( LEEP /
LLETZ ) , dan pisau dingin konisasi ( CKC ).
d. Prinsip Skreening
Untuk menghasikan program skrining yang bermanfaat bagi
masyarakat luas, harus ada kriteria tertentu dalam memilih penyakit apa
yang akan diskrining. Berikut beberapa katrakteristik penyakit yang harus
dipertimbangkan dalam memutuskan kebijkan skrining :
1. Jenis penyakit harus termasuk jenis penyakit yang parah,
yang relatif umum dan dianggap sebagai masalah kesehatan
masyarakat oleh masyarakat
2. Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik dan
percaya bahwa dengan melakukan skrining maka akan
menghasilkan outcome yang jauh lebih baik. Misalnya pada
Kanker Prostat, secara biologis penderita kanker tidak bisa
dibedakan, namun kemungkinan banyak pria yang kanker
bisa terdeteksi oleh pemeriksaan ini (PSA Test). Meskipun
dmeikian, skrining kanker prostat juga berbahaya sehingga
umumnya skrining ini tidak dianjurkan, meskipun dapat
digunakan. Penelitian sedang dilakukan di sejumlah negara
dalam upaya untuk menjelaskan dilema ini dan
memungkinkan lebih banyak informasi
3. Pada umumnya memiliki prevalensi yang tinggi pada tahap
pra-klinis. Hal ini berkaitan dengan biaya relatif dari program
skrining dalam kaitannya dengan jumlah kasus yang
terdeteksi dan nilai prediksi positif. Pengeluaran yang harus
dikeluarkan untuk kegiatan skrining harus
dipertanggungjawabkan dengan menghilangkan atau
mengurangi konsekuensi kesehatan yang merugikan. Namun
kriteria ini menjadi kurang penting karena keparahan dari
suatu penyakit.
4. Skrining akan sangat bermanfaat jika dilakukan pada saat
yang tepat. Periode antara kemungkinan diagnosis awal
dapat dilakukan dan periode kemunculan gejala merupakan
waktu yang sangat tepat (lead time). Namun jika penyakit
berkembang dengan cepat dari tahap pra-klinis ke tahap klinis
maka intervensi awal kurang begitu manfaat, dan akan jauh
lebih sulit untuk membuat penyakit tersebut jauh lebih jinak.
Selanjutnya, syarat untuk program skrining adalah harus melakukan
tes yang akan memungkinkan kita untuk mendeteksi penyakit sebelum
waktu biasa dari diagnosis. setiap tes seperti yang gunakan harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
Skrining harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi
menggambarkan sejauh mana hasil tes sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dari fenomena yang diukur.
Sedangkan reliabilitas biasanya berhubungan salah satu
dengan standardisasi atau kalibrasi peralatan pengujian atau
keterampilan dan keahlian dari orang-orang menafsirkan tes.
Skrining harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas.
Karena kita menyarankan orang yang tampaknya cocok untuk
menjalani pemeriksaan, tidak harus menawarkan mereka
sebuah tes yang mungkin mempengaruhi kesehatan mereka.
Proses skrining harus mudah dan murah. Jika kita akan
melakukan skrining dalam jumlah proporsi yang besar maka
skrining harus murah dan mudah untuk diselenggarakan.
e. Program Skreening
Meskipun penyakit yang muncul dapat diskrining dan ada tes yang
valid dan dapat diterima, ini tidak menjamin bahwa masyarakat akan
mendapatkan manfaat dari program skrining. beberapa kekhawatiran
besar di luar nilai-nilai prediktif bahwa
Program ini terbukti efektif dan dapat diimplementasikan,
yaitu semua sesuai dengan perencanaan, menyelamatkan
hidup, morbiditas berkurang dan biaya sesuai
Sistem pelayanan kesehatan dapat mengatasi banyaknya
diagnosis dan pengobatan tambahan karena menemukan
penyakit yang umum yang postif palsu.
Sebelum memulai program skrining sangat penting untuk menilai
infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaannya.
Fasilitas-fasilitas tersebut tentu dibutuhkan untuk proses skrining tapi,
sama pentingnya juga untuk konfirmasi lanjutan mengenai pengujian dan
diagnosis, pengobatan dan tindak lanjut bagi yang positif. Perkiraan (Nilai
Prediktif) sangat dibutuhkan dalam sebagai kemungkinan pengambilan
skrining, jumlah total yang hasilnya positif (termasuk positif palsu),
tersangka (berdasarkan prevalens penyakit dan sensitivitas serta
spesifisitas hasil pemeriksaan) dan kemungkinan dampak yang dihasilkan
berupa penignkatan permintaan pelayanan medis.
Disamping itu masalah pengobatan merupakan bagian penting yang
harus diperhatikan dlam program skrining. Pengobatan yang diusulkan
harus efektif dan pengobatan dini harus meningkatkan outcome dari
penyakit. Jika tidak, maka dengan mendiagnosa penyakit sebelumnya kita
cukup akan memperpanjang waktu seseorang menyadari, dan
mengkhawatirkan penyakit tersebut.
Baik test skrining, maupun pengobatan dan follow up dari kegiatan
skrining tentunya tidak membutuhkan biaya yang sedikit. Biaya awal
program skrining, dalam artian biaya finansial maupun emotional cost
dalam melakukan skrining dan pengobatan pada mereka yang positif
pemeriksaan, harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan biaya
mengobati orang-orang yang menderita penyakit pada kemudian hari.
f. Cara Melakukan Skreening
Sebelum melakukan skrining terlebih dahulu harus ditentukan
penyakit atau kondisi medis apa yang akan dicari pada skrining. Kriteria
untuk menentukan kondisi medis yang akan dicari adalah :
Efektifitas pengobatan yang akan diberikan apabila hasil skrining
positif
Beban penderitaan yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut
Akurasi uji skrining
Setelah menentukan kondisi medis yang akan dicari, uji skrining
dapat dilaksanakan dalam bentuk :
Pertanyaan anamnesis, misalnya apakah anda merokok?
Bagian pemeriksaan fisik, misalnya pemeriksaan klinis payudara
Prosedur, misalnya sigmoidoskopi
Uji laboratorium, misalnya pemeriksaan Ht.
Kriteria bagi uji skrining yang baik menyangkut antara lain :
Sensitivitas dan spesifisitas
Sederhana dan biaya murah
Aman
Dapat diterima oleh pasien dan klinikus
g. Langkah dasar dalam melakukan skrining :
1. Menentukan apakah risiko kesehatan atau penyakit
merupakan ancaman penting bagi kesehatan suatu populasi.
Insiden (yaitu, jumlah kasus baru yang diamati selama periode
waktu tertentu) dan prevalensi (yaitu, jumlah kasus, lama dan baru,
yang ada pada satu titik waktu) berfungsi sebagai langkah untuk
mengidentifikasi sejauh mana risiko atau masalah dapat dianggap
parah. Biasanya, semakin besar kejadian dan prevalensi, semakin
intens untuk dilakukannya skrining.
Skrining massal (mass screening) harus bermanfaat bagi
kesehatan populasi secara keseluruhan, serta untuk individu yang
diskrining. Misalnya, sebagian besar negara memerlukan skrining
bayi yang baru lahir untuk mengidentifikasi berbagai
masalah/penyakit bawaan seperti fenilketonuria, gangguan
pendengaran, galaktosemia, dan kondisi lainnya. Tidak hanya ada
manfaat yang jelas untuk bayi yang baru lahir dalam hal mencegah
masalah medis dan perkembangan yang serius, tetapi bermanfaat
juga bagi masyarakat dan seluruh populasi.
2. Pertimbangkan sejauh mana penduduk percaya bahwa risiko
kesehatan atau penyakit merupakan masalah kesehatan yang
penting.
Saat tingkat perhatian atau kecemasan populasi meningkat ke
titik di mana skrining akan risiko/penyakit tertentu dituntut untuk
dilakukan meskipun kurangnya bukti. Kanker sering termasuk
dalam kategori ini. Data skrining mungkin memberikan hasil
terdapat resiko atau ancaman, tetapi populasi tidak tertarik atau
sulit untuk dimotivasi
3. Menentukan apakah informasi yang ada tentang hasil yang
diharapkan dari skrining cukup adekuat.
Skrining adalah deteksi dini risiko atau penyakit dalam keadaan
praklinis, yaitu, sebelum terjadi gejala.
Jika risiko atau penyakit tidak dapat dideteksi cukup dini
maka skrining mungkin tidak sesuai.
Jika program skrining hanya mengidentifikasi risiko atau
penyakit setelah menjadi gejala, maka keuntungan dari
intervensi dini akan berkurang.
4. Menentukan apakah risiko atau penyakit memiliki keadaan
laten atau awal gejala yang dikenali sehingga layak dilakukan
identifikasi awal
Agar skrining efektif, skrining digunakan dalam kondisi yang
memiliki gejala asimtomatik (praklinis atau prodromal). Harus ada
jangka waktu yang cukup lama sebelum gejala diidentifikasi.
Sementara awal pengobatan pada kondisi yang sudah timbul
gejala mungkin bermanfaat untuk individu tertentu, dan efek pada
populasi dapat berkurang
5. Memutuskan apakah informasi tentang risiko atau penyakit
cukup dipahami untuk memungkinkan dilakukan intervensi
awal.
Perawat harus memastikan bahwa pengetahuan mereka
tentang suatu masalah uptodate dan lengkap. Pemahaman akan
suatu proses masalah/penyakit sangat penting. Misalnya, tanpa
pengobatan yang progresif, TB paru dapat membunuh 50 persen
dari mereka yang terinfeksi dalam waktu 5 tahun; karies gigi dapat
menyebabkan pembusukan
6. Pertimbangkan apakah ada pengobatan untuk suatu risiko
atau penyakit.
Skrining tidak etis ketika seorang individu dimana ia
mengetahui tentang kondisi dirinya atau penyakit yang ada dalam
dirinya, tetapi :
Belum diketahui pengobatannya
Tidak ada keuntungan pada diri sendiri dari mengetahui
keadaannya
Pengobatan yang ada merupakan hal yang lebih buruk dari
penyakit itu sendiri
Pengobatan yang dapat diterima masih tersedia, tetapi itu
terlalu mahal atau memiliki akses yang terlalu jauh
7. Tentukan apakah ada tes yang cocok
Cocok berarti tes skrining harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
Valid
Suatu tes memiliki sensitifitas yang cukup untuk
mengidentifikasi dengan benar semua individu yang
diskrining yang benar-benar memiliki risiko atau kondisi.
Dengan kata lain, jumlah hasil palsu diidentifikasi sebagai
"positif" rendah. Sebuah tes juga harus memiliki kekhususan
yang cukup. Artinya, kemampuan tes untuk mengidentifikasi
dengan benar mereka yang tidak memiliki risiko atau
kondisi. Spesifisitas diterima berarti tes secara akurat dapat
mengidentifikasi orang-orang yang benar-benar tidak
memiliki risiko atau kondisi. Tes harus mampu membedakan
antara positif dan negatif dengan benar, dan meminimalkan
jumlah positif palsu dan negatif palsu. Uji sensitivitas dan
spesifisitas penting karena hasil skrining menghasilkan
keamanan palsu (saat orang berpikir mereka tidak memiliki
risiko atau penyakit, memang risiko atau penyakit tersebut
ada tapi tidak terdeteksi) atau saat mereka khawatir (mereka
dirujuk karena mereka benar-benar berisiko atau bebas dari
penyakit).
Reliable
Artinya, tes memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan
lebih dari sekali pada individu yang sama dengan kondisi
yang sama.
Mudah dan cepat
Minimally intrusive
Hasil
Jumlah risiko yang sebelumnya tidak diketahui atau penyakit
diidentifikasi sebagai akibat dari skrining adalah hasil.
Kemajuan teknologi memberikan peningkatan kesempatan
untuk tes skrining yang memenuhi kriteria mendeteksi ada atau
tidak adanya risiko atau penyakit, tetapi gagal untuk memenuhi
kriteria untuk cepat, unintrusive, dan tes yang murah.
8. Menentukan apakah tes skrining dapat diterima oleh populasi
Jika tes skrining terlalu mahal, atau membutuhkan terlalu
banyak waktu, menciptakan terlalu banyak ketidaknyamanan fisik
atau mental, atau tidak sesuai dengan keyakinan tentang
kesehatan dan penyakit, maka kemungkinan besar tidak akan
digunakan. Tes skrining yang tidak bisa diterima oleh populasi
akan mengurangi efektivitas upaya screening
9. Atur lanjut penilaian / diagnosis dan pengobatan bagi mereka
dengan temuan positif
Hasil positif menunjukkan perlunya pengkajian lebih lanjut dari
situasi individu / keluarga, yang kemudian berpengaruh pada
diagnosis dan pengobatan.Tidak etis untuk melaksanakan program
skrining untuk mengidentifikasi orang-orang dengan temuan positif
tetapi tidak tersedia sumber daya perawatan.
10. Menetapkan kebijakan mengenai siapa yang harus diobati
Jika sumber daya tidak memadai untuk memberikan perawatan
bagi semua orang yang memiliki temuan positif, perawat harus
menetapkan kebijakan tentang bagaimana sumber daya
pengobatan akan diprioritaskan.
11. Tentukan apakah dana yang memadai atau sumber daya yang
ada untuk mendukung seluruh proses.
Biaya menyediakan program skrining harus mencakup semua
biaya mulai dari outreach untuk menindaklanjuti dan pengobatan.
Jumlah biaya per skrining termasuk biaya yang berkaitan dengan
rujukan, diagnosis, pengobatan, dan tindak lanjut. Total biaya
harus digunakan dalam menentukan rasio manfaat dari program
skrining yang diberikan. Biaya ditanggung oleh perusahaan
asuransi, majikan, atau lembaga "lain" di luar lembaga kesehatan
setempat.
Biaya untuk penemuan kasus juga harus dimasukkan dalam
estimasi.
Sebagian dari mereka diskrining bagi yang
membutuhkan rujukan untuk penilaian lebih lanjut dan
pemeriksaan diagnostik
Sebagian dari mereka juga memerlukan tindak lanjut
untuk menjamin rujukan
Tidak setiap orang mampu menavigasi proses rujukan
saja, dan beberapa mungkin memerlukan tambahan
bantuan
Orang lain mungkin melihat tindak lanjut sebagai
sesuatu yang mengganggu sehingga mereka menolak
rekomendasi tindak lanjut
Dalam beberapa kasus, satu kasus mungkin dapat
meningkat menjadi sejumlah kasus lain, membutuhkan
waktu dan sumber daya.
Case Finding
a. Definisi
Case-finding digunakan untuk menemukan kasus baru sebagai
identifikasi awal individu atau keluarga dengan penyakit tertentu atau
berisiko terhadap penyakit tertentu, Liebman, Lamberti, dan Altice (2002)
mencatat bahwa case-finding sangat penting dalam beberapa sudut
pandang. Pertama, dengan mengidentifikasi individu dengan penyakit
tertentu, pengobatan dini dapat diberikan secara tepat waktu, sehingga
dapat menurunkan morbiditas. Kedua, identifikasi dapat mencegah
penyebaran penyakit lebih jauh. Akhirnya, selain identifikasi awal individu,
proses case-finding juga signifikan dalam identifikasi individu berisiko
tinggi dan berfungsi sebagai kesempatan penting untuk pendidikan
kesehatan dan pengajaran untuk mempromosikan pencegahan primer
penyakit, bahkan di antara mereka ternyata tidak terinfeksi.
b. Langkah langkah Case Finding
1. Identifikasi orang-orang dan keluarga yang memiliki risiko tertentu
melalui informasi dari surveilans, investigasi, dan / atau outreach.
Keparahan Risiko diintensifkan oleh faktor-faktor yang membuat
individu dan keluarga tidak menyadari, tidak dapat, atau tidak mau
menanggapi. Risiko meningkat ketika individu dan keluarga:
Tidak menyadari risiko
Kurang informasi atau pengertian mengenai risiko
Terisolasi dari media
Tidak dapat menanggapi
Tidak dapat menerima atau mengerti pesan, karena hal-hal
tertentu, seperti buta huruf, gangguan pendengaran dan
penglihatan, atau gangguan kognitif
Tidak berbicara dalam bahasa Indonesia atau hambatan
bahasa lainnya
Memiliki kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan
Kurang sumber daya, seperti keuangan, transportasi,
perawatan anak, atau keterampilan social
Tidak mau menanggapi, karena, takut konsekuensi negative
yang ditimbulkan lebih banyak daripada manfaatnya
Ibu tunggal yang anak-anaknya membutuhkan imunisasi
tetapi asuransi tidak mencakup layanan layanan
pencegahan dan tidak mampu membayar secara pribadi
2. Berhubungan dengan jaringan formal maupun informal untuk
menemukan orang-orang yang teridentifikasi sebagai berisiko
Jaringan formal termasuk tenaga professional dan agensi yang
berhubungan dengan perawat secara regular dan memelihara sebuah
hubungan, contoh, rumah sakit dengan perencana pemulangan
outpatient(pasien yang diobati di rumah sakit tetpi tidak tinggal di
rumah sakit), bertindak bersama coordinator program untuk anak-anak
dengan kebutuhan khusus, pekerja social, ahki epidemiologi dll.
Jaringan informal adalah orang-orang atau organisasi yang
berhubungan dengan individu/ keluarga secara regular dan memelihara
sebuah hubungan. Case-finding yang berhasil sering kali bergantung
pada perawat komunitas dalam mengembangkan hubungan saling
percaya dengan individu atau keluarga.
3. Memulai aktifitas untuk memberikan informasi megenai sifat-sifat
risiko, apa yang bisa dilakukan tehadap risiko tersebut, dan
bagaimana pelayanan kesehatan dapat diperoleh
Perawat komunitas harus mendasarkan pendekatan kepada
individu atau keluarga pada alasan mereka untuk tidak mencari
layanan kesehatan sendiri
Apabila individu aoatu keluarga yang berisiko tidak meyadari
atau tidak memahami keparahan atau kemungkinan-
kemungkinan yang membahayakan, Perawat komunitas harus
memberikan pengajaran mengenai kesehatan untuk mengurangi
deficit pengetahuan dan mengajak mereka menggunakan
strategi mengajar dan konseling lebih jauh.
Apabila individu atau keluarga tidak menanggapi, perawat
komunitas harus bekerja bersama mereka untuk mengatasi
hambatan-hambatan yang dihadapi. Hal ini dapat digerakkan
melalui memberikan konseling, konsultasi, dan/atau advokasi
untuk referral dan follow-up untuk transportasi, bantuan
keuangan, menyiapkan juru bahasa, penyediaan perawatan
anak, dll.
Apabila individu atau keluarga tidak mau menanggapi, perawat
komunitas harus mengembangkan hubungan saling percaya
dengan mereka dan kemudian mengidentifikasi sumber dari
ketidakmauan mereka, seperti rasa takut atau kecemasan.
Ketika hubungan saling percaya telah dikembangkan, perawat
komunitas harus memberikan pengajaran mengenai
kesehatan, konseling, konsultasi, advokasi, atau referral
dan follow-up sesuai dengan kebutuhan
4. Jika tingkat risiko membahayakan individu, keluarga, atau
masyarakat, perawat komunitas harus menyediakan akses
langsung ke layanan yang diperlukan.
Contoh membahayakan yang menuntut respon segera perawat
komunitas meliputi:
Seseorang yang mendapatkan manajemen regimen medikasi
psikotropik gagal untuk datang pada kunjungan ke perawat
setiap minggunya. Dalam usaha menghubungi klien, perawat
mendapati teleponnya tidak tersambung. Perawat dapat
mengunjungi klien di apartement klien, bicara dengan pemilik,
cek dengan keluarga klien untuk mencoba menemukannya dan
menjamin kesejahteraan klien.
Bayi baru lahir yang gagal untuk mengembangkan berat badan
yang wajar dari serangkaian kunjungan. Perawat mmenentukan
sang ibu ambivalen dan tidak memiliki ikatan yang baik dengan
bayinya. Perawat mendatangi klien (ibu) untuk kunjungan ketiga
dalam serangkaian kunjungan yang direncanakan dan
mendengar bayi menangis dalam apartement tetapi tidak ada
yang menjawab pintu. Setelah memeriksa tetangga (yang tidak
tahu keberadaan sang ibu), perawat menemui manajer gedung,
meyakinkan dia untuk membuka pintu, dan kemudian
menghubungi komisi perlindungan anak.
Seorang wanita anggota caregivers support group datang
mengenakan kacamat hitam dan syal yang menutupi kepala dan
lehernya. Dia mengatakan berpenampilan demikian karena
rambut dan matanya terkena debu setelah membersihkan rumah
ibunya. Dia tampak tidak mampu rileks selama acara
berlangsung. Setelah anggota yang lain pergi, dia masih tetap
tinggal. Wanita tersebut takut untuk pulang karena pacarnya
sudah mulai memukulinya. Pacarnya menuduh wanita tersebut
berselingkuh karena dia seringkali pergi dan menghabiskan
banyak waktu sedangkan pacarnya menolak untuk percaya
bahwa wanita tersebut benar-benar sedang merawat ibunya
yang sakit. Perawat membantunya mengembangkan rencana
untuk melindungi dirinya mengingat semua undang-undang
Negara dan peraturan yang relevan saat ini.
5. Memenuhi semua persyaratan pelaporan yang diamanatkan oleh
undang-undang dan peraturan Negara seperti tentang penyakit
menular yang dilaporkan atau tentang indicator penganiayaan
anak.
c. Best Practices for Case Finding
Best practices adalah rekomendasi untuk meningkatkan keunggulan
dalam melaksanakan intervensi case finding. Ketika peraawat
mempertimbangkan beberapa statement dibawah ini, kemungkinan
keberhasilan akan meningkat. Best practices didapat dari diskusi panel
para pakar Public Health Nursing pendidik dan praktisioner yang disatukan
dengan evidence based dari literature keahlian mereka. Best practices
dibawah ini tidak disajikan dalam urutan peringkat tertentu dan masing-
masing best practices tidak selalu digunakan dalam seriap intervensi.
1. Gunakan data dari intervensi yang medahului case finding seperti
surveillance, investigasi penyakit, dan outreach.
Case finding paling sering mengikuti pelaksanaan intervensi yang
lain. Adanya surveillance, investigasi penyakit, dan outreach bertujuan
untuk meng-identifikasi individu maupun keluarga yang tidak
menanggapi intervensi. Dengan demikian individu dan keluarga dijamin
untuk lebih intensif terkait dengan proses case finding.
2. RESORTS TO MORE INTENSIVE AND LESS CONVENTIONAL
berarti tergantung pada sumber daya yang tersedia dan urgensi
yang berhubungan dengan penemuan orang yang disebut
KASUS.
Bechtel and Shriver menulis khusus tentang metode untuk
menemukan lansia yang tingkat fungsionalnya dapat menempatkan
mereka pada risiko sakit atau cedera. Penelitian Johnson ditargetkan
pada kelompok pecandu heroin yang berisiko terpapar HIV. Meskipun
perbedaan antara sub-kelompok penelitian tampak besar, namun
kesamaan dalam metode yang digunakan dalam case finding
keduanya menawarkan banyak rekomendasi yang sama.
Berdasarkan hasil telaah literature dan kolektif pengalaman praktik,
para pakar mengembangkan daftar strategi penemuan kasus yang
efektif meliputi:
Penggambaran lingkungan dengan cara door-to-door
Mendaftar bantuan dari layanan dan lain-lain mungkin
dibutuhkan untuk mengadapi individu atau keluarga seperti
penjual Koran, teller bank, piata rambut, dsb.
Mampir di tempat-tempat seperti binatu, pusat perbelanjaan,
took video, bar, dsb. Perawat mungkin tidak pergi ke tempat-
tempat tersebut di hari kerja tetapi klien (individu/keluarga)
mungkin.
Pelatihan individu dari populasi sasaran untuk melakukan case
finding di lingkungan mereka
Memberikan pelatihan privat investigator yang melibatkan antar
kegiatan lainnya
Rujukan dan Tindak lanjut
a. Definisi
Rujukan dan tindak lanjut dapat membantu individu, keluarga,
kelompok, organisasi, dan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya
yang diperlukan untuk mencegah atau mengatasi masalah.
Rujukan dapat mencakup sumber daya pengembangan yang
diperlukan, tetapi tidak tersedia bagi penduduk. Kunci sukses rujukan
tindak lanjut; membuat rujukan tanpa mengevaluasi hasil-hasilnya adalah
baik efektif dan efisien.
b. Contoh Kasus
Contoh pada semua tingkat
Populasi: Orang dewasa
Masalah: Hilangnya kapasitas untuk mengelola aktivitas
sehari-hari dengan aman
Contoh komunitas: Sebuah komunitas PHN melayani pada
komite dengan pelayanan sosial dan Dewan Area pada orang
tua untuk mengembangkan Hotline Senior, yang memberikan
informasi tentang sumber daya dan pelayanan untuk orang
dewasa yang lebih tua. Meskipun sejumlah besar tetua di
masyarakat, sangat sedikit memanfaatkan hotline. Panitia
tidak benar-benar terkejut tentang kurangnya penggunaan
hotline, mengingat kecenderungan generasi tua untuk
percaya bahwa "perawatan diri" berarti "tanpa bantuan."
Komite memutuskan untuk mencoba mengubah sikap
masyarakat ini antara orang tua dan orang dewasa dengan
orang tua. Mereka merancang intervensi pemasaran sosial
yang menekankan manfaat dari "bantuan di rumah anda"
versus "bantuan di rumah" (yang berarti keperawatan
penempatan rumah). Brosur dan magnet kulkas dengan
nomor hotline didistribusikan di konter check-out dari toko
bahan makanan lokal dan apotek, dan kampanye diumumkan
di surat kabar lokal
Catatan: Mengembangkan Hotline Senior adalah intervensi
sistem-terfokus. Sistem-intervensi yang berfokus pada
masyarakat seringkali dilaksanakan secara bersamaan atau
berurutan.
Contoh sistem: Penilaian masyarakat mengungkapkan bahwa
ada kebutuhan besar untuk pusat kegiatan hari dewasa,
terutama untuk keluarga yang bekerja merawat orang dewasa
yang lebih tua. Keluarga frustrasi karena mereka ingin
menjaga orang yang mereka cintai di rumah, tetapi tidak ada
layanan yang tersedia untuk orang tua sementara anak-anak
dewasa sedang bekerja. PHNs bekerja dengan organisasi-
organisasi di masyarakat untuk mengembangkan insentif
untuk menyediakan pusat kegiatan orang dewasa.
Transportasi yang lebih tua dengan cepat diidentifikasi
sebagai penghalang, sehingga PHNs dan kelompok mencoba
mengembangkan Pusat kegiatan hari dewasa yang
membutuhkan berbagai organisasi pelayanan masyarakat.
The Lions Club lokal merespon dengan tawaran untuk
membuat proyek "transportasi" dan akhirnya berjanji untuk
membeli van yang dapat diakses. Kelompok ini kemudian
mendekati departemen pelayanan sosial untuk
mendiskusikan kemungkinan mereka mempekerjakan
seorang sopir van. Sebuah pusat kecil terbuka, tapi itu tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan. PHNs melanjutkan upaya
mereka untuk lebih mengembangkan sumber daya pusat
kegiatan hari dewasa di masyarakat.
Contoh pada keluarga
Sebuah kelompok dukungan staf PHN untuk pengasuh orang
dengan demensia. Dia terus memantau diskusi kelompok untuk
mengidentifikasi kebutuhan yang muncul yang dapat dipenuhi oleh
rujukan ke layanan. Dia mendengarkan dengan seksama cerita-
cerita mereka untuk mengidentifikasi hambatan dan kesenjangan
dalam pelayanan di masyarakat. Dia juga waspada memantau
status pengasuh dalam kelompok untuk mengidentifikasi titik ketika
mereka perlu mencari bantuan tambahan atau membuat pengaturan
lainnya. Ketika ia mengidentifikasi bahwa hal ini terjadi, maka PHN
bertemu dengan pengasuh dan memulai proses rujukan dengan
mengidentifikasi kebutuhan dan sumber daya yang tersedia dengan
pengasuh dan klien, jika mungkin.
c. Hubungan dengan intervensi lain
Rujukan dan tindak lanjut paling sering mengikuti pelaksanaan intervensi
lain, seperti mengajar kesehatan, konseling, fungsi didelegasikan,
konsultasi, pemeriksaan, dan penemuan kasus (seperti yang berkaitan
dengan pengawasan, penyelidikan penyakit dan peristiwa kesehatan
lainnya, atau outreach). Ini juga merupakan komponen penting dari
manajemen kasus. Pada kesempatan itu, dilaksanakan dalam
hubungannya dengan advokasi.
d. Langkah Dasar untuk Rujukan dan Tindak Lanjut
1) Praktik Keluarga
Membangun hubungan kerja yang efektif dengan klien.
Karena rujukan sering mengikuti pelaksanaan intervensi
sebelumnya, dalam kebanyakan kasus hubungan yang sudah
mapan. PHN harus terbuka dan jujur dengan klien,
berkomunikasi perhatian yang tulus untuk kesejahteraan
mereka. Dalam rangka mempromosikan perawatan diri,
penting bagi klien untuk melakukan sebanyak proses rujukan
yang sebenarnya karena mereka mampu melakukan
Memperjelas kebutuhan untuk rujukan dengan klien.
Agar efektif, rujukan harus sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan klien. Ini berarti PHN harus terbiasa dengan, dan
memiliki hubungan kerja yang dibentuk dengan berbagai
sumber rujukan dalam masyarakat
Membantu klien dalam membangun hasil yang realistis untuk
arahan.
Seringkali, klien akan memiliki gagasan yang jelas tentang apa
yang mereka inginkan, tetapi sedikit ide tentang bagaimana
untuk mencapainya. Hal sebaliknya juga dapat terjadi: klien
mungkin memiliki preferensi yang jelas untuk penggunaan
sumber daya tertentu tetapi tidak dapat memberikan alasan
mengapa.
Jelajahi ketersediaan sumber daya dengan klien.
Tergantung pada kapasitas klien untuk bekerja secara mandiri,
PHN membantu klien dalam menghasilkan daftar sumber daya
yang mungkin rujukan. PHN dan klien harus mengeksplorasi
sumber resmi (seperti anggota keluarga atau teman-teman),
dan sumber daya dan layanan yang tersedia melalui kelompok
lingkungan dan jemaat juga harus dieksplorasi
Dorong klien untuk memilih sumber daya yang mereka sukai
dan untuk memulai kontak setiap kali masuk akal.
PHN memberikan panduan yang diperlukan. Tergantung pada
kapasitas klien, ini bisa berkisar dari:
panggilan telepon dan membuat kontak sementara klien
jam tangan bagaimana hal itu dilakukan
berdiri di belakang klien pembinaan mereka melalui
interaksi
membantu klien mempersiapkan serangkaian
pertanyaan untuk meminta
membantu mereka dalam menyelesaikan setiap
dokumen yang diperlukan
meninggalkan daftar sumber daya dan nomor telepon
Memfasilitasi proses rujukan bila diperlukan.
Selain pekerjaan persiapan diuraikan di atas, PHN harus
mengantisipasi dan mengurangi hambatan untuk rujukan
berhasil (misalnya, kebutuhan untuk penerjemah dan
transportasi, serta kebutuhan keuangan). PHN juga mungkin
perlu untuk berkomunikasi dengan sumber daya rujukan
untuk mempersiapkan klien.
Menindaklanjuti setelah dirujuk telah dibuat untuk
menentukan dengan klien sejauh mana arahan berhasil.
Bekerja sama dengan klien, PHN:
menilai apakah hasil yang diinginkan tercapai
mengidentifikasi setiap hasil yang belum terpenuhi
dan hambatan
memodifikasi rencana, termasuk pertimbangan
sumber daya yang berbeda rujukan
Mengakui bahwa semua langkah dalam proses ini harus
diselesaikan untuk menjamin kesuksesan.
(Clemen-Stone, Eigsti, McGuire. (1996, Sept/Oct). Nursing
outlook, 44(5), 218-22)
e. Sistem dan Praktek Tingkat Masyarakat
1. Memanfaatkan hubungan dengan provider lain, organisasi, lembaga,
jaringan, dll, untuk memantau kemampuan masyarakat untuk
menyediakan sumber daya dan layanan yang dibutuhkan oleh populasi
yang berisiko.
PHN dapat menggunakan pemasaran sosial, pendidikan penyedia,
kolaborasi, dan / atau bangunan koalisi untuk menciptakan alasan kuat
mengapa mitra masyarakat lainnya akan ingin terlibat dalam
mengembangkan sumber daya. Misalnya, jika PHN dianggap penting
bagi jemaat (yaitu, gereja, sinagog, masjid, dll) untuk terlibat, mereka
mungkin pertama harus yakin bagaimana anggotanya akan mendapat
manfaat. Demikian juga, jika usaha masyarakat dilihat sebagai penting
dalam mengembangkan sumber daya rujukan, mereka akan perlu untuk
melihat bagaimana hal itu akan menguntungkan pelanggan mereka dan
mereka "bottom line."
2. Strategi Menghasilkan untuk layanan dan sumber daya pembangunan
Hal ini penting PHN berbagi / pengetahuan luas tentang kebutuhan
khusus dan karakteristik unik dari populasi sasaran dengan orang-orang
dalam komunitas yang sedang mempertimbangkan pengembangan
sumber daya atau jasa. Ini mungkin berarti bekerja dengan bisnis lokal,
organisasi pelayanan masyarakat (seperti Lions, Rotary, atau Bisnis dan
Profesional Perempuan), penyedia perawatan kesehatan lainnya, agen
perumahan, lembaga nirlaba, dll
Semakin menarik informasi, semakin besar potensi untuk
pengembangan sumber daya. Untuk PHN, ini mungkin berarti meneliti
bagaimana masyarakat lainnya telah membahas kebutuhan yang sama,
menentukan apa hibah yang tersedia, mengetahui apa kontribusi agensi
mereka sendiri bisa, dan menghasilkan daftar awal ide strategi.
3. Berpartisipasi dalam menerapkan strategi-strategi tertentu yang jatuh
dalam misi dan tujuan lembaga kesehatan publik
Tergantung pada kesenjangan dalam layanan dan sumber daya
mengidentifikasi penilaian masyarakat, lembaga kesehatan masyarakat
mungkin atau mungkin tidak memutuskan untuk mengubah layanan dan
sumber daya yang ditawarkan. Dewan kesehatan untuk agen membuat
mereka penentuan berdasarkan sejauh mana kebutuhan sesuai dengan
misi organisasi dan rencana keseluruhan. Pengetahuan luas PHNs dari
populasi sasaran sangat penting untuk membangun kasus untuk
mengubah jasa keagenan.
4. Berpartisipasi dalam mengevaluasi efektivitas strategi dalam
mengembangkan layanan yang dibutuhkan dan sumber daya
Dengan semua arahan yang PHNs membuat dan menerima, mereka
berada dalam posisi yang baik untuk mengamati fungsi sistem rujukan,
kekuatan dan kelemahan mereka. Mengembangkan cara-cara yang
obyektif untuk mengumpulkan data ini memberikan kontribusi untuk
proses evaluasi. Misalnya, informasi tentang jumlah rata-rata kontak
yang diperlukan untuk menyelesaikan rujukan, daftar hambatan yang
dihadapi, dan pengamatan tentang apa yang bekerja dengan baik
semua tanggapan kritis.
f. Praktik Terbaik untuk Rujukan dan Tindak Lanjut
Praktik terbaik adalah rekomendasi mempromosikan keunggulan dalam
melaksanakan intervensi ini. Ketika PHNs mempertimbangkan
pernyataan berikut, kemungkinan keberhasilan mereka ditingkatkan.
Praktek-praktek terbaik datang dari panel pakar pendidik keperawatan
kesehatan masyarakat dan praktisi yang dicampur bukti dari literatur
dengan keahlian praktek mereka untuk mengembangkannya. Praktek-
praktek terbaik tidak disajikan dalam urutan peringkat atau tertentu;
masing-masing mungkin tidak berlaku untuk setiap pelaksanaan
intervensi.
1. Kembangkan rekomendasi yang tepat waktu, layak, praktis,
disesuaikan untuk klien, klien dikendalikan, dan terkoordinasi.
Tepat waktu: tidak pernah terlalu dini untuk memulai
diskusi dengan jaringan rujukan. Ini tidak berarti bahwa
persediaan
data klien tertentu. Sebaliknya, PHN mempersiapkan
jaringan rujukan untuk kemungkinan rujukan. Hal ini
memungkinkan
PHN untuk menentukan ketersediaan sumber daya.
Pengolahan tepat waktu rujukan difasilitasi ketika PHN
mencapai dan
mempertahankan hubungan dengan orang lain dalam
jaringan rujukan. Ketepatan waktu melibatkan mengetahui
kapan klien dan / atau keluarga terbaik didekati tentang
rujukan. Secara umum, yang terbaik. Waktu adalah ketika
klien dapat fokus melampaui krisis langsung atau keadaan.
Layak: sebelum memulai rujukan, yang PHN dan klien
bersama-sama menentukan apakah sumber daya
tambahan benar-benar diperlukan. Kadang-kadang klien
dan keluarga ingin menggunakan sumber daya masyarakat
karena mereka berpikir bahwa mereka memiliki "hak" untuk
menggunakan mereka, meskipun penilaian PHN tidak
mendukung itu. Penggunaan yang tepat dan bijaksana
sumber daya hampir selalu merupakan hasil dari negosiasi
antara PHN dan klien.
Praktis: PHN harus benar-benar menilai:
persepsi klien kebutuhan
preferensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
aksesibilitas dan ketersediaan sumber daya pribadi
dan keluarga
pengetahuan saat ini dan masa lalu pemanfaatan
sumber daya masyarakat.
PHN menggunakan informasi ini untuk mengembangkan
rujukan klien dan keluarga percaya dapat bekerja untuk
mereka. Ini juga mendukung konsep kontrol klien dan
memberikan informasi penting untuk mengembangkan
akal, hasil dicapai.
Disesuaikan dengan: apa yang tampaknya "benar" untuk
satu orang tidak dapat dianggap tepat untuk berikutnya.
Semakin besar sejauh setiap orang individualitas yang
unik, preferensi, dan kebutuhan dapat ditampung, semakin
besar kemungkinan referral akan berhasil.
Klien dikontrol: hak klien untuk menerima atau tidak
menerima rujukan adalah asumsi dasar untuk intervensi ini.
Bertindak ini membutuhkan PHN menyisihkan asumsi
tentang apa yang terbaik bagi klien.
Dikoordinasikan dengan intervensi lain: proses rujukan
yang paling efisien bila dilakukan bersamaan dengan
intervensi lain.
Sering mengajar kesehatan dan konseling yang digunakan
untuk mengubah pengetahuan dan sikap klien dan
keluarga tentang hasil yang wajar dari rujukan.
2. Memantapkan hubungan berdasarkan kepercayaan, respect,
caring, dan mendengarkan
Efektivitas dalam rujukan dan tindak lanjut sangat tergantung pada
kapasitas PHN untuk mengembangkan dan memelihara hubungan,
sebuah landasan yang mendasari semua praktik keperawatan
kesehatan masyarakat.
3. Klien adalah peserta aktif di proses dan phn melibatkan anggota
keluarga sebagai tepat.
Melibatkan klien dan keluarga dalam proses rujukan sejauh mereka
mampu mencerminkan rasa hormat PHN untuk klien. Sementara
PHN memiliki kewajiban profesional untuk menyajikan rencana
aksi, rencana harus terbuka untuk negosiasi pada semua titik.
Semakin besar sejauh mana klien dan keluarga setuju untuk setiap
fase dari referral, semakin besar potensi untuk keberhasilan
pelaksanaan
4. Memungkinkan untuk klien ketergantungan pada klien-phn
hubungan sampai klien diri perawatan kapasitas cukup
kembangkan.
sampai klien diri perawatan kapasitas cukup kembangkan.
Kemampuan PHN untuk "memenuhi klien di mana mereka berada
di" merupakan ciri abadi praktik keperawatan kesehatan
masyarakat.
Mempromosikan kapasitas perawatan diri klien kadang-kadang
membutuhkan PHN untuk memungkinkan periode ketergantungan
klien.
McGuire dan lain-lain mengakui bahwa PHNs mungkin perlu
mengambil tanggung jawab yang relatif lebih untuk proses rujukan
dalam situasi di mana klien dan keluarga tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk tugas
tersebut. Periode "melakukan untuk" klien dapat berfungsi sebagai
kesempatan untuk mengajar dan pemodelan apa yang diperlukan
dalam situasi. Di lain waktu klien dan / atau keluarga mungkin
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan tetapi
tidak dapat bertindak karena mereka kewalahan oleh kompleksitas
atau emosional terkuras oleh sifat keadaan mereka.
5. Menghargai hak klien untuk menolak a rujukan
Menghormati pilihan mencerminkan sifat hubungan PHN-klien. Ini
"hak untuk menolak" juga berlaku bagi mereka keadaan di mana
PHN percaya pilihan klien membuat mungkin tidak dalam
kepentingan terbaik mereka.
Pengecualian adalah keadaan di mana orang-orang rujukan secara
hukum diamanatkan dari PHN, meskipun ini merupakan pelaporan,
bukan rujukan. Seringkali, bagaimanapun, "wilayah abu-abu" ada
antara apa yang "tidak dalam kepentingan terbaik klien" dan titik di
mana pilihan klien melebihi batas legal. Tindak lanjut (atau tindak
bersama) oleh PHN sangat penting dalam situasi ini. Konsekuensi
dari pilihan mereka mungkin membuat beberapa klien lebih terbuka
untuk proses rujukan. Realitas untuk lemah tetapi ditentukan hidup
tua sendirian di rumahnya mungkin jauh berbeda daripada yang
diantisipasi.
Selain itu, ini "wilayah abu-abu" sering didefinisikan oleh tidak
tertulis tapi dipahami "standar masyarakat." Contoh:
Menghormati pilihan mencerminkan sifat hubungan PHN-klien. Ini
"hak untuk menolak" juga berlaku bagi mereka keadaan di mana
PHN percaya pilihan klien membuat mungkin tidak dalam
kepentingan terbaik mereka.
Pengecualian adalah keadaan di mana orang-orang rujukan secara
hukum diamanatkan dari PHN, meskipun ini merupakan pelaporan,
bukan rujukan. Seringkali, bagaimanapun, "wilayah abu-abu" ada
antara apa yang "tidak dalam kepentingan terbaik klien" dan titik di
mana pilihan klien melebihi batas legal. Tindak lanjut (atau tindak
bersama) oleh PHN sangat penting dalam situasi ini. Konsekuensi
dari pilihan mereka mungkin membuat beberapa klien lebih terbuka
untuk proses rujukan. Realitas untuk lemah tetapi ditentukan hidup
tua sendirian di rumahnya mungkin jauh berbeda daripada yang
diantisipasi.
Selain itu, ini "wilayah abu-abu" sering didefinisikan oleh tidak
tertulis tapi dipahami "standar masyarakat." Contoh:
Berapa banyak "pengabaian diri" ditoleransi untuk seorang
pria tua yang standar kebersihan pribadi menyinggung orang
lain?
Berapa banyak hewan peliharaan terlalu banyak hewan
peliharaan untuk wanita eksentrik yang tinggal sendirian di
masyarakat?
Kapan tepatnya seseorang menjadi kompeten untuk
mengelola urusan mereka sendiri?
Apa metode yang dapat diterima dan peka budaya disiplin
anak?
Dalam keadaan ini, PHN harus menyelesaikan dilema etika yang
disajikan oleh kebutuhan untuk menghormati hak-hak klien
penentuan nasib sendiri terhadap kebutuhan masyarakat untuk
melindungi masyarakat yang rentan. Konsultasi kebijakan lembaga
dan / atau membahas dilema dengan supervisor adalah tindakan
yang tepat dalam situasi ini.
Ini tidak berarti bahwa PHN mengabaikan pilihan klien yang
melebihi batas hukum untuk membahayakan kesehatan dan
kesejahteraan (seperti negara-negara mereka sendiri 'hukum
mengenai pengabaian diri oleh orang dewasa) atau orang lain
(seperti negara-negara' hukum tentang penganiayaan anak atau
kekerasan dalam rumah tangga ). Di banyak negara yang PHN
adalah reporter mandat dari situasi seperti itu dan memiliki hukum
serta kewajiban profesional untuk melaporkan kepada pihak yang
berwenang.
6. Kembangkan komprehensif, mulus, client-sensitive resources yang
rutin monitor sistem sendiri untuk hambatan
Rekomendasi panel berdasarkan keahlian praktek: Best Bukti
Contoh hambatan dapat mencakup:
dapat diaksesnya dan tidak tersedianya sumber daya
inefisiensi sistem 'atau cacat desain
keyakinan masyarakat bahwa "perawatan diri" berarti
"tanpa bantuan."
Kebutuhan untuk sistem rujukan yang efektif diidentifikasi melalui
penilaian masyarakat. Setelah diidentifikasi, PHN bekerja dengan
sistem dalam masyarakat, baik mengadaptasi sistem rujukan saat
ini atau menciptakan sumber daya baru referral. Menjamin bahwa
ada sumber daya yang tepat di masyarakat adalah sama
pentingnya dengan membuat arahan.
7. Penggunaan metode multiple dari tindak lanjut untuk memperkuat
atas rujukan proses
Meskipun rujukan dan tindak lanjut disajikan sebagai salah satu
intervensi, penelitian efektivitas sering berfokus pada mereka
secara terpisah. Metode tindak lanjut konvensional:
kontak pribadi seperti kunjungan rumah
panggilan telepon
ditulis motivator / pengingat.
Manfredi, Lacey, dan lain-lain menguji efektivitas empat metode
tindak lanjut untuk pasien disajikan di Departemen Kesehatan
Chicago di pertengahan 1980-an. Orang-orang ini dirujuk untuk
diagnosis atau pengobatan dicurigai kanker lebih lanjut.
Peserta menerima layanan tindak lanjut tambahan berikut:
wawancara dengan perawat menggunakan terstruktur mini-
kuesioner yang dirancang untuk memfasilitasi pertanyaan
tentang harapan tindak lanjut
bentuk, dimana para peserta diminta untuk kembali di pra-
cap, pra-ditujukan amplop setelah tindak lanjut selesai
catatan pengingat dikirimkan kepada peserta yang tidak
mengembalikan formulir
pengingat telepon untuk non-responden tiga minggu
setelah mengirim catatan pengingat.
Mereka menemukan dua faktor sangat terkait dengan peningkatan
tindak lanjut:
ketika para peserta bisa mendapatkan janji imbalan yang
dibutuhkan diagnostik kerja-up atau perawatan dalam
waktu dua minggu dari penunjukan awal
ketika peserta mendapat perhatian ekstra dari perawat-
pewawancara.