Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Sabun mandi merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak
nabati atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atu cair, dan berbusa digunakan sebagai
pembersih, dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak membahayakan
kesehatan.
Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak
dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah Natrium
Hidroksida (NaOH) dan kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH,
maka produk reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH
maka produk reaksi berupa sabun cair.
Pada pembuatan sabun yang dilakukan oleh kelompok ini, menggunakan metode
pengadukan tanpa pemanasan. Tujuannya ialah untuk melihat apakah sabun dapat terbentuk
walau tanpa proses pemanasan. Bahan dasar sabun adalah minyak/ lemak dan NaOH (soda
kaustik) dan KOH dengan bahan tambahan berupa pengharum, pewarna, bahan pengisi dan lain-
lain. Lemak merupakan komponen utama dalam pembuatan sabun. Lemak ini mengandung
campuran gliserida yang didapat dari lemak padat yang diberi pemanasan. Lemak padat
dirombak dengan dipanaskan, yang setelah itu membentuk lapisan diatas permukaan air
sehingga dapat diambil dengan mudah. Lemak ini biasanya dicampur dengan minyak kelapa di
ketel sabun atau penghidrolisis untuk meningkatkan kelarutan sabun tersebut. Kedua bahan
itulah yang mampu membentuk sabun melalui proses saponifikasi.

Pada percobaan kali ini, kita menggunakan NaOH sabagai basa (soda kausatik), dan
minyak jelantah atau minyak sisa penggorengan dan minyak kedelai. Tetapi dalam percobaan
membuat sabut kali ini, kita hanya menambahkan bahan tambahan berupa pengharum atau
parfum dan bahan pewarna makanan (Biru). Minyak kedelai paling banyak mengandung asam
linoleat, karena minyak kedelai mengandung 51% asam linoleat, 7 % asama linolineat, dan 23%
asam oleat. Asam linoleat digunakan sebagai bahan pembuat sabun dan pengental. Dalam
industry makanan, asam linoleat digunakan sebagai sumplemen di dalam tubuh karena di dalam
tubuh. Asam linoleat akan disintesis menjadi asam arakhidonat yang sangan bermanfaat bagi
tubuh.
NaOH digunakan untuk sabun padat. Jenis minyak yang digunakan, perbandingan
takaran masing-masing minyak sangant berpengaruh pada mutu sabun yang dihasilkan. Masing
masing jenis minyak memiliki angka saponifikasi yang berbeda satu sama lain. Angka
saponifikasi menunjukkan seberapa banyak soda yang diperlukan agar minyak tersebut berubah
menjadi sabun. Bila soda api (NaOH) yang dipakai terlalu banyak, sabun akan menjadi keras
dalam artian bisa berbahaya bagi kulit, karena bersifat terlalu basa. Bila jumlah soda api yang
digunakan kurang, maka ada minyak yang tidak tersaponifikasi, artinya sabun mengandung
banyak minyak, sehingga busa yang dihasilkan tidak ada. Karakterisitik dari sabun tersebut
dapat ditentukan dari banyaknya kadungan asam lemak di dalamnya. Dalam minyak kedelai
paling banyak mengadung asam linoleat, sehingga sabun akan manghasilkan busa krim yang
cukup banyak.
Penambahan minyak kelapa pada pembuatan sabun sangatlah penting. Sabun dengan
bahan dasar minyak kelapa bertekstur kuat dan terlihat lebih mengkilat. Minyak kelapa sebagian
besar mengandung gliserida dari asam laurtat dan asam myristat.
Bahan anorganik yang ditambahkan pada pembuatan sabun disebut Builders.
Tetrasodium piropospat dan sodium Tripolipospat merupakan bahan tambahan pada sabun yang
dinamakan Builders.
Kelemahan yang didapat saat menggunakan minyak jelantah sebagai campuran dari
bahan sabun kami adalah kadar asam lemak bebasnya lebih besar dibandingkan dengan minyak
lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan selama penggorengan, minyak goreng bekas 4 kali
pemakaian lebih sering mengalami pemanasan dengan suhu berkisar 1700C dalam waktu 7
menit sehingga bau pada minyak goreng menjadi tengik dan terbentuknya gelembung -
gelembung pada penggorengan menandakan telah terjadinya proses oksidasi dengan tingkat
tinggi (lebih besar) yang mengandung asam lemak tidak jenuh rendah sehingga meghasilkan
banyak asam lemak bebas (FFA) yang ditandai dari rasa getir (rasa pahit, rasa kelat) pada
minyak goreng. Menurut Ketaren (1986), selama penggorengan minyak goreng yang mengalami
pemanasan pada suhu 1700C - 2050C dalam waktu lama yang menyebabkan terjadinya proses
oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi menghasilkan senyawa hasil degradasi minyak seperti
keton, aldehid dan polimer. Oksidasi minyak menghasilkan senyawa aldehida, keton,
hidrokarbon, alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir.
Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena reaksi polimerisasi
asam lemak tidak jenuh, terbukti dengan terbentuknya bahan menyerupai gum (gelembung) di
dasar tempat penggorengan (Ketaren, 1986). Sehingga memberikan efek yang dapat ditimbulkan
dalam adonan sabun salah satunya adalah warna yang adonan sabun yang dihasilkan akan
berwarna orange meskipun adonan tersebut di tambahi dengan pewarna sekalipun.





Saran :
Sebelum menggunakan minyak jelantah sebagai bahan pembuatan sabun sebaiknya di
lakukan pemurnian terlebih dahulu. Tujuan utama pemurnian minyak goreng ini adalah
menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang kurang menarik. Pemurnian
minyak goreng ini meliputi 3 tahap proses yaitu :
1. Penghilangan bumbu (despicing)
2. Netralisasi
3. Pemucatan (bleaching)
Ketika dalam proses pengadukan lebih baik menggunakan mixer yang mana dapat
menghasilkan putaran atau pengadukan yang konstan, yang dapat mempengaruhi dari
penguraiaan molekul gliserol dari trigliserida.
Untuk penelitian selanjutnya pembuatan sabun mandi padat dari minyak goreng bekas
dapat digunakan KOH pada proses netralisai dan beberapa jenis adsorben yang berbeda
pada proses bleaching.Pada proses penyabunan dapat digunakan KOH untuk
menghasilkan sabun mandi padat

Anda mungkin juga menyukai