Anda di halaman 1dari 32

Solusio Plasenta Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak
pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah
keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh
pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus
yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala
tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit
kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang
ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami
Solusio Plasenta Page 2

kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan
morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian solusio plasenta ?
2. Apa klasifikasi solusio plasenta?
3. Bagaimana etiologi dari solusio plasenta ?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari solusio plasenta ?
5. Apa saja patofisiologi dari solusio plasenta ?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan pada solusio plasenta ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari solusio plasenta ?
8. Pengobatan apa saja yang dapat dilakukan pada solusio plasenta ?
9. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada kehamilan solusio plasenta ?
10. Asuhan keperawatan apa saja yang mungkin muncul pada solusio plasenta ?

C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui:
1. Pengertian solusio plasenta
2. Klasifikasi solusio plasenta
3. Etiologi dari solusio plasenta
4. Tanda dan gejala dari solusio plasenta
5. Patofisiologi dari solusio plasenta
6. Pemeriksaan penunjang solusio plasenta
7. Penatalaksanaan dari solusio plasenta
8. Pengobatan dari solusio plasenta
9. Komplikasi dari solusio plasenta
10. Asuhan keperawatan solusio plasenta


Solusio Plasenta Page 3

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOLUSIO PLASENTA
Solusio plasenta adalah Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang normal
implantasinya di atas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak. (Sulaiman Dkk ,2003).
Solusio plasenta adalah Lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya.(Manjoer,
2001).
Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya
pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Mansjoer, 2001).
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. (Wikryosastro, 1992 ).
Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang
tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas
sebelum kala III. (Achadiat,SP.2003).
B. KLASIFIKASI DAN PERSENTASE
1. Solusio plasenta diklasifikasikan menjadi beberapa tipe:
a. Sistem I berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan
1) Kelas 0 : Asimtomatik
Diagnosis ditegakkan secara responsif dengan menemukan hematoma atau daerah
yang mengalami pendesakan pada plasenta.Ruptur sinus marginal juga dimasukkan
dalam kategori.
2) Kelas 1 : Gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48% kasus
Gejala meliputi : Mulai dari tidak adanya perdarahan pervaginam sampai perdarahan
pervaginam ringan; uterus sedikit tegang; tekanan darah dan denyut jantung maternal
normal; tidak ada koagulopati; dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.

Solusio Plasenta Page 4

3) Kelas 2 : Gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus
Perdarahan pervaginam bisa ada atau tidak ada; ketegangan uterus sedang sampai
berat dengan kemungkinan kontraksi tetanik ; takikardi maternal dengan perubahan
ortostatistik tekanandarah dan denyut jantung ; terdapat fekal distress, dan
hipofibrinogenemi (150-250 mg/dl).
4) Kelas 3 : Gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus
Perdarahan pervaginam dari tidak ada sampai berat ; uterus tetanik dan sangat nyeri;
syok maternal; hipofibrinogenemi (<150 mg/dl); koagulopati serta kematian janin.

b. Sistem II berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
1) Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadinya perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan
darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau hanya ringan.
2) Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan hipertonus, sering terjadi
fetal distress berat.Tipe ini sering disebut Perdarahan Retroplasental.
3) Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam; uterus tetanik.

c. Sistem III berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi
1) Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam <100.
2) Solusio plasenta sedang
Perdarahan pervaginam 100-500 ml, hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus,
syok ringan, dapat terjadi fetal stress.
3) Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas >500 ml, uterus tetanik, syok maternal sampai kematian
janin dan koagulopati.



Solusio Plasenta Page 5

d. Sistem IV berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
1) Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari bagian plasenta yang terlepas.Perdarahan <250 ml.
2) Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas - bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus tegang, terdapat
fetal stress akibat insufisiensi utoroplasenta.
3) Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > bagian, perdarahan >1000 ml, terdapat fetal stress sampai
dengan kematian janin, syok maternal serta koagulopati.
(Lauren A. Dutton dkk. 2012)

2. Persentase solusio plasenta
Rentensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab
kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan
data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah
sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio
plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan
resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio plasenta
salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang
hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat (PATH,
2002).
Data WHO menunjukkan sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan
atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara
berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran
bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51
negara persemakmuran (WHO, 2010).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara anggota ASEAN. Berdasarkan data WHO untuk tahun 2010 Rasio
kematian ibu (MMR) selama kehamilan dan melahirkan atau dalam 42 hari setelah
melahirkan, per 100.000 kelahiran hidup untuk negara Indonesia sebesar berkisar antara
140-380/100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk sesama negara ASEAN seperti
Solusio Plasenta Page 6

Thailand berkisar antara 32-36/100.000 Kelahiran Hidup dan Malaysia 14-68/100.000
kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan
bahwa AKI di Indonesia untuk periode lima tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar
228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009).

C. ETIOLOGI
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.

2. Faktor trauma
a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi
luar atau tindakan pertolongan persalinan
c. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.

4. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.


Solusio Plasenta Page 7

6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan
katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus
dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitive

7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai
dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari.Ini dapat diterangkan
pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa
abnormalitas pada mikrosirkulasinya.

8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta
adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta.

9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
(Manjoer dkk, 2001)
D. MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)
1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana plasenta
terlepas kurang dari 1/4. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan
kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang
sifatnya terus menerus.Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah
diraba.Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi
semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.




Solusio Plasenta Page 8

2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan
Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi
dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam
dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu
mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup
mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus
dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.Jika janin masih hidup,
bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin
telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat.
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya.Terjadi sangat tiba-tiba.Biasanya
ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.Uterus sangat tegang
seperti papan dan sangat nyeri.Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan
keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat
terjadi.Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada
pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.
(Manuaba, 2007)

E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta
gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama
yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
Solusio Plasenta Page 9

sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut
otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan
berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali
menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke
dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang
akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi
hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus,
akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karana syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal
mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak
yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan
nasib janin.Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai selesai, makin hebat
umumnya komplikasinya.
(Mansjoer. Dkk. 2000)










Solusio Plasenta Page 10

F. PATHWAY





























(Mansjoer. Dkk. 2000)
Perdarahan
(Faktor Penyebab : Trauma hipertensi, usia ibu, paritas ibu dan lain-lain)
Hematoma
Pemeriksaan : terlihat cekungan pada
permukaan maternal dengan bekuan
darah yang berwarna kehitaman
Otot uterus tidak mampu menghentikan
pendarahan, hematoma meluas
Sebagian/keseluruhan plasenta terlepas dari dinding uterus
Darah menyeludup dibawah selaput ketuban keluar dari vagina;
menembus masuk kedalam kantong ketuban
Ekstravasasi diantara serabut otot
uterus
Timbul bercak biru atau ungu pada perukaan uterus
Nyeri
Kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan
retroplasenter
Tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu
Pembekuan intravaskuler; menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen
Gangguan perfusi ginjal
Oliguria, proteinuria
Hipofibrinogemi
Gangguan pembekuan darah
Solusio Plasenta Page 11

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada
solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka
diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen
(fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).
2. Pemeriksaan plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya
menempel di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.
3. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan
antara lain terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu, darah dan
tepian plasenta.
4. Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
pada kehamilan 28 minggu.

H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medik
a. Tidak terdapat renjatan (syok) :usia gestasi < 36 minggu atau BTJ < 2500 gram.
1) Ringan :terapi konservatif bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi
uterus tidak ada, janin hidup dan keadaan umum ibu baik) dan dapat dilakukan
pemantauan ketat keadaan janin dan ibu. Pasien tirah baring, atasi anemia, USG
dan KTG serial (bila memungkinkan) dan tunggu partus normal. Terapi aktif
dilakukan bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, kontraksi uterus
terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu dan atau janin). Bila
perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan masih lama > 6 jam, lakukan
seksio sesarea. Skor pelviks biasa dilakukan untuk mengetahui apakah
kemungkinan persalinan dapat berlangsung pervaginam.


Solusio Plasenta Page 12

Tabel Skor Pelviks
KONDISI PORTIO :

KETEBALAN


1. Tebal 3 cm : nilai=0
2. Tebal 2 cm : nilai=1
3. Tipis lunak 1 cm : nilai=2
4. Tidak teraba : nilai=3
KEKAKUAN 1. Kaku : nilai=0
2. Lunak : nilai=1
3. Mudah diregang : nilai=2
POSISI 1. Arah ke belakang : nilai=0
2. Agak ke belakang : nilai=1
3. Arah ke muka : nilai=2
PEMBUKAAN 1. Tidak ada : nilai=0
2. 1-2 cm : nilai=1
3. 3-4 cm : nilai=2
4. Lebih 5 cm : nilai=3
PRESENTASI
KEPALA
1. 3 cm di atas garis IS : nilai=0
2. 2 cm di atas garis IS : nilai=1
3. 1 cm di atas/di garis IS : nilai=2
4. 1-2 cm di bawah garis IS : nilai=3
HASIL PENILAIAN
KESELURUHAN
1. 10 (matang) : segera lahir sekitar 15 menit
2. Lebih dari 7 : kemungkinan persalinan pervaginam
100%
3. Nilai 5-7 : kemungkinan persalinan pervaginam 40-
60%
4. Kurang dari 5 : kemungkinan persalinan pervaginam
0-15%.
Solusio Plasenta Page 13

Bila partus dapat terjadi < 6 jam, dan infus oksitosin (Indikasi : mengakhiri
kehamilan dan memperkuat kontraksi rahim selama persalinan) .
2) Sedang / Berat : resusitasi cairan (pemberian cairan adekwat dalam waktu relatif
cepat pada penderita gawat akibat kekurangan cairan), atasi anemia (transfusi
darah), partus pervaginam bila < 6 jam (amniotomi dan infus oksitosin); bila
perkiraan partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea.
b. Tidak terdapat renjatan (syok): usia gestasi 36 minggu atau 2500 gram.
Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan
seksio sesarea.
c. Terdapat renjatan (syok):
Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak teratasi,
upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Bila renjatan dapat diatasi,
pertimbangkan untuk seksio sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari 6
jam.

2. Terapi Bedah
a. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.
b. Seksiosesarea atas indikasi medik.
c. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi
dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya
boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.
(POGI. 1994.)

I. PENGOBATAN
1. Tindakan darurat. Jika terjadi defisiensi, mekanisme pembekuan harus di pulihkan
sebelum melakukan upaya apapun untuk melahirkan bayi. Berikan kriopresipitat, FFP
atau darah segar. Berikan teapi anti syok. Pantau keadaan janin terus menerus.
Pecahkan selaput ketuban, jika mungkin, terlepas dari kemungkinan cara pelahiran yang
dipakai.


Solusio Plasenta Page 14

2. Tindakan spesifik.
a. Derajat 1. Jika pasien tidak dalam persalinan, tindakan menunggu dengan
pengawasan ketat merupakan indikasi, karena pada banyak kasus pendarahan akan
berhenti secara spontan. Jika persalinan mulai terjadi, siapkan persalinan pervaginam
jika tidak ada komplikasi lebih lanjut.
b. Derajat 2. Siapkan pelahiran pervaginam jika persalinan diperkirakan akan terjadi
dalam waktu sekitar 6 jam, terutama jika janin mati. Sekaio sesaria sebaiknya
dilakukan jika terdpat bukti kuat adanya gaeat janin dan bayi mungkin hidup.
c. Derajat 3. Pasien selalu dalam keadaan syok, janin sudah mati, uterus tetanik dan
mungkin terdapak defek koagulasi. Setelah memperbaiki koagulopati, lahirkan
pervaginam jika dapat dikerjakan dalam waktu 6 jam. Perslinan per vaginam
tampaknya paling baik untuk pasien multipara. Jika tidak, kerjakan seksio sesarea.
(Benson dan Pernoll. 2009)

J. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi baik pada ibu maupun janin:
1. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
a. Kegagalan pembekuan darah (coagulation failure), pada kasus yang berat dan
perdarahan tersembunyi dapat terjadi. Gangguan pembekuan darah harus segera
ditangani sebelum proses persalinan dilakukan. Transfusi dengan whole blood (darah
lengkap yang mengandung semua komponen darah secara utuh, baik plasma maupun
sel darahnya) adalah pilihan terbaik, fresh frozen plasma (Indikasi : untuk terapi
defisiensi faktor pembekuan yang kongenital) dan konsentrasi platelet (diberikan saat
tubuh mengalami luka terutama apabila luka tersebut tidak mampu ditutup oleh
vasokonstriksi pembuluh darah) dapat diindikasikan.
b. Emboli, syok yang berat sewaktu persalinan dapat disebabkan oleh emboli air
ketuban. Setelah ketuban pecah ada kemungkinan air ketuban masuk ke dalam vena-
vena tempat plasenta, endoserviks, atau luka lainnya. Air ketuban mengandung
lanugo, verniks kaseosa, dan mekonium dapat menimbulkan emboli karena dapat
menyumbat kapiler paru dan menimbulkan infark paru serta dilatasi jantung kanan.
Emboli ini dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul bila terjadi emboli yaitu
Solusio Plasenta Page 15

sesak napas, sianosis, edema paru, syok, dan relaksasi otot-otot rahim dengan
perdarahan pasca persalinan.
c. Kerusakan ginjal, syok hipovolemik yang berat dapat menyebabkan gagal ginjal
dengan diawali hemoglobinuria, kemudian oliguria atau anuria. Hal ini dapat merusak
tubulus ginjal atau nekrosis pada korteks ginjal. Untuk itu pada kasus solusio plasenta
yang berat harus dilakukan monitoring pengeluaran urine secara cermat.Pre-
eklampsia sering menyertai solusio plasenta, vasospasme ginjal kemungkinan besar
makin intensif. Bahkan apabila solusio plasenta disertai penyulit koagulasi
intravaskular berat, terapi perdarahan secara dini dan agresif dengan darah dan
kristaloid sering dapat mencegah disfungsi ginjal yang bermakna secara klinis. Atas
alasan yang tidak diketahui, proteinuria sering dijumpai, terutama pada solusio
plasenta yang berat. Proteinuria ini biasanya mereda segera setelah pelahiran.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium dan terkadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru
atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.Tapi apakah uterus ini harus diangkat
atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan
perdarahan.

2. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin
Hipoksia, anemia, retardasi pertumbuhan, kelainan susunan sistem saraf pusat, dan
kematian janin.
(http://www.artikelkedokteran.com/487/solusio-plasnta.html)






Solusio Plasenta Page 16

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Hemoragi pranatal terjadi di awal atau akhir kehamilan, karena masalah fisiologi tertentu,
masing masing dengan tanda dan gejala tersendiri, yang membantu membuat diagnosa
banding dan membuat rencana perawatann. Pedoman umum untuk perawatan ini ditunjukan
untuk mengatasi hemoragi klien antepranatal, dimana intervensi khusus yang tepat pada setiap
masalah fisiologi diidentifikasi.
A. PENGKAJIAN DASAR DATA KLIEN : TEMUAN - TEMUAN UMUM
1. SIRKULASI
Hipertensi ( faktor pencetus )
Perdarahan, bila ada, mungkin berwarna gelap atau terang ; mungkin tersembunyi
2. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Dapat mengalami nyeri dengan hemoragi retroplasenta; nyeri tekan nyata atau berat
secara umum atau nyeri lokal; nyeri punggung bawah.
3. SEKSUALITAS
Multipara dan usia ibu telah lanjut.
Seksio sesaria sebelumnya.
Aborsi berulang pada trimester kedua atau ketiga
Kondisi khusus dengan tanda dan gejala yang tepat telah disebutkan sesuai dengan urutan
pada masa pranatal di mana hal ini dapat muncul.
Peninggian fundus uterus
Relaksasi diantara kontraksi menurun secara progesif
Janin hiperakaktif.
DJJ (Detak jantung janin) mungkin dalam batas normal atau dapat menunjukkan
bradikardia atau takikardia.

Abrupsi Plasenta : pelepasan plasenta prematur terjadi selama trimester ketiga, biasanya
selama persalinan.


Solusio Plasenta Page 17

B. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mengevaluasi status klien/janin
2. Mempertahankan volume cairan sirkulasi
3. Bila mungkin berupaya mempertahankan kehamilan
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan dukungan emosional pada klien/pasangan
6. Memberikan klien/pasangan informasi tentang kemungkinan implikasi hemoragi jangka
pendek dan panjang dari hemoragi

C. TUJUAN PULANG
1. Homeostasis tercapai
2. Mempertahankan kehamilan
3. Bebas dari omplikasi
4. Klien/pasangan menerima situasi secara konstruksif
5. Memahami kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan ( kehilangan aktif ) berhubungan dengan Kehilangan vaskuler
berlebihan.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan kontraksi otot/dilatasi serviks, trauma jaringan (rupture
tuba fallopi).
3. Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta berhubungan dengan hipovolemia.
4. Risiko cedera terhadap ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan/organ, profil darah
abnormal kerusakan sistem imun.
5. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penggantian volume
cairan.
6. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (dirasakan atau aktual) pada diri
sendiri, janin.
7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai rasional hemoragi, prognosis, dan
kebutuhan tindakan).

Solusio Plasenta Page 18

DIAGNOSA KEPERAWATAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
( KEHILANGAN AKTIF )
Dapat berhubungan dengan Kehilangan vaskuler berlebihan
Kemungkinan dibuktikan oleh Hipotensi, peningkatan frekuensi nadi, penurunan
tekanan nadi, urin menurun/terkonsentrasi,
penurunan pengisian vena, perubahan mental.
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan
keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda
tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium
tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat
secara individual.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Evaluasi, laporan, dan catat jumlah
serta sifat kehilangan darah. Lakukan
erhitungan pembalut; timbang
pembalut/pengalas

Perkiraan kehulangan darah membantu
membedakan diagnosa. Setiap gram peningkatan
berat pembalut sama dengan kehilangan kira kira 1
ml darah
Lakukan tirah baring. Instruksikan
klien untuk menghindari Valsava
manuver dan koitus
Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas.
Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang
meningkatkan aktivitas uterus ) dpat merangsang
perdarahan
Posisikan klien dengan tepat,
terlentang dengan panggul
ditinggikan.
Hindari posisi trendelenburg
Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk
otak; peninggian panggul menghindari kompresi
vena kava. Posisi trendelenburg dapat menurunkan
keadaan pernapasan ibu.
Catat tanda tanda vital, pengisisan
kapiler pada dasar kuku, warna
membran mukosa/kulit dan suhu. Ukur
tekanan vena sentral, bila ada
Membantu menentukan beratnya kehilangan darah,
meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan
darah ( TD ) dan nadi adalah tanda tanda lanjut dai
kehilangan sirkulasi dan/ atau terjadinya syok. Juga
pantau keadekuatan penggantian cairan.
Solusio Plasenta Page 19

Pantau aktivitas uterus, status janin
dan adanya nyeri tekan abdomen
Membantu menentukan sifat hemoragi dan
kemungkinan hasil dari peristiwa hemoragi. Nyeri
tekan biasanya ada pada kehamilan ektopik yang
ruptur atau abrupsi plasenta. Catat religius; dapat
menolak penggunaan produk darah dan menetapkan
kebutuhan terapi alternatif. Klien mungkin
menginginkan pembaptisan hasil konsepsi pada
kejadian aborsi
Hindari pemeriksaan rektal atau
vagina
Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila
plasenta previa marginal atau total terjadi
Pantau masukan/haluaran. Dapatkan
sampel urin setiap jam; ukur berat
jenis
Menentukan luasnya kehilangan cairan dan
menunjukkan perfusi ginjal
Auskultasi bunyi napas Bunyi napas adventisus menunjukkan
ketidaktepatan/kelebihan penggantian. ( rujuk pada
DK: kelebihan volume cairan, resiko tinggi
terhadap)
Simpan jaringan atau hasil konsepsi
yang keluar
Dokter mengevaluasi kemungkinan retensi
jaringan/membran; pemeriksaan histologis mungkin
perlu.
KOLABORASI
Dapatkan/tinjau ulang pemeriksaan
darah cepat: HDL, jenis pencocokan
silang, titer Rh, kadar fibrinogen,
hitung trombosit, APTT, PT dan
kadar HCG.

Menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat
memberikan informasi mengenaipenyebab. Ht harus
dipertahankan di atas 30 % untuk mendukung
transpor oksigen dan nutrien.
Pasang kateter indwelling Haluaran kurang dari 30 ml/jam menandakan
penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan
terjadinya nekosis tubuler. Haluaran yang tepat
ditentukan oleh derajat defisit individual dan
kecepatan penggantian.
Solusio Plasenta Page 20

Berikan larutan intravena, ekspander
plasma, drah lengkap, atau sel-sel
kemasan, sesuai indikasi.
Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi
gejala gejala syok.
Siapkan untuk laparatomi pada kasus
kehamilan ektopik yang ruptur
Pengankatan tuba falopi yang ruptur dan
kemungkinan ovarium, menghentikan hemoragi.
( catatan : bila tuba tidak ruptur, tindakan obat
obatan untuk melisis hasil konsepsi dapat
melindungi tuba )
Siapkankan untuk kelahiran sesaria
bila ada diagnosa berikut : abrupsi
plasenta berat bila janin hidup dan
persalianan tidak terjadi; KID ; atau
plasenta previa bila janin matur,
kelahiran vagina tidak mungkin, dan
perdarahan berlebihan atau tidak
teratasi dengan tirah baring
Hemoragi berhenti berhenti bila plasenta di angkat
sinus sinus vena tertutup.

DIAGNOSA KEPERAWATAN NYERI ( AKUT )
Dapat berhubungan dengan Kontraksi otot/dilatasi serviks, trauma jaringan
( ruptur tuba fallopi )
Kemungkinan dibuktikan oleh Melaporkan nyeri, perilaku distraksi, respons
otonomik ( perubahan pada nadi/TD )
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau
terkontrol.
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan
relaksasi/aktivitas hiburan.









Solusio Plasenta Page 21

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Tentukan sifat, lokasi, dan durasi
nyeri. Kaji kontraksi uterus, hemoragi
retroplasenta, atau nyeri tekan
abdomen

Membantu dalam mendiagnosa dan memilih
tindakan. Ketidaknamanan dihubungkan dengan
kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infus
oksitosin. Abrusi plasenta disertai dengan nyeri
berat, khususnya bila terjadi hemoragi retroplasenta
tersembunyi.
Kaji stres psikologis klien/pasangan
dan respon emosional terhadap
kejadian
Ansietas sebagai respons terhadap situasi darurat
dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena
sindrom ketegangan takut nyeri
Berikan likungan yang tenang dan
aktivitas untuk mengalihkan rasa
nyeri. Instruksikan klien menggunakan
metode relaksasi ( mis. Napas dalam
visualisasi, distraksi). Jelaskan
prosedur
Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.
KOLABORASI
Berikan narkotika atau sedatif; beikan
obat-obatan praoperatif bila prosudur
pembedahan diindikasikan.

Meningkatkan kenyamanan; menurunkan risiko
komplikasi pembedahan
Siapkan untuk prosedur bedah, bila
diindikasikan
Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan
menghilangkan nyeri


DIAGNOSA KEPERAWATAN PERFUSI JARINGAN, PERUBAHAN,
Uteroplasenta
Dapat berhubungan dengan Hipovolemia
Kemungkinan dibuktikan oleh Perubahan denyut jantung janin ( DJJ ) dan/atau
aktivitas
HASIL YANG DIHARAPKAN Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan
Solusio Plasenta Page 22

KLIEN AKAN oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif
( NST )

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Perhatikan status fisiologi ibu, status
sirkulasi, dan volume darah

Kejadian perdarahan potensial merusak hasil
kehamilan, kemungkinan menyebabkan hipovolemia
atau hipoksia uteroplasenta
Auskultasi dan laporan DJJ, catat
bradikardia atau takikardia. Catat
perubahan pada aktivitas janin (
hipoaktivitas atau hipertivitas )
Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada
awalnya, janin berespon pada penurunan kadar
oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan.
Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan
aktivitas terjadi
Catat kehilangan darah ibu mungkin
dan adanya kontraksi uterus
Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah
baring dan medikasi mungkin tidak efektif dalam
mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu
secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta
Catat perkiraan tanggal kehilangan (
PTK ) dan tinggi fundus
PTK memberikan perkiraan untuk menentukankan
viabilitas janin
Anjurkan tirah baring pada posisi
miring kiri
Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan
meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan
pertukaran gas

KOLABORASI
Berikan suplemen oksigen pada klien

Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan
janin. Janin mempunyai beberapa kapasitas
perlekatan untuk mengatasi hipoksia dimana (1)
disosiasi Hb janin ( melepaskan oksigen pada
tingkat selular ) lebih cepat dari pada Hb dewasa,
dan (2) jumlah sel darah merah janin lebih besar dari
dewasa, sehingga kapasitas oksigen yang dibawa
janin meningkat.
Solusio Plasenta Page 23

Lakukan/ulang NST sesuai indikasi Mengevaluasi secara elektronik respon DJJ terhadap
gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan
kesejahteraan janin ( tes reaktif) versus hipoksia
(nonreaktif )
Ganti kehilangan darah/ cairan ibu Mempertahan volume sirkulasi yang adekuat iuntuk
tranpor oksigen. Hemoragi maternal mempengaruhi
transfer oksigen uteroplasma secara negatif,
menimbulkan kemungkinan kehilangan kehamilan
atau memburuknya status janin . bila penyimpanan
oksigen menetap, janin, kehabisan tenaga untuk
melakukan mekanisme koping, dan kemungkinan
SSP rusak/janin meninggal
Bantu dengan ultrasonografi dan
amniosentesis. Jelaskan prosedur
Menentukan maturitas janin dan usia gestasi.
Membantu menentukan viabilitas dan perkiraan
hasil secara realistis
Dapatkan spesimen vagina untuk tes
Apt, atau menggunakan tes Kleihauer-
betke untuk mengevaluasi serum ibu,
darah vagina, atau produk lavase
lambung
Membedakan darah ibu dari darah janin dalam
cairan amnion bila perdarahan vagina terjadi,
memberikan perkiraan kasar dari jumlah darah janin
yang hilang dan menunjukkan implikasi terhadap
kapasitas pembawa oksigen, serta kebutuhan ibu
terhadap injeksi imun globulin Rh ( RhIgG) bila
kelahiran terjadi. Tes betke-Kleihauer lebih sensitif
dan secara kuantitatif lebih akurat dari pada tes Apt
Siapkan klien untuk intervensi bedah
dengan tepat.
Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta
yang berat; atau bila perdarahan berlebihan, terjadi
penyimpangan oksgen janin, dan kelahiran vagina
tidak mungkin, seperti pada kasus plasenta previa
total ( plasenta letak bawah ), dimana pembedahan
mungkin di indikasikan untuk menyelamatkan hidup
janin.

Solusio Plasenta Page 24

DIAGNOSA KEPERAWATAN CEDERA, RISIKO TERHADAP , Ibu
Faktor risiko dapat meliputi Hipoksia jaringan/organ, profil darah abnormal
kerusakan sistem imun.
Kemungkinan dibuktikan oleh [ Tidak dapat diterapkan; adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual ]
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP. Hb
dan pemeriksaan koagulassi DBN normal
Mempertahankan haluaran urin yang tepatuntuk
situasi individu


TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau
tanda/gejala syok. ( Rujuk pada DK :
kekurangan volume cairan [
kehilangan aktif ]

Hemoragi berlebihan dan menetap dapatmengancap
hidup klien atau mengakibatkan infeksi
pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal
ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh
hipoksia jaringan dan malnutrisi.
Catat suhu , hitung SDP, dan bau serta
warna rabas vagina, dapatkan kultur
bila dibutuhkan.
Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb
meningkatkan risiko klien untuk kena infeksi
Catat masukan / haluaran urin, catat
berat jenis urin
Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan
haluaran urin. Lobus anterior hipofisis yang
membesar selama kehamilan, bila terjadi hemoragi
berisiko terhadap sindrom sheehan.
Pantau respons merugikan pada
pemberian produk darah, seperti alergi
atau reaksi hemolisis; atasi per
protokol
Pengenalan dan intervensi dini dapat mencegah
situasi yang mengancam hidup
Periksa petekie atau perdarahan dari
gusi atau sisi intravena pada klien
Menandakan perbedaan atau perubahan pada
koagulasi
Solusio Plasenta Page 25

Berikan informasi tentang risiko
penerimaan produk darah
Komplikasi seperti hepatitis dan human
immunodeficiency virus ( HIV )/ AIDS dapat tidak
bermanifestasi selama perawatan di rumah sakit,
tetapi mungkin memerlukan tindakan pada hari
hari berikutnya.
KOLABORASI
Dapatkan golongan darah dan
pencocokan silang

Meyakinkan bahwa produk yang tepat akan ttersedia
bila diperlukan penggantian darah
Berikan penggantian darah Mempertakan volume sirkulasi untuk mengatasi
kehilangan cairan atau syok
Pantau pemeriksaan koagulasi ( mis,
APTT, jumlah trombosit, kadar
fibrinogen, FSP/ FDP ).
KID dengan disertai penurunan kadar fibrinogen dan
terjadinya FSP dapat terjadi sebagai respons
terhadap pelepasan trombplastin dari jaringan
plasenta dan/atau janin mati. Agar supaya terjadi
pembentukan bekuan, kadar fibrinogen harus kurang
dari 100mg/dl
Berikan kriopresipitat dan plasma
beku segar sesui indikasi. Hindari
pemberian trombosit bila konsumsi
masih terjadi ( mis, bila kadar
trombosit turun )
Kriopresipitat menggantikan faktor faktor
pembekuan pada klien dengan dengan KID.
Pemberian trombosit selama masih di konsumsi
adalah kontroversial, karena ini dapat memperlama
siklus pembekuan, mengakibatkan reduksi lanjut
dari faktor faktor pembekuan dan meningkatkan
kongesti serta statis vena.
Berikan heparin, bila diindikasikan Heparin dapat digunakan pada KID dikasus
kematian janin, atau kematian satu janin pada
kehamilan multipel, atau memblok siklus
pembekuan dengan melindungi faktor faktor
pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai
terjadi perbaikan pembedahan.
Berikan antibiotik secara parental Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi
Solusio Plasenta Page 26

Atasi masalah dasar ( mis,
pembedahan untuk abrupsi plasenta)
Menghentikan hemoragi; menurunkan kemungkinan
cedera pada ibu

DIAGNOSA KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN, RISIKO
TINGGI TERHADAP
Faktor risiko dapat meliputi Penggantian kehilangan cairan berlebihan/cepat
Kemungkinan dibuktikan oleh [tidak dapat diterapkan;adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual ]
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Menunjukkan TD,nadi, berat urin, dan tanda tanda
neurologis DBN,tanpa kesuitan pernapsan.


TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Pantau adanya peningkatan TD dan
nadi; catat tanda tanda pernapasan
seperti dispnea, krekels,atau ronki

Bila penggantian cairanberlebihan, gejala beban
kerja sirkulasi berlebihan dan kesulitan
pernapasan dapat terjadi. Selain itu, klien dengan
abrupsi plasenta yang sudah hipertensi berisiko
terhadap manifestasi respons regatif penggantian
cairan, seperti pada klien dengan gangguan
fungsi jantung.
Pantau dengan cermat kecepatan infus
secara manual atau secara elektrik.
Catat masukan/baluaran. Ukur berat
jenis urin.
Masukan dan haluaran harus kira kira sama
dengan volume sirkulasi stabil. Haluaran urin
meningkatkan dan berat jenis menurun bila
perfusi ginjal dan volume sirkulasi kembali
normal
Kaji status neurologis, perhatikan
perubahan perilaku atau peningkatan
kepekaan
Perubahan perilaku dapat menjadi tanda awal
dari edema serebral karena retensi caira

Solusio Plasenta Page 27

KOLABORASI
Kaji kadar Ht
Kadar Ht dapat menandakan jumlah kehilangan
darah dan dapat digunakan untuk menentukan
kebutuhan dan keadekuatan penggantian.


DIAGNOSA KEPERAWATAN KURANG PENGETAHUAN [KEBUTUHAN
BELAJAR] mengenai rasional hemoragi,
prognosis, dan kebutuhan tindakan
Dapat berhubungan dengan Kurang pemajanan dan tidak mengenal sumber-
sumber informasi
Kemungkinan dibuktikan oleh Meminta informasi, pernyataan yang salah konsep.
Ketidaktepatan atau perilaku berlebihan
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Berpartisipasi dalam proses belajar
Mengungkapkan, dalam istilah sederhanan,
patofisiologi dan implikasi situasi klinis


TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Jelaskan tindakan dan rasional yang
ditentukan untuk kondisi hemoragi.
Beri penguatan informasi yang
diberikan oleh pemberi perawatan
kesehatan lain

Memberikan informasi, memperjelas kesalahan
konsep, dan dapat membantu menurunkan stres
yang berhubungan
Berikn kesempatan bagi klien untuk
mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan kesalahan konsep
Memberikan klarifikasi dan konsep yang salah,
identifikasi masalah-masalah,dan kesempatan untuk
mulai mengembangkan keterampilan koping.
Diskusikan kemungkinan implikasi
jangka pendek pada ibu/janin dari
keadaan perdarahan
Memberikan informasi tentang kemungkinan
komplikasi dan meningkatkan harapan realistis dan
kerja dengan aturan tindakan

Solusio Plasenta Page 28


DIAGNOSA KEPERAWATAN KETAKUTAN
Dapat berhubungan dengan Ancaman kematian ( dirasakan atau aktual ) pada
diri sendiri, janin
Kemungkinan dibuktikan oleh Pengungkapan masalah khusus, peningkatan
ketegangan, stimulasi simpatis
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin dan
masa depan kehamilan, mengenali ketakutan yang
sehat dan tidak sehat.
Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat
Mendemonstrasikan pemecahan masalah dan
pengguanaan sumber sumber secara efektif
Melaporkan/menunjukkan berkurangnya ketakutan
dan/atau perilaku yang menunjukkan ketakutan

TINDAKAN/ INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Diskusikan situasi dan pemahaman
tentang situasi dengan klien dan
pasangan

Memberikan informasi tentang reaksi individu
terhada apa yang terjadi
Pantau respons verbal dan nonverbal
klien/pasangan
Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami
klien/pasangan
Dengarkan masalah klien dan
dengarkan secara aktif
Meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan
memberikan kesempatan pada klien untuk
mengembangkan solusi sendiri
Berikan informasi dalam bentuk
verbal dan tertulis dan beri
kesempatan klien untuk mengajukan
pertanyaan jawab pertanyaan dengan
jujur
Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa
yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi
tertulis nantinya memungkinkan klien untuk
meninjau ulang informasi karena akibat tingkat
stres, klien tidak dapat mengasimilasi informasi.
Jawaban yang jujr dapat meningkatkan pemahaman
Solusio Plasenta Page 29

dengan lebih baik serta menurunkan rasa takut.
Libatkan klien dalam perencanaan dan
berpartisipasi dalam perawatan
sebanyak mungkin
Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk
membantu mengontrol situasi dapat menurunkan
rasa takut
Jelaskan prosedur dan arti gejala
gejala
Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa
takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi

























Solusio Plasenta Page 30

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat.
Keadaan klien dengan solution plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat
keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari
solutio ringan hingga berat. Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus
pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan
pada vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution
plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri
didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari
kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solutio plasenta. Adapun
komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).pada ibu dan janin
tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya nadi, jumlah sel
darah putih, atau bau/warna rabas vagina). berlangsung. Komplikasi terparah dari solution
plasenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat
berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.Penatalaksanaan dari solutionplasenta dapat
dilakukan secara konservatif dan secara aktif.Masing-masing dari penatalaksaan tersebut
mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupun keduanya.
Pognosis kejadian solusio plasenta Terhadap ibu : Mortalitas ibu 5 10 % hal ini karena
adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus. Terhadap anak : Mortalitas anak tinggi
mencapai 70 80 % hal ini tergantung derajat pelepasan dari plasenta. Terhadap kehamilan
berikutnya : Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka
kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat.


Solusio Plasenta Page 31

B. SARAN
1. Sebagai mahasiswa keperawatan dan sebagai calon tenaga kesehatan diharapkan mampu
menguasai baik secara teori maupun prakteksolusio plasenta untuk dapat diterapkan pada
masyarakat secara menyeluruh.
2. Perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktorrisiko dari solutio
plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.

























Solusio Plasenta Page 32

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, 2001, Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien (Edisi 2). Alih Bahasa Monica
Ester. Jakarta : EGC.
Dr. Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003.
Dutton, Lauren A. dkk. 2012.
HK, Joseph & M. Nugroho S. 2010.Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Manjoer, Arif dkk,Kapita selekta kedokteran edisi II, jilid I penerbit Media Aesculapius
FKUI 2001 hal.279).
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius.
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono & Abdul Bari Saifudin.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro. 1992.Ilmu Kebidanan Jakarta. PT Gramedia.
POGI. 1994.Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Cetakan Kedua.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
Ralph C. Benson, Martin L. Pernoll.328. 2009.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Penerbit buku kedokteran EGC.
Sastra winata sulaiman Dkk,2003.Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi ,edisi 2,hal.91.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://www.artikelkedokteran.com/487/solusio-plasnta.html.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi-1
    Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi-1
    Dokumen4 halaman
    Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi-1
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Keratitis: Definisi
    Keratitis: Definisi
    Dokumen4 halaman
    Keratitis: Definisi
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka-Baru
    Daftar Pustaka-Baru
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka-Baru
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Pengesa
    Pengesa
    Dokumen2 halaman
    Pengesa
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 14 Lembar Konsul
    Lampiran 14 Lembar Konsul
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 14 Lembar Konsul
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi RSUD Pulang Pisau
    Lembar Konsultasi RSUD Pulang Pisau
    Dokumen2 halaman
    Lembar Konsultasi RSUD Pulang Pisau
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • BDP 1
    BDP 1
    Dokumen4 halaman
    BDP 1
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pe
    Kata Pe
    Dokumen1 halaman
    Kata Pe
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • K
    K
    Dokumen1 halaman
    K
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • En D&E
    En D&E
    Dokumen74 halaman
    En D&E
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • NAMA
    NAMA
    Dokumen1 halaman
    NAMA
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Jadiiii 247248562 Bahasa Indo Bab 2 Pantun
    Jadiiii 247248562 Bahasa Indo Bab 2 Pantun
    Dokumen49 halaman
    Jadiiii 247248562 Bahasa Indo Bab 2 Pantun
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Cover Manajemen PKM Ke . D & e
    Cover Manajemen PKM Ke . D & e
    Dokumen6 halaman
    Cover Manajemen PKM Ke . D & e
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • 7111 - Resume Keperawatan Detok
    7111 - Resume Keperawatan Detok
    Dokumen1 halaman
    7111 - Resume Keperawatan Detok
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Fix Cover Askep Intensif
    Fix Cover Askep Intensif
    Dokumen2 halaman
    Fix Cover Askep Intensif
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • 7111 Re
    7111 Re
    Dokumen4 halaman
    7111 Re
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • 6 Er
    6 Er
    Dokumen2 halaman
    6 Er
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Fix Cover Askep
    Fix Cover Askep
    Dokumen2 halaman
    Fix Cover Askep
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Print Tanti
    Print Tanti
    Dokumen1 halaman
    Print Tanti
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Epilepsi
    Epilepsi
    Dokumen2 halaman
    Epilepsi
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Fix Cover Resume
    Fix Cover Resume
    Dokumen2 halaman
    Fix Cover Resume
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • DPD Cover
    DPD Cover
    Dokumen2 halaman
    DPD Cover
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • DPD Cover
    DPD Cover
    Dokumen2 halaman
    DPD Cover
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • Isos Cover
    Isos Cover
    Dokumen2 halaman
    Isos Cover
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • RBD Cover
    RBD Cover
    Dokumen2 halaman
    RBD Cover
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • RPK Cover
    RPK Cover
    Dokumen2 halaman
    RPK Cover
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • RPK Cover
    RPK Cover
    Dokumen2 halaman
    RPK Cover
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat
  • 7 Over
    7 Over
    Dokumen2 halaman
    7 Over
    Hartanti Wardani
    Belum ada peringkat