Anda di halaman 1dari 9

Tatanama Senyawa Anorganik

Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 1


I. TATANAMA SENYAWA ANORGANIK

1.1. Bilangan Oksidasi Atom

Atom-atom dapat dapat bergabung satu degan lain membentuk suatu senyawa, melalui
pelepasan, penangkapan, maupun pemakaian bersama elektron-elektronnya. Bilangan
oksidasi suatu unsur adalah bilangan yang mempunyai nilai positif, negatif, atau nol, yang
dapat diberikan pada suatu atom dari unsur dalam senyawa. Bilangan positif dan negatif
tersebut berhubungan langsung dangan muatan yang dihasilkan dari proses transfer elektron
dari sati atom ke senyawa ionik lain, atau penggunaan elektron tak seimbang antar atom
pembentuk senyawa kovalen. Bilangan oksidasi ini berguna dalam penulisan rumus
molekul, penamaan senyawa, dan penyetaraan persamaan reaksi.
Dalam senyawa ionik, bilangan oksidasi suatu atom sama dengan muatan ionnya.
Jadi dalam natrium klorida, MaCl, bilangan oksidasi Na adalah +1 dan Cl adalah 1; dalam
magnesium oksida, MgO, bilangan oksidasi Mg adalah +2 dan O adalah 2; dalam kalsium
klorida, CaCl
2
, bilangan oksidasi Ca adalah +2 dan Cl adalah 1. Jumlah bilangan oksidasi
dari semua atom dalam senyawa netral adalah nol.

H
H H H
H
H H
H
O C
Cl
Cl
:Cl Cl :
H, 0
H, +1
O, -2 H, +1
C, -4 C, +4
Cl, -1
:
: : : : : :
: :
: :
.. ..
.. ..
..
..
..
..
..
..
..
..
C
Bilangan
oksidasi


Gambar 1.1. Bilangan oksidasi beberapa unsur dalam senyawa

Untuk tujuan praktis, bilangan oksidasi juga diberikan pada molekul yang terdiri
atas atom sama dan ion-ion poliatom. Pada kasus ini elektron tidak ditransfer secara
Tatanama Senyawa Anorganik
Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 2
sempurna dari satu atom ke atom lain, karena itu bilangan oksidasi tak dapat diberikan
berdasarkan muatan ion. Bilangan oksidasi diberikan pada atom dalam molekul atau ion
poliatom berdasarkan metode umum. Setiap ikatan kovalen, pasangan elektron lebih
cenderung berada di sekitar atom yang bersifat elektronegatif. Bilangan oksidasi diberikan
berdasarkan jumlah elektron yang dilepas atau diterima, dan jumlah bilangan oksidasi harus
nol untuk molekul, dan sama dengan muatan ion untuk ion poliatom. Kasus ini dapat
ditelaah pada senyawa-senyawa berikut : H
2
, H
2
O, CH
4
, dan CCl
4.
Dalam molekul H
2
, pasangan elektron dipakai bersama secara seimbang antar dua
atom H, karena itu setiap atom H mempunyai bilangan oksidasi 0. Pada molekul H
2
O,
oksigen lebih elektronegatif dan pasangan elektron ikatan lebih banyak berada di oksigen,
sehingga bilangan oksidasi O adalah 2. Atom H yang bersifat elektropositif pada molekul
air cenderung dijauhi oleh pasangan elektron ikatan, sehingga bilangan oksidasinya adalah
+1. Pada metana ke empat pasang elektron ikatan cenderung lebih dekat ke atom C, dan
karerna karbon menerima 4 elektron, maka bilangan oksidasinya adalah 4 sedangkan
setiap atom H mempunyai bilangan oksidasi +1. Dalam CCl
4
, setiap pasangan elektron
ikatan lebih tertarik ke klor, dan bilangan oksidasi Cl adalah 1. Adapun karbon yang
mengalami kekurangan empat elektron yang tertarik ke klor, mempunyai bilangan oksidasi
+4.
Berikut diberikan aturan-aturan pemberian bilangan oksidasi :
1 Bilangan oksidasi setiap unsur bebas adalah nol, demikian juga jika atom yang sama
berikatan membentuk senyawa. (Contoh : Na, Mg, H
2
, O
2
, Cl
2
).
2 Logam umumnya mempunyai bilangan oksidasi yang positif dalam senyawaannya.
3 Bilangan oksidasi hidrogen dalam suatu senyawa atau ion adalah +1, kecuali dalam
hidrida logam, bilangan oksidasinya adalah 1. (Contoh : Natrium hidrida, NaH,
bilangan oksidasi Na adalah +1; H, -1).
4 Bilangan oksidasi oksigen dalam senyawa atau ion adalah 2, kecuali dalam
peroksida, bilangan oksidasinya 1, dan dalam OF
2
adalah +2.
5 Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
Tatanama Senyawa Anorganik
Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 3
6 Bilangan oksidasi suatu atom dalam senyawa kovalen sama dengan muatan atom-
atom setelah pasangan elektron ikatan terdistribusi berdasarkan sifat elektronegatif
dan elektropositif.
7 Jumlah bilangan oksidasi seluruh atom dalam senyawa harus sama dengan nol.
8 Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam ion poliatom harus sama dengan
muatan ionnya.


Bilangan oksidasi kebanyakan unsur dapat diprakira dari letaknya dalam sistem
periodik unsur, terutama untuk unsur golongan A, karena jumlah elektron valensinya sesuai
dengan nomor golongannya. Bilangan oksidasi unsur-unsur golongan A diberikan dalam
Tabel 1.1 sedangkan Tabel 1.2 menggambarkan penggunaan bilangan oksidasi untuk
memprakirakan rumus molekul senyawa-senyawa biner dari unsur-unsur yang terdapat
dalam suatu golongan.


Tabel 1.1.
Bilangan oksidasi unsur-unsur golongan A dalam tabel periodik

Golongan IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA
Bil.oksidasi +1 +2 +3 +4 s/d -4 -3 s/d +5 -2 s/d +6 -1 s/d +7

Tabel 1.2.
Beberapa senyawa biner unsur golongan A dengan hidrogen, oksigen, dan klor

Senyawa
Golongan
I A II A III A IV A V A VI A VII A
Hidrogen NaH CaH
2
AlH
3
CH
4
NH
3
H
2
S HCl
Oksigen Na
2
O CaO Al
2
O
3
CO
2
N
2
O
5
SO
3
Cl
2
O
Klor NaCl CaCl
2
AlCl
3
CCl
4
NCl
3
SCl
2
Cl
2

Tatanama Senyawa Anorganik
Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 4
Tabel 1.3.
Ion monoatom dan bilangan oksidasinya

Nama
Rumus
ion
Bilangan
oksidasi
Nama
Rumus
ion
Bilangan
oksidasi
Aluminium Al
3+
+ 3 Timbal(II) Pb
2+

+ 2
Arsen(III) As
3+

+ 3
Magnesium Mg
2+

+ 2
Barium Ba
2+

+ 2
Mangan(II) Mn
2+

+ 2
Kadmium Cd
2+

+ 2
Raksa(I) Hg
+

+ 1
Kalsium Ca
2+

+ 2
Raksa(II) Hg
2+

+ 2
Krom(III) Cr
3+

+ 3
Nikel(II) Ni
2+

+ 2
Tembaga(I) Cu
+

+ 1
Perak Ag
+

+ 1
Tembaga(II) Cu
2+

+ 2
Timah(II) Sn
2+

+ 2
Besi(II) Fe
2+

+ 2
Timah(IV) Sn
4+

+ 4
Besi(III) Fe
3+

+ 3
Seng Zn
2+

+ 2

Bromida Br
-
- 1 Nitrida N
3-
- 3
Klorida Cl
-
- 1 Oksida O
2-
- 2
Fluorida F
-
- 1 Sulfida S
2-
- 2
Iodida I
-
- 1


Dalam Tabel 1.3 dipaparkan nama-nama ion monoatom yang umum beserta muatan ionnya.
Muatan dan bilangan oksidasi ion logam golongan I A, II A, dan III A adalah positif, dan
sesuai dengan nomor golongannya. Sebagai contoh : Na
+
, Ca
2+
, Al
3+
. Muatan dan bilangan
oksidasi ion-ion monoatom dari golongan V A, VI A, dan VII A dapat ditentukan dari hasil
pengurangan nomor golongan dengan jumlah seluruh golongan, yaitu 8,. Untuk
belerang, yang terletak pada golongan VI A, bilangan oksidasinya adalah 6 8 = -2. Jadi
bilangan oksidasi belerang adalah 2. Semua halogen dalam senyawa biner dengan logam
atau hidrogen, mempunyai bilangan oksidasi 1.

Tatanama Senyawa Anorganik
Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 5
Tabel 1.4.
Ion poliatom dan muatannya

Nama Rumus ion Muatan Nama Rumus ion Muatan
Asetat C
2
H
3
O
2
-
-1 Sianida CN
-
-1
Amonium NH
4
+
+1 Dikromat Cr
2
O
7
2-
-2
Arsenat AsO
4
3-
-3 Hidroksida OH
-
-1
Bikarbonat HCO
3
-
-1 Nitrat NO
3
-
-1
Bisulfat HSO
4
-
-1 Nitrit NO
2
-
-1
Bromat BrO
3
-
-1 Permanganat MnO
4
-
-1
Karbonat CO
3
2-
-2 Fosfat PO
4
3-
-3
Klorat ClO
3
-
-1 Sulfat SO
4
2-
-2
Kromat CrO
4
2-
-2 Sulfit SO
3
2-
-2



1.2. Rumus Molekul Senyawa Ionik

Senyawa yang berikatan ionik, jumlah semua muatan ion dalam senyawa harus sama
dengan nol. Dengan demikian, rumus molekul senyawa ionik dengan mudah dapat
dituliskan dengan mengkombinasikan ion-ion yang ada secara proporsional hingga jumlah
muatannya sama dengan nol.
Natrium klorida yang terdiri atas ion Na
+
dan Cl
-
mempunyai jumlah muatan (+1) +
(-1) = 0, karena itu ion-ion berkombinasi dalam perbandingan 1 : 1, dan rumus molekulnya
adalah NaCl. Kalsium fluorida tersusun oleh ion-ion Ca
2+
dan F
-
. Satu ion Ca
2+
(muatannya
+2) membutuhkan dua ion F
-
(-1) agar jumlah muatannya nol, dan rumus molekulnya
tentusaja dituliskan CaF
2
. Aluminium oksida adalah suatu kombinasi yang sedikit rumit,
karena terdiri atas ion Al
3+
dan O
2-
. Diperlukan angka 6 sebagai hasil pengali terendah dari
3 dan 2, dan diperlukan 2(+3) + 3(-2) = 0, yaitu dua ion Al
3+
(+6) dan tiga ion O
2-
(-6)
sehingga rumus molekulnya adalah Al
2
O
3
.

Tatanama Senyawa Anorganik
Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 6
Tabel 1.5.
Unsur-unsur dengan bilangan oksidasi lebih dari satu

Unsur Bilangan oksidasi Unsur Bilangan oksidasi
Cu +1, +2 Ni +2, +3
Hg +1, +2 Co +2, +3
Sn +2, +4 As +3, +5
Pb +2, +4 Bi +3, +5
Fe +2, +3 Cr +2, +3, +5
Au +1, +3

Cl -1, +1, +3, +5, +7 N -3, +1, +2, +3, +4, +5
Br -1, +1, +3, +5, +7 P -3, +3, +5
I -1, +1, +3, +5, +7 C -4, +4
S -2, +4, +6


Tabel 1.6.
Penulisan rumus molekul senyawa ionik

Nama senyawa Ion - ion Pengali Jumlah muatan Rumus molekul
Natrium bromida Na
+
, Br
-
1 (+1)+(-1) = 0 NaBr
Kalium sulfida K
+
, S
2-
2 2(+1)+(-2) = 0 K
2
S
Seng sulfat Zn
2+
, SO
4
2-
2 (+2) + (-2) = 0 ZnSO
4
Amonium fosfat NH
4
+
, PO
4
3-
3 3(+1)+(-3) = 0 (NH
4
)
3
PO
4
Aluminium
kromat
Al
3+
, CrO
4
2-
6 2(+3)+3(-2) = 0 Al
2
(CrO
4
)
3


Hal yang sama juga diterapkan untuk ion-ion poliatom. Kalsium hidroksida,
mengandung ion Ca
2+
dan OH
-
. Karena jumlah muatan ionnya (+2) + 2(-1) = 0, berarti
diperlukan dua ion hidroksil untuk satu kalsium sehingga rumus molekulnya adalah
Ca(OH)
2
. Kurang tepat menuliskan CaO
2
H
2
untuk kalsium hidroksida meskipun
Tatanama Senyawa Anorganik
Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 7
perbandingannya benar, karena tanda kurung memberikan identitas tersendiri bagi OH
-
.
Perlu diperhatikan bahwa penulisan rumus molekul diawali dengan ion positif lalu diikuti
dengan ion negatif. Tabel 1.6 memberikan contoh penulisan rumus molekul senyawa ionik.

1.3. Nama Trivial

Penamaan senyawa kimia dikenal dengan istilah cemical nomenclature, adalah sistem
penamaan yang digunakan oleh para ahli kimia untuk mengenali senyawa tertentu. Jika
suatu senyawa baru ditemukan, maka senyawa tersebut harus diberi nama untuk
membedakannya dengan senyawa kimia lainnya. Sebelum diterapkan tatacara penamaan
secara sistematik yang dikembangkan oleh IUPAC (international union of pure and applied
chemistry), penamaan senyawa kimia diberikan berdasarkan penampakan fisik atau sifat
kimianya, yang kemudian dikenal dengan istilah nama trivial atau nama umum. Sebagai
contoh, quicksilver adalah nama trivial untuk raksa, sebagai terjemahan dari bahasa Latin
yang berarti liquid silver atau cairan perak. Nitrogen oksida, N
2
O, digunakan sebagai bahan
anastesi oleh dokter gigi, dikenal dengan nama gas ketawa karena bahan tersebut
menyebabkan seseorang akan tertawa saat menghirupnya. Sekarang, nama nitrogen oksida
lebih sistematik disebut dinitrogen monoksida.
Nama-nama umum untuk bahan kimia masih digunakan secara luas pada sektor
industri, karena nama sistematik kadang terlampau panjang atau terkesan bersifat teknis
untuk konsumsi sehari-hari. Orang lebih senang menyebut kapur (lime) untuk CaO, dan
bukan kalsium oksida. Fotografer lebih akrab dengan nama hipo (hypo) untuk senyawa
Na
2
S
2
O
3
dibanding nama natrium tiosulfat. Para ahli nutrisi lebih senang nama vitamin D
3

untuk senyawa C
27
H
44
O ketimbang 9,10-secocholesta-5,7,10 (19)-trien-3-ol. Tabel 4.7
memberikan nama trivial untuk berbagai senyawa umum.

1.4. Tatanama Sistematik IUPAC

Nama trivial atau nama umum, mempunyai keterbatasan bagi para ahli kimia, yang
menginginkan suatu nama yang sekaligus dapat menggambarkan komposisi dari senyawa.
Tatanama Senyawa Anorganik
Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 8
Tabel 1.7.
Nama trivial beberapa senyawa umum

Nama trivial (umum) Rumus molekul Nama kimia
Asetilen C
2
H
2
Etuna
Kapur CaO Kalsium oksida
Kapur mati Ca(OH)
2
Kalsium hidroksida
Air H
2
O Air
Galena PbS Timbal(II) sulfida
Alumina Al
2
O
3
Aluminium oksida
Baking soda NaHCO
3
Natrium hidrogen karbonat
Gula tebu C
12
H
22
O
11
Sukrosa
Batu biru, Biru vitriol, Terusi CuSO
4
. 5 H
2
O Tembaga(II) sulfat pentahidrat
Boraks Na
2
B
4
O
7
. 10 H
2
O Natrium tetraborat dekahidrat
Batu belerang S Belerang
Kalsit, Batu kapur CaCO
3
Kalsium karbonat
Krem tartar KHC
4
H
4
O
6
Kalium hidrogen tartarat
Garam Epsom, Garam
Inggeris
MgSO
4
. 7 H
2
O Magnesium sulfat heptahidrat
Gips CaSO
4
. 2 H
2
O Kalsium sulfat dihidrat
Alkohol C
2
H
5
OH Etanol
Hipo Na
2
S
2
O
3
Natrium tiosulfat
Gas ketawa N
2
O Dinitrogen monoksida
Litharge PbO Timbal(II) oksida
Soda kaustik NaOH Natrium hidroksida
Susu magnesia Mg(OH)
2
Magnesium hidroksida
Asam muriatik HCl Asam hidroklorida
Minyak vitriol, Swafer suur H
2
SO
4
Asam sulfat
Gips kapur, Batu tahu CaSO
4
. H
2
O Kalsium sulfat hemihidrat
Potas K
2
CO
3
Kalium karbonat
Pirit FeS
2
Besi disulfida
Quicksilver Hg Merkuri, Raksa(II)
Sal amoniak NH
4
Cl Amonium klorida
Sendawa Chili NaNO
3
Natrium nitrat
Garam meja NaCl Natrium klorida
Soda pembersih Na
2
CO
3
. 10 H
2
O Natrium karbonat dekahidrat
Alkohol kayu CH
3
OH Metanol

Tatanama Senyawa Anorganik
Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 9
Berkaitan dengan makin berkembangnya penemuan senyawa baru, maka penamaan
yang tepat dan sistematik, merupakan hal yang sangat penting. Metode sistematik dalam
penamaan senyawa anorganik didasarkan kepada pemahaman bahwa senyawa tersebut
tersusun oleh dua bagian, yakni satu bagian positif dan bagian lainnya negatif. Bagian
positif, adalah ion yang bermuatan positif, ditulis dan diberi nama pertama kali, lalu disusul
dengan bagian negatif, yang umumnya unsur bukan logam. Nama unsur dimodifikasi
dengan penambahan awaln atau akhiran untuk mengidentifikasi jenis yang berbeda atau
kelompok-kelompok senyawa.
Senyawa yang tersusun oleh ion natrium dan klorida disebut natrium klorida;
senyawa kovalen yang tersusun oleh atom-atom karbon dan oksigen dengan perbandingan
1:2 disebut karbon dioksida; dan senyawa yang tersusun oleh ion besi(II) dan ion klorida
disebut besi(II) klorida (dibaca besi-dua-klorida). Penamaan untuk senyawa asam, basa,
garam, dan oksida dapat diberikan dengan mengacu kepada Tabel 1.3, 1.4, dan 1.5.

Anda mungkin juga menyukai