Atom-atom dapat dapat bergabung satu degan lain membentuk suatu senyawa, melalui pelepasan, penangkapan, maupun pemakaian bersama elektron-elektronnya. Bilangan oksidasi suatu unsur adalah bilangan yang mempunyai nilai positif, negatif, atau nol, yang dapat diberikan pada suatu atom dari unsur dalam senyawa. Bilangan positif dan negatif tersebut berhubungan langsung dangan muatan yang dihasilkan dari proses transfer elektron dari sati atom ke senyawa ionik lain, atau penggunaan elektron tak seimbang antar atom pembentuk senyawa kovalen. Bilangan oksidasi ini berguna dalam penulisan rumus molekul, penamaan senyawa, dan penyetaraan persamaan reaksi. Dalam senyawa ionik, bilangan oksidasi suatu atom sama dengan muatan ionnya. Jadi dalam natrium klorida, MaCl, bilangan oksidasi Na adalah +1 dan Cl adalah 1; dalam magnesium oksida, MgO, bilangan oksidasi Mg adalah +2 dan O adalah 2; dalam kalsium klorida, CaCl 2 , bilangan oksidasi Ca adalah +2 dan Cl adalah 1. Jumlah bilangan oksidasi dari semua atom dalam senyawa netral adalah nol.
H H H H H H H H O C Cl Cl :Cl Cl : H, 0 H, +1 O, -2 H, +1 C, -4 C, +4 Cl, -1 : : : : : : : : : : : .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. C Bilangan oksidasi
Gambar 1.1. Bilangan oksidasi beberapa unsur dalam senyawa
Untuk tujuan praktis, bilangan oksidasi juga diberikan pada molekul yang terdiri atas atom sama dan ion-ion poliatom. Pada kasus ini elektron tidak ditransfer secara Tatanama Senyawa Anorganik Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 2 sempurna dari satu atom ke atom lain, karena itu bilangan oksidasi tak dapat diberikan berdasarkan muatan ion. Bilangan oksidasi diberikan pada atom dalam molekul atau ion poliatom berdasarkan metode umum. Setiap ikatan kovalen, pasangan elektron lebih cenderung berada di sekitar atom yang bersifat elektronegatif. Bilangan oksidasi diberikan berdasarkan jumlah elektron yang dilepas atau diterima, dan jumlah bilangan oksidasi harus nol untuk molekul, dan sama dengan muatan ion untuk ion poliatom. Kasus ini dapat ditelaah pada senyawa-senyawa berikut : H 2 , H 2 O, CH 4 , dan CCl 4. Dalam molekul H 2 , pasangan elektron dipakai bersama secara seimbang antar dua atom H, karena itu setiap atom H mempunyai bilangan oksidasi 0. Pada molekul H 2 O, oksigen lebih elektronegatif dan pasangan elektron ikatan lebih banyak berada di oksigen, sehingga bilangan oksidasi O adalah 2. Atom H yang bersifat elektropositif pada molekul air cenderung dijauhi oleh pasangan elektron ikatan, sehingga bilangan oksidasinya adalah +1. Pada metana ke empat pasang elektron ikatan cenderung lebih dekat ke atom C, dan karerna karbon menerima 4 elektron, maka bilangan oksidasinya adalah 4 sedangkan setiap atom H mempunyai bilangan oksidasi +1. Dalam CCl 4 , setiap pasangan elektron ikatan lebih tertarik ke klor, dan bilangan oksidasi Cl adalah 1. Adapun karbon yang mengalami kekurangan empat elektron yang tertarik ke klor, mempunyai bilangan oksidasi +4. Berikut diberikan aturan-aturan pemberian bilangan oksidasi : 1 Bilangan oksidasi setiap unsur bebas adalah nol, demikian juga jika atom yang sama berikatan membentuk senyawa. (Contoh : Na, Mg, H 2 , O 2 , Cl 2 ). 2 Logam umumnya mempunyai bilangan oksidasi yang positif dalam senyawaannya. 3 Bilangan oksidasi hidrogen dalam suatu senyawa atau ion adalah +1, kecuali dalam hidrida logam, bilangan oksidasinya adalah 1. (Contoh : Natrium hidrida, NaH, bilangan oksidasi Na adalah +1; H, -1). 4 Bilangan oksidasi oksigen dalam senyawa atau ion adalah 2, kecuali dalam peroksida, bilangan oksidasinya 1, dan dalam OF 2 adalah +2. 5 Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya. Tatanama Senyawa Anorganik Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 3 6 Bilangan oksidasi suatu atom dalam senyawa kovalen sama dengan muatan atom- atom setelah pasangan elektron ikatan terdistribusi berdasarkan sifat elektronegatif dan elektropositif. 7 Jumlah bilangan oksidasi seluruh atom dalam senyawa harus sama dengan nol. 8 Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam ion poliatom harus sama dengan muatan ionnya.
Bilangan oksidasi kebanyakan unsur dapat diprakira dari letaknya dalam sistem periodik unsur, terutama untuk unsur golongan A, karena jumlah elektron valensinya sesuai dengan nomor golongannya. Bilangan oksidasi unsur-unsur golongan A diberikan dalam Tabel 1.1 sedangkan Tabel 1.2 menggambarkan penggunaan bilangan oksidasi untuk memprakirakan rumus molekul senyawa-senyawa biner dari unsur-unsur yang terdapat dalam suatu golongan.
Tabel 1.1. Bilangan oksidasi unsur-unsur golongan A dalam tabel periodik
Golongan IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA Bil.oksidasi +1 +2 +3 +4 s/d -4 -3 s/d +5 -2 s/d +6 -1 s/d +7
Tabel 1.2. Beberapa senyawa biner unsur golongan A dengan hidrogen, oksigen, dan klor
Senyawa Golongan I A II A III A IV A V A VI A VII A Hidrogen NaH CaH 2 AlH 3 CH 4 NH 3 H 2 S HCl Oksigen Na 2 O CaO Al 2 O 3 CO 2 N 2 O 5 SO 3 Cl 2 O Klor NaCl CaCl 2 AlCl 3 CCl 4 NCl 3 SCl 2 Cl 2
Tatanama Senyawa Anorganik Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 4 Tabel 1.3. Ion monoatom dan bilangan oksidasinya
Nama Rumus ion Bilangan oksidasi Nama Rumus ion Bilangan oksidasi Aluminium Al 3+ + 3 Timbal(II) Pb 2+
+ 2 Arsen(III) As 3+
+ 3 Magnesium Mg 2+
+ 2 Barium Ba 2+
+ 2 Mangan(II) Mn 2+
+ 2 Kadmium Cd 2+
+ 2 Raksa(I) Hg +
+ 1 Kalsium Ca 2+
+ 2 Raksa(II) Hg 2+
+ 2 Krom(III) Cr 3+
+ 3 Nikel(II) Ni 2+
+ 2 Tembaga(I) Cu +
+ 1 Perak Ag +
+ 1 Tembaga(II) Cu 2+
+ 2 Timah(II) Sn 2+
+ 2 Besi(II) Fe 2+
+ 2 Timah(IV) Sn 4+
+ 4 Besi(III) Fe 3+
+ 3 Seng Zn 2+
+ 2
Bromida Br - - 1 Nitrida N 3- - 3 Klorida Cl - - 1 Oksida O 2- - 2 Fluorida F - - 1 Sulfida S 2- - 2 Iodida I - - 1
Dalam Tabel 1.3 dipaparkan nama-nama ion monoatom yang umum beserta muatan ionnya. Muatan dan bilangan oksidasi ion logam golongan I A, II A, dan III A adalah positif, dan sesuai dengan nomor golongannya. Sebagai contoh : Na + , Ca 2+ , Al 3+ . Muatan dan bilangan oksidasi ion-ion monoatom dari golongan V A, VI A, dan VII A dapat ditentukan dari hasil pengurangan nomor golongan dengan jumlah seluruh golongan, yaitu 8,. Untuk belerang, yang terletak pada golongan VI A, bilangan oksidasinya adalah 6 8 = -2. Jadi bilangan oksidasi belerang adalah 2. Semua halogen dalam senyawa biner dengan logam atau hidrogen, mempunyai bilangan oksidasi 1.
Tatanama Senyawa Anorganik Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 5 Tabel 1.4. Ion poliatom dan muatannya
Nama Rumus ion Muatan Nama Rumus ion Muatan Asetat C 2 H 3 O 2 - -1 Sianida CN - -1 Amonium NH 4 + +1 Dikromat Cr 2 O 7 2- -2 Arsenat AsO 4 3- -3 Hidroksida OH - -1 Bikarbonat HCO 3 - -1 Nitrat NO 3 - -1 Bisulfat HSO 4 - -1 Nitrit NO 2 - -1 Bromat BrO 3 - -1 Permanganat MnO 4 - -1 Karbonat CO 3 2- -2 Fosfat PO 4 3- -3 Klorat ClO 3 - -1 Sulfat SO 4 2- -2 Kromat CrO 4 2- -2 Sulfit SO 3 2- -2
1.2. Rumus Molekul Senyawa Ionik
Senyawa yang berikatan ionik, jumlah semua muatan ion dalam senyawa harus sama dengan nol. Dengan demikian, rumus molekul senyawa ionik dengan mudah dapat dituliskan dengan mengkombinasikan ion-ion yang ada secara proporsional hingga jumlah muatannya sama dengan nol. Natrium klorida yang terdiri atas ion Na + dan Cl - mempunyai jumlah muatan (+1) + (-1) = 0, karena itu ion-ion berkombinasi dalam perbandingan 1 : 1, dan rumus molekulnya adalah NaCl. Kalsium fluorida tersusun oleh ion-ion Ca 2+ dan F - . Satu ion Ca 2+ (muatannya +2) membutuhkan dua ion F - (-1) agar jumlah muatannya nol, dan rumus molekulnya tentusaja dituliskan CaF 2 . Aluminium oksida adalah suatu kombinasi yang sedikit rumit, karena terdiri atas ion Al 3+ dan O 2- . Diperlukan angka 6 sebagai hasil pengali terendah dari 3 dan 2, dan diperlukan 2(+3) + 3(-2) = 0, yaitu dua ion Al 3+ (+6) dan tiga ion O 2- (-6) sehingga rumus molekulnya adalah Al 2 O 3 .
Tatanama Senyawa Anorganik Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 6 Tabel 1.5. Unsur-unsur dengan bilangan oksidasi lebih dari satu
Unsur Bilangan oksidasi Unsur Bilangan oksidasi Cu +1, +2 Ni +2, +3 Hg +1, +2 Co +2, +3 Sn +2, +4 As +3, +5 Pb +2, +4 Bi +3, +5 Fe +2, +3 Cr +2, +3, +5 Au +1, +3
Cl -1, +1, +3, +5, +7 N -3, +1, +2, +3, +4, +5 Br -1, +1, +3, +5, +7 P -3, +3, +5 I -1, +1, +3, +5, +7 C -4, +4 S -2, +4, +6
Tabel 1.6. Penulisan rumus molekul senyawa ionik
Nama senyawa Ion - ion Pengali Jumlah muatan Rumus molekul Natrium bromida Na + , Br - 1 (+1)+(-1) = 0 NaBr Kalium sulfida K + , S 2- 2 2(+1)+(-2) = 0 K 2 S Seng sulfat Zn 2+ , SO 4 2- 2 (+2) + (-2) = 0 ZnSO 4 Amonium fosfat NH 4 + , PO 4 3- 3 3(+1)+(-3) = 0 (NH 4 ) 3 PO 4 Aluminium kromat Al 3+ , CrO 4 2- 6 2(+3)+3(-2) = 0 Al 2 (CrO 4 ) 3
Hal yang sama juga diterapkan untuk ion-ion poliatom. Kalsium hidroksida, mengandung ion Ca 2+ dan OH - . Karena jumlah muatan ionnya (+2) + 2(-1) = 0, berarti diperlukan dua ion hidroksil untuk satu kalsium sehingga rumus molekulnya adalah Ca(OH) 2 . Kurang tepat menuliskan CaO 2 H 2 untuk kalsium hidroksida meskipun Tatanama Senyawa Anorganik Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 7 perbandingannya benar, karena tanda kurung memberikan identitas tersendiri bagi OH - . Perlu diperhatikan bahwa penulisan rumus molekul diawali dengan ion positif lalu diikuti dengan ion negatif. Tabel 1.6 memberikan contoh penulisan rumus molekul senyawa ionik.
1.3. Nama Trivial
Penamaan senyawa kimia dikenal dengan istilah cemical nomenclature, adalah sistem penamaan yang digunakan oleh para ahli kimia untuk mengenali senyawa tertentu. Jika suatu senyawa baru ditemukan, maka senyawa tersebut harus diberi nama untuk membedakannya dengan senyawa kimia lainnya. Sebelum diterapkan tatacara penamaan secara sistematik yang dikembangkan oleh IUPAC (international union of pure and applied chemistry), penamaan senyawa kimia diberikan berdasarkan penampakan fisik atau sifat kimianya, yang kemudian dikenal dengan istilah nama trivial atau nama umum. Sebagai contoh, quicksilver adalah nama trivial untuk raksa, sebagai terjemahan dari bahasa Latin yang berarti liquid silver atau cairan perak. Nitrogen oksida, N 2 O, digunakan sebagai bahan anastesi oleh dokter gigi, dikenal dengan nama gas ketawa karena bahan tersebut menyebabkan seseorang akan tertawa saat menghirupnya. Sekarang, nama nitrogen oksida lebih sistematik disebut dinitrogen monoksida. Nama-nama umum untuk bahan kimia masih digunakan secara luas pada sektor industri, karena nama sistematik kadang terlampau panjang atau terkesan bersifat teknis untuk konsumsi sehari-hari. Orang lebih senang menyebut kapur (lime) untuk CaO, dan bukan kalsium oksida. Fotografer lebih akrab dengan nama hipo (hypo) untuk senyawa Na 2 S 2 O 3 dibanding nama natrium tiosulfat. Para ahli nutrisi lebih senang nama vitamin D 3
untuk senyawa C 27 H 44 O ketimbang 9,10-secocholesta-5,7,10 (19)-trien-3-ol. Tabel 4.7 memberikan nama trivial untuk berbagai senyawa umum.
1.4. Tatanama Sistematik IUPAC
Nama trivial atau nama umum, mempunyai keterbatasan bagi para ahli kimia, yang menginginkan suatu nama yang sekaligus dapat menggambarkan komposisi dari senyawa. Tatanama Senyawa Anorganik Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 8 Tabel 1.7. Nama trivial beberapa senyawa umum
Nama trivial (umum) Rumus molekul Nama kimia Asetilen C 2 H 2 Etuna Kapur CaO Kalsium oksida Kapur mati Ca(OH) 2 Kalsium hidroksida Air H 2 O Air Galena PbS Timbal(II) sulfida Alumina Al 2 O 3 Aluminium oksida Baking soda NaHCO 3 Natrium hidrogen karbonat Gula tebu C 12 H 22 O 11 Sukrosa Batu biru, Biru vitriol, Terusi CuSO 4 . 5 H 2 O Tembaga(II) sulfat pentahidrat Boraks Na 2 B 4 O 7 . 10 H 2 O Natrium tetraborat dekahidrat Batu belerang S Belerang Kalsit, Batu kapur CaCO 3 Kalsium karbonat Krem tartar KHC 4 H 4 O 6 Kalium hidrogen tartarat Garam Epsom, Garam Inggeris MgSO 4 . 7 H 2 O Magnesium sulfat heptahidrat Gips CaSO 4 . 2 H 2 O Kalsium sulfat dihidrat Alkohol C 2 H 5 OH Etanol Hipo Na 2 S 2 O 3 Natrium tiosulfat Gas ketawa N 2 O Dinitrogen monoksida Litharge PbO Timbal(II) oksida Soda kaustik NaOH Natrium hidroksida Susu magnesia Mg(OH) 2 Magnesium hidroksida Asam muriatik HCl Asam hidroklorida Minyak vitriol, Swafer suur H 2 SO 4 Asam sulfat Gips kapur, Batu tahu CaSO 4 . H 2 O Kalsium sulfat hemihidrat Potas K 2 CO 3 Kalium karbonat Pirit FeS 2 Besi disulfida Quicksilver Hg Merkuri, Raksa(II) Sal amoniak NH 4 Cl Amonium klorida Sendawa Chili NaNO 3 Natrium nitrat Garam meja NaCl Natrium klorida Soda pembersih Na 2 CO 3 . 10 H 2 O Natrium karbonat dekahidrat Alkohol kayu CH 3 OH Metanol
Tatanama Senyawa Anorganik Hala, Y., Kimia Anorganik Dasar 9 Berkaitan dengan makin berkembangnya penemuan senyawa baru, maka penamaan yang tepat dan sistematik, merupakan hal yang sangat penting. Metode sistematik dalam penamaan senyawa anorganik didasarkan kepada pemahaman bahwa senyawa tersebut tersusun oleh dua bagian, yakni satu bagian positif dan bagian lainnya negatif. Bagian positif, adalah ion yang bermuatan positif, ditulis dan diberi nama pertama kali, lalu disusul dengan bagian negatif, yang umumnya unsur bukan logam. Nama unsur dimodifikasi dengan penambahan awaln atau akhiran untuk mengidentifikasi jenis yang berbeda atau kelompok-kelompok senyawa. Senyawa yang tersusun oleh ion natrium dan klorida disebut natrium klorida; senyawa kovalen yang tersusun oleh atom-atom karbon dan oksigen dengan perbandingan 1:2 disebut karbon dioksida; dan senyawa yang tersusun oleh ion besi(II) dan ion klorida disebut besi(II) klorida (dibaca besi-dua-klorida). Penamaan untuk senyawa asam, basa, garam, dan oksida dapat diberikan dengan mengacu kepada Tabel 1.3, 1.4, dan 1.5.