Secara umum, bedah saraf dapat membantu penderita neuralgia trigeminal yang memiliki nyeri yang paroksismal dan pada penderita neuralgia trigeminalyang mengenai satu cabang atau lebih, bukan neuralgia trigeminalyang bersifat difus. Tindakan bedah biasanya kurang efektif pada penderita neuralgia trigeminal yang disebabkan oleh multipel sklerosis. Indikasi operasi pada penderita neuralgia trigeminal adalah penderita neuralgia trigeminalyang tidak dapat ditangani lagi dengan medikamentosa, dan pada mereka yang telah melakukan prosedur operasi sebelumnya namun gagal. 1 Terdapat beberapa teknik operasi pada penderita neuralgia trigeminal dewasa ini. Ablasi lokal nervus preifer dan eksisi luas dari radiks sensorik sudah tidak diperbolehkan untuk dilakukan lagi. Beberapa teknik operasi yang direkomendasikan kini adalah sebagai berikut: 2 a. Prosedur perkutaneus (Percutaneous procedures) Tiga prosedur perkutaneus untuk neuralgia trigeminaladalah percutaneous radiofrequency trigeminal gangliolysis (PRTG), percutaneous retrogasserian glycerol rhizotomy (PRGR), dan percutaneous balloon microcompression (PBM). Pada setiap prosedur, ahli bedah memasukkan trocar atau jarum ke bagian lateral sudut mulut, dan dengan tuntunan fluoroskopik, menuju ke foramen ipsilateral. Ganglion Gasserian segaris dengan lokasi tersebut. 1,2
Gambar 3 . Selama prosedur PRTG memberikan aliran panas yangdigunakan untuk menghancurkan rasa sakit yang disebabkan serat saraf. 3
1) Percutaneous radiofrequency trigeminal gangliolysis (PRTG) PRTG merupakan suatu prosedur yang dilakukan dengan menempatkan jarum pada ganglion Gasserian, kemudian mengalirinya dengan arus listrik yang akan memanasi probe, dan membuat suatu lesi termal pada ganglion. Melalui prosedur ini, kejadian nyeri yang rekuren dilaporkan sangat rendah. PRTG, sama halnya dengan PBM, merupakan tindakan yang relatif tidak mahal dan menggunakan teknik yang mudah diakses, dan merupakan tindakan minimal invasif, dengan rasio rekurensi nyeri sangat rendah, meskipun ada literatur yang menyebutkan bahwa tindakan ini memiliki rekurensi yang tinggi. Selain itu, tindakan ini dapat membuat wajah penderita menjadi mati rasa pasca dilakukannya tindakan. Saat melakukan tindakan PRTG, pasien dapat dalam keadaan sadar, cepat pulih, dan dapat pulang ke rumah sehari setelah operasi dilaksanakan. Hasil akhirnya sangat tergantung pada keahlian ahli bedah. 1,2
2) Percutaneous balloon microcompression (PBM) Dengan menggunakan teknik PBM, operator akan memasukkan sebuah balon kateter melalui foramen ovale ke dalam ganglion kemudian mengembangkannya selama 1-10 menit. Beberapa ahli bedah melaporkan hasil akhir yang baik sehubungan dengan penggunaan teknk PMB, dan dapat dibandingkan dengan PRTG. 1,2
3) Percutaneous retrogasserian glycerol rhizotomy (PRGR) Injeksi gliserol ke dalam ganglion Gasserian untuk merusak serabut saraf yang menghantar nyeri telah digunakan sejak lama. Teknik ini mudah dilakukan dan memiliki efisiensi yang tinggi, serta memiliki angka rekurensi yang rendah. Pada teknik PRGR, seperti pada prosedur perkutaneus lainnya, jarum spinal dimasukkan menembus wajah, masuk ke cisterna trigeminal, di mana suatu cistenogram diperoleh dengan menggunakan larutan kontras. Setelah menghilangkan larutan kontras, ahli bedah akan menginjeksi gliserol anhidrat, kemudian meminta pasien untuk duduk sekitar 2 jam sampai saraf tersebut terablasi. 1,2
b. Gamma Knife Surgery (GKS) Stereotatic Gamma Knife Surgery (GKS) adalah salah satu teknik terbaru dalam menangani neuralgia trigeminus. Teknik ini merupakan tindakan yang minimal invasif dibandingkan semua teknik operasi, dan tidak terlalu bergantung pada keahlian ahli bedah. Teknik ini lebih efektif dibandingkan dengan prosedur perkutaneus, tetapi teknik ini membutuhkan waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan untuk memperoleh kesembuhan dan biaya yang dibutuhkan juga lebih besar. GKS terdiri dari beberapa sinar foton (> 200) yang terkonsenttasi tinggi disertai dengan akurasi yang tinggi untuk memberikan dosis 70-90 Gy pada target, yaitu radiks nervus trigeminus. Teknik ini merusak komponen spesifik dari nervus sehingga nervus ini berhenti mengirim sinyal nyeri ke otak. GKS dapat diindikasikan pada penderita neuralgia trigeminalyang tidak berhasil dengan pengobatan dan prosedur yang telah disebutkan di atas. 4
Gambar 4. Radiasi merusak nervus trigeminus (area yang berwarna) agar nervus tersebut berhenti mengirim sinyal nyeri 4
Dari semua penderita neuralgia trigeminalyang ditangani dengan GKS, 60% penderita segera terbebas dari nyeri, dan lebih dari 75% penderita terbebas dari nyeri sekitar 1,5 tahun kemudian. Rekurensi terjadi pada 25% penderita dalam rentang waktu 1-3 tahun. Angka rekurensi rendah pada penderita yang telah sembuh sempurna. 2,4
c. Dekompresi mikrovaskular Dekompresi mikrovaskular adalah prosedur bedah yang klasik pada neuralgia trigeminus, dan merupakan tindakan yang paling efektif. Tindakan ini berdasarkan hipotesis bahwa kompresi vaskular di sekitar nervus trigeminus akan mengakibatkan abnormalitas dari fungsi nervus tersebut. Dekompresi mikrovaskular diindikasikan pada penderita neuralgia trigeminalyang usianya lebih muda, terutama pada penderita neuralgia trigeminalyang nyerinya terisolasi pada area oftalmika atau pada seluruh cabang nervus trigeminus dan pada penderita dengan neuralgia trigeminal sekunder. Kini, dekompresi mikrovaskular merupakan tindakan bedah yang paling sering digunakan untuk neuralgia trigeminus. Pada dekompresi mikrovaskular, kulit di belakang telinga diinsisi dan dibuat kraniotomi sebesar 3 cm. Buka duramater agar nervus trigeminus terlihat, dan indentifikasi pembuluh darah yang menekan nervus saat pembuluh darah masuk ke pons. Teflon felt digunakan untuk mengalasi nervus agar nervus tersebut menjauhi arteri dan vena. 2,5
Gambar 5. Ilustrasi tindakan dekompresi mikrovaskular 4
Gambar 6. Dekompresi mikrovaskular (Jannetta procedure) yang digunakan untuk menangani neuralgia trigeminus. Arteri cerebellar anteroinferior berkontak dengan nervus trigeminus 2
Pasca operasi, penderita harus dirawat di ruang intensif, dan nyeri bekas sayatan operasi dapat ditangani dengan analgetik. Hanya ada 2 kematian yang dilaporkan oleh Peter Jannetta pasca operasi ini. Selain nyeri kepala pasca operasi, mati rasa pada daerah wajah, dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi. 2,5
d. Sensory Rhizotomy Sensory Rhizotomy adalah pemotongan irreversibel dari cabang nervus trigeminus yang memberikan koneksi pada batang otak. Tekniknya dengan membuat lubang kecil di belakang tengkorak. Stimulasi probe digunakan untuk mengidentifikasi cabang saraf motorik. Cabang saraf motorik dimana berfungsi mengontrol otot pengunyah harus dipertahankan. Cabang saraf sensorik dimana berfungsi yang mengirimkan sinyal nyeri dari otak di potong. Pemotongan saraf akan menyebabkan mati rasa pada bagian wajah secara permanen sehingga harus dipertimbangkan karena adanya nyeri kambuhan yang tidak berespon dengan pengobatan lain. 3
Gambar 7. Selama prosedur sensory rhizotomy, cabang saraf sensory dipotong dan cabang saraf motorik tetap dipertahankan. 3
DAFTAR PUSTAKA 1. Burchiel KJ, Wyler AR. Neuralgia trigeminal surgery [online]. 2012 [cited 2013 August 30]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/248933- overview#showall 2. Hollway T, Brosnan K.,Moore AJ, Newell DW. Neurosurgery Principles and Practice. United Kingdom: Springer; 2005. p. 586-7. 3. Tew J, McMahon N. Neuralgia trigeminal [online]. 2012. [cited 2013 January 19]. Available from: http://www.mayfieldclinic.com/PE-TRIN.htm 4. Prall JA. Three options for treating trigeminal neuralgia. Neuroscience News 2011. 2, 1: 1-4. 5. Anil SM, Kanno T, Watanabe S, Kato Y, Sano H. Microvascular decompression in trigeminal neuralgia. Pan Arab Journal of Neurosurgery 2009. 13, 2: 17-23.