Anda di halaman 1dari 4

LO 3 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksana

3.2 Non Farmakologi


Secara umum, bedah saraf dapat membantu penderita neuralgia trigeminal yang
memiliki nyeri yang paroksismal dan pada penderita neuralgia trigeminalyang mengenai satu
cabang atau lebih, bukan neuralgia trigeminalyang bersifat difus. Tindakan bedah biasanya
kurang efektif pada penderita neuralgia trigeminal yang disebabkan oleh multipel sklerosis.
Indikasi operasi pada penderita neuralgia trigeminal adalah penderita neuralgia
trigeminalyang tidak dapat ditangani lagi dengan medikamentosa, dan pada mereka yang
telah melakukan prosedur operasi sebelumnya namun gagal.
1
Terdapat beberapa teknik operasi pada penderita neuralgia trigeminal dewasa ini.
Ablasi lokal nervus preifer dan eksisi luas dari radiks sensorik sudah tidak diperbolehkan
untuk dilakukan lagi. Beberapa teknik operasi yang direkomendasikan kini adalah sebagai
berikut:
2
a. Prosedur perkutaneus (Percutaneous procedures)
Tiga prosedur perkutaneus untuk neuralgia trigeminaladalah percutaneous
radiofrequency trigeminal gangliolysis (PRTG), percutaneous retrogasserian
glycerol rhizotomy (PRGR), dan percutaneous balloon microcompression
(PBM). Pada setiap prosedur, ahli bedah memasukkan trocar atau jarum ke
bagian lateral sudut mulut, dan dengan tuntunan fluoroskopik, menuju ke
foramen ipsilateral. Ganglion Gasserian segaris dengan lokasi tersebut.
1,2

Gambar 3 . Selama prosedur PRTG memberikan aliran panas yangdigunakan
untuk menghancurkan rasa sakit yang disebabkan serat saraf.
3

1) Percutaneous radiofrequency trigeminal gangliolysis (PRTG)
PRTG merupakan suatu prosedur yang dilakukan dengan menempatkan
jarum pada ganglion Gasserian, kemudian mengalirinya dengan arus listrik
yang akan memanasi probe, dan membuat suatu lesi termal pada ganglion.
Melalui prosedur ini, kejadian nyeri yang rekuren dilaporkan sangat rendah.
PRTG, sama halnya dengan PBM, merupakan tindakan yang relatif tidak
mahal dan menggunakan teknik yang mudah diakses, dan merupakan
tindakan minimal invasif, dengan rasio rekurensi nyeri sangat rendah,
meskipun ada literatur yang menyebutkan bahwa tindakan ini memiliki
rekurensi yang tinggi. Selain itu, tindakan ini dapat membuat wajah
penderita menjadi mati rasa pasca dilakukannya tindakan. Saat melakukan
tindakan PRTG, pasien dapat dalam keadaan sadar, cepat pulih, dan dapat
pulang ke rumah sehari setelah operasi dilaksanakan. Hasil akhirnya sangat
tergantung pada keahlian ahli bedah.
1,2

2) Percutaneous balloon microcompression (PBM)
Dengan menggunakan teknik PBM, operator akan memasukkan sebuah
balon kateter melalui foramen ovale ke dalam ganglion kemudian
mengembangkannya selama 1-10 menit. Beberapa ahli bedah melaporkan
hasil akhir yang baik sehubungan dengan penggunaan teknk PMB, dan
dapat dibandingkan dengan PRTG.
1,2

3) Percutaneous retrogasserian glycerol rhizotomy (PRGR)
Injeksi gliserol ke dalam ganglion Gasserian untuk merusak serabut saraf
yang menghantar nyeri telah digunakan sejak lama. Teknik ini mudah
dilakukan dan memiliki efisiensi yang tinggi, serta memiliki angka
rekurensi yang rendah. Pada teknik PRGR, seperti pada prosedur
perkutaneus lainnya, jarum spinal dimasukkan menembus wajah, masuk ke
cisterna trigeminal, di mana suatu cistenogram diperoleh dengan
menggunakan larutan kontras. Setelah menghilangkan larutan kontras, ahli
bedah akan menginjeksi gliserol anhidrat, kemudian meminta pasien untuk
duduk sekitar 2 jam sampai saraf tersebut terablasi.
1,2

b. Gamma Knife Surgery (GKS)
Stereotatic Gamma Knife Surgery (GKS) adalah salah satu teknik terbaru dalam
menangani neuralgia trigeminus. Teknik ini merupakan tindakan yang minimal
invasif dibandingkan semua teknik operasi, dan tidak terlalu bergantung pada
keahlian ahli bedah. Teknik ini lebih efektif dibandingkan dengan prosedur
perkutaneus, tetapi teknik ini membutuhkan waktu berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan untuk memperoleh kesembuhan dan biaya yang dibutuhkan juga
lebih besar. GKS terdiri dari beberapa sinar foton (> 200) yang terkonsenttasi
tinggi disertai dengan akurasi yang tinggi untuk memberikan dosis 70-90 Gy
pada target, yaitu radiks nervus trigeminus. Teknik ini merusak komponen
spesifik dari nervus sehingga nervus ini berhenti mengirim sinyal nyeri ke otak.
GKS dapat diindikasikan pada penderita neuralgia trigeminalyang tidak berhasil
dengan pengobatan dan prosedur yang telah disebutkan di atas.
4

Gambar 4. Radiasi merusak nervus trigeminus (area yang berwarna) agar
nervus tersebut berhenti mengirim sinyal nyeri
4


Dari semua penderita neuralgia trigeminalyang ditangani dengan GKS, 60%
penderita segera terbebas dari nyeri, dan lebih dari 75% penderita terbebas dari
nyeri sekitar 1,5 tahun kemudian. Rekurensi terjadi pada 25% penderita dalam
rentang waktu 1-3 tahun. Angka rekurensi rendah pada penderita yang telah
sembuh sempurna.
2,4

c. Dekompresi mikrovaskular
Dekompresi mikrovaskular adalah prosedur bedah yang klasik pada neuralgia
trigeminus, dan merupakan tindakan yang paling efektif. Tindakan ini
berdasarkan hipotesis bahwa kompresi vaskular di sekitar nervus trigeminus
akan mengakibatkan abnormalitas dari fungsi nervus tersebut. Dekompresi
mikrovaskular diindikasikan pada penderita neuralgia trigeminalyang usianya
lebih muda, terutama pada penderita neuralgia trigeminalyang nyerinya
terisolasi pada area oftalmika atau pada seluruh cabang nervus trigeminus dan
pada penderita dengan neuralgia trigeminal sekunder. Kini, dekompresi
mikrovaskular merupakan tindakan bedah yang paling sering digunakan untuk
neuralgia trigeminus. Pada dekompresi mikrovaskular, kulit di belakang telinga
diinsisi dan dibuat kraniotomi sebesar 3 cm. Buka duramater agar nervus
trigeminus terlihat, dan indentifikasi pembuluh darah yang menekan nervus saat
pembuluh darah masuk ke pons. Teflon felt digunakan untuk mengalasi nervus
agar nervus tersebut menjauhi arteri dan vena.
2,5


Gambar 5. Ilustrasi tindakan dekompresi mikrovaskular
4













Gambar 6. Dekompresi mikrovaskular (Jannetta procedure) yang digunakan
untuk menangani neuralgia trigeminus. Arteri cerebellar anteroinferior
berkontak dengan nervus trigeminus
2

Pasca operasi, penderita harus dirawat di ruang intensif, dan nyeri bekas sayatan
operasi dapat ditangani dengan analgetik. Hanya ada 2 kematian yang
dilaporkan oleh Peter Jannetta pasca operasi ini. Selain nyeri kepala pasca
operasi, mati rasa pada daerah wajah, dan gangguan pendengaran juga dapat
terjadi.
2,5

d. Sensory Rhizotomy
Sensory Rhizotomy adalah pemotongan irreversibel dari cabang nervus
trigeminus yang memberikan koneksi pada batang otak. Tekniknya dengan
membuat lubang kecil di belakang tengkorak. Stimulasi probe digunakan untuk
mengidentifikasi cabang saraf motorik. Cabang saraf motorik dimana berfungsi
mengontrol otot pengunyah harus dipertahankan. Cabang saraf sensorik dimana
berfungsi yang mengirimkan sinyal nyeri dari otak di potong. Pemotongan saraf
akan menyebabkan mati rasa pada bagian wajah secara permanen sehingga
harus dipertimbangkan karena adanya nyeri kambuhan yang tidak berespon
dengan pengobatan lain.
3


Gambar 7. Selama prosedur sensory rhizotomy, cabang saraf sensory dipotong
dan cabang saraf motorik tetap dipertahankan.
3


DAFTAR PUSTAKA
1. Burchiel KJ, Wyler AR. Neuralgia trigeminal surgery [online]. 2012 [cited 2013
August 30]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/248933-
overview#showall
2. Hollway T, Brosnan K.,Moore AJ, Newell DW. Neurosurgery Principles and
Practice. United Kingdom: Springer; 2005. p. 586-7.
3. Tew J, McMahon N. Neuralgia trigeminal [online]. 2012. [cited 2013 January 19].
Available from: http://www.mayfieldclinic.com/PE-TRIN.htm
4. Prall JA. Three options for treating trigeminal neuralgia. Neuroscience News 2011.
2, 1: 1-4.
5. Anil SM, Kanno T, Watanabe S, Kato Y, Sano H. Microvascular decompression in
trigeminal neuralgia. Pan Arab Journal of Neurosurgery 2009. 13, 2: 17-23.

Anda mungkin juga menyukai