Anda di halaman 1dari 10

I

MENJADI SEORANG MUSLIM


Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam
mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Saat ini, Islam telah
menjadi agama, jalan hidup, dan peradaban dari sekitar satu setengah milyar (1,5 milyar atau
23 persen) penduduk dunia, dan semakin bertambah setiap tahunnya. Sebagai pelajar,
mahasiswa, pemerintah, dan anggota masyarakat, kita sering dihadapkan dengan pertanyaan-
pertanyaan seperti: apakah Islam itu? Apakah seorang Muslim dengan sendirinya bersikap
dan berperilaku baik? Karakteristik apakah yang menjadikan seseorang menjadi Muslim?
Apakah hanya ada satu Islam atau banyak Islam? dewasa ini, pertanyaan-pertanyaan tentang
Islam dan Muslim semakin meningkat dan bahkan cenderung semakin kompleks sesuai
dengan perkembangan zaman dan tempat.
Setidaknya terdapat dua pengertian yang sejauh ini banyak dipakai. Pertama, kata islm
(dengan huruf kecil), dalam bahasa Arab berarti tindakan penyerahan diri kepada Tuhan.
Dengan demikian, menjadi muslim berarti menerima pertanggungjawaban pribadi atas
norma-norma tindakan yang dipandang memiliki kekuatan ketuhanan. Kata islam dengan
dimikian merujuk pada bentuk spiritual batin dari seorang pribadi yang punya kehendak baik.
Kedua, pengertian Islm (dengan huruf besar) kemudian merujuk secara lebih umum pada
keseluruhan pola sosial dari sistem pemujaan dan kepercayaan yang bagi para pemeluknya
yang saleh, tumbuh dari Islam pribadi dan dari para pemeluk individualnya.
1
Inilah Islam
dalam pengertian historisnya. Inilah Islam yang dipahami dan dipraktikkan Nabi Muhammad
dan para pengikutnya. Islam dalam pengertian terakhir ini bersifat khusus, yakni syariat yang
dibawa oleh Nabi Muhammad.
Sebagai syariat yang dibawa Nabi Muhammad, Islam merupakan agama yang
sempurna, dalam artian lengkap, menyeluruh, dan mencakup segala hal yang diperlukan bagi
panduan hidup manusia. Di antara kelengkapan Islam yang digambarkan dalam al-Quran
adalah mencakup konsep keyakinan (akidah), moral, tingkah laku, perasaan, pendidikan,
sosial, politik, ekonomi, militer, hukum/perundang-undangan (syariah).



1
Taufik Abdullah, dkk., ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, 2002: 266.
II
ISLAM DALAM LINTASAN SEJARAH
Islam sebagai agama Tuhan yang muncul dan berkembang dalam ruang dan waktu, tak
bisa dipisahkan dari sejarah. Memahami pertumbuhan dan perkembangan Islam bukan hanya
perkara tempat, nama, dan tanggal belaka, namun yang lebih penting adalah makna dan
pelajaran yang dapat diambil. Sebagaimana dikatakan oleh Ibn al-Atsir (555-620 H/1160-
1233 M), bahwa manfaat dari mengetahui sejarah adalah: 1) merasakan seolah-olah kita
hidup selama-lamanya karena dapat membaca peristiwa masa lalu yang sangat panjang tanpa
harus hadir di dalamnya; 2) mendapatkan pelajaran bagaimana dan mengapa suatu peristiwa
itu terjadi, baik kemajuannya maupun kemundurannya; dan 3) mendapat pengetahuan
mengenai sebab dan akibat suatu kejadian sekaligus sebagai pengingat (dzikr) yang
mengarahkan pikiran dan hati orang yang membacanya.
2

Untuk dapat memahami Islam sebagai agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. dengan baik, maka pembahasan di sini akan mencakup konteks Islam masa
Rasulullah, Khulafa al-Rasyidin, masa keemasan Islam, masa kemunduran, serta
perkembangannya di Indonesia. Sebagaimana yang digambarkan Harun Nasution, bahwa
secara garis besar, sejarah Islam terbagi ke dalam tiga periode, yaitu: periode klasik (650 M-
1250 M) yang merupakan zaman kemajuan; periode pertengahan (1250 M-1800 M) yang
merupakan fase kemunduran; dan periode modern (sejak 1800 M) yang merupakan fase
kebangkitan kembali umat Islam..

Masa Rasulullah
Keadaan masyarakat Mekkah yang terbelakang (jahiliyyah), senang dengan kekerasan
dan pertempuran, berjudi, meminum minuman keras, bertentangan dengan sikap dan
pemikiran Muhammad tentang keesaan Tuhan. Karena itu ia sering mengasingkan diri untuk
bertafakur di Gua Hira yang jaraknya beberapa kiometer di utara Mekkah. Dan di sinilah,
Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama melalui malaikat Jibril, yaitu Surat al-Alaq
1-5. Ini terjadi ketika Muhammad berusia 40 tahun, bertepatan dengan 17 Ramadhan tahun
611 M.

2
Ibn Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, 12-13.
Setelah wahyu yang pertama, Muhammad tidak langsung berdakwah, tetapi hanya
memberitahukan kejadian tersebut kepada istrinya, Khadijah. Barulah pada wahyu kedua
yang ia terima di tempat yang sama, yaitu Surat al-Muddatstsir, ayat 1-7, ia berdakwah secara
diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Dengan cara diam-diam
tersebut, belasan orang telah memeluk agama Islam.
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada
teman-teman dekat dan kerabatnya. Namun, pada 613 M, Muhammad mengumumkan agama
Islam secara terbuka. Tentu saja, ajaran Muhammad yang bertolak belakang dengan tradisi
dan kebiasaan masyarakat Jahiliyah Mekkah, mendapat tantangan dan penolakan hebat.
Kedudukan umat Islam yang lemah, yang tidak sanggup menentang kekuasaan yang
dipegang kaum pedagang Quraysy, membuat Muhammad bekum dapat membentuk suatu
masyarakat mandiri dan kuat. Karenanya, Muhammad dan sahabatnya terpaksa
meninggalkan Mekkah dan pindah ke Yastrib. Sejak itulah kota Yastrib berganti nama
menjadi Madinat al-Nabi (Kota Nabi), atau sering pula disebut al-Madinah al-Munawwarah
(kota yang bercahaya). Dan dalam perjalanannya, biasa disebut kota Madinah saja. Bukan itu
saja, perpindahan itu pun menandai dimulainya kalender dalam Islam yang dikenal dengan
nama Tahun Hijriyya.
Di kota ini, keadaan Nabi Muhammad dan umatnya mengalami perubahan besar: Umat
Islam bebas beribadah dan bermasyarakat, mempunyai kedudukan yang baik, menjadi umat
yang kuat, dan akhirnya menjadi negara dengan pemerintahan Islam di bawah pimpinan
Muhammad. Dengan kata lain, Muhammad bukan saja seorang Rasul, tetapi juga sebagai
kepala negara. Sebagian orang Yahudi, dan sebagian besar orang Mekkah, risau melihat
Islam semakin kuat. Beberapa serangan pun mereka lancarkan dan akibatnya terjadi
peperangan antara kedua belah pihak. Di antaranya, Perang Badr (2 H/623 M), Perang Uhud
(3 H/624 M), dan Perang Khandaq (5 H/625 M). Puncaknya adalah pada tahun 8 H/628 M,
ketika Muhammad bersama 10.000 pasukan Islam datang ke Mekkah untuk melakukan
ibadah umrah, namun dilarang masuk oleh penduduk Mekkah yang khawatir mendapat
serangan. Kemudian, terjadilah perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian
Hudaybiyyah, yang di antara isinya adalah gencatan senjata antara Mekkah dan Madinah, dan
Muhammad serta pasukannya boleh masuk Mekkah dengan damai, namun ditangguhkan
sampai satu tahun berikutnya.
Perjanjian diplomatik ini sangat menguntungkan umat Islam. karena beberapa tahun
setelah perjanjian ini, Mekkah dapat dikuasai. Muhammad dan pasukannya kembali ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling
Kabah, memberikan amnesti umum, dan kemudian menegakkan agama Islam di Mekkah.
3

Masa keemasan Islam ditandai dengan meluasnya ekspansi pasukan Islam dan integrasi
di beberapa negara. Setelah semenanjung Arabia tunduk di bawah kekuasaan Islam pada
masa Muhammad, ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia pun dimulai, yaitu pada masa al-
Khulafa al-Rasyidun dan Dinasti Umayyah. Sedangkan pada masa Dinasti Abbasiyyah, ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam berkembang pesat.

Masa al-Khulafa al-Rasyidun
Sesudah Muhammad wafat pada tahun 11 H/632 M, kedudukannya sebagai Rasul
tentulah tak tergantikan. Namun, kedudukan beliau sebagai kepala negara mesti digantikan
oleh orang lain. Maka dikenallah dalam sejarah istilah Khalifah (Inggris: seccessor), kepala
negara pengganti Nabi Muhammad.
Abu Bakr terpilih menjadi khalifah pertama berdasarkan musyawarah di kalangan para
pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, segera setelah Muhammad wafat.
Musyawarah tersebut pun menjadi sumber perdebatan dan menjadi perpecahan pertama
dalam Islam, dan membentuk dua kelompok: Sunni dan Syiah. Syiah percaya bahwa Ali
yang seharusnya mengganti Muhammad, sesuai dengan keputusan Rasulullah sendiri.
Sedangkan Sunni percaya bahwa Muhammad tidak menunjuk langsung penggantinya dan
lebih mengedepankan musyawarah.
Abu Bakr menjadi khalifah selama dua tahun. Pada tahun 13 H/634 M, ia meninggal
dan dimakamkan di samping Rasulullah. Diawal pemerintahannya muncul tiga golongan:
golongan pertama menyatakan dirinya keluar dari Islam (Murtad); golongan kedua yaitu
golongan yang tidak puas dengan Islam, mereka menganggap karen , pemimpinnya sama
dengan para budak. Maka muncul Musailamah Al Kazzab dari bani Hanifah di yamamah.,
Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari



Bani Asad. Mereka ini mengaku dirinya sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad SAW;
Kemudian golongan ketiga adalah mereka yang ketiga adalah mereka yang salah memahami
ayat ayat Al Quran. Mereka mengatakan bahwa yang berhak memungut zakat adalah
Nabi, untuk itu setelah Nabi Wafat maka tidak seorang pun yang berhak memungut zakat.
Menghadapi golongangolongan ini Abu bakar setelah bermusyawarah dengan sahabat
sahabat lainnya mengambil tindakan tegas. Beliau membentuk pasukan yang dibagi ke
dalam 11 batalion yang masing masing dipimpin oleh seorang panglima. Sebelum Pasukan
itu dikerahkan kenegeri masing masing, Khalifah Abu bakar terlebih dahulu mengirimkan
surat kepada golongan golongan itu agar mereka kembali ke Islam. Namun sebagian besar
merka tetap bersikeras, maka pasukan ini pun dikerahkan , dan dalam waktu yang relative
singkat, pasukan Abu Bakar telah sukses dengan gemilang. Dengan suiksesnya pasukan
Khalifah Abu Bakar ini, maka keadaan Negara Arab tenang kembali.
Langkah kedua yang dilakukan Khalifah Abu bakar adalah mengirimkan pasukan ke
Negeri Persia dan Syam dibwah pimpinan Panglimanya. Yakni Kholid Ibn Walid.
Penyerangan ini dilakukan karena pada saat Abu bakar sedang menghadapi golongan
golongan pembngkang Persia dan syam banyak memberi dukungan dan bantuan kepada
mereka , di samping itu Persia dan syam selalu mengancam terhadap Islam. Kholid Ibn
Walid sebelum menyerang terlebih dahulu mengirim surat kepada Hormoz (Kaisar Persia)
untuk memeluk agama Islam, Namu Kaisar Hormoz membalasnya dengan mengirimkan
pasukan, maka pertempuranpun tak terelakkan. Dalam pertempuran ini panglima kholid ibn
walid berhasil menaklukkan psukan Persia dan raja Hormoz sendiri terbunuh. Dengan
demikian Persia menjadi wilayah Islam.
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan ayat ayat al Quran . Usaha ini awalnya
muncul dari usul umar Ibn Khattab, beliau melihat banyaknya penghafal alquran yang
gugur dalam pernag yamamah.,Mulanya Abu Bakar Menolak, Kemudian khalifah Abu bakar
memerintah sahabat Zaid Ibn Tsabit untuk mengumpulkan Al Quran, karena beliau paling
bagus Hafalannya. Demikian perjuangan Khalifah Abu Bakr selama dua tahun, dan pada
tanggal 21 Jumadil Akhir 13 H bertepatan dengan 12 Agustus 634 M Beliau wafat.
Setelah Abu Bakr wafat, Umar bin Khattab menggantikannya. Umar memerintah
selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam
tumbuh dengan sangat pesat. Pada tahun 14 H/635 M, Islam mengambil alih Mesopotamia
dan sebagian Persia dari tangan Dinasti Sassani dari Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran Sassani) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara, dan
Armenia dari Kekaisaran Romawi (Byzantium). Selain itu, pada tahun 16 H/637 M, setelah
pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya berhasil mengambil
alih kota tersebut.
Umar banyak melakukan reformasi secara administratif dengan mencontoh
administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia, dan mengontrol dari dekat
kebijakan publik. Pada masanya, pemerintah diatur menjadi delapan wilayah provinsi:
Mekkah, Madinah, Syria, Jazirah, Bashrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada tahun 17
H/638 M, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjid al-Haram di Mekkah
dan Masjid Nabawi di Madinah. Dan pada masanya juga, proses kodifikasi hukum Islam
dimulai. Selain itu, sekitar tahun ke-17 H/638 M, tahun keempat kekuasaannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam dihitung sejak saat peristiwa hijrah.
Umar mengakhiri pemerintahannya secara tragis. Ia dibunuh oleh Abu Lulu (Fairuz),
seorang budak Persia yang masuk Islam, pada saat ia akan memimpin shalat Subuh.
Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lulu yang merasa sakit hati
atas kekalahan Persia, sebuah negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari
Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M.
Utsman bin Affan selanjutnya menjadi khalifah ketiga pengganti Umar. Masa
pemerintahan Usman termasuk yang paling lama apabila dibandingkan dengan khalifah yang
lainnya, yaitu selama 12 tahun; 24-36 H/644-656 M.
Awal pemerintahan Utsman, atau kira-kira 6 tahun masa pemerintahannya penuh
berbagai prestasi. Perluasan pemerintahan islam telah mencapai Asia dan Afrika, seperti
daerah Herat, Kabul, Ghazani , dan Asia Tengah, juga Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes,
dan bagian yang tersisa dari Persia, dan berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan
orang Persia. Dalam bidang sosial budaya, Usman bin Affan telah membangun bendungan
besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke kota. Dan membangun jalan,
jembatan, masjid, rumah dan penginapan.
Namun Utsman yang lemah tidak dapat menentang ambisi keluarganya yang kaya dan
berpengaruh. Ia mengangkat kaum keluarganya menjadi gubernur di beberapa daerah
menggantikan gubernur lama yang dipilih Umar. Politik nepotisme ini membuat rakyat
kecewa dan para pendukungnya berpaling. Pada puncaknya, adalah pencopotan gubernur
Mesir, Amr bin Ashh, dari jabatannya, dan kemudian digantikan oleh Ibn Abi Sarah, salah
seorang anggota keluarga Utsman, menimbulkan pemberontakan. Dan akhirnya, pada tahun
35 H/655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang bergerak dari Mesir.
Peristiwa pembunuhan Utsman menyebabkan kegentingan di dunia Islam yang pada
waktu itu membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang sudah
menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abu Thalib sebagai
khalifah, meski Ali sendiri menolak. Tetapi, Zubayr bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaydillah memaksanya, sehingga akhirnya Ali menerima bayat mereka. Cara ini
menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang dibaiat secara massal, karena khalifah
sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Ali Ibn Abi Thalib tampil memegang pucuk kepemimpinan negara di tengah-tengah
kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum pemberontak. Ali
Ibn Abi Thalib dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum muslimin di madinah dalam suasana
sangat kacau, dengan pertimbangan jika khalifah tidak segera dipilih dan di angkat, maka
ditakutkan keadaan semakin kacau. Ali Ibn Abi Thalib di angkat dengan dibaiat oleh
masyarakat.
Dalam masa pemerintahannya, Ali Ibn Abi Thalib mengahadapi pemberontakan
Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, Ali Ibn Abi Thalib tidak mau menghukum
para pembunuh Usman dan mereka menuntut bela terhadap daerah Usman yang telah
ditumpahkan secara dhalim. Perang ini dikenal dengan nama perang jamal.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Ibn Abi Thalib juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Muawiyah. Yang
didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan
kejayaannya. Pertempuran yang terjadi dikenal dengan perang shiffin, perang ini diakhiri
dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelsaikan maslah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan
Ali).

Masa Keemasan Islam
Dalam tempo lebih kurang 25 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. (632 M),
kaum Muslim telah berhasil menaklukkan seluruh jazirah Arabia dari selatan hingga utara.
Ekspansi dakwah yang diistilahkan pembukaan negeri-negeri (futuh al-buldan) itu
berlangsung pesat tak terbendung. Bagai diterpa gelombang tsunami, satu persatu, kerajaan
demi kerajaan dan kota demi kota berhasil ditaklukkan. Maka tak sampai satu abad, pada 750
M, wilayah Islam telah meliputi hampir seluruh luas jajahan Alexander the Great di Asia
(Kaukasus) dan Afrika Utara (Libya, Tunisia, Aljazair, dan Marokko), mencakup
Mesopotamia (Iraq), Syria, Palestina, Persia (Iran), Mesir, plus semenanjung Iberia (Spanyol
dan Portugis) dan India.
Pelebaran sayap dakwah Islam ini tentu bukan tanpa konsekuensi. Seiring dengan
terjadinya konversi massal dari agama asal atau kepercayaan lokal kedalam Islam, terjadi
pula penyerapan terhadap tradisi budaya dan peradaban setempat. Proses interaksi yang
berlangsung alami namun intensif ini tidak lain dan tidak bukan adalah gerakan Islamisasi
(ada juga yang lebih suka menyebutnya sebagai naturalisasi, integralisasi, atau assimilasi),
dimana unsur-unsur dan nilai-nilai masyarakat lokal ditampung, ditampih dan disaring dulu
sebelum kemudian diserap. Hal-hal yang positif dan sejalan dengan Islam dipertahankan,
dilestarikan dan dikembangkan, sementara elemen-elemen yang tidak sesuai dengan kerangka
dasar ajaran Islam ditolak dan dibuang. Dalam proses interaksi tersebut, kaum Muslim pun
terdorong untuk mempelajari dan memahami tradisi intelektual negeri-negeri yang
ditaklukkannya. Ini dimulai dengan penerjemahan karya-karya ilmiah dari bahasa Yunani
(Greek) dan Suryani (Syriac) ke dalam bahasa Arab pada zaman pemerintahan Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus, Syria. Pelaksananya adalah para cendekiawan dan
paderi yang juga dipercaya sebagai pegawai pemerintahan.
Akselerasi terjadi setelah tahun 750 M, menyusul berdirinya Daulat Abbasiyyah yang
berpusat di Baghdad. Khalifah al-Mamn (w. 833 M) mendirikan sebuah pusat kajian dan
perpustakaan yang dinamakan Bayt al-Hikmah. Menjelang akhir abad ke-9 Masehi, hampir
seluruh korpus saintifik Yunani telah berhasil diterjemahkan, meliputi berbagai bidang ilmu
pengetahuan, dari kedokteran, matematika, astronomi, fisika, hingga filsafat, astrologi dan
alchemy. Muncullah orang-orang seperti Abu Bakr al-Razi (Rhazes), Jabir ibn Hayyan
(Geber), al-Khawarizmi (Algorithm), Ibn Sina (Avicenna) dan masih banyak sederetan nama
besar lainnya.
Kegemilangan itu berlangsung sekitar lima abad lamanya, ditandai dengan produktifitas
yang tinggi dan orisinalitas luar biasa. Sebagai ilustrasi, al-Battani (w. 929) mengoreksi dan
memperbaiki sistem astronomi Ptolemy, mengamati mengkaji pergerakan matahari dan
bulan, membuat kalkulasi baru, mendesain katalog bintang, merancang pembuatan pelbagai
instrumen observasi, termasuk desain jam matahari (sundial) dan alat ukur mural quadrant.
Seperti buku-buku lainnya, karya al-Battani pun diterjemahkan ke bahasa Latin, yaitu De
scientia stellarum, yang dipakai sebagai salah satu bahan rujukan oleh Kepler dan
Copernicus. Kritik terhadap teori-teori Ptolemy juga telah dilontarkan oleh Ibn Rusyd (w.
1198) dan al-Bitruji (w. 1190). Dalam bidang fisika, Ibn Bajjah (w. 1138) mengantisipasi
Galileo dengan kritiknya terhadap teori Aristoteles tentang daya gerak dan kecepatan.
Demikian pula dalam bidang-bidang lainnya. Bahkan dalam hal teknologi, pada sekitar tahun
800an M di Andalusia (Spanyol), Ibn Firnas telah merancang pembuatan alat untuk terbang
mirip dengan rekayasa yang dibuat Roger Bacon (w. 1292) dan belakangan dipopulerkan
oleh Leonardo da Vinci (w. 1519).
Ada banyak aspek yang menyebabkan sains atau komunitas ilmuwan berkembang,
namun sekurangnya dapat dirangkum pada tiga faktor utama yang saling berkaitan: pertama,
adanya suatu worldview dari masyarakatnya yang mendukung, worldview ini dapat berupa
suatu pandangan hidup, agama, filosofi, dan lain-lain. Kedua, apresiasi dari masyarakat,
yakni sikap dan penghargaan masyarakat terhadap para ilmuwan. Ketiga, adanya patronase
dan dukungan dari penguasa.

Masa kemunduran
Perkembangan Islam di Indonesia








III
AKIDAH ISLAM
Uraikan tentang dasar-dasar akidah: prinsip tauhid dan rukun Iman.
Percaya kepada keberadaan dan keesaan Allah yang transenden merupakan landasan
kehidupan seorang Muslim. Al-Quran sangat menekankan pembinaan hubungan dengan
Allah sebagai Tuhan yang Hidp dan Penyayang, ke mana semua manusia kembali dan kepada
siapa kita bertanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai