Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Saat ini, Islam telah menjadi agama, jalan hidup, dan peradaban dari sekitar satu setengah milyar (1,5 milyar atau 23 persen) penduduk dunia, dan semakin bertambah setiap tahunnya. Sebagai pelajar, mahasiswa, pemerintah, dan anggota masyarakat, kita sering dihadapkan dengan pertanyaan- pertanyaan seperti: apakah Islam itu? Apakah seorang Muslim dengan sendirinya bersikap dan berperilaku baik? Karakteristik apakah yang menjadikan seseorang menjadi Muslim? Apakah hanya ada satu Islam atau banyak Islam? dewasa ini, pertanyaan-pertanyaan tentang Islam dan Muslim semakin meningkat dan bahkan cenderung semakin kompleks sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat. Setidaknya terdapat dua pengertian yang sejauh ini banyak dipakai. Pertama, kata islm (dengan huruf kecil), dalam bahasa Arab berarti tindakan penyerahan diri kepada Tuhan. Dengan demikian, menjadi muslim berarti menerima pertanggungjawaban pribadi atas norma-norma tindakan yang dipandang memiliki kekuatan ketuhanan. Kata islam dengan dimikian merujuk pada bentuk spiritual batin dari seorang pribadi yang punya kehendak baik. Kedua, pengertian Islm (dengan huruf besar) kemudian merujuk secara lebih umum pada keseluruhan pola sosial dari sistem pemujaan dan kepercayaan yang bagi para pemeluknya yang saleh, tumbuh dari Islam pribadi dan dari para pemeluk individualnya. 1 Inilah Islam dalam pengertian historisnya. Inilah Islam yang dipahami dan dipraktikkan Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Islam dalam pengertian terakhir ini bersifat khusus, yakni syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Sebagai syariat yang dibawa Nabi Muhammad, Islam merupakan agama yang sempurna, dalam artian lengkap, menyeluruh, dan mencakup segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Di antara kelengkapan Islam yang digambarkan dalam al-Quran adalah mencakup konsep keyakinan (akidah), moral, tingkah laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer, hukum/perundang-undangan (syariah).
1 Taufik Abdullah, dkk., ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, 2002: 266. II ISLAM DALAM LINTASAN SEJARAH Islam sebagai agama Tuhan yang muncul dan berkembang dalam ruang dan waktu, tak bisa dipisahkan dari sejarah. Memahami pertumbuhan dan perkembangan Islam bukan hanya perkara tempat, nama, dan tanggal belaka, namun yang lebih penting adalah makna dan pelajaran yang dapat diambil. Sebagaimana dikatakan oleh Ibn al-Atsir (555-620 H/1160- 1233 M), bahwa manfaat dari mengetahui sejarah adalah: 1) merasakan seolah-olah kita hidup selama-lamanya karena dapat membaca peristiwa masa lalu yang sangat panjang tanpa harus hadir di dalamnya; 2) mendapatkan pelajaran bagaimana dan mengapa suatu peristiwa itu terjadi, baik kemajuannya maupun kemundurannya; dan 3) mendapat pengetahuan mengenai sebab dan akibat suatu kejadian sekaligus sebagai pengingat (dzikr) yang mengarahkan pikiran dan hati orang yang membacanya. 2
Untuk dapat memahami Islam sebagai agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan baik, maka pembahasan di sini akan mencakup konteks Islam masa Rasulullah, Khulafa al-Rasyidin, masa keemasan Islam, masa kemunduran, serta perkembangannya di Indonesia. Sebagaimana yang digambarkan Harun Nasution, bahwa secara garis besar, sejarah Islam terbagi ke dalam tiga periode, yaitu: periode klasik (650 M- 1250 M) yang merupakan zaman kemajuan; periode pertengahan (1250 M-1800 M) yang merupakan fase kemunduran; dan periode modern (sejak 1800 M) yang merupakan fase kebangkitan kembali umat Islam..
Masa Rasulullah Keadaan masyarakat Mekkah yang terbelakang (jahiliyyah), senang dengan kekerasan dan pertempuran, berjudi, meminum minuman keras, bertentangan dengan sikap dan pemikiran Muhammad tentang keesaan Tuhan. Karena itu ia sering mengasingkan diri untuk bertafakur di Gua Hira yang jaraknya beberapa kiometer di utara Mekkah. Dan di sinilah, Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama melalui malaikat Jibril, yaitu Surat al-Alaq 1-5. Ini terjadi ketika Muhammad berusia 40 tahun, bertepatan dengan 17 Ramadhan tahun 611 M.
2 Ibn Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, 12-13. Setelah wahyu yang pertama, Muhammad tidak langsung berdakwah, tetapi hanya memberitahukan kejadian tersebut kepada istrinya, Khadijah. Barulah pada wahyu kedua yang ia terima di tempat yang sama, yaitu Surat al-Muddatstsir, ayat 1-7, ia berdakwah secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Dengan cara diam-diam tersebut, belasan orang telah memeluk agama Islam. Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Namun, pada 613 M, Muhammad mengumumkan agama Islam secara terbuka. Tentu saja, ajaran Muhammad yang bertolak belakang dengan tradisi dan kebiasaan masyarakat Jahiliyah Mekkah, mendapat tantangan dan penolakan hebat. Kedudukan umat Islam yang lemah, yang tidak sanggup menentang kekuasaan yang dipegang kaum pedagang Quraysy, membuat Muhammad bekum dapat membentuk suatu masyarakat mandiri dan kuat. Karenanya, Muhammad dan sahabatnya terpaksa meninggalkan Mekkah dan pindah ke Yastrib. Sejak itulah kota Yastrib berganti nama menjadi Madinat al-Nabi (Kota Nabi), atau sering pula disebut al-Madinah al-Munawwarah (kota yang bercahaya). Dan dalam perjalanannya, biasa disebut kota Madinah saja. Bukan itu saja, perpindahan itu pun menandai dimulainya kalender dalam Islam yang dikenal dengan nama Tahun Hijriyya. Di kota ini, keadaan Nabi Muhammad dan umatnya mengalami perubahan besar: Umat Islam bebas beribadah dan bermasyarakat, mempunyai kedudukan yang baik, menjadi umat yang kuat, dan akhirnya menjadi negara dengan pemerintahan Islam di bawah pimpinan Muhammad. Dengan kata lain, Muhammad bukan saja seorang Rasul, tetapi juga sebagai kepala negara. Sebagian orang Yahudi, dan sebagian besar orang Mekkah, risau melihat Islam semakin kuat. Beberapa serangan pun mereka lancarkan dan akibatnya terjadi peperangan antara kedua belah pihak. Di antaranya, Perang Badr (2 H/623 M), Perang Uhud (3 H/624 M), dan Perang Khandaq (5 H/625 M). Puncaknya adalah pada tahun 8 H/628 M, ketika Muhammad bersama 10.000 pasukan Islam datang ke Mekkah untuk melakukan ibadah umrah, namun dilarang masuk oleh penduduk Mekkah yang khawatir mendapat serangan. Kemudian, terjadilah perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaybiyyah, yang di antara isinya adalah gencatan senjata antara Mekkah dan Madinah, dan Muhammad serta pasukannya boleh masuk Mekkah dengan damai, namun ditangguhkan sampai satu tahun berikutnya. Perjanjian diplomatik ini sangat menguntungkan umat Islam. karena beberapa tahun setelah perjanjian ini, Mekkah dapat dikuasai. Muhammad dan pasukannya kembali ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Kabah, memberikan amnesti umum, dan kemudian menegakkan agama Islam di Mekkah. 3
Masa keemasan Islam ditandai dengan meluasnya ekspansi pasukan Islam dan integrasi di beberapa negara. Setelah semenanjung Arabia tunduk di bawah kekuasaan Islam pada masa Muhammad, ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia pun dimulai, yaitu pada masa al- Khulafa al-Rasyidun dan Dinasti Umayyah. Sedangkan pada masa Dinasti Abbasiyyah, ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berkembang pesat.
Masa al-Khulafa al-Rasyidun Sesudah Muhammad wafat pada tahun 11 H/632 M, kedudukannya sebagai Rasul tentulah tak tergantikan. Namun, kedudukan beliau sebagai kepala negara mesti digantikan oleh orang lain. Maka dikenallah dalam sejarah istilah Khalifah (Inggris: seccessor), kepala negara pengganti Nabi Muhammad. Abu Bakr terpilih menjadi khalifah pertama berdasarkan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, segera setelah Muhammad wafat. Musyawarah tersebut pun menjadi sumber perdebatan dan menjadi perpecahan pertama dalam Islam, dan membentuk dua kelompok: Sunni dan Syiah. Syiah percaya bahwa Ali yang seharusnya mengganti Muhammad, sesuai dengan keputusan Rasulullah sendiri. Sedangkan Sunni percaya bahwa Muhammad tidak menunjuk langsung penggantinya dan lebih mengedepankan musyawarah. Abu Bakr menjadi khalifah selama dua tahun. Pada tahun 13 H/634 M, ia meninggal dan dimakamkan di samping Rasulullah. Diawal pemerintahannya muncul tiga golongan: golongan pertama menyatakan dirinya keluar dari Islam (Murtad); golongan kedua yaitu golongan yang tidak puas dengan Islam, mereka menganggap karen , pemimpinnya sama dengan para budak. Maka muncul Musailamah Al Kazzab dari bani Hanifah di yamamah., Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari
Bani Asad. Mereka ini mengaku dirinya sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad SAW; Kemudian golongan ketiga adalah mereka yang ketiga adalah mereka yang salah memahami ayat ayat Al Quran. Mereka mengatakan bahwa yang berhak memungut zakat adalah Nabi, untuk itu setelah Nabi Wafat maka tidak seorang pun yang berhak memungut zakat. Menghadapi golongangolongan ini Abu bakar setelah bermusyawarah dengan sahabat sahabat lainnya mengambil tindakan tegas. Beliau membentuk pasukan yang dibagi ke dalam 11 batalion yang masing masing dipimpin oleh seorang panglima. Sebelum Pasukan itu dikerahkan kenegeri masing masing, Khalifah Abu bakar terlebih dahulu mengirimkan surat kepada golongan golongan itu agar mereka kembali ke Islam. Namun sebagian besar merka tetap bersikeras, maka pasukan ini pun dikerahkan , dan dalam waktu yang relative singkat, pasukan Abu Bakar telah sukses dengan gemilang. Dengan suiksesnya pasukan Khalifah Abu Bakar ini, maka keadaan Negara Arab tenang kembali. Langkah kedua yang dilakukan Khalifah Abu bakar adalah mengirimkan pasukan ke Negeri Persia dan Syam dibwah pimpinan Panglimanya. Yakni Kholid Ibn Walid. Penyerangan ini dilakukan karena pada saat Abu bakar sedang menghadapi golongan golongan pembngkang Persia dan syam banyak memberi dukungan dan bantuan kepada mereka , di samping itu Persia dan syam selalu mengancam terhadap Islam. Kholid Ibn Walid sebelum menyerang terlebih dahulu mengirim surat kepada Hormoz (Kaisar Persia) untuk memeluk agama Islam, Namu Kaisar Hormoz membalasnya dengan mengirimkan pasukan, maka pertempuranpun tak terelakkan. Dalam pertempuran ini panglima kholid ibn walid berhasil menaklukkan psukan Persia dan raja Hormoz sendiri terbunuh. Dengan demikian Persia menjadi wilayah Islam. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan ayat ayat al Quran . Usaha ini awalnya muncul dari usul umar Ibn Khattab, beliau melihat banyaknya penghafal alquran yang gugur dalam pernag yamamah.,Mulanya Abu Bakar Menolak, Kemudian khalifah Abu bakar memerintah sahabat Zaid Ibn Tsabit untuk mengumpulkan Al Quran, karena beliau paling bagus Hafalannya. Demikian perjuangan Khalifah Abu Bakr selama dua tahun, dan pada tanggal 21 Jumadil Akhir 13 H bertepatan dengan 12 Agustus 634 M Beliau wafat. Setelah Abu Bakr wafat, Umar bin Khattab menggantikannya. Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Pada tahun 14 H/635 M, Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan Dinasti Sassani dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran Sassani) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara, dan Armenia dari Kekaisaran Romawi (Byzantium). Selain itu, pada tahun 16 H/637 M, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya berhasil mengambil alih kota tersebut. Umar banyak melakukan reformasi secara administratif dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia, dan mengontrol dari dekat kebijakan publik. Pada masanya, pemerintah diatur menjadi delapan wilayah provinsi: Mekkah, Madinah, Syria, Jazirah, Bashrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada tahun 17 H/638 M, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Dan pada masanya juga, proses kodifikasi hukum Islam dimulai. Selain itu, sekitar tahun ke-17 H/638 M, tahun keempat kekuasaannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam dihitung sejak saat peristiwa hijrah. Umar mengakhiri pemerintahannya secara tragis. Ia dibunuh oleh Abu Lulu (Fairuz), seorang budak Persia yang masuk Islam, pada saat ia akan memimpin shalat Subuh. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lulu yang merasa sakit hati atas kekalahan Persia, sebuah negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Utsman bin Affan selanjutnya menjadi khalifah ketiga pengganti Umar. Masa pemerintahan Usman termasuk yang paling lama apabila dibandingkan dengan khalifah yang lainnya, yaitu selama 12 tahun; 24-36 H/644-656 M. Awal pemerintahan Utsman, atau kira-kira 6 tahun masa pemerintahannya penuh berbagai prestasi. Perluasan pemerintahan islam telah mencapai Asia dan Afrika, seperti daerah Herat, Kabul, Ghazani , dan Asia Tengah, juga Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, dan berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan orang Persia. Dalam bidang sosial budaya, Usman bin Affan telah membangun bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke kota. Dan membangun jalan, jembatan, masjid, rumah dan penginapan. Namun Utsman yang lemah tidak dapat menentang ambisi keluarganya yang kaya dan berpengaruh. Ia mengangkat kaum keluarganya menjadi gubernur di beberapa daerah menggantikan gubernur lama yang dipilih Umar. Politik nepotisme ini membuat rakyat kecewa dan para pendukungnya berpaling. Pada puncaknya, adalah pencopotan gubernur Mesir, Amr bin Ashh, dari jabatannya, dan kemudian digantikan oleh Ibn Abi Sarah, salah seorang anggota keluarga Utsman, menimbulkan pemberontakan. Dan akhirnya, pada tahun 35 H/655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang bergerak dari Mesir. Peristiwa pembunuhan Utsman menyebabkan kegentingan di dunia Islam yang pada waktu itu membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang sudah menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah, meski Ali sendiri menolak. Tetapi, Zubayr bin Awwam dan Thalhah bin Ubaydillah memaksanya, sehingga akhirnya Ali menerima bayat mereka. Cara ini menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang dibaiat secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda. Ali Ibn Abi Thalib tampil memegang pucuk kepemimpinan negara di tengah-tengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum pemberontak. Ali Ibn Abi Thalib dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum muslimin di madinah dalam suasana sangat kacau, dengan pertimbangan jika khalifah tidak segera dipilih dan di angkat, maka ditakutkan keadaan semakin kacau. Ali Ibn Abi Thalib di angkat dengan dibaiat oleh masyarakat. Dalam masa pemerintahannya, Ali Ibn Abi Thalib mengahadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, Ali Ibn Abi Thalib tidak mau menghukum para pembunuh Usman dan mereka menuntut bela terhadap daerah Usman yang telah ditumpahkan secara dhalim. Perang ini dikenal dengan nama perang jamal. Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Ibn Abi Thalib juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Muawiyah. Yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaannya. Pertempuran yang terjadi dikenal dengan perang shiffin, perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelsaikan maslah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali).
Masa Keemasan Islam Dalam tempo lebih kurang 25 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. (632 M), kaum Muslim telah berhasil menaklukkan seluruh jazirah Arabia dari selatan hingga utara. Ekspansi dakwah yang diistilahkan pembukaan negeri-negeri (futuh al-buldan) itu berlangsung pesat tak terbendung. Bagai diterpa gelombang tsunami, satu persatu, kerajaan demi kerajaan dan kota demi kota berhasil ditaklukkan. Maka tak sampai satu abad, pada 750 M, wilayah Islam telah meliputi hampir seluruh luas jajahan Alexander the Great di Asia (Kaukasus) dan Afrika Utara (Libya, Tunisia, Aljazair, dan Marokko), mencakup Mesopotamia (Iraq), Syria, Palestina, Persia (Iran), Mesir, plus semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugis) dan India. Pelebaran sayap dakwah Islam ini tentu bukan tanpa konsekuensi. Seiring dengan terjadinya konversi massal dari agama asal atau kepercayaan lokal kedalam Islam, terjadi pula penyerapan terhadap tradisi budaya dan peradaban setempat. Proses interaksi yang berlangsung alami namun intensif ini tidak lain dan tidak bukan adalah gerakan Islamisasi (ada juga yang lebih suka menyebutnya sebagai naturalisasi, integralisasi, atau assimilasi), dimana unsur-unsur dan nilai-nilai masyarakat lokal ditampung, ditampih dan disaring dulu sebelum kemudian diserap. Hal-hal yang positif dan sejalan dengan Islam dipertahankan, dilestarikan dan dikembangkan, sementara elemen-elemen yang tidak sesuai dengan kerangka dasar ajaran Islam ditolak dan dibuang. Dalam proses interaksi tersebut, kaum Muslim pun terdorong untuk mempelajari dan memahami tradisi intelektual negeri-negeri yang ditaklukkannya. Ini dimulai dengan penerjemahan karya-karya ilmiah dari bahasa Yunani (Greek) dan Suryani (Syriac) ke dalam bahasa Arab pada zaman pemerintahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, Syria. Pelaksananya adalah para cendekiawan dan paderi yang juga dipercaya sebagai pegawai pemerintahan. Akselerasi terjadi setelah tahun 750 M, menyusul berdirinya Daulat Abbasiyyah yang berpusat di Baghdad. Khalifah al-Mamn (w. 833 M) mendirikan sebuah pusat kajian dan perpustakaan yang dinamakan Bayt al-Hikmah. Menjelang akhir abad ke-9 Masehi, hampir seluruh korpus saintifik Yunani telah berhasil diterjemahkan, meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan, dari kedokteran, matematika, astronomi, fisika, hingga filsafat, astrologi dan alchemy. Muncullah orang-orang seperti Abu Bakr al-Razi (Rhazes), Jabir ibn Hayyan (Geber), al-Khawarizmi (Algorithm), Ibn Sina (Avicenna) dan masih banyak sederetan nama besar lainnya. Kegemilangan itu berlangsung sekitar lima abad lamanya, ditandai dengan produktifitas yang tinggi dan orisinalitas luar biasa. Sebagai ilustrasi, al-Battani (w. 929) mengoreksi dan memperbaiki sistem astronomi Ptolemy, mengamati mengkaji pergerakan matahari dan bulan, membuat kalkulasi baru, mendesain katalog bintang, merancang pembuatan pelbagai instrumen observasi, termasuk desain jam matahari (sundial) dan alat ukur mural quadrant. Seperti buku-buku lainnya, karya al-Battani pun diterjemahkan ke bahasa Latin, yaitu De scientia stellarum, yang dipakai sebagai salah satu bahan rujukan oleh Kepler dan Copernicus. Kritik terhadap teori-teori Ptolemy juga telah dilontarkan oleh Ibn Rusyd (w. 1198) dan al-Bitruji (w. 1190). Dalam bidang fisika, Ibn Bajjah (w. 1138) mengantisipasi Galileo dengan kritiknya terhadap teori Aristoteles tentang daya gerak dan kecepatan. Demikian pula dalam bidang-bidang lainnya. Bahkan dalam hal teknologi, pada sekitar tahun 800an M di Andalusia (Spanyol), Ibn Firnas telah merancang pembuatan alat untuk terbang mirip dengan rekayasa yang dibuat Roger Bacon (w. 1292) dan belakangan dipopulerkan oleh Leonardo da Vinci (w. 1519). Ada banyak aspek yang menyebabkan sains atau komunitas ilmuwan berkembang, namun sekurangnya dapat dirangkum pada tiga faktor utama yang saling berkaitan: pertama, adanya suatu worldview dari masyarakatnya yang mendukung, worldview ini dapat berupa suatu pandangan hidup, agama, filosofi, dan lain-lain. Kedua, apresiasi dari masyarakat, yakni sikap dan penghargaan masyarakat terhadap para ilmuwan. Ketiga, adanya patronase dan dukungan dari penguasa.
Masa kemunduran Perkembangan Islam di Indonesia
III AKIDAH ISLAM Uraikan tentang dasar-dasar akidah: prinsip tauhid dan rukun Iman. Percaya kepada keberadaan dan keesaan Allah yang transenden merupakan landasan kehidupan seorang Muslim. Al-Quran sangat menekankan pembinaan hubungan dengan Allah sebagai Tuhan yang Hidp dan Penyayang, ke mana semua manusia kembali dan kepada siapa kita bertanggung jawab