PEMBIMBING Dr. Riza Mansyoer Sp.A Penyusun: Noi!ri an""raeni #$#.#%.&'$ KEPANITERAAN K(INIK I(MU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K)*A PERI)DE +& *ANUARI +#&$ , $# MARET +#&+ FAKU(TAS KED)KTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI *AKARTA 1 BAB I PENDAHU(UAN &.& (a!ar Be-a.an" Sebagian besar bayi baru lahir yang terlahir dari ibu yang bermasalah dalam arti menderita suatu penyakit, tidak menunjukkan gejala sakit pada saat dilahirkan atau beberapa waktu setelah lahir. Bukan berarti bayi baru lahir tersebut aman dari gangguan akibat dari penyakit yang diderita ibu. Hal tersebut dapat menimbulkan akibat yang merugikan bagi bayi baru lahir (BBL), dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi. Ibu bermasalah disini diartikan sebagai ibu yang menderita sakit, sebelum, selama hamil, atau pada saat menghadapi proses persalinan. & ari State of the Worlds Newborn, Save The Children 2001, terdapat angka lebih dari ! juta bayi meninggal setiap tahun antara lahir hingga umur 1" bulan, hampir dua pertiga bayi yang meninggal, terjadi pada bulan pertama# dari yang meninggal tersebut, dua pertiga meninggal pada umur satu minggu, dan dua pertiga diantaranya meninggal pada dua puluh empat jam pertama kehidupannya. isini sangat jelas bahwa masalah kesehatan neonatal tidak dapat dilepaskan dari masalah kesehatan perinatal dimana proses kehamilan, dan persalinan memegang $aktor yang amat penting. 1 Strategi %enanggulangan &IS 'asional "((!)"(1( menegaskan bahwa pen*egahan penularan HI+ dari ibu ke bayi merupakan sebuah program prioritas, sehingga penularan HI+ dari ibu ke bayi bisa di*egah (PMTCT: Prevention Mother to Child Transmission). ewasa ini semakin maju upaya inter,ensi untuk mengurangi resiko penularan HI+ ke bayi dari ibu yang diketahui HI+ positi$. -emajuan ini membawa harapan, tetapi untuk men*egah bayi agar tidak terin$eksi HI+, sebaiknya dilakukan strategi untuk men*egah perempuan tidak terin$eksi HI+, ataupun strategi " mengurangi resiko penularan HI+ ke bayi jika terdapat perempuan yang tidak mengetahui dirinya terin$eksi HI+. 1 BAB II TIN*AUAN PUSTAKA De/inisi HI+ (Hman !mmnodefi"ien"# $irs) adalah sejenis ,irus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan &IS. HI+ menyerang salah satu jenis dari sel)sel darah putih yang bertugas menangkal in$eksi. Sel darah putih tersebut terutama lim$osit yang memiliki ./ sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel lim$osit. -arena berkurangnya nilai ./ dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel)sel darah putih atau lim$osit yang seharusnya berperan dalam mengatasi in$eksi yang masuk ke tubuh manusia. %ada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai ./ berkisar antara 1/(()10((. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terin$eksi HI+) nilai ./ semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai 1," &IS adalah singkatan dari %"&ired !mmno 'efi"ien"# S#ndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang 1 disebabkan in$eksi ,irus HI+. 2ubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, ,irus, dan penyakit. &IS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain. "
HI+ adalah jenis parasit obligat yaitu ,irus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HI+ lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi &IS, apalagi tanpa pengobatan. 3mumnya keadaan &IS ini ditandai dengan adanya berbagai in$eksi baik akibat ,irus, bakteri, parasit maupun jamur. -eadaan in$eksi ini yang dikenal dengan in$eksi oportunistik. " Se0ara1 HIV 2i In2onesia (a!ar Be-a.an" I3u Den"an HIV -asus &IS pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 145! pada seorang 6'& di Bali. Sejak itu HI+7&IS di Indonesia telah dilaporkan hampir di semua pro,insi ke*uali Sulawesi 2enggara. Setelah selama 11 tahun sejak dilaporkannya kasus pertama, Indonesia masih ter*atat sebagai negara dengan pre,alensi in$eksi HI+ rendah akan tetapi dalam / tahun terakhir ini Indonesia dinyatakan berada dalam keadaan epidemi terkonsentrasi (Con"entrated level e(idemi") karena HI+7&IS telah terjadi pada lapisan masyarakat tertentu dalam tingkat pre,alensi yang *ukup tinggi terutama di pro,insi %apua, -I 8aya, 9iau, 8awa Barat, 8awa 2imur dan Bali. %ada ibu HI+ atau daerah dimana pre,alensi HI+ tinggi, maka proses kelahiran disarankan dengan operasi sesar, dengan tujuan membiarkan lapisan amnion tetap intak selama mungkin agar penularan HI+ perinatal terhindar. 1 2ransmisi HI+ pada populasi risiko tinggi di Indonesia bersi$at dinamis, dan epidemi yang terjadi tidak terpisah diantara populasi dengan $aktor risiko yang berbeda. Sebagian besar epidemi HI+ disebabkan oleh HI+)1. &da kemungkinan / bahwa pengguna narkotika suntik merupakan episentrum penularan HI+)1 di Bali dan beberapa daerah di Indonesia dan menyebar ke populasi umum melalui perilaku seksual risiko tinggi dari kelompok heteroseksual, yaitu %S- dan yang tertular. 1," 8umlah kasus &IS se*ara kumulati$ di Indonesia "((()"((4 8umlah kasus &IS yang dilaporkan setiap tahunnya sangat meningkat se*ara signi$ikan. &ngka penderita &IS7HI+ mulai meningkat tahun "((/ dan jumlah tertinggi pada tahun "((5. 8umlah kumulati$ pada tahun "((()"((4 men*apai 1:4:/ kasus. 1," E!io-o"i &IS disebabkan oleh in$eksi HI+. HI+ adalah suatu ,irus 9'& berbentuk s$eris yang termasuk retro,irus dari $amili Lenti,irus.
Strukturnya tersusun atas beberapa lapisan dimana lapisan terluar (en,elop) berupa glikoprotein gp1"( yang melekat pada glikoprotein gp/1. Selubung glikoprotein ini bera$initas tinggi terhadap molekul ./ pada permukaan T*hel(er l#m(hosit dan monosit atau makro$ag. Lapisan kedua di bagian dalam terdiri dari protein p1!. Inti HI+ dibentuk oleh 0 protein p"/. i dalam inti ini terdapat dua rantai 9'& dan en;im transkriptase re,erse (reverse trans"ri(tase en+#me) 1,/ , +irus ini terdiri dari " grup, yaitu HI+)1 dan HI+)". <asing)masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing)masing subtipe se*ara e,olusi yang *epat mengalami mutasi. iantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HI+)1 (") Struktur HI+. ",/ Bagian luar HI+ dilipuit oleh selubung yang disebut =en,elope> dan di bagian dalam terdapat sebuah inti (.?9@). 1 1. @n,elope A HI+ bergaris tengah 171(.((( mm dan mempunyai bentuk bulat seperti bola. Lapisan paling luar disebut @'+@L?%@, terdiri dari dua lapisan molekul lemak yang disebut lipids. Lapisan ini diambil dari sel manusia ketika partikel ,irus yang baru terbentuk dengan membentuk tonjolan dan lepas dari sel tersebut. Selubung ,irus terisi oleh protein yang berasal dari sel induk, termasuk !" turunan (rata)rata) protein HI+ komplek yang menonjol dari permukaan selubung. %rotein ini disebut en,, terdiri atas sebuah tutup (*ap)terbuat dari 1)/ molekul BLC.?%9?2@I' (gp) 1"( dan sebuah batang yang terdiri atas 1)/ molekul gp /1 sebagai rangka struktur dalam en,elope ,irus. (1) ". Inti7 .?9@ A dalam en,elope partikel HI+ yang sudah matang terdapat inti yang berbentuk peluruyang disebut .&%SI, terbentuk dari "((( turunan protein ,irus lainnya, % "/. .apsid mengelilingi " helaian tunggal 9'& HI+, yang masing)masing memiliki 4 gen dari ,irus. 1 diantaranya gag, pol dan en,, mengandung in$ormasi yang diperlukan untuk membuat protein terstruktur untuk partikel ,irus baru. Ben en,, misalnya mengkode protein gp 1:( yang dipe*ah oleh en;im ,irus untuk membentuk gp 1"( dan gp /1, yang merupakan komponen en,.1 buah gen pengatur, tat, re, dan ne$ dan 1 gen tambahan, ,i$, ,pr, dan ,pu mengandung in$ormasi yang diperlukan : untuk memproduksi protein yang mengatur kemampuan HI+ mengin$eksi suatu sel, membuat turunan ,irus baru atau menimbulkan penyakit. %rotein yang dikode oleh ne$ misalnya menyebabkan ,irus dapat melakukan replikasi se*ara e$isien sa*ara e$isien dan protein yang dikode oleh ,pu berpengaruh terhadap pelepasan partikel ,irus baru dari sel yang diin$eksi. Inti HI+ juga men*akup sebuah protein yang disebut %!, yaitu protein nu*leo*apsid HI+, dan 1 buah en;im yang berperan dalam langkah berikutnya dalam siklus hidup ,irus, yaitu A 9@+@9S@, 29&'S.9I%2&S@, I'2@B9&S@ dan %9?2&S@. %rotein HI+ lainnya adalah %1! atau matriks HI+, terletak antara inti dan en,elope (/) Struktur ,irus HI+ Ba!asan Bayi Baru (a1ir Dari I3u Pen"i2ap HIV Batasan bayi baru lahir dari ibu pengidap HI+ adalah bayi baru lahir dari Ibu yang diketahui mengidap HI+ selama kehamilannya. Ibu sudah diskrining menggunakan pemeriksaan serologis. 3ntuk selanjutnya bayi disebut BIH& (bayi dari ibu dengan HI+7&IS). 2erminologi BIH& dipakai sebagai tanda pengenal dan ! kode bagi semua petugas administrasi, medis, paramedik, pekarya, diberi tanda stiker merah pada *atatan medik, alat suntik, obat dan sebagainya yang ada hubungannya dengan penderita. 2im BIH& adalah tim yang ditunjuk kepala bagian &nak untuk membuat dan meran*ang petunjuk pelaksanaan hal yang berhubungan dengan BIH&. 1 -LI'2idak ada tanda)tanda spesi$ik HI+ yang dapat ditemukan pada saat lahir. Bila terin$eksi pada saat peripartum, tanda klinis dapat ditemukan pada umur "): minggu setelah lahir. 2etapi tes antibodi baru dapat dideteksi pada umur 15 bulan untuk menentukan status HI+ bayi. 1,/ Semua bayi yang terlahir dari Ibu resiko HI+ termasuk ibu yang berasal dari daerah tinggi kejadian HI+, pengguna obat terlarang, pasangan biseksual, adalah termasuk bayi beresiko terjangkit HI+. Beberapa mekanisme masuknya ,irus ke bayi termasuk beratnya penyakit ibu, paparan dengan *airan tubuh yang terkena in$eksi, kekebalan ibu yang berkurang, dan &SI. 9esiko transmisi ,irus ke bayi besar apabila penyakit ibu berlanjut, atau jumlah ./D rendah, ,iral load tinggi (antigenemia), atau kultur darah HI+ positi$. In$eksi melalui plasenta dibuktikan dengan adanya biakan yang positip HI+ pada darah talipusat dan jaringan janin lahir mati pada trimester awal. Sedangkan in$eksi se*ara ,ertikal dihubungkan adanya ketuban pe*ah dini empat jam sebelum lahir se*ara spontan, tindakan in,asi$, dan adanya *horioamnionitis. 2ransmisi dapat se*ara seksual, parenteral dan kongenital, perinatal. 9esiko ter*emar HI+ pada 2rans$usi darah adalah 1 A ""0.((( unit trans$usi. Skrining saat ini *ondong kurang dilakukan,padahal penderita baru walau mengalami ,iremia, menunjukkan sero negati$ untuk " sampai / bulan atau 0)10E. " Pa!o"enesis HIV In$eksi HI+ terutama berpengaruh pada sel ./D dan sel monosit atau sel makro$ag. Setelah sel terkena in$eksi, maka 9'& ,irus sampul terlepas, dan membentuk '& transkrip rangkap dua, yang ditrans$er ke sel '& host, dan terjadilah perusakan system imunologi baik humoral ataupun selular. -emudian bersama dengan *ytokin yang dipengaruhi akan mempengaruhi $ungsi makro$ag, B 5 lim$osit dan 2 Lim$osit. Sedangkan hipergamaglobulinemia yang terdeteksi pada saat kehamilan, disebabkan karena akti,asi poliklonal B sel akibat pengaruh HI+. %erusakan sel B, mengakibatkan pembentukan antibodi sekunder lemah, dan respons terhadap ,aksinasi buruk. e$ek sel mediated juga terjadi, sehingga mudah terjadi in$eksi oportunis seperti jamur, %neumonia .arinii %neumositis (%.%), dan diare kronik. 1,/ <ekanisme utama in$eksi HI+ adalah melalui perlekatan selubung glikoprotein ,irus gp 1"( pada molekul ./. <olekul ini merupakan reseptor dengan a$initas paling tinggi terhadap protein selubung ,irus. %artikel HI+ yang berikatan dengan molekul ./ kemudian masuk ke dalam sel hospes melalui $usi antara membran ,irus dengan membran sel hospes dengan bantuan gp /1 yang terdapat pada permukaan membran ,irus. /,0
%roses pengikatan HI+ dengan reseptor sel 2 HI+ menggunakan ./ untuk masuk ke dalam host sel 2 dengan *ara mengikat gp1"( pada ./. -eterikatan men*iptakan pergeseran dalam kon$ormasi gp1"( HI+ yang memungkinkan untuk mengikat ke *o)reseptor untuk diekspresikan 4 pada sel inang. HI+ menyisipkan peptida $usi ke dalam sel host yang memungkinkan membran luar ,irus untuk ber$usi dengan membran sel. /,0 Sekali ,irion HI+ masuk ke dalam sel, maka en;im yang terdapat dalam nukleoprotein menjadi akti$ dan memulai siklus reproduksi ,irus. 'ukleoprotein inti ,irus menjadi rusak dan genom 9'& ,irus akan ditranskripsi menjadi '& untai ganda oleh en;im reverse trans"ri(tase dan kemudian masuk ke nukleus. @n;im integrase akan mengkatalisa integrasi antara '& ,irus dengan '& genom dari sel hospes. Bentuk '& integrasi dari HI+ disebut pro,irus, yang mampu bertahan dalam bentuk inakti$ selama beberapa bulan atau beberapa tahun tanpa memproduksi ,irion baru. /,0 %artikel ,irus yang in$eksius akan terbentuk pada saat sel lim$osit 2 terakti,asi. &kti,asi sel 2 ./D yang telah terin$eksi HI+ akan mengakibatkan akti,asi (rovirs juga. &kti,asi ini diawali dengan transkripsi gen struktural menjadi m9'& kemudian ditranslasikan menjadi protein ,irus. -arena protein ,irus dibentuk dalam sel hospes, maka membran plasma sel hospes akan disisipi oleh glikoprotein ,irus yaitu gp /1 dan gp 1"(. 9'& ,irus dan protein "ore kemudian akan membentuk membran dan menggunakan membran plasma sel hospes yang telah dimodi$ikasi dengan glikoprotein ,irus, membentuk selubung ,irus dalam proses yang dikenal sebagai bddin-, %ada beberapa kasus akti,asi (rovirs HI+ dan pembentukan partikel ,irus baru dapat menyebabkan lisisnya sel yang terin$eksi. / 1( Bambar 1. %atogenesis HI+. +irion terikat dengan dengan bagian luar sel dan bergabung dengan sel kemudian protein inti dan dua benang 9'& ,irus masuk ke sel. '& doublestranded (pro,irus) termigrasi ke inti sel melepas sampulnya berintegrasi dengan '& sel . %ro,irus selanjutnya menjadi (!&) laten. %roses dapat berlangsung perlahan (!B) atau se*ara *epat sehingga terjadi lisis atau ruptur dari sel (!.). / %ada saat lim$osit yang terin$eksi HI+ menjadi akti$, misalnya in$eksi yang berulang, maka terjadilah apoptosis dan lisis dari sel)sel host. -arena ./D lim$osit merupakan respon imun yang penting terhadap keadaan ;at);at patogen, maka apabila jumlah ./D dibawah "((7mm1 rentan terhadap in$eksi oportunis ataupun keganasan. %ada permulaan in$eksi, ,irus menyerang sel dendritik, dan terjadi ,iremia, kemudian sel lim$osit terseeded. Imun respons dari host terangsang, ,iremia menghilang, dan 5(E penderita mengalami in$eksi asimtomatik, dan "(E mengalami penyakit yang progresi$. %ada penderita yang asimtomatik, proses berkisar 1( tahun, kemudian dengan adanya in$eksi oportunis, kematian terjadi dalam 0 tahun. 0 11 %atogenesis HI+ Me.anis4e penu-aran HIV 2ari i3u .e 3ayi %enularan HI+ dari ibu ke bayimemiliki resiko sebesar 10)10E. 2erendah dilaporkan di @ropa dan tertinggi di &$rika.Sebuah lembaga International telahmengembangkan standard metodeperhitungan rerata angka penularan se*ara ,erti*al berdasarkan studi prenatal,prosedur pemantauan, *riteria diagnosis dande$inisi kasus. Hal)hal tersebut lebih mempengaruhi terjadinya penularan di banding area geogra$i yang telah dilaporkan. &ngka penularan kemungkinan lebih men*erminkan $aktor resiko dari ibu ke bayi pada beberapa kelompok dan dapat berubah dengan waktu. 1 A. Fa.!or irus 1. -arakteristik ,irus. %enularan in$eksi HI+ dari ibu ke bayi dipengaruhi oleh banyak $aktor. Faktorutama yang penting adalah jumlah ,irus (viral load). &danya $aktor antigen p"/ se*ara konsisten mempunyai hubungan terhadap meningkatnya penularan (meningkat ")1 kali dibanding wanita tidak hamil ). Beberapa studi berdasarkan data bayi yang terin$eksi dari ibunya menunjukkan tingginya jumlah kuman (viral load) yang dihitung dengan teknik kultur kuantitati$, dan menganalisa plasma 9'& dengan (ol#merase "hain rea"tion .PC/) atau berdasarkan nomer kode '&, semuanya berhubungan dengan tingginya penularan. %lasma jumlah ,irus seorang ibu dengan HI+ merupakan prediktor yang kuat sebagai sumber penularan. %eningkatan jumlah penularan pada wanita dengan in$eksi HI+ primer mun*ul ketika plasma jumlah ,irus 1" yang akti$ berada pada titik tertinggi ((ea0). Sedikitnya penularan terjadi pada plasma HI+ dengan viral load G 1((( *opi7mL, tanpa memperhatikan apakah ibu tersebut sedang atau belum mendapatkan %/$ 1idovdine. 1,: ". &ntibodi Netrali+in- 2ingginya kadar antibody netrali+in- pada loo( $2 menunjukkan hubungan menurunnya resiko penularan, tapi 2idak ada studi yang membandingkan dengan kelompok *ontrol. +ariabilitas ikatan antara peptide +1)loop dan antibodi +1, dimana ikatan yang kuat terhadap antibody +1)loop akan bereaksi melawan epitop se*ara luas sebagai proteksi melawan penularan. 1,: -arakteristik penularan dari Human Immunode$i*ien*y +irus 2ype 1 (HI+)1) adalah kemahiran Hber(ra*(raI bersi$at homogen. Cang terpenting adalah mengerti tentang mekanisme potensial proteksi penularan se*ara selekti$, memberikan in$ormasi terhadap perkembangan ,aksin HI+)1 dan penggunaan mekanisme pertahanan kedepan dengan regimen antibod# mono"lonal. Sejak antibody dari ibu melewati plasenta hingga masuk ke aliran darah janin, penularan in$eksi HI+ perinatal memberikan kesempatan yang unik untuk mempelajari e$ek pro$ilaksis yang potensial dari an atolo-os netrali+in- antibod# .aN%3) yang dijumpai pada kedua donor ibu dan bayinya. %n atolo-os netrali+in- antibod# .aN%3) ibu memiliki si$at pertahanan dan e$ek selekti$ pada uterus terutama pada 15 minggu pertama masa kehamilan dan intrapartum, serta kedepan dapat menjadi kerangka pikiran untuk pembuatan ,aksin HI+ dengan menge,aluasi antibody)mediator imun. : 1. In$ekti,itas ,irus %erbedaan se*ara biologi dari retro,irus menghantar perbedaan pada kemungkinan terjadinya penularan. Hman !mmnodefi"ien"# virs t#(e 2 (H!$*2) jarang menyebabkan penularan dari ibu ke bayinya, lebih sering HI+)1. %ada studi ke*il mengatakan wanita dengan multipatner lebih dari 1 ke*enderungan untuk menularkan ke bayinya selam masa kehamilan lebih besar dibanding wanita yang 11 dengan satu pasangan terin$eksi HI+, ini terkait dengan potensi tertular oleh karena peningkatan viral load pada ,agina atau potensial jenis ,iral $etotropik dapatan ! Fenotipe, perbedaan strain pada replikasi in ,itro, selular tropism dan induksi sinsitium. 2erdapat e,iden*e bahwa strain sinsitim ind"in- meningkatkan ,irulensi. Ma"ro(ha-es(e"ifi0 tro(ism telah diteliti pada beberapa strain, belum diketahui se*ara pasti apakah lebih sering diketemukan pada sekresi *airan genital, air susu ibu atau plasenta. 1,! B. Fa.!or Bayi 1. %rematuritas Beberapa pusat penelitian telah memaparkan tentang hubungan prematuritas terhadap in$eksi HI+. Sebagai *ontoh status HI+ maternal menjembatani prematuritas kehamilan. 9yder dan teman)teman pada tahun 1454 di Jaire, menggaris bawahi tentang prematuritas sebesar 11E pada wanita D HI+ dan 1E pada kelompok *ontrol. %engamatan tersebut tidak konsisten pada 'egara berkembang, bayi yang lahir premature lebih beresiko terin$eksi HI+ dibanding bayi yang lahir dari ibu yang terin$eksi HI+. !,5 ". 'utrisi Fetus 2erlepas dari status in$eksi HI+, nutrisi prenatal yang buruk dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin dalam rahim atau intraterine -rowth retandation (!45/) dengan perbandingan pertumbuhan yang tidak sesuai dengan umur kehamilan. Semua akan menyebabkan menurunnya imunitas selular dengan jumlah sel 2 yang rendah, respon proli$erati$ yang buruk, pertumbuhan thymus yang terganggu, meningkatkan ke*enderungan terserang in$eksi, dan menetap selama 0 tahun masa pertumbuhan yang akan terganggu. irekomendasikan untuk asupan ,itamin &, untuk men*egah perburukan gejala diare yang ada baik pada ibu maupun bayinya. 5 1. Fungsi %en*ernaan 1/ Fungsi pen*ernaan pada neonatus memegang peranan penting dalam penularan HI+. In$eksi HI+ diperkirakan masuk melalui pen*ernaan saat kelahiran, oleh karena terpapar darah yang terin$eksi, sekresi ,agina, *airan amnion dan air susu ibu. sistem pen*ernaan bayi memiliki keasaman lambung yang rendah, akti$itas en;im pen*ernaan yang rendah, produksi *airan mukosa yang rendah dan sedikit sekresi dari immunoglobulin & (Ig &) yang merupakan sistem kekebalan pada pen*ernaan untuk melawan kuman yang masuk. %ada in$eksi sekunder akan terjadi diare, pertumbuhan yang terganggu, dan menunjukkan perkembangan perjalanan penyakitnya. !,5 /. 9espon imun neonatus Sistem kekebalan tubuh bayi yang baru lahir se*ara anatomi memiliki de$isiensi $ungsional, belum terpapar oleh antigen dari luar dan sering mengalami ketidakmampuan dalam mengkopi agen mayor in$eksi. <erupakan perkembangan immunologi termasuk dalam menghadapi berbagai ,irus seperti *ytomegalo,irus, hepatitis B dan ,irus herpes simplek. -etiga in$eksi tersebut bersi$at kronik, menjadi karier dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit neonatus yang $atal. %ada saat sistem kekebalan tubuh neonatus belum matang, akan menyebabkan lim$osit 2 tidak ber$ungsi dengan baik terutama terhadap in$eksi HI+, peranan antibody dan system makro$ag rendah. Sistem antibody pada janin bersi$at dorman, digantikan oleh system kekebalan tubuh dari Ig B ibu melalui transplasenta dan sekresi Ig& dari air susu ibu. 9endahnya kadar IgB dan Ig& dari ibu dengan kehamilan *enderung melahirkan premature danjuga antibody neutrali;ing yang rendah. Cang paling utama adalah de$ek lim$osit 2 sehingga berpengaruh pada $ungsi nya sebagain produksi sitokin. 2)helper)1 (2H)1) berperan terhadap respon imun selular, bila terjadi de$isiensi akan terjadi pula de$isiensi dari inter$eron (IF')y) . ! 5. Fa.!or i3u6 .e1a4i-an 2an prosespersa-inan. 1. 2ransmisi selama kehamilan 10 In$eksi transplasental telah dilaporkan
dan tampaknya menjadi jalan utama transmisi namun mekanisme yang pasti tetap belum diketahui. HI+ telah se*ara langsung diisolasi dari plasenta, *airan amnion dan produk awal konsepsi. %asase transplasenta HI+ mun*ul pada 1(E kehamilan yang dipengaruhi, dipertinggi oleh jumlah lim$osit 2 helper (kurang dari /((7mm 1 ) atau kesakitan maternal yang lanjut. %enentuan kejadian in$eksi ,ertikal dikomplikasi oleh sulitnya membuat diagnosis neonatal karena antobodi IgB maternal terhadap HI+ se*ara pasi$ melewati plasenta. Semua bayi lahir dengan ibu HI+ antibodi positi$ akan memiliki antibodi positi$ saat lahir. &ntibodi maternal dapat tetap terdeteksi pada sirkulasi bayi hingga 10 sampai 15 bulan. 5 Sampai saat ini prediksi traSnsmisi transplasenta pada kasus)kasus indi,idual belum memungkinkan. Banyak $aktor yang mempengaruhi transmisi. 2ermasuk tingkat penyakit lanjut, perkembangan menjadi &IS selama kehamilan, in$eksi akti$, hasil kultur positi$, dan penurunan jumlah ./D. Faktor) $aktor lain yang penting meningkatkan risiko transmisi maternal ke $etus termasuk jumlah ,irus yang tinggi, ,irus yang bereplikasi dengan *epat
dan kondisi yang dapat mengganggu integritas plasenta seperti penyakit menular seksual yang lain dan korioamnionitis.
6alau banyak $aktor terus dipelajari sebagai penentu penting pada transmisi ,ertikal HI+ prediktor terbaik untuk risiko transmisi perinatal diantara wanita hamil dan keturunannya yang diobati dengan J+ adalah jumlah ,irus. 5 ". 2ransmisi selama persalinan -ebanyakan kejadian dari in$eksi kongenital HI+ timbul selama periode intrapartum, mungkin berhubungan dengan terpaparnya bayi terhadap darah ibu yang terin$eksi dan sekret ser,iks atau ,agina, sebagaimana mikrotrans$usi darah ibu)anak mun*ul selama kontraksi uterus. 2ransmisi intrapartum ,irus mendukung kenyataan bahwa 0()!(E anak terin$eksi memiliki tes ,irologi negati$ pada saat lahir, menjadi positi$ pada saat usia 1 1: bulan. itunjukkan bahwa anak yang lahir pertama dari kembar dua berada pada risiko lebih tinggi mengalami in$eksi dibanding yang lahir kedua, mungkin karena lebih lamanya paparan terhadap sekresi mukosa ser,iko,aginal. %eningkatan risiko transmisi telah digambarkan selama persalinan yang memanjang, pe*ah ketuban yang lama, perdarahan plasenta dan adanya *airan amnion yang mengandung darah. !,5 1. 2ransmisi setelah melahirakan (&ir Susu Ibu) HI+ ditemukan pada air susu ibu dan menyusui telah dilaporkan sebagai jalan in$eksi pada perinatal lanjut. In$eksi HI+ dari ibu ke bayi juga dapat timbul melalui minum air susu ibu yang terkontaminasi. 2ransmisi HI+ selama menyususi dapat sebanyak sepertiga sampai duapertiga dari semua transmisi HI+ dan tambahan risiko dari menyusui untuk transmisi HI+ telah ditentukan ber,ariasi antara 1/)":E. 1,5 Banyak $aktor mungkin mempengaruhi transmisi ,irus melalui menyusui. Imaturitas traktus gastrointestinal bayi baru lahir dapat memungkinkan penetrasi mukosa intestinal oleh ,irus. 2api transmisi juga dapat mun*ul pada bayi yang memulai susu ibu jauh sesudah periode perinatal.
%engenalan dini pada makanan lain dapat juga memegang peranan dengan merusak intestinal. 1,5 Pen7e"a1an penu-aran HIV 2ari i3u .e 3ayi <enurut 6H? terdapat / (empat) upaya yang perlu untuk men*egah terjadinya penularan HI+ dari ibu ke bayi yang termasuk dalam (revention mother to "hild transmission (%<2.2), meliputi 4 A 1. <en*egah terjadinya penularan HI+pada perempuan usia reproduksi ". <en*egah kehamilan yang tidakdiren*anakan pada ibu HI+ positi$ 1. <en*egah terjadinya penularan HI+ dari ibu hamil HI+ positi$ ke bayi yang dikandungnya. Bentuk inter,ensi berupaA 1! %elayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensi$ Layanan konseling dan tes HI+ se*ara sukarela (+.2) %emberian obat antiretro,irus (&9+) 3ntuk pen*egahan transmisi ,ertikal dari ibu HI+ positi, ke bayi maka ibu hamil terin$eksi HI+ harus mendapat pengobatan atau pro$ilaksis antiretro,irus (&9+). 2ujuan pemberian &9+ pada ibu hamil, di samping untuk mengobati ibu, juga untuk mengurangi risiko penularan perinatal kepada janin atau neonatus.14,1( 2ernyata ibu dengan jumlah ,irus sedikit di dalam plasma (G1((( salinan 9'&7ml), akan menularkan HI+ ke bayi hanya ""E, sedangkan ibu dengan jumlah muatan ,irus banyak menularkan in$eksi HI+ pada bayi sebanyak :(E. 8umlah ,irus dalam plasma ibu masih merupakan $aktor prediktor bebas yang paling kuat terjadinya penularan perinatal.15,11 -arena itu, semua wanita hamil yang terin$eksi HI+ harus diberi pengobatan antiretro,irus (&9+) untuk mengurangi jumlah muatan ,irus 4,1( %emilihan antiretro,irus untuk ibu hamil terin$eksi HI+ sama dengan ibu yang tidak hamil. Cang harus diketahui dari ibu hamil terin$eksi HI+ adalah status penyakit HI+ (beratnya penyakit &IS ditentukan berdasarkan hitung sel 2 ./D, perkembangan in$eksi ditentukan berdasarkan jumlah muatan ,irus, antigen p"/ atau 9'&7'& HI+ di dalam plasma), riwayat pengobatan antiretro,irus saat ini dan sebelumnya, usia kehamilan, dan perawatan penunjang yang diperlukan seperti perawatan psikiater, nutrisi, akti,itas seksual harus memakai kondom, dan lain)lain. &9+ *ukup aman diberikan kepada ibu hamil. ?bat ini tidak bersi$at teratogenik pada manusia, dan tidak bersi$at lebih toksik pada ibu hamil dibandingkan dengan ibu 15 tidak hamil. -onseling tentang HI+ dan makanan bayi, serta pemberian makanan bayi %ersalinan yang aman. 4,1( S!a2iu4 .-inis 4enuru! 8H) Bi-a !i2a. !erse2ia !es 5D9 Bi-a !erse2ia !es 5D9 1 2idak diobati untuk kepentingan ibu saat ini(rekomendasi tingkat &)III) ?bati jika hitung sel . / G "(( sel7mm1 (rekomendasi tingkat &) III) " 2idak diobati (rekomendasi tingkat &)III 1 ?bati (rekomendasi tingkat &)III) ?bati jika hitung sel . /G 10( sel7mm1 (rekomendasi tingkat &) III) / ?bati (rekomendasi tingkat (&)III) ?bati tanpa memperhatikan hitung . / (rekomendasi tingkat &) III) 9ekomendasi untuk memulai 2erapi &9+ pada perempua' hamil menurut stadium klinis danketersediaan penanda imunologis (menurut 6H? "((:) 8enis obat osis Saaat pemberian .ara pemberian 3ntuk ibu ;ido,idine 100 mg 5 kali/hari Masa gestasi 14 minggu sampai menjelang Per oral Melahirkan 2 mg/kg Dilanjutkan pada saat melahirkan selama 1 jam. 1mg/kg/jam Dilanjutkan sampai Masa gestasi 14 minggu sampai menjelang Per oral melahirkan Dilanjutkan pada saat melahirkan selama 1 jam. ilanjutkan %eroral Intra,ena intra,ena 14 lahir Intravena sampai lahir 3ntuk neonatus Jido,udine (masa gestasi K 10 minggu) Jido,udine (masa gestasi 1() 10 minggu) Jido,udine (masa gestasi G 10 minggu) " mg7kgbb7dosis, / kali sehari 2mg/kg/dosis,2 kali/hari 2 minggu pertama, selanjutna di!erikan 2 mg/kg/dosis, " kali/hari 2mg/kg/dosis, 2 kali/hari 4 minggu pertama, selanjutna di!erikan 2 mg/kg/dosis, " kali/hari imulai pada usia 5 jam sampai imulai pada usia 5 jam sampai : minggu imulai pada usia 5 jam sampai : minggu %eroral %eroral peroral %ersalinan yang aman 2ujuan persalinan yang aman bagi ibu dengan HI+ adalah !,5 A 2idak terjadi penularan HI+ A o ke janin7bayi o o ke tim penolong (medis dan non medis) o ke pasien lainnya -ondisi ibu baik sesudah melahirkan @$ekti$ dan e$isien "( %ersalinan dengan seksio sesarea beren*ana (ele"tive) sebelum saat persalinan tiba merupakan pilihan pada ?dha. %ada saat persalinan per,aginam, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. Bayi mungkin juga terin$eksi karena menelan darah atau lendir jalan lahir tersebut (se*ara tidak sengaja pada saat resusitasi). Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa seksio sesarea akan mengurangi risiko penularan HI+ dari ibu ke bayi sebesar 0()::E . &pabila seksio sesarea tidak bisa dilaksanakan, maka dianjurkan untuk tidak melakukan tindakan in,asi$ yang memungkinkan perlukaan pada bayi (pemakaian elektrode pada kepala janin, ekstraksi $orseps, ekstraksi ,akum) dan perlukaan pada ibu (episiotomi). !,5
Sebagian besar penularan HI+ dari ibu ke bayi terjadi pada saat persalinan. Hal ini terjadi akibat !,5,4 A o 2ekanan pada plasenta meningkat menyebabkan terjadinya sedikit per*ampuran antara darah ibu dan darah bayi. o Lebih sering terjadi jika plasenta meradang atau terin$eksi. o Bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. /. <emberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HI+ positi$ beserta bayi dan keluarganya. Menen!u.an S!a!us HIV Bayi. -elainan atau gejala yang mun*ul biasanya tampak pada umur 1 tahun ("1 E) sampai dengan / tahun (/( E). Beberapa gejala klinik yang mun*ul seperti BBL9, in$eksi saluran na$as berulang, %.% (%neumo*ystis *arinii %neumonia), sinusitis, sepsis, moniliasis berulang, hepatosplenomegali, $ebris yang tidak diketahui penyebabnya, en*e$alopati (0(E)4(E) gejala ini terjadi sebelum obat anti 9etro,irus dipergunakan. 1 8ika pada tes kon$irmasi antibodi HI+ positi$, maka pemeriksaan HI+ %.9 '& pada bayi harus dilakukan. 8ika HI+ %.9 '& pada bayi positi$, pro$ilaksis &9+ harus dihentikan dan bayi segera dirujuk ke spesialis HI+ pediatrik untuk "1 kon$irmasi diagnosis dan pengobatan in$eksi HI+ dengan terapi kombinasi standar antiretro,iral. Bayi yang terin$eksi HI+ juga harus menerima kemopro$ilaksis terhadap %.% dengan trimetoprim)sul$ametoksa;ol (2<%) oral dimulai pada usia /): minggu. 1,/ Pene"a.an Dia"nosis iagnosis ditegakkan berdasarkanA 1,/ 1. ugaan in$eksi HI+, gejala klinik, resiko penularan di daerah yang banyak ditemukan. ". 2es serologi darah HI+ 1. %embuktian ,irus HI+ dalam darah, karena pada bayi masih terdapat antibodi HI+ ibu yang menetap sampai 15 bulan. -lasi$ikasi In$eksi HI+ %ada &nak Berdasarkan -ategori -linis 1 1. -ategori ' (tanpa gejala) 2idak terdapat tanda dan gejala klinis akibat in$eksi HI+, atau hanya terdapat satu gejala kategori & ". -ategori & (gejala klinis ringan) 2erdapat dua atau lebih berikut tanpa gejala kategori B dan . a) Lim$adenopati (L (,0 *m lebih dari satu tempat, bilateral dianggap 1 tempat) b) Hepatomegali *) Splenomegali d) ermatitis e) %arotitis $) In$eksi saluran napas atas, sinusitis, atau otitis media berulang atau menetap 1. -ategori B (gejala klinis sedang) "" 2erdapat gejala klinis lain selain gejala kategori & atau . a) g. &nemia (G5 g7dl), neutropenia (G1(((7mm1), atau trombositopenia (G1((.(((7mm1) menetap L 1( hari b) <eningitis ba*terial, pneumonia, atau sepsis (episode tunggal) *) -andidiasis oro$arings menetap K" bulan pada anak usia K: bulan d) -ardiomiopati e) In$eksi sitomegalo,irus dengan onset G usia 1 bulan $) iare berulang atau kronik g) Hepatitis h) Stomatitis herpes simpleks (HS+) berulang (K" episode dalam setahun) i) Bronkitis, pneumonitis, atau eso$agitis HS+ dengan onset usia G1tahun j) Herpes ;oster pada paling sedikit dua episode berbeda atau K1 dermatom k) Leiomiosarkoma l) %neumonitis interstisial lim$oid atau kompleks hyperplasia lim$oid paru m) 'e$ropati n) 'okardiosis o) emamK1 bulan p) 2oksoplasmosis dengan onset usia G1 bulan M) +arisela diseminata (*a*ar air dengan komplikasi) ". -ategori . (gejala klinis berat) Semua anak yang memenuhi kriteria &IS, ke*uali untuk pneumonitis interstisial lim$oid yang masuk dalam kategori B 2es iagnostik 3ntuk In$eksi HI+ %ada BayiA 1,4 "1 1. HI+ &ntibodi pada anak umur : 15 bulan dilakukan dengan metode @LIS& IgB anti HI+ &b, dapat ditrans$er melalui plasenta pada 2rimester III. Bila hasil positi$ sebelum umur 15 bulan, mungkin antibodi dari ibunya. ". +I93S A HI+ %.9 '& dari darah peri$er pada waktu lahir, dan umur 1) / bulan. Bila umur / bulan hasil negati$ bayi bebas HI+, bila HI+ %.+ 9'& positi$ BIH& positi$ terkena HI+. %engujian ,irologi pada awal kelahiran dapat dipertimbangkan untuk bayi yang baru lahir beresiko tinggi in$eksi HI+, *ontohnya seperti bayi yang lahir dari ibu yang terin$eksi HI+ yang tidak menerima perawatan prenatal, &92 prenatal, atau yang memiliki ,iral load HI+K 1.((( "o(ies 7 mL mendekati ke waktu kelahiran. Sebanyak 1(E )/(E dari bayi yang terin$eksi HI+ dapat diidenti$ikasi dari usia /5 jam. Sampel darah dari tali pusar tidak boleh digunakan untuk e,aluasi diagnostik karena kontaminasi dengan darah ibu. e$inisi yang pasti telah diusulkan untuk membedakan didapatkannya in$eksi HI+ selama periode intrauterin atau dari periode intrapartum. Bayi yang memiliki tes ,irologi positi$ pada atau sebelum usia /5 jam dianggap memiliki in$eksi awal (yaitu, intrauterin), sedangkan bayi yang memiliki tes ,irologi negati$ selama minggu pertama kehidupan dan tes positi$ berikutnya dianggap memiliki in$eksi setelahnya (yaitu, intrapartum). 4 1. ./ *ount rendah (normal "0(()10((7ml pada anak, ewasa !(() 1(((7ml). Ta3e- K-asi/i.asi In/e.si HIV Pa2a Ana. Menuru! Ka!e"ori S!a!us I4unosupresi 2an re.o4en2asi pen"o3a!an an!ire!roirus pa2a ana. "/ /. %"/ &ntigen test sudah kurang dipakai untuk diagnostik, karena dipandang kurang sensiti$ terutama untuk bayi. -nu*hel dkk membandingkan sensiti,itas tes tersebut antara BS ( dried blood s(ot ) dan plasma. <ereka menemukan bahwa tes tersebut mempunyai spesi$isitas 1((E dan tidak ada perbedaan hasil se*ara kuantitati$ antara BS dan plasma. <ereka juga membandingkan hasil tes antigen p"/ dengan ,iral load HI+ dan menemukan korelasi yang positi$, tetapi koe$isien korelasi tersebut rendah (r L (,:!). Sensiti,itas tes HI+ p"/ dibandingkan dengan tes ,iral load HI+ adalah kurang lebih 4(E. Hal ini berarti bahwa tes untuk menskrining bayi yang terpajan HI+ akan menghasilkan hampir 1(E bayi yang salah didiagnosis sebagai tidak terin$eksi. %enggunaan %.9 HI+ '&)9'& memiliki sensitiitas 1((E pada plasma. Mana0e4en Bayi 2en"an I3u HIV <anajemen 3mum 4,1( 1. Bayi yang dilahirkan ibu dengan HI+ positi$ maka A a. Hormati kerahasiaan ibu dan keluarganya, dan lakukan konseling pada keluarga# b. 9awat bayi seperti bayi yang lain, dan perhatian khususnya pada pen*egahan in$eksi# *. Bayi tetap diberi imunisasi rutin, ada senter yang tidak langsung memberi B.B# d. Bila terdapat tanda klinis de$isiensi imun yang berat, jangan diberi ,aksin hidup (B.B, ?%+, .ampak, <<9). %ada waktu pulang, periksa L, hitung Lymphosit 2, serologi anti HI+, %.9 '&79'& HI+. ". Beri dukungan mental pada orang tuanya "0 1. &njurkan suaminya memakai kondom, untuk pen*egahan penularan in$eksi <anajemen -husus 4,1( Bayi dengan in$eksi HI+ mempunyai jumlah ,irus yang tinggi dan akan menurun seiring dengan meningkatnya imunologinya. Saran dari beberapa senter di &S, terapi pada satu tahun pertama untuk anak yang di*urigai HI+, diharapkan tumbuh imunologi se*ara normal, karena bila terapi menunggu umur lebih dari satu tahun berdasarkan jumlah ./D dan Load +irus maka hal ini dikatakan kurang spesi$ik. %engobatan harus dimulai pada bayi yang menunjukkan gejala simtomatis atau yang menunjukkan jumlah sel ./D yang rendah, tanpa melihat umur. " Pe43erian Minu4 %enularan HI+)1 dapat terjadi dari konsumsi susu &SI dari perempuan yang terin$eksi HI+. i &merika Serikat dan -anada, di mana $ormula bayi aman dan tersedia, seorang yang ibu terin$eksi harus disarankan untuk tidak menyusui bahkan jika dia menerima &92 (terapi anti 9etro,irus). <enghindari se*ara total untuk menyusui (dan susu sumbangan) oleh perempuan yang terin$eksi HI+ tetap menjadi satu) satunya mekanisme dimana pen*egahan penularan HI+ melalui &SI dapat dipastikan. 4,1( Salah satu rekomendasi -onsesus Benewa pada ?ktober "((: adalah HIbu terin$eksi HI+ dianjurkan menyusui eksklusi$ selama : bulan ke*uali jika pengganti &SI memenuhi &F&SS sebelumnya, Bila pengganti &SI men*apai &F&SS, dianjurkan untuk tidak memberikan &SII yang mana hal ini menjadi %edoman 'asional %en*egahan %enularan HI+ dan ibu ke bayi. 4,1( ": &F&SS merupakan kepanjangan dariA & A %CC6PT%376 A mudah diterima F A 86%S!376 A mudah dilakukan & A %889/'%376 A terjangkau S A S4ST%!N%376 A berkelanjutan S A S%86 A aman penggunaannya <udah diterima berarti, tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan susu $ormula pada bayinya. <udah dilakukan Ibu dan keluarga, mereka mempunyai *ukup waktu, pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu $ormula kepada bayi . Harganya terjangkau Ibu dan keluarga sehingga mereka mampu membeli susu $ormula. Susu $ormula harus diberikan setiap hari dan malam selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu $ormula dijamin keberadaannya artinya keberadaan susu $ormula tersebut berkelanjutan. 8uga tidak kalah penting Susu $ormula harus disimpan se*ara benar, higienis dan kadar nutrisi *ukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan bersih, serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu $ormula pada masyarakat (SP!77 9$6/) yang berarti Save atau &man. 4,1( Ibu dengan HI+ positi$ dihadapkan pada dua pilihan sulit, menyusui dengan belum mengerti tehnik menyusuinya sehingga ternjadi <2.2 (mother*to*"hild transmission), tidak menyusui dan tidak %8%SS sehingga bayi menjadi kurang gi;i, diare, atau pneumonia. -onseling pemberian makan bayi pada ibu HI+ dapat membantu ibu HI+ menentukan pilihan yang terbaik untuk bayinya. 4,1( Ta3e- Fa.!or Risi.o Po!ensia- un!u. Trans4isi HIV;& 4e-a-ui ASI -ategori Faktor risiko "! urasi menyusui -arakteristik Ibu -arakteristik bayi -arakteristik &SI 7hman mil0 &SI eksklusi$ urasi yang lebih lama 3mur muda %aritas tinggi ./D yang rendah $iral load darah peri$er yang tinggi &bnormalitas payudara (abses payudara, mastitis, ni((le lesions) .andidiasis oral $iral load yang tinggi -onsentrasi substansi anti,iral yang rendah (*ontohA la*to$erin, lyso;yme, SL%I, epidermal growth $a*tor) -onsentrasi lim$osit 2 spesi$ik),irus sitotoksik Sekkresi Ig& yang rendah Ig< yang rendah Mi:ed breastfeedin- ikarenakan penularan HI+)1 melalui proses menyusui selalu ada terjadi, dan karena menghindari proses menyusui adalah sulit dilakukan dalam banyak situasi tertentu, maka penting untuk mengidenti$ikasi $aktor risiko guna meran*ang ren*ana inter,ensi untuk men*egah transmisi sesuai dengan $aktor risiko. 4,1( Lakukan konseling pada ibu tentang pilihan pemberian minum kepada bayinya. "
a. Hargai dan dukunglah apapun pilihan ibu. Ijinkan ibu untuk membuat pernyataan sendiri tentang pilihan yang terbaik untuk bayinya. b. 2erangkan kepada ibu bahwa menyusui dapat berisiko menularkan in$eksi HI+. <eskipun demikian, pemberian susu $ormula dapat "5 meningkatkan risiko kesakitan dan kematian, khususnya bila pemberian susu $ormula tidak diberikan se*ara aman karena keterbatasan $asilitas air untuk mempersiapkan atau karena tidak terjamin ketersediaannya oleh keluarga. *. 2erangkan pada Ibu tentang untung dan rugi pilihan *ara pemberian minum susu $ormula. Susu dapat diberikan bila mudah didapat, dapat dijaga kebersihannya dan selalu dapat tersedia. d. alam beberapa situasi, kemungkinan lain adalah untung dan rugi pilihan *ara pemberian minum &SI A ) <emeras &SI dan menghangatkannya waktu akan diberikan# ) %emberian &SI oleh ibu susuan (IWet Nrsin-I) yang jelas HI+ negati$# ) <emberi &SI peras dari Ibu dengan HI+ negati$. e. Bantu ibu menilai kondisinya dan putuskan mana pilihan yang terbaik, dan dukunglah pilihannya. ) Bila ibu memilih untuk memberikan susu $ormula atau menyusui, berikan petunjuk khusus (lihat bawah). 3ntuk %emberian susu $ormula A &jari ibu *ara mempersiapkan dan memberikan susu $ormula dengan menggunakan salah satu alternati$ *ara pemberian minum. &njurkan ibu untuk memberi susu $ormula 5 kali sehari, dan beri lagi apabila bayi menginginkan. Beri ibu petunjuk se*ara tertulis *ara mempersiapkan susu $ormula. 8elaskan mengenai risiko memberi susu $ormula dan *ara menghindarinya. "4 ) &SI @ksklusi$ dapat segera dihentikan bila susu $ormula sudah dapat disediakan. Hentikan &SI pada saat memberikan susu $ormula# ) 9ekomendasi yang biasa diberikan adalah memberikan &SI eksklusi$ selama : bulan, kemudian dilanjutkan &SI ditambah makanan padat setelah umur : bulan. ) Bayi akan diare apabila tangan ibu, air atau alat)alat yang digunakan tidak bersih dan steril, atau bila susu yang disediakan terlalu lama tidak diminumkan# ) Bayi tidak akan tumbuh baik apabila A 8umlah tiap kali minum terlalu sedikit# Frekuensi pemberiannya terlalu sedikit# Susu $ormula terlalu en*er# Bayi mengalami diare. $. 'asihati ibu untuk mengamati apakah terdapat tanda bahaya pada bayinya, seperti A ) <inum kurang dari : kali dalam sehari atau minum hanya sedikit# ) iare# ) Berat badan sulit naik. g. 'asihati ibu untuk melakukan kunjungan tindak lanjut A ) -unjungan rutin untuk memonitor pertumbuhan# ) <emberi dukungan *ara)*ara menyiapkan $ormula yang aman# ) 'asihati ibu untuk membawa bayinya bila sewaktu)waktu ditemukan tanda bahaya h. &papun pilihan ibu, berilah petunjuk khusus A ) &pabila memberikan susu $ormula, jelaskan bahwa selama " tahun ibu harus menyediakannya termasuk makanan pendamping &SI# 1( ) Bila tidak dapat menyediakan susu $ormula, sebagai alternati$ diberikan &SI se*ara eklusi$ dan segera dihentikan setelah tersedia susu $ormula# ) Semua bayi yang mendapatkan susu $ormula, perlu dilakukan tindak lanjut dan beri dukungan kepada ibu *ara menyediakan susu $ormula dengan benar. ) 8angan memberikan minuman kombinasi (misal selang)seling antara susu hewani, bubur buatan, susu $ormula, disamping pemberian &SI), karena risiko terjadinya in$eksi lebih tinggi dari pada bayi yang mendapatkan &SI eksklusi$. Ta!a-a.sana Di Ruan" Pera<a!an Dan Se!e-a1 Pu-an" %emeriksaan darah %.9 '&79'& dilakukan pada umur 1, ", /, : dan 15 bulan. iagnosis HI+ ditegakkan apabila pemeriksaan %.9 '&79'& HI+ %?SI2I% dua kali berturut selang satu bulan, bila keadaan demikian ditemukan, mulai diberikan pengobatan &ntiretro,irus. -oordinasi petugas -esehatan 9umah Sakit dengan petugas setempat, karena bayi)bayi tersebut rawan untuk terjadinya in$eksi. 1( a. Se!e-a1 -a1ir 1ari & 1.) 2idak diberi &SI, berikan susu $ormula biasa. ".) %engobatan pro$ilaksis (a.) Bila ibu mendapat pengobatan antiretro,irus (&9+) semasa hamil dan intrapartum, &J2 diberikan untuk bayi mulai usia 1" jam selama : minggu. (b.) Bila ibu mendapat pengobatan &9+ intrapartum saja, atau tidak mendapat &9+, selain &J2 untuk bayi diberi juga ne,irapin ('+%) dosis tunggal dalam masa usia /5)!" jam. (*.) osis &9+ untuk bayi sesuaikan dengan 2abel ". (d.) Lapor tim BIH& I-& 11
Ta3e- Dosis o3a! An!ire!roirus <enurut laporan studi yang dilakukan .onnor dkk, pada wanita hamil dengan penyakit HI+ bergejala ringan dan tidak ada pengobatan sebelumnya dengan obat antiretro,iral selama kehamilan, pemberian obat yang terdiri dari &J2 yang diberikan ante partum dan intra partum pada ibu dan bayi baru lahir selama enam minggu mengurangi risiko penularan HI+ ibu)bayi dengan sekitar dua pertiga. 1( 3. Se3e-u4 3ayi 2ipu-an".an 1.) %emeriksaan laboratorium darah tepi lengkap (Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit) ".) Imunisasi rutin ke*uali B.B, bila terdapat tanda klinis de$isiensi imun berat tidak diberikan ,aksin polio hidup 1" 7. Usia = 9 4in""u 1.) %emeriksaan laboratorium (a.) @n;im $ungsi hati A SB?27SB%2 (b.) %.9 '&79'& HI+ pertama, bila hasil positi$ langsung kon$irmasi dengan %.9 9'& ".) %ro$ilaksis &J2 dihentikan setelah pemberian : minggu bila hasil %.9 '& HI+ negati$. 1.) Bila %.9 9'& positi$ berarti in$eksi HI+, diberi terapi J+, 12. dan '+% /.) %engobatan pro$ilaksis Pnemo"#tis "arinii dengan kotrimoksa;ol diberikan setelah usia 0 minggu sampai dinyatakan in$eksi HI+ ()). osis lihat tabel 0.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis de$isiensi imun berat tidak diberi ,aksin polio hidup dan pasien dirujuk ke 2im BIH& 2. Usia +;9 3u-an 1.) %emeriksaan $isis 1 N per bulan (a.) -eadaan umum, tanda ,ital, pemeriksaan organ sistemik, tumbuh kembang (b.) Bila ada kelainan klinis in$eksi HI+, rujuk ke 2im BIH& (*.) %emeriksaan laboratorium sesuai klinis ".) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis de$isiensi imun berat tidak diberi ,aksin hidup dan pasien dirujuk ke 2im BIH&. e. Usia = 9 3u-an 1.) %emeriksaan laboratorium 11 %.9 '& kedua bila sebelumnya %.9 '& negati$. Bila negati$ berarti tidak terin$eksi HI+, bila positi$, langsung dikon$irmasi dengan %.9 9'&. Bila %.9 9'& kon$irmasi positi$, berarti terin$eksi HI+, diberikan terapi &J2, 12. dan '+%. %emeriksaan lain sesuai indikasi ".) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis de$isiensi imun berat tidak diberi ,aksin polio hidup dan pasien dirujuk ke 2im BIH& /. Usia > 3u-an 1.) %emeriksaan $isis (a.) -eadaan umum, tanda ,ital, pemeriksaan organ sistemik, tumbuh kembang (b.) Bila ada kelainan klinis, rujuk ke 2im BIH& ".) %emeriksaan laboratorium (a.) arah tepi A Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit (b.) Faal hati A SB?27SB%2 (*.) %.9 9'& HI+ untuk kon$irmasi bila pemeriksaan %.9 9'& sebelumnya negati$ 1.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis de$isiensi imun berat tidak diberi ,aksin polio hidup dan pasien dirujuk ke 2im BIH& /.) Bila sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan %.9 9'&, periksa serologi HI+ dengan 1 reagen yang berbeda. 0.) Bila hasil serologi HI+ positi$, diulang 1 bulan kemudian untuk kon$irmasi. Bila keduanya negati$, maka tidak terin$eksi HI+ :.) %ro$ilaksi kotrimoksasol dihentikan bila " kali pemeriksaan %.9 negati$, bila salah satu hasil %.9 positi$, pro$ilaksis diberikan sampai usia 1" bulan 1/ ". Usia &+ 3u-an 1.) %emeriksaan $isis (a.) -eadaan umum, tanda ,ital, pemeriksaan organ sistematik, tumbuh kembang (b.) Bila ada kelainan klinis, rujuk ke 2im BIH& ".) %emeriksaan laboratorium (a.) arah tepi A Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit (b.) Serologi antiHI+ 1.) Bila serologi antiHI+ ()) dan klinis baikA dapat dianggap bukan in$eksi HI+. 9en*ana pemeriksaan serologi anti HI+ umur 15 bulan untuk kon$irmasi. /.) Bila serologi HI+ (D) dan klinis baik, ulangi serologi pada usia 15 bulan 0.) Bila serologi HI+ (D) dan terdapat kelainan klinis, rujuk ke 2im BIH& untuk e,aluasi. :.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis de$isiensi imun berat tidak diberi ,aksin polio hidup dan pasien dirujuk ke 2im BIH&. 1. Usia &? 3u-an 1.) %emeriksaan $isis (a.) -eadaan umum, tanda ,ital, pemeriksaan organ sistematik, tumbuh kembang (b.) Bila ada kelainan klinis, rujuk ke 2im BIH& ".) %emeriksaan laboratorium (a.) arah tepi A Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit (b.) Serologi anti HI+ 10 1.) Serologi antiHI+ ()) A kon$irmasi bukan in$eksi HI+ /.) Serologi antiHI+ (D) A dianggap in$eksi HI+, rujuk ke 2im BIH& untuk pengobatan &9+ 0.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis de$isiensi imun berat tidak diberi ,aksin polio hidup dan pasien dirujuk ke 2im BIH&. A-"ori!4a u0i HIV 3er2asar.an P5R DNA pa2a 3ayi 2ari i3u HIV@. Terapi An!i Re!roirus 2anpa pemberian &ntiretro,irus, "0E bayi dengan ibu HI+ positi$ akan tertular sebelum dilahirkan atau pada waktu lahir, dan 10E tertular melalui &SI A 1(
a. 2entukan apakah ibu sedang mendapat pengobatan &ntiretro,irus untuk HI+, atau mendapatkan pengobatan antiretro,iral untuk men*egah transmisi dari ibu ke bayinya. 2ujuan pemberian &ntiretro,iral terapi 1: adalah untuk menekan HI+ ,iral load sampai tidak terdeteksi dan mempertahankan jumlah ./@ sel sampai men*apai lebih dari "0E. b. -elola bayi dan ibu sesuai dengan protokol dan kebijakan yang ada, tujuannya untuk %ro$ilaksis : &#
) Bila ibu sudah mendapat &9+(&ntiretro,irus) atau Jido,udine (&J2) / minggu sebelum melahirkan, maka setelah lahir bayi diberi &J2 " mg7kg berat badan per oral tiap : jam selama : minggu, dimulai sejak bayi umur 1" jam. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadinya HI+ dari "0E menjadi 5E. ) Bila ibu sudah mendapat 'e,irapine ('+%) dosis tunggal selama proses persalinan dan bayi masih berumur kurang dari 1 hari, segera beri bayi 'e,irapine dalam suspensi " mg7kg berat badan se*ara oral masa usia /5)!" jam dosis tunggal. ) 3ntuk men*egah %.%, berikan 2<% ",0 mg7kgBB "N sehari, pemberian 1 kali seminggu, diberikan sejak bayi umur : minggu sampai diagnosis HI+ dapat disangkal, karena (ea0 onset %.% adalah pada umur 1)4 bulan. ) 8adwalkan pemeriksaan tindak lanjut dalam " minggu untuk menilai masalah pemberian minum dan pertumbuhan bayi (lihat %emeriksaan 2indak Lanjut). Indikasi pengobatan antiretro,irus pada anakA 4.1( 1.) iagnosis in$eksi HI+ (D) ".) Bejala klinis kategori &, B, . 1.) Imunosupresi kategori " atau 1 /.) Semua bayi dengan diagnosis HI+ (D) usia G1" bulan 0.) 3sia L 1 tahun tanpa gejala klinis (asimtomatik) dan status imun normal a) opsi 1) beri terapi antiretro,irus 1! b) opsi ") terapi antiretro,irus bila risiko progresi,itas klinis tinggi, bila risiko progresi,itas rendah lebih baik antiretro,irus ditunda sambil memonitor status klinis, imunitas, dan ,irology untuk melihat perubahan risiko progresi,itas klinis Faktor yang harus dipertimbangkan untuk memulai terapi &9+ %ada anak dengan diagnosis in$eksi HI+ asimtomatik dan status imun normal harus dipertimbangkan A 4,1( 1.) 8umlah kopi 9'& HI+ tinggi atau meningkat ".) 8umlah atau rasio ./ *epat menurun 1.) %erkembangan gejala klinis *epat 9ekomendasi utama antiretro,irus inisial pada anak 1.) Satu inhibitor protease sangat akti$ nel$ina,ir ('F+, +ira*eptO), atau ritona,ir (92+,'o,irO) D dua '92I ".) ''92I e$a,iren; (@F+, Susti,a 2<) D dua '92I, untuk anak K 1 tahun 1.) ua '92I D 'e,irapin ('+%) Pe43erian Pro/i-a.sis Pneu4o7ys!is 5arinii Pneu4onia Pnemo"#stis ;irove"i (nemonia (%.%) (dulu disebut .arinii) merupakan in$eksi oportunistik serius yang paling sering terjadi pada anak dengan angka kematian yang sangat tinggi, dan sering dipakai sebagai indikator terjadinya in$eksi perinatal HI+. %.% paling banyak terjadi pada bayai usia 1): bulan. %.% pada anak yang terin$eksi HI+ dapat terjadi pada usia di bawah 1 tahun, dan tidak tergantung dari hasil hitung sel 2 ./D (tidak seperti kasus HI+ pada orang dewasa). %ro$ilaksis terhadap %.% dimulai sesudah selesai pemberian pro$ilaksis ;ido,udine selama : minggu. %ro$ilaksis ini tidak disarankan pada bayi yang berusia kurang dari : 15 minggu, karena penyakit ini sangat jarang terjadi pada neonatus.%ro$ilaksis dapat dihentikan bila hasil tes %.9 '& HI+ negati$ dua kali (satu sampel pada usia 1 bulan dan yang lain pada usia / bulan). Bila ternyata bayi terin$eksi HI+, maka pro$ilaksis harus diteruskan sampai bayi berusia 1" bulan dan pemberiannya tidak bergantung pada jumlah sel lim$osit ./D. Sesudah bayi berusia 1" bulan pro$ilaksis tergantung dari jumlah lim$osit ./D atau dapat diteruskan selama anak menderita HI+. 4,1( ?bat yang digunakan untuk pro$ilaksis adalah trimethoprim) sul$amethoNa;ole. @$ek samping trimetoprim)sul$ametoksa;ol dapat memperberat anemia yang disebabkan oleh ;ido,udine dan juga dapat mengganggu metabolisme bilirubin yang belum matang pada bayi baru lahir. Sebagai alternati$ dapat digunakan dapsonatau ato,akuon (<epron). 3ntuk mendeteksi e$ek samping, maka harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap sebelum memberikan pro$ilaksis, selanjutnya pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap bulan. 4,1( 14 DAFTAR PUSTAKA 1. .., "((!. Mother*to*Child .Perinatal) H!$ Transmission and Prevention. In @nglish. ". epkes 9I. "((5. <odul %elatihan %en*egahan %enularan dari Ibu ke BayI 1. epkes 9I. InA %edoman 'asional 2erapi &ntiretro,iral, dengan panduan tatalaksana klinis in$eksi HI+ pada orang dewasa dan remaja, "((4. ed II /. Ikatan okter &nak Indonesia. %edoman %elayanan <edis Ikatan okter anak Indonesia. 8ilid ". 8akartaA Bagian Ilmu -esehatan &nak F-3I. "(1(# hal. "/1)0! 0. Indarso, Fatimah, "((:. Penatala0sanaan 3a#i 3ar 7ahir dari !b #an- 3ermasalah. F- 3'&I9. Surabaya. :. %itkin, 8oan dkk. "((1. 9bstetri"s and 5#nae"olo-#.Ilustration .olour 2eNt..H39.HILL LI+I'BS2?'@. !. 9uth @. i*ko,er, @ileen <., et al. %erinatal 2ransmission o$ <ajor, <inor, and <ultiple <aternal Human Immunode$i*ien*y +irus 2ype 1 +ariants In 3tero and Intrapartum. 8ournal o$ +irology, "((1#!0(0)A"14/)"(1 5. 9ajesh 9amakrishnan, 9oshni <ehta, et al. .hara*teri;ation o$ HI+)1 en,elope gp/1 geneti* di,ersity and $un*tional domains $ollowing perinatal transmission. 8ournal o$ 9etro,irology, "((:#1A/" 4. 6H?. InA &ntiretro,iral rugs $or 2reating %regnant 6omen and %re,enting HI+ In$e*tion in In$ants, 9ekomendations $or a publi* health approa*h, "(1( /( 1(. 6H?. InA HI+ &' I'F&'2 F@@I'B, %rin*iples and re*ommendations $or in$ant $eeding in the *onteNt o$ HI+ and a summary o$ e,iden*e,"(1( /1