BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Study Wisata
Study wisata atau yang biasa dikenal dengan study tour merupakan
kegiatan yang langsung dilakukan di lapangan untuk menunjang kemampuan
belajar siswa, dimana siswa tidak hanya melakukan proses belajar di kelas
melainkan siswa dihadapkan langsung dengan keadaan di lapangan.
Siswa adalah subjek hidup yang memiliki instuisi serba ingin tahu dan
naluri dinamis terhadap suatu hal baru yang akan membuat mereka semakin
bertambah dan berkembang dalam cara berpikirnya, sehingga siswa
memahami pelajaran tidak hanya berupa teori melainkan dapat melakukan
praktek juga di lapangan.
Kegiatan study wisata kali ini bertempatan di Pabrik Gula Watoe Toelis
ini sekaligus mengingatkan pentingnya arti gula di kehidupan kita serta
ketergantungan hidup kita terhadap gula. Oleh karena itu akan membahas
tentang lembaga yang berkaitan dengan proses pembuatan gula ini untuk
memberikan informasi tentang hasil hasil yang didapatkan dari pabrik
tersebut, sehingga teman teman dan Bapak atau Ibu guru dapat
memanfaatkan informasi dengan baik.
1
2
1.2 Tujuan Penyusunan Laporan
Tujuan utama disusunnya laporan ini adalah sebagian syarat mengikuti
UAS (Ujian Akhir Semester). Apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka
kita tidak dapat mengikuti UAS tersebut.
Selain tujuan utama kita juga mempunyai tujuan lain disusunnya
laporan ini yaitu mempelajari tentang seluk beluk lembaga pabrik gula yang
kita teliti dan juga mengetahui proses pembuatan gula. Dengan begitu, kita
dapat mengetahui apa saja yang dapat diproduksi di pabrik tersebut dan juga
proses mengolah bahan baku tebu menjadi gula hingga gula tersebut
dipasarkan oleh Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo kepada
masyarakat.
Seperti yang kita ketahui masih banyak orang awam terhadap proses
pembuatan gula di Indonesia ini khususnya seperti kita para pelajar. Siswa
disini dilatih memantapkan kemampuan dalam memecahkan masalah dan
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Selain itu para siswa dilatih
agar dapat membuat analisa ilmiah. Dengan terselesaikannya laporan ini kami
berharap laporan ini bermanfaat untuk kita terutama adik-adik kelas kami.
Laporan ini juga bertujuan menambah ilmu dan mendalami arti pentingnya
sebuah pabrik gula di kehidupan kita.
3
BAB II
PEMBAHASAN UMUM TENTANG
PABRIK GULA
2.1 Sejarah Berdirinya
Pabrik Gula Watoe Toelis Sidoarjo di daerah Desa Temu, Kec.
Prambon, Kab. Sidoarjo mulai didirikan tahun 1839 sebagai perusahaan
Belanda. Pada tahun 1957 statusnya berubah menjadi Perusahaan Perkebunan
Negara setelah diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Dengan adanya
perkembangan sedemikian rupa namanya pun berganti dari tahun 1966 sesuai
PP No. I/196 namanya berganti menjadi PNP XXI dan PNP XXII. Pada tahun
1973 sesuai PP No. 23 namanya berganti menjadi PTP XXI-XXII, dan pada
tahun 1977 sesuai PP No. 15 namanya pun berganti lagi menjadi PTPN 10
(PERSERO) sampai sekarang.
3
4
2.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi atau sistem kelembagaan Pabrik Gula Watoe Toelis
Krian, Sidoarjo dapat kami gambarkan seperti bagan dan tabel berikut ini :
Administratur
Kabag
Tanaman
Kabag
Pengolahan
Kabag
Instalasi
Kabag
A K dan U
SKK
Agro
T. Angkut
Litbang
Wakil
Kepala
Pengolahan
Wakil Kepala
Instalasi
Wakil
Kepala
A K dan U
SKW
Wasbang
Mandor
Chemiker
Labaron
Gd. Gula
Perencanaan
Pembukaan
Sekum
RC Stasiun
Mandor
5
Uraian Perjanjian yang Ada Perjanjian Alternative
1. Bentuk Perjanjian Sederhana Sederhana
2. Isi perjanjian Tidak Komprehensif,
Hanya beberapa pasal
Komprehensif, banyak pasal,
jika pasal tidak diperlukan
maka dapat dimatikan
bersama antara petani dan PG
3. Pengesahan Notaris Ada Ada
4. Pengendalian fisik Lemah tidak ada tim
verifikasi calon debiter,
pemutus kredit terpaku
pada keharusan
menyalurkan kredit
program
Kuat, meskipun pemutus
kredit harus menyalurkan
kredit program tetapi
pengendalian fisik berjalan
baik
5. Akomodasi
kepentingan pihak
yang bermitra
Sebagian besar
kepentingan PG
Kepentingan petani dan PG
terakomodasi
6. Jangka waktu
kemitraan
Pendek Panjang
7. Keberlanjutan
kemitraan
Tidak ada Ada
8. Manfaat kemitraan Bisa ke PG Win-win strategic match
Struktur Organisasi PG Watoe Toelis Krian Sidoarjo
Ket : PG (Pabrik Gula)
6
2.3 Kepegawaian / Tenaga Kerja
Dalam usaha tani tebu dikenal dua macam pelaku utama, yaitu Petani
Tebu Rakyat (PTR), dan Pabrik Gula (PG). Kedua maca, pelaku utama ini
saling berhubungan selama kurun waktu usaha tani tebu itu berlangsung,
dengan tujuan agar PTR bagus dan PG mampu memproses tebu rakyat
tersebut dengan efisiensi yang tinggi. Hubungan antara PTR dan dengan PG
ini diharapkan oleh kedua belah pihak bersifat saling menguntungkan, saling
memerlukan dan tidak ada potensi konflik pada hubungan tersebut.
Pada saat ini PTR membentuk organisasi yang dinamakan Asosiasi
Petani Tebu Rakyat (APTR), sedangkan PG merupakan sebuah organisasi
yang terdiri dari atas berbagai unit kerja yang terdapat di PG dan unit kerja ini
mendukung pelaksanaan tugas pokok dari fungsi PG. Disisi lain, kesatuan
yang terdiri atas beberapa PG dinamakan PTPN (Perseroan Terbatas
Perkebunan Negara) atau PT (Perseroan Terbatas) Gula. PTPN 10 (Persero)
mempunyai tenaga kerja yang memadai.
PT Perkebunan Nusantara mempunyai pembagian tenaga kerja sbb :
No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah
1. Karyawan Tetap 350 orang
2. Honorer 1 orang
3. PKWT 178 orang
4. Out Sorching 66 orang
5. Total LMG 595 orang
6. Kampanye OMG 515 orang
7. Total 1.110 orang
7
Catatan :
Tenaga Wanita : 3%
Tenaga Pria : 97%
Usia s.d 40 tahun : 29%
Usia 40-50 tahun : 30%
Usia >50 tahun : 41%
Pendidikan :
SD : 21%
SLTP : 29%
SLTA : 44%
D3 + S1 + S2 : 6%
2.4 Sistem Pembagian Kerja dan Disiplin Kerja
Tenaga kerja pada PG Watoe Toelis dibagi menjadi 4 bagian proses
produksi yaitu sebagai berikut.
1. Bagian Administrasi Keuangan Umum
Yaitu bagian yang mengatur administrasi baik pembayaran kepada
para petani tebu maupun pendapatan dari penjualan gula. Selain itu
bagian ini juga mengatur hubungan kemitraan antara PTR dan PG.
Misalnya dalam Sistem Bagi Hasil (SBH), presentase bagi hasil gula dan
tetes antara PTR dan PG belum didasarkan pada prinsip prinsip
keadilan, sehingga kepentingan PTR belum terakomodasi sepenuhnya.
Contoh lainnya adalah pembiayaan usaha tani tebu melalui kredit,
dimana dalam beberapa kasus ada PRT yang melakukan wanprestasi
tidak menyerahkan bahan baku tebu kepada PG.
8
2. Bagian Instalasi
Yaitu bagian yang menangani mesin mesin yang ada di PG
Watoe Toelis. Bagian ini biasanya bertugas memasang mesin mesin
giling baru atau melakukan pemeliharaan mesin secara rutin agar kualitas
gula yang digiling berkualitas tinggi dan terjamin rasanya. Selain itu
bagian ini juga bertugas untuk perbaikan apabila ditemukan mesin yang
rusak sehingga produksi gula di pabrik ini bisa mencapai hasil yang
maksimal.
3. Bagian Pengelolaan
Yaitu bagian yang mengatur jalannya proses produksi penggilingan
tebu hingga menjadi gula. Bagian ini juga mengawasi berlangsungnya
proses pembuatan gula murni dan juga proses penggilingan tebu batang.
Bagian ini mempunyai tugas yang sangat penting dimana bagian ini
bertanggung jawab atas semua, proses pengelolaan bahan baku tebu
menjadi gula yang berkualitas tinggi dan layak dikonsumsi oleh
masyarakat luas. Selain itu juga mengawasi proses penelitian terhadap
gula yang sudah menjadi butir-butiran hingga dikemas dan siap
dipasarkan.
4. Bagian Tanaman
Yaitu bagian yang bertugs menyediakan bahan baku. Bagian ini
merupakan bagian yang penting dalam proses pembuatan gula dipabrik
Watoe Toelis ini. Bagian ini selain menyiapkan bahan baku juga ikut
meneliti baik tidaknya bahan baku yang akan diolah menjadi gula setelah
dipanen oleh petani tebu. Bagian ini menggunakan prinsip yang disebut
MBS, yaitu :
Matang, masak tua yaitu tebu yang sudah layak dipanen untuk proses
penggilingan.
Bersih yaitu tebu yang dibuat bahan baku harus bersih dari tanah
maupun zat-zat yang lainnya.
9
Segar yaitu tebu yang akan diolah harus baru dari petani tebu dan
tidak disimpan terlalu lama oleh petani.
Ketiga prinsip tersebut digunakan PG Watoe Toelis agar gula yang
dihasilkan adalah gula yang manis dan berkualitas tinggi.
Hubungan kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan
oleh dua atau lebih organisasi (PTR dan PG), dan merupakan kerjasama
antara organisasi dalam bentuk analisis strategi. Hubungan ini terjalin
atas dasar prinsip saling membutuhkan.
2.5 Pengelolaan Kesejahteraan Pegawai
Dalam pengelolaan kesejahteraan pegawai, Pabrik Gula (PG)
mendirikan Koperasi dan Organisasi Non Kedinasan. Dengan adanya
Koperasi dan diadakannya Organisasi Non Kedinasan kesejahteraan pegawai
dapat terpenuhi.
Dalam meningkatkan kesejahteraan pegawai, PG, WATOE TOELIS
bekerja sama dengan PG yang ada di daerah lain, antara lain :
Pabrik Gula Krembung
Pabrik Gula Gempol Kerep Mojokerto
Pabrik Gula Kediri
10
Setiap pegawai yang bekerja di PG Watoe Toelis mendapatkan fasilitas-
fasilitas yang disediakan oleh PG. Watoe Toelis. Tetapi fasilitas tersebut
diberikan kepada pegawai yang memiliki kriteria kriteria tertentu yang
sudah ditetapkan. Fasilitas yang diberikan berupa rumah dinas, tunjangan
hidup, dan fasilitas lainnya sedangkan pegawai biasa hanya mendapatkan gaji
yang sebagaimana mestinya yang sudah ditetapkan oleh PG. Watoe Toelis.
Kesejahteraan pegawai merupakan salah satu tujuan utama agar dapat
memberikan lapangan pekerjaan dan memberikan pinjaman kepada pegawai
dengan adanya koperasi.
11
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS TENTANG
PABRIK GULA
3.1 Macam Macam Varietas Tebu
Varietas tebu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Varietas Genjah (masak awal), tebu mencapai masak optimal pada saat
kurang dari 12 bulan.
2. Varietas sedang (masak tengahan), tebu mencapai masak optimal pada
umur 12-14 bulan.
3. Varietas dalam (masak akhir), tebu mencapai masak optimal pada umur
lebih dari 14 bulan.
3.2 Jenis Tebu Yang Ditanam
Selaras dengan upaya meningkatkan kembali produktivitas gula
khususnya di Jawa, maka industri gula telah menyusun program akselerasi
peningkatan produktivitas gula nasional, dengan sasaran produksi rata rata
8100 ton gula per tahun atau meningkatkan 45 % dari kondisi saat ini.
Agar diperoleh produktivitas yang tinggi sesuai tujuan dan sasaran
program, maka diperlukan bahan tanaman berupa varietas unggul lokal
spesifik yang murni dan sehat. Varietas tebu unggul yang digunakan untuk
merehabilitasi tanaman diantaranya adalah varietas hasil rakitan P3GI yang
telah terbukti mempunyai produktivitas gula yang relative lebih tinggi
disbanding varietas lama dan relative lebih tahan terhadap serangan hama dan
penyakit. Beberapa varietas tebu unggul yang telah teradopsi cukup baik lokal
spesifik di wilayah Jawa dan di luar Jawa.
11
12
Jenis tebu yang ditanam di PG WATOE TOELIS pada saat ini adalah
BL, yang mirip dengan jenis POJ2 878, BZ 132, PS 57, PS 59, PS 56, BZ
148, POZ 3016, PS 41, PS-86-2, PS-86-10029, PS-88-19432, PS-85-1,
PS-86-1, PS 92-3092.
Untuk di Jawa daya adaptasi PS-85-1 cukup luas dan sekarang sudah
banyak berkembang di kalangan praktisi di Jatim, Jateng, dan Jabar.
Sedangkan PS 92-3092 banyak berkembang di wilayah Delta (Sidoarjo,
Surabaya).
3.3 Kelebihan Atau Keuntungan Varietas Tebu
1. Penggunaan bibit dari varietas yang murni akan menghasilkan
pertumbuhan dan kemasan yang seragam.
2. Mempunyai daya tahan yang baik terhadap hama
3. Dapat dikembangkan secara luas karena cocok untuk setiap lokasi
4. Habitus tanaman yang dapat diterima oleh para penanam dan penebang.
5. Bila melakukan budidaya yang tepat akan menghasilkan varietas yang
unggul.
3.4 Jenis Hama Tanaman Dan Pemberantasannya
Salah satu kendala produktivitas tebu adalah adanya gangguan hama
tanaman. Besar kerugian akibat serangan hama ini sangat bervariasi
tergantung dari : Serangga hama meliputi jenis hama tingkat dan luas
tumbuh / umur tebu dan kesehatan tanaman, dan faktor lingkungan antara lain
iklim musuh alami dan kesuburan tanah.
Ada beberapa jenis hama tebu yang penting dan senantiasa
menimbulkan kerugian besar adalah :
13
Penggerak Pucuk
Pada tanaman yang terserang terdapat deretan lubang berwarna
coklat pada daun yang ditembus larva. Serangan lanjut terlihat pada ibu
tulang daun dimana tampak adanya lorong gerek yang berwarna coklat.
Apabila serangan mencapai titik tumbuh mengakibatkan kematian
tanaman yang ditandai dengan mengeringnya daun-daun muda yang
masih menggulung dan dikenal sebagai mati puser dan daun tersebut
mudah dicabut.
Pemberantasannya :
Pelepasan parasit telur
Pelaksanaan rogesan pada tanaman umur 2 sampai 5 bulan.
Suntikan carbofuran pada tanaman umur 3 sampai 5 bulan
Penaburan carbofuran via tanah
Penggerek Batang
Daun tanaman yang terserang bercak-bercak putih bekas gerekan
yang tidak teratur. Bercak putih ini tidak menembus kulit luar daun.
Gejala serangan pada batang tersebut ditandai adanya lubang lorong gerek
pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah
membujur maka akan terlihat lorong lorong gerek yang memanjang.
Gerekan ini kadang kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun
mudah layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari
satu ulat penggerek.
Pemberantasannya :
Pelepasan parasit telur
Pelepasan pada parasit larva pada tanaman umur 4 dan 6 bulan
Penyemprotan pestisida
14
Kutu Bulu Putih
Permukaan daun sebelah bawa dari tanaman yang terserang
tertutup koloni kutu yang berwarna putih. Sedangkan permukaan atas
daun tepat dibawahnya tertutup cendawan yang berwarna hitam. Serangan
yang parah dapat menghambat pertumbuhan dan tanaman menjadi kerdil.
Pada lahan sawah, serangan kutu bulu putih biasanya bersifat sporadis
terutama banyak terdapat pada daerah daerah yang teduh dan lembab
misalnya : disepanjang saluran pengairan atau disekitar kebun yang
berbatasan dengan pepohonan yang tinggi dan rindang (bambu, sengon,
dll). Sedang pada lahan tegalan, sifat serangan kutu biasanya relatif dan
serentak.
Pemberantasannya :
Pelepasan kerawai parasit
Pengendalian secara mekanis
Pengendalian secara kimiawi
Uret
Gejala tanaman yang terserang uret menyerupai gejala gejala
kekurangan air. Daun mula mula menguning kemudian layu selanjutnya
kering dan akhirnya mati. Jika tanaman dicabut maka disekitar perakaran
tanaman terdapat uret dan pada bagian pangkal batang terdapat luka-luka
bekas gerekan. Pada serangan berat terpaksa harus dilakukan tanam ulang.
Tanaman terserang uret mudah roboh.
Pemberantasannya :
Pengendalian secara kemanis dan fisis
Pengendalian secara kimiawi
15
Ulat Grayak
Tanaman yang terserang menunjukkan adanya luka luka bekas
gerekan pada daun muda maupun tua. Arah gerekan dari tepi daun
sedangkan ibu tulang daun tidak digerek. Pada serangan berat terlihat
bahwa helai daun habis termakan dan tinggal tulang tulang daun saja.
Pemberantasannya :
Memindahkan pupa parasit dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Menggunakan insektisida
Hama Tikus
Tanaman yang terserang menunjukkan adanya luka luka bekas
gerekan pada daun muda ataupun tua. Arah gerekan dari tepi daun
sedangkan ibu tulang daun tidak digerek. Bekas keratin pada ruas ruas
batang akan menyebabkan tebu mudah roboh dengan sekikit sentuhan.
Serangan pada pucuk tanaman dapat menyebabkan titik tumbuh mati.
Pemberantasan :
Menjaga kebersihan kebun dan sekitarnya dari sampah dan tanaman
perdu yang dapat sebagai tempat persembunyian tikus.
Melakukan pemantauan terutama sejak menjelang padi berbunga.
Gropyokan
Umpan beracun
16
3.5 Tebu Layak Giling
Tebu yang layak giling memiliki syarat, yaitu :
Manis Bersih Segar
Usia tebu sudah cukup 12 bulan atau 1 tahun
Tidak banyak tanah yang di bawah
Tidak banyak pucukan
Bukan tebu terbakar karena kadar gulanya sudah menguap saat tebu
terbakar sehingga nilai remendemennya rendah.
Tidak banyak daunnya yaitu daun hijau atau daun kering.
17
BAB IV
PROSES PRODUKSI PABRIK GULA
4.1 Bahan Kimiawi Yang Digunakan Dalam Pembuatan Gula
Pada setiap proses pembuatan barang, dibutuhkan campuran
campuran bahan agar barang tersebut dapat menjadi barang yang sempurna.
Begitu pula dengan proses pembuatan gula, terdapat zat kimiawi yang
terkandung di dalamnya, antara lain :
Zat kapur
Belerang
NaOH
Gas SO
2
Larutan Penjernih Nira
Ada beberapa larutan penjernih ynag dapat digunakan untuk analisis
polnira, yaitu :
a) Larutan timbal asetat basa
b) PAL (Penjernih Aman Lingkungan)
c) Larutan aluminium sulfat-natrium hidroksida
17
18
4.2 Penentuan Kadar Gula Dalam Tebu (Nira)
Penentuan kadar gula dalam tebu (nira) dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Pengukur brix
Brix adalah kepekatan larutan gula didefiniskan sebagai jumlah zat
padat total (garam) yang terlarut (dihitung sebagai sukrosa) setiap 100
gram larutan gula. Brix dapat diukur dengan 2 metode dasar pengukuran
yaitu berdasarkan berat jenis dan berdasarkan index bias dari larutan
gula. Berdasarkan berat jenis, brix dapat diatur dengan piknometer atau
dengan timbangan brix (brix-hydrometer). Sedangkan berdasarkan index
bias, brix dapat diukur dengan brix repraktometer presisi.
2. Pengukur pol
Pol didefinisikan sebagai jumlah gula (gram) yang terlarut
(di hitung sebagai sukrosa) setiap 100 gram larutan gula. Alat untuk
mengukur pol suatu larutan gula dinamakan polarimeter. Polarimeter
yang skala polnya sudah dikonvensi ke dalam satuan (sugar scale, skala
gula) dinamakan sakarimeter, akan tetapi orang masih senang
menyebutnya polarimeter. Pengukuran pol suatu larutan gula dengan
polarimeter didasarkan pada putaran optik larutan sukrosa.
3. Menghitung Harkat Kemurnian Nira (HK)
Harkat kemurnian nira (HK) menyatakan presentase pol terhadap
brix, kalau diekspresikan ke dalam rumus :
19
4. Menghitung Nilai Nira NPP
Nilai nira NPP adalah suatu besaran yang menyatakan Kristal (%)
yang diperoleh dari NPP. Nilai-nilai NPP dihitung dengan rumus :
Nilai nira (%) = pol 40% dari bukan gula
= pol 0,14 % x (brix pol)
4.3 Cara Menghitung Kadar Gula Dalam Tebu (Rendemen)
Rendemen ditentukan dengan cara :
1. Pengambilan Contoh NPP
Contoh NPP (Nira Perahan Pertama) yang diambil harus
berazaskan representative, artinya contoh yang diambil mewakili
populasi per-lori. Untuk itu pengambilan contoh harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga contoh NPP yang terampil mewakili
seluruh NPP yang berasal dari satu lori atau kepemilikian. Dengan
cara representative ini akan diketahui heteroginitas dari tebu per-lori
sehingga prestasi individual dapat dideteksi dengan baik.
2. Mengukur Brix
Brix adalah kepekatan larutan gula. Brix didefinisikan sebagai
jumlah zat padat total yang terlarut setiap 100 gram larutan gula. Brix
dapat diukur dengan metode dasar pengukuran, yaitu :
a. Berdasarkan berat jenis brix dapat diukur dengan :
Metode Piknometris
Berdasarkan berat jenis brix dapat diukur dengan
Peralatan yang diperlukan :
o Timbangan analitik, ketelitian 0,1 mg
o Piknometer 50 ml, nilai air dan berat kosong standart
27.5 C
20
o Thermometer skala 20-25 C
o Tabel 1 dan tabel 3
o Saringan kasa 200 mesh
o Kertas tisu atau lap
Prosedur analisis
o Bilasi tabung piknometer dengan contoh nira,
kemudian isi penuh sampai meluap. Biarkan lima
menit kemudian ditutup.
o Cairan disebelah dinding luar piknometer
dikeringkan dengan tisu atau lap. Menimbang
piknometer dengan timbangan analtik, catat hasilnya.
o Mengukur temperature contoh nira segera setelah
pekerjaan menimbang tersebut dan catat
temperaturnya.
Perhitungan
Hasil penerapan di P3GI dari piknometer yang
digunakan adalah :
Berat piknometer kosong = 56,7891 gr
Nilai air piknometer = 49,8793 ml
Hasil pengukuran sebagai berikut :
Berat piknometer + contoh NPP = 110,2557 gr
Berat piknometer kosong = 56,789 ml -
Berat contoh nira = 53,4666 gr
Nilai air piknometer = 49,8793 ml :
Berat jenis NPP = 1,07192 gr/ml
21
Hasil ini dikonversikan ke brix tabel 1 didapat :
Brix NPP pada temperature pengukuran = 18,50 %
Temperature nira = 30,5%
Koreksi brix tabel = 0,02 %
Brix NPP = 49,2%
Metode Hidrometris
Tahap tahap metode hidrometris adalah :
Peralatan yang diperlukan :
o Hydrometer brix model P3GI No. I, II, III
o Tabung gelas silindris Winter
o Tabel 3
o Saringan kasa 200 mesh
o Kertas tisu atau lap
Prosedur analisis
o Bilasi tabung gelas silinder winter dengan contoh
nira, kemudian isi penuh sampai meluap.
o Masukkan hydrometer brix ke dalam contoh dengan
hati-hati dan pelan-pelan. Pastikan hydrometer tidak
menyinggung dinding tabung.
o Membaca skala brix yang ditunjukkan tepat pada
permukaan nira.
Perhitungan
Koreksi alat untuk hydrometer = +0,03%
Thermometer = +0,0 C
Brix baca = 18,50% +
Brix belum koreksi = 18,53%
Brix pada temperature 30,2C = 0,18%....+
Brix terkoreksi = 18,71%
22
b. Berdasarkan index bisa larutan gula
Berdasarkan index bias, cara yang digunakan untuk
mengukur brix adalah dengan refraktometris. Seperti pada metode
hidrometris atau metode piknometer, refraktometris juga
mempunyai tahapan tahapan.
Tahapan tahapan tersebut yaitu :
Peralatan yang digunakan
o Refraktometer presisi
o Pipet tetes
o Tabel 4
o Saringan kasa 200 mesh
o Kertas tisu atau kertas isat
Prosedur analisis
Mengkalibarsi titik nol, dengan cara sebagai berikut :
Kalibarsi nol dilakukan diruang ber-AC, temperature
ruangan 20,00 0,01C
Tepat pada suhu standar 20,00 0,01C, prisma
refraktoris ditetsi H
2
O
Alat puteran pengatur pelangi diatur sedemikian rupa
sehingga warna merah dan biru pelangi tepat berimpit
atau segaris menjadi warna gelap yang tajam.
Memutar puteran skala brix sampai garis batas dan terang
tepat pada titik perpotongan garis silang.
Angka brix yang ditunjukkan oleh perpotongan garis
batas dengan skala brix harus tepat nol.
Membersihkan prisma refraktometer dengan kertas tisu
atau kertas isat.
Contoh nira diteteskan pada prisma refraktometer
Memutar puteran skala brix sampai didapat garis batas
gelap dan terang tepat pada perpotongan garis silang.
23
Apabila garis batas gelap dan terang kurang tajam,
membentuk warna pelangi merah biru, maka perlu
ditajamkan dengan alat puteran pengatur pelangi.
Membaca angka rix yang ditunjukkan oleh perpotongan
garis batas gelap terang dan membaca temperature
pengukuran.
Perhitungan
Skala brix pada suhu 28,5 C = 18,05%
Interpolasi = 0,66 +
Brix terkoreksi = 18,71 %
3. Pengukuran Pol
Pol didefinisikan sebagai jumlah gula (gram) yang terlarut setiap
100 gram larutan gula. Alat untuk mengukur pol suatu larutan
dinamakan polarimeter. Pengukuran pol suatu larutan gula dengan
polarimeter didasarkan pada putaran optik larutan sukrosa. Dengan
rumus :
Dimana :
A = Sudut putar, D natrium (589,44 nm) pada 20 C
g = Sudut putar jenis pada D natrium dan 20 C
L = Panjang tabung (dm)
C = Konsetrasi larutan (gr/ml)
Perhitungan pol untuk contoh nira didasarkan pada rumus diatas.
Seperti yang diuraikan dalam prosedur analisis pada pengukuran pol
nira sebanyak 100 ml kemudian diencerkan dengan 10 ml bahan
penjernih sehingga menjadi 110 ml larutan analit, disaring, kemudian
A = g x L x C
24
filtratnya dibaca polnya dengan polarimeter sebesar PS, maka ikhwal
perhitungannya adalah :
Larutan pembacaan pol = 100 S setara dengan 26,00 g sukrosa
per 100 ml larutan analit.
Untuk pembacaan pol = PS akan setara dengan
(p : 100) x 26,00 g sukrosa per 100 ml larutan analit.
Volume larutan analit adalah 110 ml. Jadi dalam 110 ml larutan
analit terdapat sukrosa sebanyak = (p : 100) x 26,00 x (110:100) g
sukrosa.
Hasil ini bersesuaian dengan 100 ml nira atau berat nira
(100 x Berat Jenis nira) g.
Jadi kadar pol %
()
Disederhanakan menjadi :
()
25
4. Menghitung Harkat Kemurnian Nira
Harkat Kemurnian nira (HK) menyatakan presentase pol
terhadap brix. Dengan rumus (HK) sebagai berikut :
Perhitunganya sebagai berikut :
- Brix (%) = 18,71
- Pol (%) = 15,06
26
5. Menghitung Nilai Nira NPP
Nilai nira NPP adalah suatu besaran yang menyatakan
Kristal (%) yang diperkirakan dapat diperoleh dari NPP. Rumus nilai
nira NPP dapat dihitung dengan rumus :
Nilai nira (%) = Pol 0,4 (Brix Pol)
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Brix (%) = 18,71
- Pol (%) = 15,06
Nilai nira (%) = Pol 0,4 x (Brix Pol)
= 15,06 0,4 x (18,71 15,06)
= 13,60
6. Menghitung Rendemen Sementara
Rendemen tebu giling adalah berat Kristal putih yang nyata
dihasilkan dari setiap 100 berat tebu.
Rendemen sementara dapat ditentukan dengan cara analisis NPP
dengan rumus :
Rendemen sementara = faktor rendemen x nilai nira NPP
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Faktor rendemen = 0,6536
- Nilai nira NPP = 13,60
Rendemen sementara = faktor rendemen x nilai nira NPP
= 0,6536 x 13,60
= 8,89
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada suatu pembuatan barang apapun dibutuhkan sebuah tahapan
tahapan proses agar barang tersebut dapat menjadi bentuk yang sempurna dan
diinginkan.
Pada proses pembuatan gula ada beberapa hal yang diperhatikan,
diantaranya :
1. Dari permasalahan tebu, tebu yang ditebang pada kemasakan optimal,
mengandung kadar gula tertinggi. Dan apabila tebu yang ditebang kelewat
masak, dapat menghasilkan gula yang kurang berkualitas.
2. Kebersihan tebu, tebu giling yang bersih mengandung kotoran yang
minimal. Jenis kotoran tebu dan jumlahnya bervariasi tergantung pada
sistem tebang angkut, musi, varietas tebu, dan lain-lain.
3. Tebu terbakar, tebu yang dibakar sebelum di tebang akan cepat
mengalami kadar gula (sukrosa) bila tidak segera dip roses dengan
terjadinya peningkatan kadar gula reduksi dan dekstram.
4. Tebu keprasan, pada tebu keprasan terdapat kecenderungan penurunan
bobot tebu (Ton/Ha). Tebu yang telah keprasan terdapat ciri-ciri sebagai
berikut : berdiameter kecil 2 cm dan serabutnya tinggi atau banyak.
27
28
5.2 Saran
Untuk Siswa SMA HANG TUAH 2 SIDOARJO :
Dengan diadakannya sistem pembelajaran di luar sekolah
seharusnya dioptimalkan dengan baik dan menggali informasi sebanyak-
banyaknya yang tidak kita ketahui khususnya pembuatan gula di PG
Watoe Toelis, Krian Sidoarjo.
Untuk Sekolah SMA HANG TUAH 2 SIDOARJO :
Usaha sekolah untuk membuat para siswanya tidak bosan dan
jenuh belajar di lingkungan sekolah sudah berhasil, namun alangkah
baiknya kegiatan ini terus dilakukan hingga generasi-generasi berikutnya
dan menambah lokasi yang belum pernah dikunjungi di daerah Jawa
Timur.
29
DAFTAR PUSTAKA
www.pertanian.com
Pak Kusnan, narasumber pabrik gula Watoe Toelis Sidoarjo
Buku Diklat Argobisnis
Buku panduan study tour tahun pelajaran 2010 2011
Laporan hasil observasi di Pabrik Gula Watoe Toelis