Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan pola hidup menyebabkan pola penyakit berubah, dari
penyakitinfeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit-penyakit degeneratif
kronik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling tinggiprevalensinya
dalam masyarakat umum dan berperan besar terhadapmortalitas dan morbiditas.
Penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakanakan menjadi penyebab utama
kematian secara menyeluruh dalam waktu limabelas tahun mendatang, meliputi
Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia.Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya
peningkatan prevalensi penyakitkardiovaskuler secara cepat di negara-negara
berkembang dan Eropa Timur.Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana
jantung sebagai pompatidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama
padalansia. Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure)
adalahketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler
termasuk didalammya Congestive heart Failure (CHF) masih menduduki
peringkatyang tinggi, menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000
penduduk Amerika menderita CHF. American Heart Association (AHA) tahun
2004melaporkan 5,2 juta penduduk Amerik menderita gagal jantung,
asuransikesehatan Medicare USA paling banyak mengeluarkan biaya untuk diagnosis
dan pengobatan gagal jantung dan diperkirakan lebih dari 15 juta kasus barugagal
jantung setiap tahunnya di seluruh dunia. (Cokat, 2008 dalam Necel,2009).Walaupun
angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, tetapidengan bertambah
majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan dapatdiperkirakan jumlah penderita gagal
jantung akan bertambah setiap tahunnya.(Sitompul, 2004)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa manpuhmemahami konsep
dan mampuh mengaplikasikan ilmukeperawatan medical bedah dan merumuskan
2

prinsip-prinsip pengelolahan asuhan keperawatan pada klien dewasa
yangmengalami gangguan fungsi pada system tubuh terutama padakasus gagal
jantung.
2. Tujuan Khusus
Tujuan KhususPada akhir penyelesaian makalah ini diharapkan
mahasiswadiharapkan mampu:
a. Memahami kansep dasar tentang berbagai gangguan systemkardioveskular.
b. Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami gangguansystem
kardioveskular.
c. Menegakan diagnosa keperawatan pada klien yangmengalami gangguan
system kardioveskular.
d. Membuat rencana tindakan pada klien yang mengalaigangguan system
kardiovaskular

















3

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
Istilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan apabila terjadi gagal
jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokardium. Tempat kongesti bergantung pada ventrikel yang terlibat. Disfungsi
pada ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti pada vena
pulmonalis. Sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan
mengakibatkan kongesti vena sistemik.
New York Heart Assosiation (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas, yaitu :
Kelas 1 : bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan
Kelas 2 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan
Kelas 3 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan
Kelas 4 : bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan
harus tirah baring
2. Etiologi
Kelainan Otot J antung
Penderita kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas
jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
4

aterosklerosisi koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degenaratif atau
inflamasi.

Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
Hipertensi Sistemik atau Pulmonal
(Peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatka hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertropi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena
akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alas an yanmg tidak
jelas, hipertropi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan
akhirnya akan terjadi gagal jantung.

Peradangan dan Penyakit Miokardium Degenaratif
Berhubunagan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara lansung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit J antung Lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang lain.
Sebenarnya tidak lanisung mempengaruhi jantung. Mekanime yang biasanya
terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (misalnya, stenosis
katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misalnya,
temponade pericardium, perikarditis kontriktif atau stenosis katup AV),
peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik
(hipertensi Maligna) dapat mengakibatkan gagal jantung meskipun tidak
ada hipertropi miokardial.

Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah factor yang berperan dalam perkembangan dan bertnya
gagal jantung :
a. Meningkatnya laju metabolisme (misalnya, demam dan tirotoksikosis)
5

b. Hipoksia dan anemia : memerlukan peningkatan cairan jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen sistemik ; menurunkan suplai oksigen ke
jantung.
c. Asidosis (respiratori atau metabolik)
d. Abnormalitas elektrolit : menurunkan kontrktilitas jantung.
e. Disritmia jantung : terjadi denga sendirinya atau secara sekunder akibat
gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungus jantung.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah
jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan
CO= HR X SV
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut
otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung
pada tiga faktor yaitu: preload, kontraktilitas, dan avterload
Preload, adalah sinonim dengan hukum starling yang menyatakan bahwa
jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya renggang serabut jantung
Kontraktilitas, mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium
Afterload, mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriole.
Bila reservasi jantung (cardiac reserved) normal untuk berespons terhadap
stres tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung
6

gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa,dan akibatnya terjadi gagal
jantung. Demikian juga, pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa secara
nyata dapat mengakibatkan gagal jantung. Jika reservasi jantung normal
mengalami kepayahan dan kegagalan, respons fisiologis tertentu pada penurunan
curah jantung adalah penting. Semua respons ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terhadap empat mekanisme
respons primer terhadap gagal jantung meliputi :
a. Meningkatnya Aktivitas Adrenergik Simpatis
Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan
respons simpatis kompensatoris. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
merangsang pengeluaran katekolamin dan saraf-saraf adrenergik jantung dan
medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk
meningkatkan curah jantung. Arteri perifer juga melakukan vasokonstriksi
untuk menstabilkan tekanan arteri dan reditribusi volume darah dengan
mengurangi aliran darah ke organ-organ yang rendah metabolismenya seperti
kulit dan ginjal. Hal ini bertujuan agar perfusi ke jantung dan otak dapat
dipertahankan. Venokonstriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesisi
kanan jantung, untuk selanjutnya menambah kekuatan kontraksi sesuai dengan
hukum starling.
Aktivitas sistem saraf simpatis yang berlebihan menyebabkan peningkatan
kadar noradrenalin plasma, yang selanjutnya akan menyebabkan
vasokonstriksi, takikardia, serta retensi garam dan air. Aktivitas simpatis yang
berlebihan juga dapat menyebabkan nekrosis sel otot jantung. Perubahan ini
dapat dihubungkan dengan observasi yang menunjukkan bahwa penyimpanan
norepinefrin pada miokardium menjadi berkurang pada gagal jantung kronis.
b. Peningkatan Beban Awal melalui Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) menyebabkan retensi
natrium dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel, dan regangan
serabut. Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas
miokardium sesuai dengan hukum starling. Mekanisme pasti yang
mengakibatkan aktivasi sistem RAA pada gagal jantung masih belum jelas.
Sistem RAA bertujuan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang
adekuat serta mempertahankan tekanan darah.
7

Renin adalah enzim yang disekresikan oleh sel-sel juxtaglomerulus, yang
terletak berbatasan dengan arteriol renal aferen dan bersebelahan dengan
makula densa pada tubulus distal. Renin merupakan enzim yang mengubah
angiotensinogen (sebagian besar berasal dari hati) menjadi angiotensin I.
c. Hipertrofi ventrikel
Respons terhadap kegagalan jantung lainnya adalah hipertrofi ventrikel atau
bertambahnya ketebalan dinding ventrikel. Hipertrofi meningkatkan jumlah
sarkomer dalam sel-sel miokardium; bergantung pada jenis beban
hemodinamika yang mengakibatkan gagal jantung. Sarkomer dapat bertambah
secara paralel atau serial. Sebagai contoh, suatu beban tekanan yang
ditimbulkan oleh adanya stenosis aorta,akan disertai penambahan ketebalan
dinding tanpa penambahan ukuran ruang di dalamnya. Respons miokardium
terhadap beban volume seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi
dan bertambahnya ketebalan dinding. Kombinasi ini diduga merupakan akibat
dari bertambahnya jumlah sarkomer yang tersusun secara serial. Kedua pola
hipertrofi ini dikenal sebagai hipertrofi konsentris dan hipertrofi eksentris.
d. Volume cairan berlebihan (overload volume).
Remodelling jantung terjadi agar dapat menghasilkan volume sekuncup yang
besar. Karena setiap sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak yang
terbatas, maka peningkatan volume ventrikel. Pelebaran ini membutuhkan
ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat menimbulkan tekanan
intraventrikel yang sama sehingga membutuhkan peningkatan jumlah
miofibril paralel. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan ketebalan dinding
ventrikel kiri. Jadi, volume cairan berlebihan menyebabkan pelebaran ruang
dan hipertrofi eksentrik.
Keempat respons ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanismemekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah
jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada
keadaan istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah
jantung biasanya tampa pada saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal
jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.

4. Manifestasi Klinis
8

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.
Kongestif jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
menurunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena
pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli,
akibatnya terjadi edema paru, yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas
pendek. Meningkatknya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema
perifer umum dan penambahan berat badan.
Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secra luas karena
darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk
menyampaikan oksigen yang dibutuhkan. Bebrapa efek yang biasanya timbul
akibat perfusi rendah adalah pusing, konfusi, kelelahan, intoleran terhadap latihan
dan napas, ektermitas dingin, dan haluaran urin berkurang (oliguri). Tekanan
perfusi ginjal menurun, mengakibatkan pelepasan rennin dari ginjal yang pada
gilirannya akan mengikibatkan sekresi aldosteron, retensi Natrium dan cairan,
serta peningkatan volume intravascular.

1. Gagal Jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi
klinis yang terjadi meliputi:
Dispnu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Dispnu bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan
oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi Ortopnu, kesulitan
bernapas saat berbaring. Pasien yang mengalamiortopnu tidaka akan mau
berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur
atau duduk di kursi bahkan saat tidur
Beberapa pasien hanya mengalami ortopnu pada malam hari, suatu
kondisi dinamakn proxismal nokturnal Dispnea (PND). Hal ini terjadi
bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan
di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan
yang tertimbun di ekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai di
absorpsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu
mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya, tekanan
9

dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke
alveoli.

Batuk, Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering
dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk
yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak yang kadang
disertai bercak darah.
Mudah lelah, Terjadi akibat curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat
distres pernapasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan, Terjadi akibat ganggguan oksigenasi
jaringan, stres akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga
dispnea, yang pada gilirannya memperberat kecemasan, menciptakan
lingkaran setan.
2. Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, uyang menunjang adalah kongestif visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak mengakomodasi
semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema ekstremitas bawah (edema
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites ( penimbunan
cairan di dalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.
Edema. Dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen), dan secara
bertahap bertahap bertambah di atas tungkai dan paha, dan pada akhirnya
ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral sering jarang
terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi
daerah yang dependen. Pitting edema , adalah edema yang akan tetap
lcekung bahkan setelah penekanan ringan denga ujung jari, baru jelas
terlihat setelah terjadi retensi cairan pakling tidak sebanyak 4,5 kg.

10

Hepatomegali, Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar . bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga
cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan
asites. Pengumpulan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan
tekanan pada difragma dan distres pernapasan.
Anoreksia (hilangnya selera makan), Anoreksia dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
Nokturia, Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi
karena perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat baring.
Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah janutng akan
membaik dengan istirahat

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI),
c. Ekokardiogram. Pada ekhokardiografi terlihat pembesaran dan disfungsi
ventrikel kiri, kelainan bergerak katup mitral saat diastolik.
d. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan
retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah
6. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gaagal jntung kongesif adalah
sebagai berikut:
1. Dukung istirahat untuk mengurangi bebn kerjaa jantung
2. Meningkatkan kekuataan dan evisiensi kontraksi jantung dengaan bahan-
bahan farmakologis
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik
diet dan istirahat.

11

Terapi farmakologis
a. Glikosida jantung,
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.
Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena
dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
b. Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia
c. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi
(tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai penurunan
dramatis kongesti paru dengan cepat.
Dukungan diet
Dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung
minimal, dan status nutrisi terpelihara, seuai dengan selera dan pola makan pasien.
Pembatasan natrium, ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi
udem seperti pada hipertensi atau gagal jantung.
Pasien yang dibatasi diet natriumnya juga harus di ingatkan untuk tidak meminum
obat-obat tanpa resep seperti antasida, sirup obat batuk, pencahar, penenang atau
pengganti garam, karena produk tersebut mengandung natrium atau jumlah kalium
yang berlebihan, obat-obat bebas jangan digunakan tanpa kunsultasi dahulu
dengan dokter.
Bila diet sangat dibatasi terhadap lemak dan natrium, pasien pasti merasa
makanan menjadi tidak enak dan menolak makan. Berbagai penyedao makanan
seperti jus lemon dan rempah-rempah dapat digunakan untuk menambah selera
makan dan membuat pasien mau meneriam diet yang di anjurkan. Segala usaha
harus dilakukan untuk sedapat mungkin memenuhi selera pasien.

12

7. Pathway


Factor predisposisi faktor pencetus
























Kontraktilitas
miokard
Beban sistolik >
kemampuan ventrikel
(systolyc overload)
Preload > kapasitas
ventrikel (diastolic
overload)
Hambatan
pengosongan ventrikel
stroke
volum dan
cardiac
output
V dan P akhir diastolik
dalam ventrikel
Kebutuhan
sirkulasi
tubuh
Kebutuhan
belum
terpenuhi
Kebutuhan
metabolik
CO
Hambatan
pengisian
ventrikel
Output ventrikel

CO
Gangguan aliran
venous return
-hilangnya
jaringan kontraktil
(infark miokard)
-miokarditis

Kerja jantung
maksimal
CO tinggi
Beban berlebihan
Kontraktilitas
BEBAN
JANTUNG
- asupan garam
- ketidakpatuhan
menjalani pengobatan
anti gagal jantung
- IMA(mungkin yang
tersembunyi)
-hipertensi
-aritmia akut
-demam atau infeksi
-emboli paru
-anemia
-tirotoksikosis
-kehamilan
-endokarditis infektif.

Keadaan yang
membatasi pengisian
ventrikel
Stenosis mitral,
kardiomyopati,
penyakit pericardial,
infeksi, infark
P. menimbulkan fx
ventr: Arteri koroner,
hipertensi,
kardiomyopati,
penyakit pembuluh
darah, penyakit
jantung congenital,
arritmia
Penurunan Curah
Jantung
13

























RAA : Renin Angiostensin Aldosteron
LVED : Left Ventricle End Diastolyc

GAGAL
JANTUNG
GAGAL POMPA
VENTRIKEL KANAN
GAGAL POMPA
VENTRIKEL KIRI
Bendungan vena
sistemik
penimbunan
as.laktat
Tekanan diastole
Bendungan atrium
kanan
Forward failure Backward failure
lien hepar
hepatomegali splenomegali
Mendesak
diafragma
Sesak napas
Pola nafas tidak
efektif
Asidosis
metabolik
Suplai darah
ke jar
ATP
Metabolism
e anaerob
fatigue
Intoleransi aktifitas
Suplai O2 ke
otak
Renal flow
aldosteron
RAA
ADH
Penurunan
perfusi
jaringan
sinkop
Tekanan vena
pulmonal
LVED
Risiko tinggi kelebihan
volume cairan
Retensi Na +H2O
Beban Vent
kanan
Edema paru
Tekanan kapiler
paru
Penyempitan
ventrikel
kanan
Hipertrophi
ventrikel
kanan
Gangguan pertukaran gas
Terdapat jarak (cairan
) antara alveolus-
kapiler
14

B. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasi
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat di peroleh melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya.
a) Anamnese
Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
Keluhan Utama
Adanya rasa sesak baik pada saat beraktivitas ataupun istirahat, pada
saat berbaring, kelemahan.
Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya sesak, penyebab terjadinya sesak,
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit hipertensi, aterosklerosisi koroner, infark
miokard akut, atau penyakit penyakit lain yang ada kaitannya
dengan kegagalan jantung untuk memompa darah. Tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
15

keluarga terhadap penyakit penderita.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pad aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda :
a) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
b) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
c) Irama Jantung ; Disritmia.
d) Frekuensi jantung ; Takikardia.
e) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
f) posisi secara inferior ke kiri.
g) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi,
S1 dan S2 mungkin melemah.
h) Murmur sistolik dan diastolic.
i) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
j) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
k) kapiler lambat.
l) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
m) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
n) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
o) khususnya pada ekstremitas.
3) Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.

16

4) Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam
hari (nokturia), diare/konstipasi.
5) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat
badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah
diproses dan penggunaan diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen
(asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
6) Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan
diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7) Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
8) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas dan sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
9) Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda :
a) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
b) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
c) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
17

d) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
e) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
f) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10) Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot,
kulit lecet.
11) Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.

b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ;
a) Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
gambaran pola EKG
b) Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
c) Bunyi ekstra (S3 & S4)
d) Penurunan keluaran urine
e) Nadi perifer tidak teraba
f) Kulit dingin kusam
g) Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai
okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai
dengan : Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia,
Dispnea, pucat, berkeringat.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,
Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan,
bunyi jantung abnormal.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan
menbran kapiler-alveolus.
18

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan, dan predisposisi untuk
kerusakan kulit/terjadinya infeksi..
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program
pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi
tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan :
Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang
dapat dicegah.
c. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ;
a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
gambaran pola EKG
b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
c. Bunyi ekstra (S3 & S4)
d. Penurunan keluaran urine
e. Nadi perifer tidak teraba
f. Kulit dingin kusam
g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien akan :
Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung ,
Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina,
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

Intervensi
a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat)
untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Catat bunyi jantung
19

Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja
pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan
Inkompetensi/stenosis katup.
c. Palpasi nadi perifer
d. Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya
nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin
cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
e. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat
meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
f. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder
terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia.
Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
g. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat
sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan
untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas
dan menurunkan kongesti.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar
suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi.
Ditandai dengan : Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya
disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan /kriteria evaluasi :
Klien akan :
Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
sendiri,
20

Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya
bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena
efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh
fungsi jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan
fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat
membaik kembali,
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,
Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres
pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan
keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda
21

vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada
edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.

Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana
diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena
penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis
sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
b. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24
jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama
fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan
menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d. Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan
cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru,
gagal jantung.
e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen
dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat
mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
g. Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan
menbran kapiler-alveolus.
22

Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada
jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas
gejala distress pernapasan., Berpartisipasi dalam program pengobatan
dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
a. Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret
menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
oksigen.
c. Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan : Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan
perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer,
imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
jaringan.
23

c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu
aliran darah.
d. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat
kerusakan.
e. Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya
infeksi..
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program
pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi
tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan :
Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang
dapat dicegah.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan :
a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode
berulang dan mencegah komplikasi.
b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik
untuk menangani.
c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
a. Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat
memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
b. Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang
dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih
sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
24

c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum
waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu
indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan
sendiri/penatalaksanaan dirumah

















25

TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler
dengan CHF di Ruang IGD Non Bedah RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2012
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1. Nama : Tn.D
2. Jenis kelamin : Laki - Laki
3. Umur : 53 Tahun
4. Status perkawinan : Duda
5. Pendidikan : SD
6. Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
7. Alamat : Landono
8. Agama : Islam
9. Pekerjaan : Petani
10. No. Rekam Medis : 334900
11. Tanggal MRS : 11 Desember 2012
12. Tanggal Pengkajian : 12 - Desember - 2012
13. Sumber informasi : Klien dan rekam medik
14. Diagnosa Medis : CHF
b. Status Kesehatan
1. Riwayat kesehatan saat ini
a) Alasan masuk rumah sakit
3 hari sebelum masuk rumah sakit klien merasa sesak pada bagian dada,
dan itu alasan yang membuat klien masuk rumah sakit
b) Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas
c) Keluhan lain yang menyertai
d) Selain merasa sesak, klien juga mengeluh lemah, sehingga dia tidak bisa
beraktivitas, dan hanya bisa berbaring ditempat tidur.
e) Riwayat keluhan utama
Klien mengatakan bahwa dia akan bertambah sesak jika berbaring, dan
sesaknya akan berkurang jika duduk.



26

f) Tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan upaya yang dia lakukan untuk mengurangi sesaknya
adalah beristirahat dengan cara duduk, sesekali dia batuk untuk
mengeluarkan ssecret yang ada di jalan napasnya.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
a) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan, dahulunya tekanan darahnya tinggi, dan dia juga
menderita asama. Sewaktu masih kanak-kanak klien mengatakan bahwa
dia sering demam. Klien juga mengatakan bahwa dirinya pernah dirawat
di rumah sakit sebanyak dua kali ditahun ini dengan penyakit yang sama
yaitu sesak nafas
b) Riwayat alergi : klien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah alergi
c) Klien memiliki kebiasaan minum teh
d) Konsumsi Obat-obatan
Klien pernah mengkonsumsi obat-obat nafasin kurang lebih 5 bulan
lamanya, dengan resep sendiri
c. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum: klien tampak lemah
b) Tanda tanda vital
TD : 160/90
FN : 104 X/mnt
FP : 26X/ mnt
Suhu : 36,5
o
C
c) Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
Bentuk : simetris, tidak ada benjolan
Keluhan yang berhubuuungggan dengan ( sakit/pusing kepala ) :
sakit kepala
Kebersihan rambut dan kulit kepala : bersih dan rambut mulai
rontok
2. Mata
Bentuk / posisi mata : simetris kiri dan kanan
Konjungtiva : pucat
Sclera : berkabut
Reaksi terhadap cahaya : ada reaksi terhadap cahaya
Fungsi penglihatan : kabur
Kesan terhadap warna : klien mengatakan masih dapat membedakan
warna
27

Lapang pandang : lapang pandang menurun
Tanda-tanda radang : tidak terdapat tanda tanda radang
Pemeriksaan mata terakhir : katarak
Riwayat operasi : klien mengatakan tidak pernah melakukan operasi
mata
Penggunaan kaca mata/lensa kontak : klien mengatakan tidak
menggunakan kaca mata/lensa kontak
3. Telinga
Kondisi meatus eksterna dan membrane timpani : bersih
Keluhan pendengaran: tidak ada keluhan
Penggunaan alat bantu dengar : klien mengatakan tidak menggunakan alat
bantu dengar
Kebersihan telinga : bersih
4. Hidung
Keluhan nyeri/gangguan penciuman ( anosmia ) : klien mengatakan tidak
ada nyeri maupun gangguan penciuman
Reaksi alergi : klien mengatakan tiak ada reaksi alergi
Tanda sinus paranasalis : tidak terlihat tanda sinus paranasalis
Discharge/pengeluaran dari hidung : berair/mukoid/purulen/bercampur
darah,dll : tidak ada
Polip : tida ada polip
Kondisi mukosa nasal : tidak terlihat lesi, tidak ada
pembengkakan,massa,perdarahan/epitaksis.
5. Mulut dan tenggorokan
Gigi geligi : ada karies
Tonsil : tidak ada pembengkakan
Membran mukosa mulut:
Lidah : normal ( merah muda )
Gangguan bicara : tidak ada gangguan bicara
Kesulitan menelan : klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan
6. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
Tekanan vena jugularis : ada peningkatan tekanan vena jugularis
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7. Dada
1. paru-paru
Inspeksi :
- bentuk dada ( skoliosis/lordosis/kifosis/barrel cest,dll ) : normal
- kesimetrisan : simetris dada kiri dan kanan
- pengembagan dada : tidak normal (tidak simetris antara dada kiri dan
kanan
- penggunaan otot bantu pernapasan: penggunaan cuping hidung
-
2. Frekuensi dan irama napas : 26 X/menit
28

3. Jantung
inspeksi
iktus kordis : tidak terlihat iktus kordis
4. abdomen
inspeksi
bentuk :
5. ekstremitas
kesimetrisan ekstremitas : simetris kiri dan kanan
tanda-tanda deformitas : tidak ada tanda-tanda deformitas
tanda edema,massa atau pembengkakan : kedua kaki mengarah ke edema
tanda memar,nyeri atau trauma lainnya : tidak terlihat tanda-tanda memar
kesulitan bergerak dan kekakuan sendi : tidak ada
6. genitourinaria dan anus : tidak terpasang kateter
7. kulit :

Pola nutrisi
a. Berat badan/tinggi badan : 70 kg/160 cm
b. Jenis makanan yang biasa di konsumsi : klien mengatakan makanan yang
sering dimakan sehari-hari ( nasi, ikan, daging dan sayur)
c. Makanan yang disukai : daging ayam, daging sapi dan daging kambing
d. Makanan yang tidak disukai : klien mengatakan tidak ada makanan yang
tidak disukai
e. Makanan pantangan : klien mengatakan tidak ada makanan pantangan
f. Nafsu makan : berkurang, klien mengatakan bahwa dia tidak nafsu makan
g. Jenis diet : diet garam
h. Intake cairan : terpasang infus, minum air 6 gelas per hari
i. Perubahan berat badan dalam 3 bulan terakhir : klien mengatakan belum
pernah ditimbang
Pola eliminasi
1. BAB sebelum sakit
- frekuensi : 1x sehari pada pagi hari
- konsistensi : padat
- pengunaan pencahar : klien mengatakan mengunakan obat pencahar
melalui anus
- kolostomi / iliostomi : klien mengatakan tidak ada
- perubahan BAB saat sakit : klien mengatakan sudah 10 hari tidak BAB

29

2. BAK sebelum sakit
- Frekuensi : pada malam hari frekuensi BAK klien > 4 kali sehari
- warna : kuning pekat
- bau : klien mengatakan kencingnya bau obat
- urine output : Tidak dikaji
- penggunaan kateter : klien tidak menggunakan kateter
- perubahan BAK saat sakit : pasien mengatakan bahwa dia sering
kencing pada malam hari
3. Pola tidur dan istirahat
- waktu tidur ( jam ) : klien mengatakan tidur pada malam hari jam 22.00
sampai jam 04.30. klien tidak pernah tidur siang
- lamanya tidur/per hari : 6 jam
- perubahan saat sakit: klien mengatakan selama sakit tidak bisa tidur
karena sesak nafas
4. Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : petani bersawah dan berkebun
- Kegiatan diwaktu luang : istirahat dirumah
- Perubahan saat sakit : klien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti
biasanya ( istirahat ditempat tidur) karena sesak
5. Pola pekerjaan
- Jenis pekerjaan : petani
- Jumlah jam kerja : 8 jam
- Jadwal kerja : pagi dari jam 07.00 sampai 03.00
I. Riwayat keluarga
Tidak dikaji
II. Riwayat lingkungan
- kebersihan : Tidak dikaji
III. Aspek psikososial
a. pola pikir dan persepsi
alat bantu yang digunakan : klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
ataupun alat bantu pendengaran
kesulitan yang dialami : klien mengatakan sering pusing,sakit kepala dan
klien masih bisa membaca dan menulis
b. persepsi sendiri
30

hal yang dipikirkan saat ini : klien mengatakan ingin capat pulang karena
semenjak dirawat tidak ada perubahan dengan sesaknya dan susah tidur
harapan setelah menjalani perawatan : klien mengatakan agar cepat sembuh
dan bisa pulang ke rumah
c. suasana hati : tidak tenang, khawatir dan cemas dengan penyakit yang dialami
Rentang perhatian : klien mengatakan ada perhatian dari menantu dan
saudaranya
d. Hubungan / komunikasi :
bicara masih jelas mampu mengekspresikan dan mampu mengerti orang
lain, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia
tempat tinggal : rumah sendiri dan tinggal sendiri
kehidupan keluarga :
o Adat istiadat yang di anut : adat jawa
o Pembuatan keputusan dalam keluarga : ia sendiri
o Pola komunikasi : baik
Keluhan dalam keluarga : tidak ada keluhan dengan menantu ,hubungan
dengan sanak saudara maupun hubungan perkawinan klien mengatakan
sudah lama cerai dengan istrinya.
e. Kebiasaan seksual
f. Pertahanan koping
- Pengambilan keputusan : anak tertuanya
- Yang ingin diubah dari kehidupan :
- Yang dilakukan jika stress : klien mengatakan jika sedang stress klien
menyelesaikan masalah penyebab stres.
g. Sistem nilai kepercayaan
- Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan
- Tuhan,agama sangat penting untuk klien
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan : sholat 5 waktu dan
pengajian
- Kegiatan agama selama dirumah sakit : tidak
h. Tingkat perkembangan ( usia dan karateristik ) : tahap perkembangan ke 6 (
tahap usia dewasa tengah )

31

IV. PENGKAJIAN FISIK
d) Tanda tanda vital
TD : 160/90
FN : 104 X/mnt
FP : 26X/ mnt
Suhu : 36,5
o
C
e) Kepala
Bentuk : simetris, tidak ada benjolan
Keluhan yang berhubuuungggan dengan ( sakit/pusing kepala ) : sakit
kepala
Kebersihan rambut dan kulit kepala : bersih dan rambut mulai rontok
f) Mata
Bentuk / posisi mata : simetris kiri dan kanan
Konjungtiva : pucat
Sclera : berkabut
Reaksi terhadap cahaya : ada reaksi terhadap cahaya
Fungsi penglihatan : kabur
Kesan terhadap warna : klien mengatakan masih dapat membedakan warna
Lapang pandang : lapang pandang menurun
Tanda-tanda radang : tidak terdapat tanda tanda radang
Pemeriksaan mata terakhir : katarak
Riwayat operasi : klien mengatakan tidak pernah melakukan operasi mata
Penggunaan kaca mata/lensa kontak : klien mengatakan tidak menggunakan
kaca mata/lensa kontak
g) Telinga
Kondisi meatus eksterna dan membrane timpani : bersih
Keluhan pendengaran: tidak ada keluhan
Penggunaan alat bantu dengar : klien mengatakan tidak menggunakan alat
bantu dengar
Kebersihan telinga : bersih
h) Hidung
Keluhan nyeri/gangguan penciuman ( anosmia ) : klien mengatakan tidak
ada nyeri maupun gangguan penciuman
Reaksi alergi : klien mengatakan tiak ada reaksi alergi
32

Tanda sinus paranasalis : tidak terlihat tanda sinus paranasalis
Discharge/pengeluaran dari hidung : berair/mukoid/purulen/bercampur
darah,dll : tidak ada
Polip : tida ada polip
Kondisi mukosa nasal : tidak terlihat lesi, tidak ada
pembengkakan,massa,perdarahan/epitaksis.
i) Mulut dan tenggorokan
Gigi geligi : ada karies
Tonsil : tidak ada pembengkakan
Membran mukosa mulut:
Lidah : normal ( merah muda )
Gangguan bicara : tidak ada gangguan bicara
Kesulitan menelan : klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan
j) Leher
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
Tekanan vena jugularis : ada peningkatan tekanan vena jugularis
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
k) Dada
1. paru-paru
Inspeksi :
- bentuk dada ( skoliosis/lordosis/kifosis/barrel cest,dll ) : normal
- kesimetrisan : simetris dada kiri dan kanan
- pengembagan dada : tidak normal (tidak simetris antara dada kiri
dan kanan
- penggunaan otot bantu pernapasan: penggunaan cuping hidung
8. Frekuensi dan irama napas : 26 X/menit
9. Jantung
inspeksi
ktus kordis : tidak terlihat iktus kordis
perkusi :
suara perkusi normal (pekak) : pekak
10. abdomen
inspeksi
bentuk :
33

11. ekstremitas
kesimetrisan ekstremitas : simetris kiri dan kanan
tanda-tanda deformitas : tidak ada tanda-tanda deformitas
tanda edema,massa atau pembengkakan : kedua kaki mengarah ke
edema
tanda memar,nyeri atau trauma lainnya : tidak terlihat tanda-tanda
memar
kesulitan bergerak dan kekakuan sendi : tidak ada
12. genitourinaria dan anus : tidak terpasang kateter
13. kulit :
14. pemeriksaan penunjang : EKG

PENGOBATAN
1. Infus RL lini /12tpm
2. Injeksi forasemide 2 A/1 2jam/ IV
3. Digoxin 1X1
4. Forasemide tab 1-0-0
5. Ij capropin 3 X 25 gram
6.















34

PATHWAY KASUS
Hipertensi

Peninkatan afterload

Curah jantung menurun

Beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel
(mekanisme kompensasi
Untuk meningkatkan kontraktilitas)

Mekanisme kompensasi terlampaui


















Gagal Jantung
GAGAL POMPA
VENTRIKEL KIRI
Forward failure
Backward failure
Asidosis
metabolik
Suplai darah
ke jar
ATP
Metabolism
e anaerob
fatigue
Intoleransi aktifitas
Suplai O2 ke
otak
Renal flow
aldosteron
RAA
ADH
Penurunan
perfusi
jaringan
sinkop
Tekanan vena pulmonal
LVED
Risiko tinggi
kelebihan volume
cairan
Retensi Na +H2O
Beban Vent
kanan
Edema paru
Tekanan kapiler paru
Hipertrophi
ventrikel
kanan
Gangguan pertukaran gas
Terdapat jarak
(cairan ) antara
alveolus-kapiler
Sesak pada saat
baring
Gangguan pola tidur
35

ANALISA DATA
No Data Masaalah
1. Ds: klien mengeluh sesak napas, dan sesaknya
akan bertambah jika klien berbaring
Do:
pada saat dikaji, klien beristirahat
dalam posisi duduk
klien menggunakan alat bantu
pernapasan (cuping hidung)
TTV
TD : 160/90
FN : 104 X/mnt
FP : 26X/ mnt
Suhu : 36,5
o
C
Gangguan pertukaran gas
2. Ds: klien mengatakan bahwa ia sering
kencing pada malam hari
Do:
Kedua tungkai mengarah ke edema
TTV
TD : 160/90
FN : 104 X/mnt
FP : 26X/ mnt
Suhu : 36,5
o
C
Resiko tinggi kelebihan volume
cairan
3. Ds: klien mengatakan susah tidur karena
sesak
Do: TTV
TD : 160/90
FN : 104 X/mnt
FP : 26X/ mnt
Suhu : 36,5
o
C
Gangguan pola tidur
4. Ds: klien mengatakn lemah
Do:
aktivitas klien di bantu oleh keluarga,
Intoleransi aktivitas
36

klien hanya bisa istirahat di tempat tidur
TTV
TD : 160/90
FN : 104 X/mnt
FP : 26X/ mnt
Suhu : 36,5
o
C

DIAGNOSA KEPERAWATAN
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan pada paru
3) Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas pada saat bebaring
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
RENCANA KEPERAWATAN
1.Dx.1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan pada paru
Tujuan: gangguan pertukaran gas akan terkurangi
Kriteria hasil
Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada
Gelisah, sianosis, dan keletihan tidak ada
PaO2, PaCO2, Ph arteri dan saturasi O2 dalam batas normal
Intervensi
Kaji bunyi paru, frekuensi napas, kedalaman, dan usaha
Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi
Pantau status mental (misalnya, tingkat kesadaran, gelisah dan konfusi)
Observasi terhadap sianosis terutama membran mukosa mulut
Ajarkan kepada pasien tekhnik bernapas dan relaksasi
Ajarkan batuk secara efektiv
Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang perencanaan perawatan dirumah,
misalnya pengobatan, aktivitas, alat-alat bantu, tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan
37

Berikan obat yang diresepkan (misalnya, natrium bikarbonat) untuk
mempertahankan asam basa
2.Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas pada saat bebaring
Tujuan: jumlah jam tidur tidak terganggu, tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan
rutinitas tidur
Kriteria Hasil:
Perasaan segar setelah tidur atau istirahat
Terjaga dengan waktu yang sesuai
Intervensi
Pantau pola tidur pasien, dan catat hubungan faktor-faktor fisik atau faktor-faktor
psikologis yang dapat berpengaruh pada gangguan pola tidur
Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur malam, berikan lingkungan
yang tenang, damai dan minimalkan gangguan
Atur posisi untuk meminimalkan sesak (misalnya tidur dengan posisi duduk)
Kelompokan aktivitas perawatan untuk meminimalkan tindakan yang dapat
membangunkan
3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan: klien dapat mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan
daya tahan, penghematan energi, dan perawatan diri
Kriteria hasil:
Klien dapat menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi
Tentukan penyebab keletihan
Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (misalnya, takikardi, dispnea,
diaforesis, pucat, dll)
Pantau respon oksigen pasien
Ajarkan tentang pengaturan aktivitasdan tekhnik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas, sesuai dengan kebutuhan.
38

4.Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium
Tujuan: kelebihan cairan akan terkurangi
Kriteria hasil:
Tidak ad asites, distensi vena leher, dan edema perifer
Berat badan stabil
Tidak ada bunyi napas tambahan
Intervensi
Tentukan lokasi, dan derajat edema perifer, sakral, dan preorbital pada skala 1+
sampai 4+
kaji edema ekstermitas, atau bagian tubuh terhadap gangguan sirkulasi dan
integritas kulit
pantau secara teratur lingkar abdomen atau tungkai bawah
tinggikan ekstermitas untuk meningkatkan aliran darah balik vena
konsultasikan kedokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan muncul atau
memburuk
berikan diuretik sesuai keperluan











39

DAFTAR PUSTAKAA
Brunner & Suddarth (2002), Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, Vol 3, Jakarta :
EGC
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, A Sylvia & kawan-kawan (1995), Pato Fisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi
4, Buku 2, Jakarta : EGC
Wilkinson M. Judith, buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria
hasil NOC, jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai