Anda di halaman 1dari 4

Esai 1

DTE 2013 adalah mahasiswa dan mahasiswi jurusan Teknik Elektro dan Teknik
Komputer UI angkatan 2013. Sebagai angkatan baru di DTE tentu saja angkatan 2013 tidak
luput dari masalah-masalah, mulai dari masalah internal maupun eksternal. Masalah-masalah
yang biasa ada di tubuh angkatan 2013 seperti rasa kebersamaan dan perasaan saling
menghargai dan membutuhkan. Untuk masalah finansial dan akademis akan dibahas
selanjutnya. Mengingatkan akan MADK, para senior tidak kenal lelah mengingatkan tentang
pentingnya rasa kebersamaan dan bersatu. Sampai sekarang rasa saling membutuhkan itu
masih belum terwujud dengan optimal, dibuktikan dengan tingkat kehadiran pada suatu
event-event tertentu. Masing-masing orang akan memiliki alasan yang berbeda-beda
mengenai kehadiran ataupun ketidakhadiran mereka pada suatu event. Mari kita lihat
bersama-sama. Ketua angkatan berkali-kali menghimbau supaya orang-orang yang
menghadiri suatu event bersama tidak hanya orang-orang itu saja, kira-kira mengapa hanya
orang-orang itu saja yang dapat menghadiri suatu event? Pertama, masalah peduli dan tidak
peduli terhadap angkatan, tentu saja lebih banyak yang peduli daripada yang tidak. Lalu lihat
keadaan masing-masing orang yang peduli atau yang tidak peduli tersebut. Yang peduli dan
memungkinkan untuk menghadiri adalah yang sering terlihat pada event-event bersama.
Memungkinkan hadir disebabkan karena kosan dekat dan sedang tidak ada tugas, tetapi ada
juga yang dapat hadir meski kosan atau rumah cukup jauh dan ada tugas tetapi dapat
menyempatkan waktu untuk bersama, jadi masalah kepedulian adalah kembali kepada diri
sendiri. Ada juga yang peduli dan ingin hadir tetapi karena rumah cukup jauh dan ongkos
mahal dan peraturan rumah oleh orangtua menyebabkan tidak mungkin hadir. Jadi sebelum
men-judge orang lain lebih baik jika kita tahu situasi dan kondisi orang yang bersangkutan.
Mengenai yang tidak peduli kembali pada diri sendiri, ada yang kosannya dekat dengan
teknik dan tidak ada tugas atau pekerjaan penting/prioritas tetapi tidak menghadiri event
bersama tersebut. Ada juga yang memanfaatkan situasi dan kondisi dengan rumah yang jauh,
jadi ketidakhadirannya beralasan logis. Sebagai mahasiswa tentu sudah mengetahui mana
yang prioritas dan mana yang bukan, jika ada tugas sebaiknya selesaikan dahulu dan
kemudian jika memungkinkan bisa datang pada event-event bersama sebaiknya datang. Jika
memang tidak bisa menghadiri suatu event sebaiknya katakan pada angkatan, setidaknya
angkatan tahu yang bersangkutan sudah peduli tetapi berhalangan karena ada tugas. Contoh
lain kurangnya rasa kebersamaan adalah kurangnya saling sapa. Ada yang ketika disapa tidak
menyapa balik, bahkan ada yang ketika disapa justru lupa nama penyapanya. Memang
kepentingan masing-masing orang berbeda-beda, ada yang sedang sibuk dan ada yang sedang
tidak sibuk, tetapi sebaiknya hubungan silaturahmi dan komunikasi tetap dijaga karena
manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan orang lain.
Ada juga yang merasa tidak nyaman bekerja dengan salah satu teman angkatannya karena
kurang kooperatif dan kurang peduli, jadi biasanya dijauhkan oleh teman yang lainnya. Justru
yang seperti ini seharusnya didekati dan didengarkan keluh-kesahnya sehingga kita bisa
mengerti situasi dan kondisi sesungguhnya dan syukur dapat membantu meringankan
masalah yang sedang dihadapinya. DTE 2013 masih belum dekat dengan senior yang justru
merupakan keluarga terdekat selama di DTE nantinya. Senior itu baik ketika kita maupun
senior yang diajak bicara merasa nyaman dan topik yang sedang dibahas memang topik yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Jangan sungkan menceritakan tentang diri kita ke
senior, mereka pun juga akan menceritakan tentang diri mereka ke kita sehingga kita
mengetahui karakter mereka. DTE 2013 ada yang berasal dari keluarga mampu maupun tidak
mampu. Untuk masalah finansial sebaiknya memang disesuaikan dengan keadaan orangtua
sehingga tetap bisa berkuliah tanpa harus memikirkan bagaimana membiayainya. Beasiswa
bidikmisi dan BOPB adalah 2 beasiswa utama di teknik, selain itu ada juga beasiswa dari
perusahaan baik negeri maupun swasta. Jika merasa berhak mendapatkan beasiswa dapat
apply dan menanyakan info-infonya ke bidang KESMA lebih lanjut. Pemberi beasiswa juga
harus melakukan cek ulang supaya beasiswa tepat sasaran. Kita menginginkan pendidikan
yang berkeadilan sehingga asas keadilan sangat penting. Masalah akademis DTE 2013 juga
berkaitan dengan rasa kebersamaan dan saling membutuhkan. Ada misalnya anggota
kelompok kerja yang dianggap kurang rajin oleh anggota kelompok yang lainnya, memang
kewajiban anggota lain untuk mengingatkan, tetapi kembali kepada rasa peduli diri orang
tersebut, karena kerja kelompok akan dinilai oleh dosen yang bersangkutan. Apakah rasanya
enak jika kita berleha-leha diatas keringat orang lain? Tentu tidak, sebagai manusia yang
diberi akal pikiran seharusnya kita juga memberikan kontribusi pada kerja kelompok yang
dilakukan bersama, sehingga kesuksesan dirasakan bersama. Belajar bersama sebelum
menempuh ujian juga penting dilakukan karena kesuksesan yang diraih bersama akan terasa
indah dan kesuksesan yang diraih sendiri akan terasa hampa.















Esai 2
Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan,
mahasiswa atau pelajar yang digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh.
Beasiswa dapat diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan, yayasan atau instansi-
instansi yang lain.[ http://id.wikipedia.org/wiki/Beasiswa]
Pada dasarnya, beasiswa adalah penghasilan bagi yang menerimanya. Hal ini sesuai dengan
ketentuan pasal 4 ayat (1) UU PPh/2000. Disebutkan pengertian penghasilan adalah
tambahan kemampuan ekonomis dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh dari sumber Indonesia atau Luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi
atau menambah kekayaan Wajib Pajak (WP). Karena beasiswa bisa diartikan menambah
kemampuan ekonomis bagi penerimanya, berarti beasiswa merupakan penghasilan. Beasiswa
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu beasiswa prestasi dan beasiswa tidak mampu. Tentu
dua hal tersebut (beasiswa prestasi dan beasiswa tidak mampu) tidak berdiri sendiri-sendiri.
Dua hal tersebut saling memengaruhi hanya saja berbeda porsinya. Misal, jika yang dimaksud
adalah beasiswa prestasi maka parameter utama yang digunakan adalah pencapaian prestasi
seseorang. Namun jika terdapat beberapa orang calon penerima yang memiliki pencapaian
prestasi yang setara makan parameter ketidakmampuan dalam kesejahteraan dapat dijadikan
alat bantu untuk dapat memberi nilai tambah dalam proses seleksi penerima beasiswa. Begitu
pun sebaliknya untuk beasiswa tidak mampu. Dua jenis beasiswa tersebut juga dibedakan
melalui persyaratan pengajuannya. Jika beasisawa prestasi maka persyaratan di fokuskan
pada pencapaian prestasi yang telah dicapai baik akademis maupun akademis. Jika beasiswa
tidak mampu maka fokus utamanya adalah pada hal-hal yang membuktikan ketidakmampuan
ekonomi seperti surat keterangan dari perangkat pemerintah setempat atau rekomendasi dari
tetangga atau saudara terdekat. Untuk beasiswa tidak mampu persyaratan berkaitan dengan
pencapaian akademis dan non akademis juga dapat disertakan tapi tidak setinggi jika
dibanding persyaratan beasiswa prestasi hanya untuk membuktikan kesungguhan yang
bersangkutan dalam menempuh pendidikan yang sedang dijalani. Tapi jangan sampai
pesyaratan pencapaian akademis dan non akademis itu memberatkan. Karena kadang
ketidakmampuan seseorang membuatnya tidak memiliki pencapaian yang maksimal karena
pada saat yang sama dia dibebankan kewajiban untuk melangsungkan hidup. Bukan saja
hidupnya tapi juga orang-orang lain yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam hal ini saya
pribadi lebih setuju jika beasiswa ditujukan bagi yang tidak mampu dimana pencapaian
prestasi dapat menjadi alat bantu seleksi. Karena sesuai definisi beasiswa yang sudah
disebutkan di atas dimana terdapat kata bantuan di sana. Bukan berarti meniadakan
penghargaan bagi yang berprestasi tapi diharapkan porsi beasiswa untuk tidak mampu itu
lebih diutamakan. Karena sepengamatan saya ketidakmampuan ekonomi itu lebih sulit
dipalsukan daripada pencapaian prestasi. Seseorang akan menempuh berbagai macam cara
agar memiliki presatasi yang bagus. Mengenai persyaratan pengajuan beasiswa saya
berpendapat agar persyaratan itu tidak mengikat yaitu hanya ada ketika proses pengajuan
untuk seleksi. Boleh saja jika penerima beasiswa diwajibkan untuk memberi laporan
perkembangan atau mengikuti beberapa kegiatan yang diwajibkan pemberi beasiswa sebagai
bentuk supervisi dan untuk menjalin interaksi yang baik antara pemberi dan penerima
beasiswa . Tapi sebaiknya penerima beasiswa tidak diikat dengan kewajiban yang sifatnya
harian atau pekanan. Harus dipahami adalah membantu sesorang dengan memberi beasiswa
jangan membuat kita merasa berhak membeli hidup seseorang dengan mengaturnya dalam
kegiatan harian dan pekanan. Beasiswa itu banyak macamnya dan sumbernya. Para penerima
beasiswa agar memperhatikan dengan seksama persyaratan beasiswa agar bisa maksimal.
Dan diharapkan para penerima agar kritis mengenai status pemberi beasiswa dan sumber
dana yang digunakan. Pemberi beasiswa juga harus kritis dalam menganalisa data calon
penerima beasiswa. Jika perlu mengadakan survei sebaiknya lakukan, jangan sampai
beasiswa yang diberikan tidak tepat sasaran. Kasus beberapa beasiswa yang tidak tepat
sasaran adalah penerima beasiswa memiliki barang atau alat komunikasi baru yang harganya
mahal, bahkan sebelum dananya cair. Beasiswa yang tepat sasaran tentu akan menegakkan
asas keadilan sehingga semua mahasiswa merasa diperlakukan adil. Salah satu tujuan
diadakannya beasiswa adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan dan kebodohan. Kita
banyak melihat contoh bagaimana anak bangsa yang mestinya berpotensi pintar tetapi
terkendala masalah biaya sehingga tidak dapat fokus belajar karena ikut membanting tulang
mencari biaya untuk kehidupan sehari-hari. Beasiswa merupakan sebuah kesempatan emas
bagi mereka yang tidak mampu untuk menempuh pendidikan sehingga perlahan dapat
memutus mata rantai kebodohan, kemudian berlanjut memutus mata rantai kemiskinan.
Logika sederhana, jika kita rajin maka kita akan menjadi pandai, jika diberi kesempatan
belajar tanpa harus memikirkan biaya tentu akan lebih fokus, dan tentu saja otomatis mudah
untuk mencari pekerjaan, kemudian dapat membiayai kehidupan keluarga, dan putuslah
kedua mata rantai yang buruk tersebut. Program beasiswa sebaiknya tetap diadakan oleh
pemerintah untuk memperbaiki keadaan masyarakat Indonesia supaya lebih mapan dan
mandiri untuk kemudian membangun negeri tercinta ini.

Anda mungkin juga menyukai