Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka
dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama
agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal
budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan
secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi
manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Meyakini adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam diri setiap manusia,
namun karena kecintaan mereka kepada dunia yang berlebihan sehingga mereka disibukkan
dengannya, mengakibatkan mereka lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati diri mereka
sendiri. Yang pada gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau bahkan padam.
Walaupun demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli marifat berkata, Jalan-
jalan menuju marifatullah sebanyak nafas makhluk. Salah satu jalan marifatullah adalah akal.
Terdapat sekelompok kaum muslim, golongan ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi, yang menolak
peran aktif akal sehubungan dengan ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa satu-satunya jalan
untuk mengetahui Allah adalah nash (Al Quran dan Hadis). Mereka beralasan dengan adanya
sejumlah ayat dan riwayat yang secara lahiriah melarang menggunakan akal (rayu). Padahal
kalau kita perhatikan, ternyata Al Quran dan Hadis sendiri mengajak kita untuk menggunakan
akal, bahkan menggunakan keduanya ketika menjelaskan keberadaan Allah
Perkataan illah, yang selalu diterjemahkan Tuhan.Dalam bahasa Alquran dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan dan dipentingkan oleh manusia, misalnya dalam
QS.Al jatsiyah (45) ; 23
Contoh ayat diatas menunjukkan bahwa perkataan illah bisa mengandung arti berbagai
benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Firaun atau penguasa
yang dipatuhi dan dipuja).

Siapa Tuhan Itu?

Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan dan dipentingkan
manusia, misalnya dalam surat Al-Furqon: 43 yang artinya: Apakah engkau melihat orang yang
menghilangkan keinginan-keinginan pribadinya?
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan pencipta. Tuhan Esa
dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satupun
yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain
sementara yang lain membutuhkan-Nya.
Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti telah berbuat syirik
yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada kehendak Allah Swt. Dalam
surah Al-Qoshos: 38, lafal Ilah dipakai oleh Firaun untuk dirinya sendiri, yang artinya:
Dan Firaun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian mempunyai Ilah
selain diriku
Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak/gaib. Al-Quran
menegaskan Ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama (ilah, ilahian, ilahuna). Ilah ialah
sesuatu yang dipentingkan, dipuja, diminintai, diagungkan diharapkan memberikan
kemaslahatan dan termasuk yang ditakuti karena mendatangkan bahaya.
Di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah: 163 menegaskan, Dan Tuhanmu, Tuhan Yang Maha
Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ilah yang dituju
ayat di atas adalah Allah Swt, yang menurut Ulama Ilmu Kalam Ilah di sini bermakna al-
Mabud, artinya satu-satunya yang diibadati/disembah. Sedang Al-Matbu, yang dicintai, yang
disenangi, diikuti. Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah Swt satu-satunya Tuhan
yang diibadahi, dicintai, disenangi, dan diikuti.
Allah Swt memfirmankan dalam Al-Quran surat Thoha : 14, yang artinya: Sesungguhnya Aku
Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka beribadahlah hanya kepada-Ku (Allah), dan
dirikanlah sholat untuk mengingatku.
Kalimat Tauhid keesaan secara konprehensif mempunyai pengertian sebagai berikut:
La Kholiqo illa Allah: Tiada Pencipta selain Allah
La Roziqo illa Allah: Tiada Pemberi rizqi selain Allah
La Hafidha illa Allah: Tiada Pemelihara selain Allah
La Malika illa Allah: Tiada Penguasa selain Allah
La Waliya illa Allah: Tiada Pemimpin selain Allah
La Hakima illa Allah: Tiada Hakim selain Allah
La Ghoyata illa Allah: Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah
La Mabuda illa Allah: Tiada Yang Maha disembah selain Allah
Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid menurut Ibnu Taimiyah memiliki pengertian yang dipuja
dengan cinta sepenuh hati, tunduk kepada-Nya merendahkan diri di hadapan-Nya, takut dan
mengharapkan kepadaNya, berserah hanya kepada-Nya ketika dalam kesulitan dan kesusahan,
meminta perlindungan kepada-Nya, dan menimbulkan ketenangan jiwa dikala mengingat dan
terpaut cinta denganNya. Ini yang disebut Tauhid Rububiyah.
Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan yang lain, mengakui
adanya Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya selain kepada Allah. Dalam ilmu tauhid,
syirik digunakan dalam arti mempersekutukan Tuhan selain dengan Allah Swt, baik persekutuan
itu mengenai dzatNya, sifatNya atau afalNya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya
hanya ditujukan kepada-Nya saja.
Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni, syirik itu bertentangan
dengan perintah Allah Swt, juga berakibat merusak akal manusia, menurunkan derajat
dan martabat manusia, serta membuatnya tak pantas menempati kedudukan tinggi yang telah
ditentukan Allah Swt. Dalam kaitannya dengan masalah ini, Allah Swt berfirman dalam surah
Luqman : 13 yang artinya Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada Anaknya. Wahai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kedhaliman yang amat besar.
Dan didalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah berbuat syirik
kepadaNya, tergolong orang yang telah berbuat dosa besar, sebagaimana firmanNya,
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, bagi siapa berkehendak. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar. (QS. An-Nisa: 48)
Dalam ajaran islam diajarkan la ilaaha illa Allah. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan
peniadaan, yaitu tidak ada Tuhan, kemudian baru diikuti dengan penegasan melainkan
Allah. Hal itu berarti seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam tuhan
terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

Pemikiran Manusia tentang Tuhan

1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah hasil pemikiran
tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari penelitian rasional,
maupun pengalaman batin.
Max Muller berpendapat bahwa konsep pemikiran barat tentang Tuhan mengalami evolusi yang
diawali dengan Dinamisme, Animisme, Politeisme, Henoteisme, dan puncak tertingginya
monoteisme (Nisbi). Pemikiran tentang Tuhan sebagaimana di atas, hasil pendekatannya adalah
budaya, Arnold Toynbe mengatakan: Monoteisme bukan hasil akhir dan proses pemikiran
tentang Tuhan, sebab orang yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin justru
berputar mundur dalam bertuhan, yakni animistis.
2. Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin
dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Aliran-aliran tersebut ada yang
bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini
mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam Islam. Aliran-aliran tersebuut
adalah:
a. Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang sangat menekankan
penggunaan akal dalam memahami semua ajaran Islam. Dalam menganalisis masalah ketuhanan,
mereka memakai bantuan ilmu logika guna mempertahankan keimanan.
b. Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan
berkehendak dan berbuat.[5] Manusia berhak menentukan dirinya kafir atau mukmin sehingga
mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan dalam perbuatan
manusia.
c. Jabariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan perbuatan manusia sudah
ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya seperti wayang. Ikhtiar dan doa yang
dilakukan manusia tidak ada gunanya.
d. Asyariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan tengah
antara Qodariyah dan Jabariyah.Manusia wajib berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi,
Tuhanlah yang menentukan hasilnya.

Konsep Ketuhanan Menurut Islam

Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap
penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret).[6] Eksistensi atau
keberadaan Allah disampaikan oleh Rasul melalui wahyu kepada manusia, tetapi yang diperoleh
melalui proses pemikiran atau perenungan.
Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dibawa dalam kutipan di bawah
ini:
a. Surat Al-Anbiya : 25 yang artinya Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum
kamu, melainkan Kami wahyukan kepadaNya, bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku.
Sejak diutusnya Nabi Adam AS sampai Muhammad Saw Rasul terakhir. Ajaran Islam yang
tAllah Swt wahyukan kepada para utusanNya adalah Tauhidullah atau monotheisine murni.
Sedangkan lafadz kalimat tauhid itu adalah laa ilaha illa Allah. Ada perbedaan ajaran tentang
Tuhan yang ada asalnya dari agama wahyu. Hal semacam itu disebabkan manusia mengubah
ajaran tersebut. Dan hal seperti itu termasuk kebohongan yang besar (dhulmunadhim).
b. Surat Al-Maidah : 72 Dan Al masih berkata; Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu, sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka Allah pasti mengharamkan
baginya surga dan tempatnya adalah neraka.
c. Surat Al-Baqarah : 163 Dan Tuhamu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan kecuali
Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa Allah Swt adalah Tuhan yang mutlak keesaannya. Lafadz
Allah swt adalah isim jamid, personal nama, atau isim adham yang tidak dapat diterjemahkan,
digantikan atau disejajarkan dengan yang lain. Seseorang yang telah mengaku Islam dan telah
mengikrarkan kalimat Syahadat Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah) berate telah
memiliki keyakinan yang benar, yaitu monoteisme murni/monoteisme mutlak. Sebagai
konsekuensianya, ia harus menempatkan Allah Swt sebagai prioritas utama dalam setiap
aktivitas kehidupan.

Bukti Adanya Tuhan

a. Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan
Ismail RajI Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan
makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi, dan
transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah yang
diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia, jin,
malaikat langit dan bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya pula
bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya.
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini juga
ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya tentang
adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan Percaya adanya makhluk, tetapi
menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang tidak benar.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan.
Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu tiada lain
adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini
adalah Allah Swt.

b. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain alam ini
mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan hukum kedua
termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan
perubahan energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin azali.
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi
tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah
dari keadaan yang tidak panas berubah menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi
yang tidak ada.
Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus berlangsung, serta
kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah bersifat azali.
Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesuai hukum tersebut tentu
tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini.

c. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya butiran pasir
yang ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya
dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi, dan menyelesaikan setiap
edaranya selama 20 hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar dari porosnya
dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil
setiap setahun sekali. Dan sembilan planet tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi matahari
dengan kecepatan yang luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama dengan planet-planet dan
asteroid-asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.00 mil perjam. Disamping itu
masih ada ribuan sistem selain sistem tata surya kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan
atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy
sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam
200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti. Berkesimpulan
bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Bahkan akan menyimpulkan, bahwa
dibalik semuanya itu pasti ada kekuatan yang maha besar yang membuat dan mengendalikan
semuanya itu, kekuatan maha besar itu adalah Tuhan.

d.Argumentasi Qurani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya Seluruh
puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt. Allah Swt
sebagai Rabb maknanya dijelaskan dalam surat Al-Ala ayat 2-3, yang terjemahannya Allah
yang menciptakan dan menyempurnakan, yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan
memberi petunjuk. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan ciptaannya,
yaitu alam semesta, menyempurnakan, menentukan aturan-aturan dan memberi petunjukterhadap
ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi,
ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt.
Didalam surat Al-Araf ayat 54, termaktub yang Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam hari. Lafadz Ayyam adalah jamak dari yaum yang berarti periode.
Jadi, sittati ayyam berarti enam periode dan tentunya membutuhkan proses waktu yang sangat
panjang.
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya jadilah
maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah berbeda sampai kepada manusia
membutuhkan waktu enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan
metode ilmiahnya sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai