Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Puskesmas merupakan organisasi struktural dan sebagai unit pelaksana teknis
dinas, aspek fungsional bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang merupakan unit
pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat 1 yang dibina oleh DKK,
bertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan
masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan, mutu
pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta mentapkan
kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi pengembangan
dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Tujuan subsistem manajemen kesehatan adalah terselenggaranya
fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna, didukung oleh
sistem informasi IPTEK dan hukum kesehatan, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan yang meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Manajemen Puskesmas dibutuhkan untuk: (1) Mencapai tujuan (to reach
objective) Puskesmas. Tujuan pembangunan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010, (2) Memelihara
keseimbangan antara tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan yang bertentangan (to
maintain balance between conflicting goal) diantara stakeholder Puskesmas. Stakeholder


2

(pemangku kepentingan) adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh pencapai tujuan Puskesmas. Stake holder Puskesmas saat ini antara lain
Pemerintah daerah dan DPRD Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
pimpinan dan pegawai Puskesmas, partai politik, Lembaga Swadaya Masyarakat,
organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi social keagamaan, media massa, tokoh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dan pemasok terutama pemasok obat dan alat
kesehatan dan pemasok tenaga kesehatan, serta (3) Mencapai efisiensi dan efektivitas
(to achieve efficiency and effectiveness) Puskesmas.
Disamping manajemen Puskesmas yang baik, untuk mendukung terlaksananya
tujuan Puskesmas diperlukan sistem pembiayaan yang baik pula. Tersedianya
pembiayaan kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, merata, dan
termanfaatkan dapat menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Budgeting dalam perencanaan manajemen keuangan dikelola sendiri oleh puskesmas
sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, adapun sumber biaya didapatkan
dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas, swasta atau lembaga sosial masyarakat dan
pemerintah adapun pembiayaan tersebut ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan
yang mempunyai ciri ciri barang atau jasa public seperti penyuluhan kesehatan,
perbaikan gizi, P2M dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri ciri barang atau jasa
swasta seperti pengobatan individu.

1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui manajemen dan pembiayaan pelayanan kesehatan di Puskesmas secara
umum.
b. Tujuan Khusus


3

Mengetahui tentang manajemen dan pembiayaan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Andalas
Sebagai salah satu syarat dalam menjalankan kepanitraan klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang manajemen dan pembiayaan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Andalas.

1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur.




4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Puskesmas
Untuk dapat melaksanakan usaha pokok Puskesmas secara efisien, efektif,
produktif, dan berkualitas, pimpinan Puskesmas harus memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip manajemen. Manajemen bermanfaat untuk membantu pimpinan dan
pelaksana program agar kegiatan program Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Penerapan manajemen kesehatan di Puskesmas terdiri dari Micro Planning (MP)
yaitu peraencanaan tingkat Puskesmas. Pengembangan program puskesmas selama lima
tahun disusun dalam Micro Palanning. Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP) yaitu bentuk
penajabaran Micro Planning ke dalam paket-paket kegiatan program yang dilaksanakan
oleh staf, baik secara individu maupun berkelompok. LKMP dilaksanakan setiap tahun.
Local Area Monitoring (LAM) atau PIAS-PWS (Pemantauan Ibu dan Anak Setempat -
Pemantauan Wilayah Setempat)adalah sistem pencatatan dan pelaporan untuk
pemantauan penyakit pada ibu dan anak atau untuk penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Bagan di bawah menjelaskan fungsi manajemen yang dijabarkan di
puskesmas.
LAM merupakan penjabaran fungsi pengawasan dan pengendalian program. LAM
yang dijabarkan khusus untuk memantau kegiatan program KIA disebut dengan
pemantauan Ibu dan Anak Setempat atau PIAS atau PWS KIA. Sistem pencatatan dan
pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) adalah kompilasi pencatatan program yang
dilkukan secara terpadu setiap bulan. Stratifikasi Puskesmas merupakan kegiatan evaluasi
program yang dilakukukan setiap tahun untuk mengetahui pelaksanaan manajemen
progaram Puskesmas secara menyeluruh. Penilaian dilakukan oleh tim dari Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dan SP2TP dimanfaatkan oleh Puskesmas
untuk penilaian stratifikasi. Supervisi rutin oleh pimpinan Puskesmas dan rapat-rapat
rutin untuk koordinasi dan memantau kegiatan program. Supervisi oleh pimpinan,
monitoring dan evaluasi merupakan penjabaran fungsi manajemen (pengawasan dan
pengendalian) di Puskesmas.




5

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kegiatan Manajemen
Pelayanan kesehatan umum :
1. Kunjungan rumah
2. Penyuluhan kesehatan
3. Usaha kesehatan sekolah
4. Uji kualitas air minum penduduk
1. Perencanaan
2. Manajemen personalia
3. Pelatihan staf, dukun, kader, guru
4. Supervisi, monitoring dan evaluasi
5. Manajemen keuangan
6. Manajemen logistic
7. Monitoring program
8. Kerja sama/koordinasi
9. Kerjasama dengan kelompok
kelompok masyarakat
10. Pencatatan pelaporan
11. Kepemimpinan
Perawatan kesehatan ibu :
1. ANC
2. Pertolongan persalinan
3. Perawatan ibu masa nifas
4. KB

Perawatan anak :
1. Menyusui
2. Penimbangan anak Balita
3. Imunisasi
4. Pemberian Oralit

Pengobatan untuk :Berbagai penyakit
yang dikonsultasikan ke puskesmas

Kegiatan program lain :
1. Pemeriksaan mutu air minum
2. Surveilan

Contoh pada Bagan di atas untuk menunjukan perbedaan antara kegiatan
pelayanan kesehatan (health services) dengan komponen kegiatan penunjang manajemen
pelayanan (management support service). Semua program pelayanan kesehatan dasar di
sebelah kiri mempunyai komponen penunjang manajemen yang sama. Dengan
mengembangkan komponen penunjang manajemen, komponen pelayanan kesehatan
dasar akan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, rasional dan berkualitas.




6


Untuk dapat mewujudkan visi, misi, dan tujuan Puskesmas, diperlukan model
manajemen yang cocok dan efektif untuk Puskesmas yang bersangkutan. Beberapa model
manajemen telah diperkenalkan pada Puskesmas, yaitu :
1. Model PIE (Planning, Implementation & Evaluation). Model ini adalah yang paling
sederhana, karena hanya meliputi 3 fungsi saja, yaitu :
Planning atau perencana
Implementing atau implementasi dan
Evaluasi ata evaluasi
2. Model POAC (Planning, Organizing, Actuating & Controling), dengan rincian
fungsi manajemen sebagai berikut :
Planning atau perencanaan
Organizing atau pengorganisasian
Actuating atau penggerakan dan
Controlling atau pemantauan
3. Model P1-P2-P3 (Perencanaan, Penggerakan Pelaksanaan, Pengawasan
Pengendalian Penilaian). Model ini digunakan oleh jajaran kesehatan, yang di Puskesmas
dijabarkan dengan :
P-1, perencanaan berbentuk Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
P-2, penggerakan pelaksanaan berbentuk lokakarya Mini Puskesmas dan
P-3, pengawasan, pengendalian dan penilaian, berbentuk Startifikasi Puskesmas yang
kelak berubah menjadi Penilaian Kinerja Puskesmas.



7

4. ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi dan Forum komunikasi).
Model ini digunakan oleh jajaran Depkes, khususnya yang bergerak di bidang partisipasi
masyarakat. Manajemen ARRIF menghasilkan profil PSM baik di tingkat kecamatan,
kabupaten/kota, propinsi maupun pusat/nasional. Uraian selengkapnya dapat dibaca pada
buka ARRIF, Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan.

5. ARRIME (Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi, Monitoring dan Evaluasi).
Ini sebenarnya sama dengan ARRIF, hanya fungsi Monitoring dan Evaluasi secara tegas
dipisah, kerena aspek yang dikelola meliputi 3 fungsi Puskesmas, sehingga fungsi monitoring
dan evaluasi harus dipisah.

Model Manajemen P1 P2 P3
Manajemen Puskesmas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan\Pelaksanaan), dan P3
(Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian)
a. P1 (Perencanaan) Puskesmas : Microplanning Puskesmas.
Microplanning adalah penyusunan rencana 5 (lima) tahunan dengan tahapan tiap-tiap
tahun di tingkat Puskesmas untuk mengembangkan dan membina Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Keluarga Berencana- Kesehatan diwilayah kerjanya, berdasarkan masalah yang
dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas
(Departemen Kesehatan, 1989).
Tujuan umum microplanning adalah meningkatkan cakupan pelayanan program
prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar terhadap penurunan angka kematian bayi,
anak balita dan fertilitas dalam wilayah kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan
fungsi Puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya adalah : (1) mengembangkan dan membina
pos-pos pelayanan terpadu KB-Kesehatan di desa-desa wilayah kerja Puskesmas, sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki dan masalah yang dihadapi sehingga dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien, (2) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan


8

kesehatan, dan (3) meningkatkan kemampuan staf Puskesmas dalam berfikir secara analitik
dan mendorong untuk berinisiatif, kreatif, dan inovatif.
Ruang Lingkup microplanning adalah kegiatan pokok Puskesmas, meliputi 18
kegiatan pokok. Namun demikian, mengingat dalam Pelita IV prioritas diberikan pada
penurunan angka kematian bayi dan anak balita serta angka fertilitas, maka perencanaan yang
dimaksud baru diarahkan pada 5 (lima) program terpadu KB-Kesehatan, yaitu program
Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare.
Kelima program tersebut mempunyai daya ungkit terbesar terhadap upaya penurunan angka
kematian bayi, anak balita, dan angka fertilitas.
b. P2 (Penggarakan dan Pelaksanaan) Puskesmas
Tujuan Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) Puskesmas adalah meningkatkan fungsi
Puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga Puskesmas untuk bekerja sama dalam
Tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas sektoral. Komponen Penggerakan
Pelaksanaan (P2) Puskesmas dilakukan melalui Lokakarya Mini Puskesmas yang terdiri dari
4 (empat) komponen meliputi: (1) penggalangan kerjasama Tim yaitu lokakarya yang
dilaksanakan setahun sekali di Puskesmas, dalam rangka meningkatkan kerja sama antar
petugas Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas, melalui suatu proses dinamika
kelompok yang diikuti dengan analisis beban kerja masing-masing tenaga yang dikaitkan
dengan berbagai kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil stratifikasi
Puskesmas, (2) penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yaitu dalam rangka meningkatkan
peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor terkait melalui suatu pertemuan lintas
sektoral setahun sekali. Sebagai hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja sama
lintas sektoral dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan termasuk
keterpaduan KB-Kesehatan, (3) rapat kerja Tribulanan Lintas Sektoral, sebagai tindak lanjut
pertemuan penggalangan kerja sama lintas sektoral, dilakukan pertemuan lintas sektoral
setiap 3 (tiga) bulan sekali untuk mengkaji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral selama 3
(tiga) bulan yang lalu dan memecahkan masalah yang dihadapi, kemudian disusun rencana
kerja sama lintas sektoral bulan selanjutnya, dan (4) Lokakarya Bulanan Puskesmas, yaitu
pertemuan antar tenaga Puskesmas pada setiap akhir bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan
rencana kerja bulan yang lalu dan membuat rencana bulan yang akan datang. Adapun tujuan
Lokakarya Bulanan Puskesmas adalah (a) disampaikan hasil rapat dari tingkat kabupaten,
kecamatan dan lain sebagainya, (b) diketahuinya hasil dan evaluasi kegiatan Puskesmas bulan


9

lalu, (c) diketahuinya hambatan dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu, (d)
dirumuskannya cara pemecahan masalah, (e) disusunnya rencana kerja harian petugas selama
satu bulan yang akan datang, (f) diberikannya tambahan pengetahuan baru, (h) disusunnya
POA Puskesmas, baik POA tahunan maupun bulanan, dan (i) diketahuinya masalah di
Puskesmas berdasarkan hasil Stratifikasi Puskesmas (Departemen Kesehatan, 1988).
c. P3(Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian): Stratifikasi Puskesmas
Stratifikasi Puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja
Puskesmas dengan mengelompokkan Puskesmas dalam 3 strata yaitu Strata Puskesmas
dengan prestasi kerja baik (Strata I), Strata Puskesmas dengan prestasi kerja cukup (Strata II)
dan Strata Puskesmas dengan prestasi kerja kurang (Strata III).
Pengelompokkan ketiga strata tersebut digunakan dalam rangka pemantauan terhadap
tingkat perkembangan fungsi Puskesmas, sehingga pembinaan dalam rangka peningkatan
fungsi Puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah. Hal ini diharapkan agar dapat
menimbulkan gairah kerja, rasa tanggung jawab dan kreatifitas kerja yang dinamis melalui
pengembangan falsafah mawas diri.
Adapun tujuan umum Stratifikasi Puskesmas adalah mendapatkan gambaran tentang
tingkat perkembangan fungsi Puskesmas secara berkala dalam rangka pembinaan dan
pengembangannya. Sedangkan tujuan khususnya adalah : (a) mendapatkan gambaran secara
menyeluruh perkembangan Puskesmas dalam rangka mawas diri, (b) mendapatkan masukan
untuk perencanaan Puskesmas di masa mendatang, dan (c) mendapatkan informasi tentang
masalah dan hambatan pelaksanaan Puskesmas sebagai masukan untuk pembinaannya.
Aspek yang dinilai dalam Stratifikasi Puskesmas meliputi hasil kegiatan pokok
Puskesmas, proses manajemen, termasuk berbagai komponen penunjang baik fisik maupun
non fisik dan keadaan lingkungan wilayah kerja Puskesmas yang dapat berpengaruh terhadap
penampilan kerja Puskesmas. Dengan Stratifikasi Puskesmas ada 3 (tiga) area yang perlu
dibina yaitu : (a) Puskesmas sebagai wadah pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pembinaan ini diarahkan terhadap fasilitas fisik, pelaksanaan manajemen, dan kemampuan
pegawai, (b) pelaksanaan program-program sektor kesehatan maupun program lintas sektoral
yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi tanggung jawab Puskesmas dalam


10

pelaksanaannya maupun sarana penunjangnya dan (c) peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan produktif (Departemen Kesehatan, 1990).
Dalam upaya menunjang pengembangan program pokok Puskesmas, Puskesmas juga
mempunyai empat subsistem manajemen yaitu:
2.1.1 Subsistem manajemen keuangan
a. Pengertian
Tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan sumberdaya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat. Sistem keuangan kesehatan
dalam era desentralisasi (otonomi) maka ini tidak lagi semua tergantung pada
kemampuan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kemampuan pemerintah dalam
pembiayaan pembangunan kesehatan sangat rendah. Dari standar WHO bahwa
pembiayaan pembangunan kesehatan minimal 5% dari Produk domestic regional
bruto (PDRB). Namun pemerintah baru mampu membiayai 25% dari kebutuhan. Oleh
karena itu dalam sistem pembiayaan kesehatan harus dirancang sumber lain selain
dari pemerintah.

b. Tujuan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara efisien dan efektif.
c. Prinsip
Penggalian dana dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai peraturan
perundangan yang berlaku
Pengalokasian anggaran didasarkan pada paradigma sehat, komitmen global/
nasional/ regional, regulasi dan program prioritas
Pembelanjaan harus transparan, akuntabel, efisien dan mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku
d. Sumber
1. Masyarakat
perorangan dan kelompok dunia usaha, serta dari lembaga non pemerintah


11

2. Pemerintah
APBN, APBD Prov, APBD kab/kota masing2 sekurang2nya 15% dari total
anggaran pendapatan.


2.1.2 Subsistem Managemen Logistik
1. Jenis logistik
Logistik yang tersedia di Pukesmas direncanakan untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan program pokok Puskesmas. Setiap program membutuhkan dukungan logistik
yang jumlah dan jenisnya berbeda-beda. Misalnya program P2M membutuhkan
termos, kulkas, jarum dan spuit, termomater, alat semprot nyamuk untuk
pembarantasan vektor, vaksin dan sebagainya. Program KB membutuhkan alat-alat
kontrasepsi, spekulum, obat-obat efek samping, sarung tangan, yodium dan
sebagainya. Jenis dan jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan Puskesmas
setahun, disusun dalam suatu perencanaan. Kebutuhan ini disusun dalam Lokakarya
Mini Puskesmas (LKMP). Standar minimal jumlah peralatan Puskesmas untuk setiap
program harus ditentukan oleh pimpinan dan staf T.U.
2. Sumber
Kebutuhan logistic Puskesmas di satu Kabupaten/Kota biasanya disediakan oleh
pihak kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan BKKBN (khusus untuk kebutuhan
program KB). Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan yang telah
diajukan oleh masing-masing Puskesmas. Dana proyek untuk pengadaan logistik dan
obat-obatan di Puskesmas biasanya sudah dialokasikan setiap tahun.
3. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang harus dibuat oleh petugas dalam
bentuk inventaris Puskesmas. Demikian pula dengan penerimaan dan pemakaian obat-
obatan. Pimpinan Puskesmas mempunyai wewenang dan wajib memeriksa
administrasi barang dan obat secara rutin. Penyusunan perencanaan kebutuhan
logistik dan obat didasarkan pada pencatatan barang dan obat yang habis dan yang
masih tersedia (pola konsumsi). Khusus untuk manajemen obat, penyimpanan dan
pengeluarannya mengikuti system first in and first out (FIFO) untuk mencegah obat
kadaluarsa.


12




2.1.3 Subsistem Manajemen Personalia
Staf adalah sumber daya manusia (SDM) yang utama yang dimiliki
Puskesmas. Oleh karena itu, SDM Puskesmas perlu dibina dan dikembangkan baik
motivasi, inisiatif dan keterampilannya agar mereka dapat bekerja lebih produktif.
Sesuai dengan system manajemen modern, staf Puskesmas merupakan faktor produksi
utama untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk meningkatkan
motivasi kerja staf, system intensif perlu diterapkan sesuai dengan ketentuan yang
disepakati bersama. Sistem kerja yang bersifat integratif dan berkelompok juga dapat
dikembangkan di Puskesmas. Selain itu, pemberian penghargaan oleh pimpinan
kepada staf yang berprestasi juga akan membantu untuk meningkatkan motivasi
mereka. Keterbukaan pimpinan dalam pengelolaan keuangan Puskesmas juga akan
lebih meningkatkan rasa kebersamaan staf dalam melaksanakan tugas-tugas
pokoknya.
Jumlah dan jenis tenaga yang tersedia di Puskesmas sangan bervariasi. Di
bidang ketenagaan, masalah yang sering dihadapi oleh Puskesmas adalah jumlahnya
yang terbatas, keterampilan rendah dan kualifikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan.
Tenaga minimal yang harus dimiliki oleh sebuah Puskesmas adalah dokter umum,
bidan, perawat sanitasi, perawat umum, perawat gigi, tata usaha dan bendahara.
Semakin berkembang pelayanan yang dilaksanakan oleh Puskesmas, semakin banyak
jenis dan jumlah staf yang dibutuhkan. Di Puskesmas yang dilengkapi dengan ruang
rawat inap juga membutuhkan staf yang lebih banyak seperti 2-3 dokter umum,
seorang dokter gigi, 2-3 orang bidan, 3-4 orang perawat umum, 1-2 orang perawat
gigi, seorang perawat jiwa, perawat sanitasi, seorang tenaga analis, seorang asisten
apoteker, juru masak dan supir.
Untuk Puskesmas yang jumlah tenaganya masi terbatas, Puskesmas
menganut sistem kerja integratif. Tiap-tiap staf diberikan satu tugas pokok dan tugas-


13

tugas tambahan lainnya. Tugas tambahan ini merupakan tugas yang bersifat integratif.
Contoh: staf yang mendapat tugas pokok menangani program KIA, KB atau gizi
masih dapat diberikan tugas tambahan lainnya seperti mengorganiasasikan kegiatan
Posyandu, kunjungan ke sekolah, ke rumah penderita dalam rangka PHN, penyuluhan
kepada kelompok-kelompok masyarakat di wilayah binaan. Keterbatasan jumlah
tenaga yang tesedia di Puskesmas juga dapat diatasi dengan melaksanakan beberapa
program prioritas sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang potensial
berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Program pokok yang wajib dilaksanakan di
puskesmas adalah pengobatan, KIA, PKM, P2M, Kesehatan lingkungan, gizi dan lab.
Puskesmas tidak diwajibkan untuk melaksanakan semua program pokok Puskesmas
yang ada pada Buku Pedoman Kerja Puskesmas.
Untuk manajemen personalia di Puskesmas, dokter selaku manajer
Puskesmas tidak diberikan wewenang untuk mengangkat staf kecuali Puskesmas
dapat menyisihkan dana sendiri untuk membayar honor staf. Ia berhak mengusulkan
kebutuhan staf (jumlah dan jenis) ke Dinkes Kabupaten/Kota. Untuk mengatasi
keterbatasan jumlah staf, dokter sebagai pimpinan Puskesmas wajib memberikan
bimbingan teknis kepada staf agar mereka lebih terampil mengatur dan melaksanakan
tugas pokok dan tugas integratifnya. Pimpinan Puskesmas juga wajib
mengembangkan motivasi kerja, merencanakan tugas-tugas dan mensupervisi
kegiatan mereka. Untuk menilai perstasi kerja staf, dokter Puskesmas wajib
memantau pelaksanaan kegiatan harian staf. Salah satu cara yang dapat
dikembangkan oleh pimpinan Puskesmas adalah dengan mengevaluasi buku laporan
harian staf atau mengadakan supervisi langsung kepada staf dan unit kerjanya masing-
masing.
Pertemuan antara pemimpin dengan staf sebaiknya diadakan secara rutin.
Pertemuan rutin (rapat bulanan dan mingguan) yang merupakan penjabaran fungsi
actuating, perlu diarahkan untuk mengkaji kemajuan dan hambatan pelaksanaan
program untuk mencapai tujuan operasional program yang sudah disepakati.
Pertemuan rutin juga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan koordinasi tugas-
tugas lintas program, penyampaian hasil supervisi pimpinan terhadap pelaksanaan
kegiatan program di lapangan, atau untuk mengumumkan kebijaksanaan pimpinan,
dan umpan balik dari staf terhadap penerapan kebijakan pimpinan.


14

2.1.4 Subsistem manajemen pencatatan dan pelaporan program
Setiap progam akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat,
dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang
pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi
yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan
bagi semua staf puskesmas.
Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan
di luar gedung. Pelaporan yang dibuat dari dalam gedung Puskesmas adalah semua
data yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam
gedung puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Data yang
berasal dari luar gedung adalah data yang dibuat berdasarkan catatan harian yang
dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan progam yandu, kesehatan
lingkungan, UKS, dan lain-lain.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikompilasi menjadi
laporan terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan pelaporan
terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau
kota setiap awal bulan, kemudian DINKES kabupaten atau kota mengolahnya dan
mengirimkan umpan baliknya ke DINKES propinsi dan Depkes pusat. Umpan balik
tersebut harus dikirimkankembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan
evaluasi keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas
tidak punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke DEPKES pusat tetapi dinkes
kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke depkes
pusat.
Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:
- Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.
- Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang
ditanggulangi
- Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam. Laporan jenis ini ada 4
jenis yaitu:
LB1, berisi data kesakitan


15

LB2, berisi data kematian
LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll
LB4, berisi data obat-obatan
Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan,laporan semester dan
laporan tahunan yang mencakup data kehiatan progam yang sifatnya lebih
komprehensif disertai penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana
memanfaatkan semua jenis data yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan
atau input untuk menyusun perencanaan puskesmas ( micro planning) dan lokakarya
mini puskesmas (LKMP).
Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan
menggunakan statistic sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan
pendekatan epidemiologis deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk table
dan grafik informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukkan untuk perencanaan
pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan dapat bersumber dari
pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan puskesmas
yang merupakan hasil supervisi lapangan.
Standar keberhasilan program puskesmas
Dinkes Kabupaten / Kota dan propinsi secara rutin menetapkan target atau standart
keberhasilan masing-masing kegiatan progam. Standart pelaksanaan progam merupakan
standart untuk kerja (Standart Performance). Staf standart untuk kerja merupakan ukuran
kualitatif keberhasilan progam. Tingkat keberhasilan progam secara kuantitatif diukur dengan
membandingkan target yang sudah ditetapkan dengan output (cakupan pelayanan) kegiatan
progam.
Secara kualitatif keberhasilan progam diukur dengan membandingkan standart
prosedur kerja untuk masing-masing kegiatan progam dengan penampilan (kemampuan) staf
dalam melaksanakan kegiatan masing-masing progam. Cakupan progam dapat dianalisis
secara langsung oleh staf puskesmas dengan menganalisis data harian setiap kegiatan
progam. Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat (effect progam) dan dampak
progam (impact) seperti tingkat kematian, kesakitan (termasuk gangguan gizi), tingkat
kelahiran dan kecacatan tidak diukuar secara langsung oleh puskesmas. Dampak progam


16

diukur setiap lima tahun melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT) atau surkesmas
(Survei Kesehatan Nasional) Depkes. Khusus untuk perkembangan masalah gizi dipantau
setiap lima tahun, tetapi hanya sampai tingkat kabupaten. Standart pelayanan minimal
progam kesehatan pokok mulai diterapkan oleh Depkes tahun 2003 untuk menjamin bahwa
dilaksanakan tugas utama pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
essensial di daerah.
Indikator derajat kesehatan masyarakat yang paling peka untuk menilai dampak
progam kesehatan adalah IMR (Infant Mortality rate), MMR (Maternal Mortality Rate), dan
BR (Birth Rate). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, empat progam pokok
perlu lebih diprioritaskan oleh puskesmas yaitu KIA, KB, P2M dan gizi. Keempat progam
pokok tersebut juga dilaksanakan secara terpadu diluar gedung puskesmas melalui pos
kesehatan ditingkat dusun atau pos pelayanan terpadu. Sejak tahun 1992/1993, pemerintah
juga telah menempatkan bidan didesa. Bidan yang bertugas di desa, mengelola pondok
bersalin
2.2 Pembiayaan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Komitmen global WHO, Undang Undang dasar 1945 pasal 28 H dan undang
undang kessehatan nomor 36 tahun 2010 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan
merupakan hak fundamental setiap penduduk sehingga setiap orang berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan, oleh karena itu Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan
tidak mampu
Dalam mewujudkan amanat tersebut, sejak tahun 2005 2007 penyelenggara jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin, pemerintah menunjuk PT Askes untuk
mengelola secara penuh penyelenggaraannya dengan nama Askeskin, namun sejak 2008
penyelenggaraan tersebut dikelola oleh pemerintah pusat dengan PT Askes yang hanya
mengelola manajemen kepesertaan saja dan program ini berubah menjadi Jamkesmas.
Pengelolaan dana jamkesmas di pelayanan dasar pada tahun 2008 2010 disalurkan langsung
ke puskesmas dalam bentuk kapitasi.
Penyelenggaraan Jamkesmas oleh kementrian kesehatan pada tahun 2011 terdapat
beberapa kebijakan baru yang diambil untuk pelayanan kesehatan dasar, diantaranya:
a. Digulirkannya suatu jaminan persalinan bagi ibu hamil yang belum memiliki
jaminan persalinan


17

b. Dana pelayanan dasar yang semula langsung ke puskesmas dialihkan
penyalurannya ke dinas kesehatan kabupaten/ kota
c. Dana yang disalurkan untuk pelayanan kesehatan terintegrai secara utuh untuk
jamkesmas dan jempersal
d. Puskesmas, bidan, dokter dan klinik swasta mempertanggungjawabkan dana
pelayanan kesehatan dengan cara klaim kepada dinas kesehatan kota/
kabupaten
e. Pengelolaan program terintegrasi dalam satu tim yang dikelola tim pengelola
jamkesmas dan BOK

Tata Kelola Dana
Undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal 3 mengamanatkan pengelolaan keuangan
Negara dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan dan perundang- undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan. Adapun ruang lingkup tata kelola dana mencakup
Sumber dan alokasi dana
Sumber dana pelayanan kesehatan Jamkesmas dan jampersal berasal dari APBN
kementrian kesehatan berupa belanja bantuan social (bansos) yang disediakan untuk
membiayai pelayanan kesehatan dasar peserta jamkesmas dan biaya persalinan jampersal
Alokasi dana secara keseluruhan dana jamkesmas yang diturunkan ke kabupaten/ kota
yang akan dikelola oleh tim pengelola jamkesmas dan BOK kabupaten / kota meliputi dana
pelayanan kesehatan dan dana manajemen operasional. Dana pelayanan kesehatan
(jamkesmas dan jampersal) dengan memperhitungkan jumlah masyarakat miskin dan tidak
mampu sebagai sasaran. Jamkesmas dan perkiraan jumlah sasaran yang belum memiliki
jaminan persalinan. Sedangkan dana operasional manajemen dialokasikan melalui dana
dekonsentrasi dan tugas pembantuan BOK di kabupaten dan kota. Untuk alokasi dana per
kabupaten/ kota ditetapkan berdasarkan SK MENKES. Alokasi dana per puskesmas
ditetapkan berdasarkan SK Kepala dinas. Perhitungan alokasi per puskesmas berdasarkan
Jumlah masyarakat miskin
Sisa dana tahun sebelumnya
Utilisasi pelayanan
Geografi wilayah kerja


18

BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1. SEJARAH PUSKESMAS

Puskesmas Andalas didirikan pada tahun 1975. Pertama kali dipimpin oleh dr. Tamrin
dengan 6 orang pegawai yang terdiri dari 1 orang bidan, 1 orang perawat, 1 orang tenaga
sanitasi, 1 orang pembantu bidan, 1 orang pembantu perawat dan 1 orang tenaga tata usaha
dengan 11 program pokok.
Wilayah kerja Puskesmas Andalas setelah pemekaran kota Padang menjadi 11
kecamatan, Alai masuk ke Padang Utara dan 3 buah Pustu di bawah Puskesmas Alai menjadi
milik Puskesmas Andalas, sehingga pegawai Puskesmas Andalas juga bertambah menjadi 15
orang.





19

3.2 KONDISI GEOGRAFIS
Puskesmas Andalas terletak di Kelurahan Andalas dengan wilayah kerja meliputi 10
kelurahan dengan luas 8.15 Km
2
dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji
Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh

3.3 KONDISI DEMOGRAFI
Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas
Andalas adalah :
Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan
NO KELURAHAN JUMLAH
1
Kelurahan Sawahan
6387
2 Kelurahan Jati Baru 6707
3
Kelurahan Jati
10134
4
Kelurahan Sawahan Timur
5835
5
Kelurahan Simpang Haru
8980
6
Kelurahan Andalas
10134
7
Kelurahan Kubu Marapalam
7594
8
Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah
10132
9
Kelurahan Parak Gadang Timur
7594
10
Kelurahan Ganting Parak Gadang
10132

Jumlah
77572
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas 2011


20

3.4 SARANA DAN PRASARANA
a. Sarana Pendidikan
SMU/SMK : 15 Unit
SLTP : 11 Unit
SD Negri : 35 Unit
SD Swasta : 14 Unit
TK : 34 Unit
P.Tinggi : 4 Unit
b. Sarana Kesehatan
Puskesmas Andalas memiliki sarana :
Puskesmas Induk : 1 Unit
Puskesmas Pembantu : 8 Unit
- Pustu Andalas Barat
- Pustu Parak Karakah
- Pustu Tarandam
- Pustu Ganting selatan
- Pustu Jati Gaung
- Pustu Sarang Gagak
- Pustu Kubu Dalam
- Pustu Kampung Durian
Poskeskel : 1 Unit ( Kubu Marapalam)
Rumah Sakit Pemerintah : 3 Unit
Rumah Sakit Swata : 6 Unit
Klinik Swasta : 6 Unit
Mobil Puskesmas Keliling : 1 Unit
Motor Dinas : 5 Unit

c. Prasarana Kesehatan
Posyandu Balita : 88 Buah
Posyandu Lansia : 8 Buah
Kader Kesehatan : 352 Orang
Praktek Dokter Swasta : 5 orang
Praktek Bidan Swasta : 30 orang


21

Dokter Praktek Umum : 51 orang
Dokter Praktek Spesialis : 15 orang

3.5 KETENAGAAN
Tabel 5. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas
NO JENIS KETENAGAAN PNS PTT HONOR JML
1. Dokter Umum 4 4
2. Dokter Gigi 3 3
3. SKM 4 1 5
4. Akademi Perawat 5 1 6
5. Akademi Bidan 6 7 13
6. Pengatur Gizi / AKZI 1 1 2
7. Perawat 6 6
8. Bidan 7 1 8
9. Perawat Gigi 1 1
10. Sanitarian 2 2
11. Asisten Apoteker 3 3
12. Analis 3 1 4
13. SMU 6 2 8
Jumlah 51 8 6 65
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas 2011






22

BAB IV
PEMBAHASAN

Manajemen Puskemas Andalas
Model Manajemen yang dipakai sampai saat ini adalah model P1-P2-P3.

Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Andalas
Pembiayaan Puskesmas Andalas berasal dari 3 sumber dana yaitu :
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas)
Jaminan Persalinan (Jampersal)
Jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Asuransi kesehatan (ASKES)

1. APBD
Dana yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota (DKK), ditujukan untuk keperluan
Puskesmas seperti untuk pembiayaan rekening listrik, telepon, belanja alat tulis kantor,
keperluan fotocopy, alat-alat untuk keperluan imunisasi seperti pemanasan saat imunisasi dan
lain lain. Apabila suatu keperluan sudah didanai oleh APBD tidak boleh lagi didanai oleh
sumber dana yang lain. Dana APBD diturunkan dalam bentuk baku yaitu sudah ditentukan
untuk keperluan apa saja yang dibutuhkan oleh puskesmas setempat dan bila berlebih maka
dana tersebut dikembalikan ke kas daerah. Rekening-rekening dan keperluan lainnya
digunakan untuk klaim sehingga pembayaran awal dibayar menggunakan dana dari
puskesmas sendiri terlebih dahulu dan bila anggaran yang diturunkan tidak mencukupi untuk
keperluan Puskesmas maka biaya ditanggung oleh puskesmas sendiri.

2. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas)
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan social untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan
secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan
yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.


23

Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap, serta pelayanan kesehatan rujukan
rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan pelayanan gawat darurat.
Dana yang berasal dari pusat (kementrian kesehatan) yang ditujukan untuk
masyarakat miskin. Pendataan masyarakat miskin berdasarkan data yang ada pada kelurahan.
Pelayanan pasien Jamkesmas diberikan dengan penggunaan kartu jamkesmas ini diberikan
per kepala keluarga. Kartu jamkesmas ini tidak dapat diturunkan apabila dalam anggota
keluarga tersebut anaknya menikah, maka perlu diajukan pembuatan kartu jamkesmas
kembali
Pelayanan pasien jamkesmas apabila akan dirujuk ke pelayanan yang lebih tinggi
maka harus melalui alur alur tertentu. Apabila sakit maka pasien dengan jamkesmas
pertama kali dibawa ke puskesmas apabila perlu dirujuk, maka dirujuk terlebih dahulu ke
rumah sakit umum daerah RSUD, ababila tidak memungkinkan ditatalaksana di RSUD maka
dirujuk ke rumah sakit umum pusat (RSUP) apabil fasilitas tidak mencukupi maka bias
dirujuk ke rumah sakit umum pusat nasional (RSUPN)
3. Jampersal
Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan (ANC) sebanyak 4 kali pemeriksaan, pertolongan persalinan
normal , pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru
lahir sebanyak 3 kali, pelayanan persalinan tak maju dan atau pelayanan pra rujukan bayi
baru lahir dengan komplikasi, pelayanan pasca keguguran, persalinan per vaginam dengan
tindakan emergensi dasar. Pelayanan Jampersal dapat dinikmati oleh semua golongan
masyarakat termasuk golongan yang mampu dengan syarat menunjukkan buku kesehatan ibu
dan anak (KIA)
Pendanaan Jampersal terintegrasi dengan Jamkesmas. Pengelolaan dana Jampersal dan
Jamkesmas pelayanan dasar (tingkat pertama) dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim
Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota. Pengelolaan dana Jampersal dan Jamkesmas
di pelayanan rujukan dilakukan oleh Rumah Sakit/Klinik yang bekerja sama dengan Tim
Pengelola.

4. Jamkesda
Pelayanan pasien ini ditujukan untuk pasien yang dalam keadaan darurat atau pasien-
pasien yang tergolong dalam miskin abu-abu dimana pasien ini termasuk golongan tidak
mampu namun tidak terdaftar sebagai pasien jamkesmas maka pasien ini bisa mengajukan


24

permohonan ke pemerintah daerah setempat. Rujukan pada pasien Jamkesda ini hanya
berlaku sampai rumah sakit yang ditanggung oleh pemerintah setempat (RSUD). Sumber
dana ini berasal dari pemerintah daerah setempat dan diambil dari dana anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD).

5. Dana BOK
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan pemerintah kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam rangka Tugas Pembantuan, utamanya untuk
kegiatan operasional Puskesmas yang bersifat promotif dan preventif dalam pencapaian
indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan menuju pencapaian target
MDGs tahun 2015.
Dana diturunkan dari pusat dan bersifat baku sehingga jumlah dana telah ditentukan.
Puskesmas harus membuat POA yang dirancang di awal tahun, dengan ketentuan program
yang dibuat harus bersifat prioritas dan tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Apabila sudah sesuai dengan ketentuan daerah setempat barulah dana ini bisa
diklaim ke DKK.
Program wajib dan pengembangan Puskesmas sudah menjadi rutinitas, serta petugas
yang menjalankan program pada umumnya adalah pegawai negeri, jadi tidak ada biaya
tambahan untuk insentif petugas dalam menjalankan program. Dana BOK terfokus untuk
biaya transportasi petugas ke lapangan untuk mencapai tempat dilaksanakannya program
Puskesmas.

6. ASKES
Dana ini ditujukan untuk pengobatan, bersifat baku dan dibayarkan sesuai kapitasi
yaitu sesuai dengan jumlah penduduk yang memiliki ASKES di wilayah kerja Puskesmas
Andalas. Dana ASKES memakai sistem subsidi silang. Dana ini membiayai jasa dokter,
dokter gigi, paramedis, jasa manajemen, dan jasa sarana (alat-alat tulis). Jasa obat-obatan
tidak termasuk karena obat-obatan sudah diklaim oleh pusat.
Dana ASKES diterima Puskesmas setelah mengajukan klaim ke PT. ASKES dengan
mengajukan Surat Permintaan Jalan (SPJ) setiap akhir bulan dari beberapa jumlah pasien dan
tindakan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien peserta ASKES yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Andalas. Jumlah dana yang sudah diturunkan tersebut sudah ditetapkan
sehingga untuk pembayaran jasa dana dibagi berdasarkan jumlah tenaga kerja.



25



BAB V
Kesimpulan dan saran

5.1 Kesimpulan
1. Manajemen bermanfaat untuk membantu pimpinan dan pelaksana program agar
kegiatan program Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien
2. Pembiayaan Puskesmas Andalas berasal dari 3 sumber dana yaitu :
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas)
Jaminan Persalinan (Jampersal)
Jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Asuransi kesehatan (ASKES)

5.2 Saran
Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas telah dibuat oleh pemerintah agar
dapat mendapatkan pengobatan dan pelayanan kesehatan yang memadai guna
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, bagi para pihak yang terkait
dapat menjalankan tugasnya dengan baik agar program dapat berjalan dengan baik.













26



DAFTAR PUSTAKA

1. Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Ribeka Cipta.
2. Undang-Undang Dasar no 36 dan 44 tentang kesehatan dan rumah sakit. 2009.
Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri. http://perpustakaan.depkes.go.id. Diakses
pada tanggal 17 April 2012.
3. http://www.babelprov.go.id/content/jaminan-kesehatan-masyarakat di akses pada
tanggal 17 April 2012.
4. Azwar A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan.
6. Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas).
7. Endang Sutisna Sulaeman, 2009, Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktik di
Puskesmas.
8. Trihono, 2002, ARRIME, Pedoman Manajemen Puskesmas, Jakarta; Departemen
Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai