Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TEORI DASAR SUARA

SINYAL PERCAKAPAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengendalian Bising









Disusun Oleh :

Fadel Khalifah Ibrahim (D12112107)
Rusdianto Hamid (D12112271)


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2013
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Bising dengan judul Sinyal
Percakapan
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dan persyaratan kurikulum pada
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa,
Sulawesi Selatan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu
Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T. selaku Dosen mata kuliah Pengendalian Bising yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan mengenai pengertian, jenis-jenis sinyal, proses keluarnya suara, aplikasi
dan proses penangkapan sinyal oleh manusia.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Akhir kata, semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak


Gowa, 14 Februari 2014


Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................................
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
I. 1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
I. 2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
I. 3 Batasan Masalah .................................................................................. 2
I. 4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
I. 5 Manfaat dan Urgensi ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 16

BAB V Penutup .................................................................................................. 30
V.1 Kesimpulan ............................................................................................. 30
V.2 Saran ....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32
LAMPIRAN

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sinyal percakapan merupakan kombinasi kompleks dari variasi tekanan udara yang
melewati pita suara dan vocal tract, yaitu mulut, lidah, gigi, bibir, dan langit-langit mulut.
Speech (wicara) dihasilkan dari sebuah kerjasama antara lungs (paru-paru), glottis
(dengan vocal cords) dan articulation tract (mouth atau mulut dan nose cavity/rongga
hidung).
Sinyal percakapan adalah sinyal yang dihasilkan dari suara manusia sewaktu
melakukan percakapan. Sinyal percakapan merupakan kombinasi kompleks dari variasi
tekanan udara yang melewati pita suara dan vocal tract, yaitu mulut, lidah, gigi, bibir, dan
langit-langit mulut.
Sinyal percakapan pada manusia dapat melalui komunikasi langsung, seperti alat-alat
komunikasi diantaranya telephone, handphone, radio dan televisi. Sinyal yang di pancarkan
oleh alat-alat komunikasi portable pada dewasa ini bisa berupa sinya digital maupun sinyal
analog.
Sinyal percakapan yang di terima oleh manusia, baik melalui komunikasi langsung
maupun melalui alat-alat komunikasi, pada intinya akan di pancarkan dalam bentuk
gelombang suara yang akan di tangkap oleh indra pendengaran manusia untuk selanjutnya di
proses oleh otak sehingga menimbulkan sebuah respon berupa tindakan.

1.2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan suara dan penyebab timbulnya suara?
2. Apa yang dimaksud dengan sinyal percakapan?
3. Bagaimana proses produksi suara pada manusia?
4. Apa yang dimaksud dengan sinyal analog dan digital?
5. Bagaimana proses pengenalan suara pada manusia?
6. Apa yang dimaksud dengan sinyal percakapan silence, unvoiced, dan voiced ?
7. Bagaimana proses penerimaan sinyal percakapan pada manusia?

2


1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi suara dan penyebab timbulnya suara
2. Mengetahui dan memahami definisi dari sinyal percakapan
3. Dapat memahami proses produksi dan penerimaan suara pada manusia
4. Dapat memahami dan membedakan sinyal analog dan sinyal digital
5. Dapat menjelaskan tentang jenis-jenis sinyal percakapan pada manusia



3

BAB II
PEMBAHASAN


II.1 Pengenalan Suara pada Manusia
Sinyal percakapan adalah sinyal yang dihasilkan dari suara manusia sewaktu
melakukan percakapan. Sinyal percakapan merupakan kombinasi kompleks dari variasi
tekanan udara yang melewati pita suara dan vocal tract, yaitu mulut, lidah, gigi, bibir, dan
langit-langit mulut. Speech (wicara) dihasilkan dari sebuah kerjasama antara lungs
(paru-paru), glottis (dengan vocal cords) dan articulation tract (mouth atau mulut dan
nose cavity/rongga hidung). Sinyal suara terdiri dari serangkaian suara yang masing
masing menyimpan sepotong informasi. Berdasarkan cara menghasilkannya, suara dapat
dibagi menjadi voiced dan unvoiced. Voiced sounds atau suara ucapan dihasilkan dari
getaran pita suara, sedangkan unvoiced sounds dihasilkan dari gesekan antara udara
dengan vocal tract (berawal di awal bukaan pita suara atau glottis dan berakhir di bibir) .
Sinyal percakapan memiliki beberapa karakteristik, seperti pitch dan intensitas
suara yang berguna dalam melakukan analisis sinyal suara. Pitch adalah frekuensi dari
sinyal atau yang sering disebut intonasi. Intensitas suara adalah tingkat kekuatan suara.

Impuls tekanan pada umumnya disebut sebagai pitch impulses dan frekuensi sinyal
tekanan adalah pitch frequency atau fundamental frequency. Sederet impuls (fungsi tekanan
suara) dihasilkan oleh pita suara untuk sebuah suara. Hal ini merupakan bagian dari
4

sinyal voice (suara) yang mendefinisikan speech melody (melodi wicara). Ketika
berbicara dengan pitch yang stabil, suara sinyal wicara monotonous tetapi dalam kasus
normal sebuah perubahan permanen pada frekuensi terjadi. Impuls pitch merangsang
udara dalam mulut dan untuk suara tertentu (nasals) juga merangsang nasal cavity
(rongga hidung). Ketika rongga beresonasi, timbul radiasi sebuah gelombang suara
yang merupakan sinyal/percakapan. Kedua rongga beraksi sebagai resonators dengan
karakteristik frekuensi resonansi masingmasing yang disebut formant frequencies,
sehingga formant merupakan variasi resonasi yang dihasilkan oleh vocal tract. Pada
saat rongga mulut mengalami perubahan besar, dihasilkan beragam pola ucapan suara yang
berbeda. Di dalam kasus unvoiced sounds, keluaran pada vocal tract lebih menyerupai
noise atau derau.

Sinyal adalah besaran fisis yang berubah menurut waktu, ruang atau variabelvariabel
bebas lainnya. Contoh sinyal : sinyal ucapan.
Biasanya sinyal ini berbentuk tanda-tanda, lampu-lampu, suara-suara, dan lain-
lain. Dalam istilah teknik, sinyal itu ialah besaran yang berubah dalam waktu dan atau dalam
ruang, dan membawa suatu informasi.
Secara sistematis, sinyal adalah fungsi dari satu atau lebih variabel independen.
Proses ini dilakukan melalui pemodelan sinyal. Pada umumnya variabel independen untuk
sinyal satu dimensi adalah waktu. Jika variabel independennya kontinu, maka sinyal tersebut
disebut sebagai sinyal waktu kontinu (continuous-time signal). Jika variabel
independennya diskrit, maka sinyal tersebut disebut sebagai sinyal waktu diskrit
(discrete-time signal). Sinyal waktu kontinu didefinisikan setiap waktu t dalam sebuah
interval yang biasanya tidak terbatas, sedangkan sinyal waktu diskrit didefinisikan pada
waktu diskrit, dan biasanya berupa urutan angka.
5

Sinyal waktu kontinu dengan amplitudo kontinu biasanya disebut sebagai sinyal
analog. Contoh sinyal analog adalah sinyal suara. Sinyal waktu diskrit dengan
amplitudo bernilai diskrit yang direpresentasikan oleh digit angka yang terbatas (finite),
biasanya disebut sebagai sinyal digital.
II.1.1 Sinyal analog
Sinyal analog atau sinyal waktu kontinyu adalah sinyal yang memiliki nilai real pada
setiap waktu. Sinyal kontinyu merupakan suatu sinyal yang berbentuk gelombang
sinusoidal dan merupakan variabel yang berdiri sendiri. Pada sinyal kontinyu, variabel
indipendent (yang berdiri sendiri) terjadi terus-menerus dan kemudian sinyal dinyatakan
sebagai sebuah kesatuan nilai dari variabel independent. Dengan menggunakan sinyal
analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini
mudah terpengaruh oleh noise.Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk
gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase.
- Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
- Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
- Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
Salah satu contoh sinyal suara yang paling mudah adalah suara.


II.1.2 Sinyal digital
Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah sinyal menjadi
kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner), sehingga tidak mudah terpengaruh
oleh derau, proses informasinya pun mudah, cepat dan akurat, tetapi transmisi dengan
sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat.
Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskrit. Sinyal yang mempunyai dua
keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada sinyal digital.
Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1).
6

Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah sinyal menjadi
kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner), sehingga tidak mudah terpengaruh
oleh derau, proses informasinya pun mudah, cepat dan akurat, tetapi transmisi dengan
sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat.
Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskrit. Sinyal yang mempunyai dua
keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada sinyal digital.
Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit
adalah 2 buah (21). Kemungkinan nilai untuk 2 bit adalah sebanyak 4 (22), berupa 00,
01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi n
bit adalah sebesar 2n buah.
System digital merupakan bentuk sampling dari sitem analog digital pada
dasarnya di code-kan dalam bentuk biner (atau Hexa) besarnya nilai suatu system digital
dibatasi oleh lebarnya/jumlah bit (bandwidth). Jumlah bit juga sangat mempengaruhi
nilai akurasi sistem digital.Signal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang
tidak dapat ditemukan pada teknologi analog yaitu :
Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat
informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.
Penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas
dan kuantitas informsi itu sendiri.
Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk.
Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya
secara interaktif.
Pengolahan sinyal digital memerlukan komponen-komponen digital, register, counter,
decoder, mikroprosessor, mikrokontroler dan sebagainya.




7

Saat ini pengolahan sinyal banyak dilakukan secara digital, karena kelebihannya
antara lain :
1. Untuk menyimpan hasil pengolahan, sinyal digital lebih mudah dibandingkan
sinyal analog. Untuk menyimpan sinyal digital dapat menggunakan media digital
seperti CD, DVD, Flash Disk, Hardisk. Sedangkan media penyimpanan sinyal
analog adalah pita tape magnetik.
2. Lebih kebal terhadap noise karena bekerja pada level 0 dan 1.
3. Lebih kebal terhadap perubahan temperatur.
4. Lebih mudah pemrosesannya.

II.2 Elemen Dasar Sistem Pemrosesan Sinyal Digital
Sebagian besar sinyal-sinyal yang ditemukan dalam sains dan teknologi adalah
analog yaitu sinyal-sinyal yang merupakan fungsi dari suatu variabel kontinyu, seperti
waktu dan ruang, dan biasanya mengambil nilai -nilai dalam interval yang kontinyu.
Sinyal -sinyal seperti itu dapat diproses secara langsung dengan sistem analog yang
tepat atau penggandaan frekuensi yang bermaksud mengubah karakteristiknya atau
mengambil beberapa informasi yang diinginkan. Itu artinya sinyal telah diproses secara
langsung dalam ben tuk analognya, dengan sinyal masukan maupun keluarannya adalah
sinyal analog. Proses ini diilustrasikan pada gambar berikut :
Pemrosesan sinyal digital menyediakan suatu metode alternatif untuk pemrosesan sinyal
analog, seperti diilustrasikan pada gambar berikut:
Untuk melakukan pemrosesan sinyal digital, diperlukan suatu interface yang
dinamakan Analog to Digital Converter (ADC). Keluaran pengkoversian ADC adalah
sinyal digital yang cocok dengan masukan terhadap prosesor digital.
8

Untuk pemakaian dengan keluaran digital dari prosesor sinyal digital akan
disampaikan kepada pemakai dalam bentuk analog. Untuk itu, diperlukan sebuah interface
lain untuk mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog, yang dinamakan dengan
Digital to Analog Converter (DAC). Namun pada beberapa aplikasi, pengkonversian
DAC tidak diperlukan, dikarenakan aplikasi tersebut hanya melakukan analisis sinyal
dengan informasi yang ingin disampaikan dalam bentuk digital. Program sistem aplikasi
yang akan dibangun merupakan salah satunya.

II.3 Proses produksi suara
Proses produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah proses fisiologis,
yaitu : pembentukan aliran udara dari paru-paru, perubahan aliran udara dari paru-paru
menjadi suara, baik voiced, maupun unvoiced yang dikenal dengan istilah phonation, dan
artikulasi yaitu proses modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang spesifik.
Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah : paru-paru, tenggorokan
(trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal cord), rongga mulut (oral
cavity), rongga hidung (nasal cavity), lidah (tongue), dan bibir (lips), seperti dapat dilihat
pada gambar diatas!
Organ tubuh ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu : vocal
tract (berawal di awal bukaan pita suara atau glottis, dan berakhir di bibir),nasal tract (dari
velum sampai nostril), dan source generator (terdiri dari paru-paru, tenggorokan, dan larynx).
Ukuran vocal tract bervariasi untuk setiap individu, namun untuk laki-laki dewasa rata-rata
panjangnya sekitar 17 cm. Luas dari vocal tract juga bervariasi antara 0 (ketika seluruhnya
tertutup) hingga sekitar 20 cm2. Ketika velum, organ yang memiliki fungsi sebagai pintu
penghubung antara vocal tract dengan nasal tract, terbuka, maka secara akustik nasal
tract akan bergandengan dengan vocal tract untuk menghasilkan suara nasal.
9


Aliran udara yang dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika pita
suara dalam keadaan berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya bergetar. Aliran
udara tersebut dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal pulsa yang
bersifat quasi-periodik. Sinyal pulsa tersebut kemudian mengalami modulasi frekuensi ketika
melewati pharynx, rongga mulut ataupun pada rongga hidung. Sinyal suara yang dihasilkan
pada proses ini dinamakan sinyal voiced. Namun, apabila pita suara dalam keadaan relaksasi,
maka aliran udara akan berusaha melewati celah sempit pada permulaan vocal tract sehingga
alirannya menjadi turbulen, proses ini akan menghasilkan sinyal unvoiced. Ketika sumber
suara melalui vocal tract, kandungan frekuensinya mengalami modulasi sehingga terjadi
resonansi padavocal tract yang disebut formants. Apabila sinyal suara yang dihasilkan adalah
sinyal voiced, terutama vokal, maka pada selang waktu yang singkat bentukvocal
tract relative konstan (berubah secara lambat) sehingga bentuk vocal tract dapat diperkirakan
dari bentuk spektral sinyal voiced.
Aliran udara yang melewati pita suara dapat dibedakan menjadi phonation,
bisikan, frication, kompresi, vibrasi ataupun kombinasi
diantaranya. Phonatedexcitation terjadi bila aliran udara dimodulasi oleh pita
suara. Whispered excitation dihasilkan oleh aliran udara yang bergerak cepat masuk ke dalam
lorong bukaan segitiga kecil antara arytenoids cartilage di belakang pita suara yang hampir
tertutup. Frication excitation dihasilkan oleh desakan di vocal
tract. Compression excitation dihasilkan akibat pelepasan udara melalui vocal tract yang
tertutup dengan tekanan tinggi. Vibration excitation disebabkan oleh udara yang dipaksa
memasuki rusang selain pita suara, khususnya lidah. Suara yang dihasilkan
oleh Phonated excitation disebut voiced. Suara yang dihasilkan
oleh Phonated excitation ditambah frication disebut mixed voiced,sedangkan yang dihasilkan
oleh selain itu disebut unvoiced. Karakteristik suara tiap individu bersifat unik karena
terdapat perbedaan dalam hal panjang maupun bentuk vocal tract.

II.3.1 Pengenalan Suara pada Manusia
Pada sistem pengenalan suara oleh manusia terdapat tiga organ penting yang saling
berhubungan yaitu : telinga yang berperan sebagai transduser dengan menerima sinyal
masukan suara dan mengubahnya menjadi sinyal syaraf, jaringan syaraf yang berfungsi
10

mentransmisikan sinyal ke otak, dan otak yang akan mengklasifikasi dan mengidentifikasi
informasi yang terkandung dalam sinyal masukan.
11

II.3.2 Karakteristik Telinga
Telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar, tengah, dan dalam.
Pinna, sebagai bagian luar telinga, berfungsi sebagai corong, untuk mengumpulkan
sinyal suara menuju auditory canal sehingga dapat memberikan kesan arah sinyal suara yang
diterima.
Auditory canal adalah struktur berbentuk pipa lurus sepanjang 2,7 cm, dengan diameter
sekitar 0,7 cm, yang pada bagian ujungnya terdapat selaput membrane, yaitu gendang telinga.
Membran ini merupakan pintu masuk telinga bagian tengah, yaitu ruangan berisi udara
dengan volume sebesar 2 cm3, yang terdiri dari tiga buah tulang,
yaitu malleus (martil), incus(landasan), dan stapes (sanggurdi). Bagian ini terhubung dengan
tenggorokan melalui Eustachian tube. Getaran pada gendang telinga ditransmisikan
kemalleus melalui incus, dan stapes, yaitu membentuk oval window.
Telinga bagian dalam (labyrinth) memiliki tiga bagian, yaitu vestibule (ruang pintu
masuk), semicular canal, dan cochlea. Vestibule terhubung dengan telinga bagian tengah
melalui dua jalur, yaitu oval window, dan round window. Keduanya tertutup untuk mencegah
keluarnya cairan yang mengisi telinga telinga bagian dalam. Pada cochlea, yang berstruktur
seperti rumah siput, terdapat syaraf pendengaran. Syaraf ini memanjang sampai ke basilar
membrane. Pada bagian atas basilar membrane terdapat organ of corty yang memiliki empat
baris sel rambut (sekitar 3 x 104 sel seluruhnya).

II.4 Proses pendengaran
Proses pendengaran pada telinga manusia dijelaskan sebagai berikut :
Sinyal suara memasuki saluran telinga dan variasi tekanan yang dihasilkannya
menekan gendang telinga. Karena sisi bagian dalam dari gendang telinga mempunyai tekanan
yang nilainya dijaga konstan maka gendang telinga akan bergetar.
Getaran dari gendang telinga disalurkan pada tiga rangkaian tulang
yaitu; martil, incus dan stapes. Mekanisme ini dirancang untuk mengkopel variasi suara dari
udara luar ke telinga bagian dalam. Karena luas permukaan penampang yang
ditekan stapes lebih kecil dari luas penampang gendang telinga maka tekanan suara yang
sampai ke telinga bagaian dalam bertambah besar.
12

Cairan pada cochlea bergetar dengan frekuensi yang sama dengan gelombang yang
datang. Basilar membrane kemudian memisahkan sinyal berdasarkan frekuensinya. Basilar
membrane berstruktur kuat dan panjang di daerah sekitar oval window namun bersifat lentur
pada bagian ujungnya. Frekuensi resonansi yang dihasilkan membrane tersebut berbeda
sepanjang dimensi basilar membrane. Dimana resonansi frekuensi tinggi terjadi pada bagian
bagian basilar membraneyang berada dekat dengan oval window, sedangkan resonansi
frekuensi rendah terjadi pada daerah ujung lainnya. Syaraf yang berada pada mambran
kemudian mendeteksi posisi terjadinya resonansi yang juga akan menentukan frekuensi suara
yang datang. Ukuran dari basilar membrane rata-rata sekitar 35 mm. Dari ukuran panjang
tersebut dapat dihasilkan 10 resolusi frekuensi, sehingga pada setiap 3.5 mm panjang
membran terdapat 1 oktaf frekuensi resonansi.

II.5 Sinyal Suara Ucapan
Sinyal suara ucapan manusia dapat dipandang sebagai sinyal yang berubah lambat
terhadap waktu (slowly time varying signal), jika diamati pada selang waktu yang singkat
yaitu 5-100 ms. Pada selang waktu tersebut, katakteristik sinyal suara ucapan dapat dianggap
stasioner. Untuk selang waktu yang lebih panjang (dengan orde 0.2 detik atau lebih),
karakteristik sinyal berubah untuk merefleksikan suara berbeda yang diucapkan.
II.5.1 Klasifikasi berdasarkan sinyal eksitasi
Berdasarkan sinyal eksitasi yang dihasilkan pada proses produksi suara, sinyal suara
ucapan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu silence, unvoiced, dan voiced:
13

Sinyal silence : sinyal pada saat tidak terjadi proses produksi suara ucapan, dan
sinyal yang diterima oleh pendengar dianggap sebagai bising latar belakang.
Sinyal unvoiced : terjadi pada saat pita suara tidak bergetar, dimana sinyal eksitasi
berupa sinyal random.
Sinyal voiced : terjadi jika pita suara bergetar, yaitu pada saat sinyal eksitasi
berupa sinyal pulsa kuasi-periodik. Selama terjadinya sinyal voiced ini, pita suara
bergetar pada frekuensi fundamental inilah yang dikenal sebagaipitch dari suara
tersebut.

II.6 Analisis Sinyal Ucapan
Informasi yang terdapat di dalam sebuah sinyal ucapan dapat dianalisis dengan
berbagi cara. Beberapa peneliti telah membagi beberapa level pendekatan untuk
menggambarkan informasi tersebut, yaitu level akustik, fonetik, fonologi, morfologi, sintatik,
dan semantik.
II.6.1 Level Akustik
Sinyal ucapan merupakan variasi tekanan udara yang dihasilkan oleh sistem
artikulasi. Untuk menganalisa aspek-aspek akustik dari sebuah sinyal ucapan, dapat
dilakukan dengan transformasi dari bentuk sinyal ucapan menjadi sinyal listrik dengan
menggunakan tranduser seperti microphone, telepon, dan sebagainya. Setelah melalui
berbagai pengolahan sinyal digital, maka akan di peroleh informasi yang menunjukkan sifat-
sifat akustik dari sinyal ucapan tersebut yang meliputi frekuensi fundamental (F0), intensitas,
dan distribusi energi spektral.
II.6.2 Level Fonetik
Level ini menggambarkan bagaimana suatu sinyal suara diproduksi oleh organ-organ
di dalam tubuh manusia.
II.6.3 Level Fonologi
Di dalam level ini, dikenal istilah fonem yang merupakan unit terkecil yang
membentuk sebuah kalimat atau ucapan. Deskripsi ini memuat informasi durasi, intensitas,
dan pitch dari fonem-fonem yang membangun kalimat tersebut.

14

II.6.4 Level Morfologi
Susunan beberapa fonem akan menghasilkan kata. Morfologi menggambarkan
berbagai bentukan kata yang terdiri atas awalan (prefiks), sisipan (infiks), dan akhiran
(sufiks).
II.6.5 Level Sintatik
Aspek sintatik berfungsi untuk mengatur susunan kata agar membentuk kalimat yang
benar.
II.6.6 Level Semantik
Sebuah kalimat bisa jadi tidak mengandung makna sama sekali sehingga seringkali
harus dibuat aturan dasar dalam menyusun kalimat yang bisa menghasilkan makna tertentu.
Tujuan dari aspek semantik ini adalah untuk meneliti makna kata tertentu di dalam kalimat
dan kaitannya satu sama lain.

Pada penelitian ini untuk level morfologi, sintatik, dan semantik diabaikan karena
penelitian ini hanya menekankan pada analisis karakter suara yang berkaitan dengan
parameter-parameter fisis seperti frekuensi fundamental(F0), durasi fonem dan intensitas
suara.

Intonasi Sebagai Aspek Akustik Sinyal Ucapan
Intonasi (prosodi) sebagai aspek akustik sinyal suara sangat membantu di
dalam mengidentifikasi setiap segmen akustik dengan fonem. Setiap fonem dihasilkan
terutama oleh sistem vokal selama artikulasi yang selanjutnya mempengaruhi
dinamika spektrum spektral suara (dalam hal ini formant). Pengucapan suatu kata
dapat secara substansial bervariasi di dalam intonasinya mempengaruhi idetitas kata.
15

Fonem dapat menjadi panjang atau pendek, keras atau lemah, dan memiliki
pola pitch (nada) yang bervariasi.
Fenomena intonasi dapat direpresentasikan ke dalam beberapa level antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Level Akustik
Terdiri atas beberapa komponen penting yaitu Frekuensi Fundamental (F0),
amplitudo, dan durasi sinyal.
2. Level Perseptual
Merepresentasikan fenomena intonasi sebagaimana yang didengar oleh
pendengarnya. Beberapa komponennya antara lain pitch (nada), keras atau lemahnya
suara, dan panjang atau pendeknya suara.
3. Level Bahasa (Linguistik)
Merepresentasikan fenomena prosodi ke dalam bentuk simbol atau tanda.
Beberapa komponennya antara lain bunyi (tone), intonasi, dan aspek tekanan.
Menonjolkan suku kata yang mendapat tekanan terhadap suku kata yang lain
yang tidak mendapat tekanan adalah fungsi utama sebuah intonasi (prosodi). Suku
kata yang mendapat tekanan menjadi lebih panjang, lebih intens, dan memiliki pola
F0 yang menyebabkan mereka lebih menonjol dibanding suku kata lainnya.
Parameter-parameter yang diperlukan dalam Pengidentifikasian Suara
Manusia Pitch Pitch digunakan sebagai standar tinggi-rendah dari sebuah tone atau
suara. Sinyal suara umumnya merupakan proses secara fisis yang terdiri dari dua
bagian: yaitu sebagai hasil dari sumber suara (pita suara) dan sebagai hasil dari
penyaringan (oleh lidah, bibir, dan gigi). menganalisa pitch berarti mencoba untuk
menangkap frekuensi dasar sumber bunyi dari keseluruhan proses pengucapan suara.
Frekuensi dasar sendiri merupakan frekuensi yang dominan yang dikeluarkan oleh
sumber bunyi. Frekuensi dasar merupakan parameter paling kuat untuk mengetahui
korelasi bagaimana suatu suara diterima oleh pendengar ditinjau dari segi intonasi dan
tekanan suaranya.
1. Formant
16

Frekuensi fundamental dikenal juga dengan F0 yang koheren dalam bentuk
transisi formant F1, F2, dan sebagainya. Komponen frekuensi dominan yang
mengkarakterisasi fonem-fonem yang berhubungan dengan komponen frekuensi
resonansi dari sistem vokal didefinisikan sebagai formant. Suara yang terucapkan,
secara khusus adalah vokal, biasanya memiliki 3 buah formant dan seringkali disebut
sebagai formant kesatu, kedua, dan ketiga, dimulai dengan komponen frekuensi
terendah. Ketiganya selalu dituliskan sebagai F1, F2, dan F3. formant 4 dan formant
5 dbutuhkan untuk mendapatkan nilai parameter formant yang lebih detail karena bila
sinyal suara yang kita olah hanya memiliki formant yang kurang dari 3 buah, maka
dapat dipastikan analisa terhadap data tersebut akan gagal.
2. Durasi Fonem
Salah satu komponen terpenting di dalam intonasi adalah durasi sinyal. Setiap
fonem yang memberikan kontribusi dalam menentukan pola intonasi suatu kalimat.
Durasi fonem ini sangat dipengaruhi oleh tekanan dan kecepatan bicara. Durasi
sebuah fonem vokal sangat dipengaruhi oleh tekanan, sementara durasi sebuah
konsonan umumnya memiliki variasi tekanan yang lebih kecil.
Menurut Douglas OShugnessy(1.200) suatu ucapan dalam percakapan
melibatkan 150-250 kata permenit, termasuk jeda yang masing-masing rata-rata
sepanjang 6-50 ms. Durasi fonem bervariasi karena faktor seperti gaya bicara
(membaca atau bercakap-cakap). Durasi suku kata umumnya sekitar 200ms dengan
vokal yang mendapat tekanan sekitar 130 ms dan fonem lain sekitar 70ms. Durasi
fonem bermacam-macam untuk fonem yang berbeda karakteristiknya.
3. Durasi dan Kekerasan Suara
Bagaimana kekerasan suara dari sebuah suara yang bersifat impulsif
menyamai kekerasan suara dari suara yang diberikan secara kontinyu pada tingkatan
yang sama?. Beberapa eksperimen telah menetapkan bahwa telinga merata-ratakan
energi suara sekitar lebih dari 200ms, maka kekerasan suara yang bersifat impulsif
akan bertambah dengan durasi hingga mencapai nilai tersebut. Dengan kata lain,
tingkat kekerasan suara akan bertambah 10 dB ketika durasi bertambah dengan faktor
10. Dari sini dapat diketahui bahwa berapa lamanya durasi yang dilakukan membantu
dalam adaptasi pendengaran terhadap kekerasan suara, terutama untuk suara yang
sifatnya impulsif atau muncul tidak kontinyu.
17

4. Durasi dan Pitch
Lamanya durasi dapat mempengaruhi persepsi pitch.
Kebergantungan pitchterhadap durasi mengikuti prinsip ketikpastian akustik!
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Rossing dan Houtsma pada tahun 1986,
ketika durasi pitch jatuh hingga di bawah 25 ms, pitch dirasakan berubah, walaupun
batasan ini berbeda untuk beberapa pengamat.
5. Durasi dan Timbre
Durasi dari sinyal suara membedakan panjang pendeknya sinyal suara dengan
domain waktu. Dalam timbre musikal, lamanya durasi dapat membagi nada ke dalam
dua jenis yaitu : nada kontinyu dan nada transien. Persepsi timbre dalam suatu
permainan musik yang melibatkan banyak alat musik dipengaruhi oleh durasinya.
Seorang pendengar yang diminta untuk menebak jenis alat musik akan menebak
dengan benar untuk alat musik yang dimainkan dengan durasi yang lebih lama
dibandingkan dengan alat musik yang dimainkan hanya sesaat (transien).
6. Intensitas Suara
Intensitas bunyi menentukan keras lemahnya suara pada bagian tertentu dari
suatu kalimat. Telinga kita sangat peka (sensitive) dan dapat mendeteksi intensitas-
intensitas suara dalam orde 10-13 W/m2. Ini setara dengan gerakan selaput telinga
sebesar 10-12 m. Intensitas suara minimum yang masih dapat didengar dinamakan
ambang pendengaran (threshold of hearing). Intensitas suara biasanya dinyatakan
dalam desibel di atas ambang pendengaran karena kekerasan suara (loudness) kira-
kira adalah sebanding dengan logaritma dari intensitas. Pedoman nol desibel untuk
intensitas suara sudah ditentukan standarnya yaitu pada 10-12W/m2 pada 1000 Hz
(yaitu ambang pendengaran pada 1000Hz). [6]
7. Spektogram
Spektogram suara melukiskan variasi-variasi dalam batas yang pendek yaitu
variasi intensitas dan frekuensi dalam bentuk grafik. Variasi tersebut memberikan
banyak informasi yang bermanfaat tentang artikulasi suara. Pola spektogram yang
dihasilkan untuk setiap ucapan akan memiliki perbedaan. Bahkan ketika dua orang
mengucapkan kata yang sama artikulasi mereka sama, namun tidak identik. Sehingga
spektogram mereka akan menunjukkan kemiripan juga perbedaan.
18


19

Metode Principal Component Analysis (PCA)
Principal Component Analysis (PCA) merupakan suatu metode reduksi
variabel-variabel dalam suatu matrik. Data-data suara yang telah ditentukan nilai-nilai
parameternya dibentuk menjadi sebuah matrik. Metode ini digunakan untuk mencari
distribusi sinyal suara dan parameter fisis yang paling dominan pada sinyal suara
tersebut
Jaringan Syaraf Tiruan
Jaringan syaraf tiruan (JST) adalah system pemroses informasi yang memiliki
karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi. JST dibentuk sebagai generalisasi
model matematika dari jaringan syaraf biologi, dengan asumsi bahwa:
Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen sederhana (neuron).
Sinyal dikirim diantara neuron-neuron melalui penghubung-penghubung.
Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau
memperlemah sinyal.

Untuk menentukan output, setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi
(biasanya bukan fungsi linier) yang dikenakan pada jumlahan input yang diterima.
Besarnya output ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas ambang.
JST ditentukan oleh 3 hal, yaitu :
Pola hubungan antar neuron (arsitektur jaringan).
Metoda untuk menentukan bobot penghubung (algoritma)
Fungsi aktivasi.
Besarnya impuls yang diterima oleh Y mengikuti fungsi aktifasi y = f(net).
Apabila nilai fungsi aktifasi cukup kuat, maka sinyal akan diteruskan. Nilai fungsi
aktifasi (keluaran model jaringan) juga dapat dipakai sebagai dasar untuk merubah
bobot.
8. Algoritma Belajar Pada Jaringan Syaraf Tiruan
Ide dasar jaringan syaraf tiruan adalah konsep belajar. Jaringan-jaringan
belajar melakukan generalisasi karakteristik tingkah laku obyek. Jika dilihat dari
sudut pandang manusia, hal ini sama seperti bagaimana manusia belajar sesuatu.
20

Manusia mengenal obyek dengan mengatur otak untuk menggolongkan atau
melakukan generalisasi terhadap obyek-obyek tersebut. Manusia menyimpan ilmu
pengetahuannya ka dalam otak yang berisikan synapsis, neuron, dan lainnya.
Jaringan saraf menyimpan ilmu pengetahuannya dalam nilai bobot sambungan
(seperti synapsis dalam otak manusia) dan elemen-elemen (neurons) yang
menghasilkan kaluaran.
Jaringan-jaringan saraf membangun model-model system yang berubah-ubah,
yang direpresentasikan dengan proses stokastik peubah waktu melalui beberapa ruang
vektor (Rumelhart & Mc. Clelland, 1986). Oleh karena itu, untuk vektor masukan,
jaringan-jaringan merupakan pola-pola dari model setiap saat dan vektor keluaran
merupakan suatu aksi yang berhubungan, yang ditunjukkan atau digolongkan oleh
jaringan-jaringan tadi melalui masukan.
Untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan, jaringan saraf tiruan
melakukan algoritma belajar, yaitu bagaimana sebuah konfigurasi jaringan saraf
tiruan dapat dilatih untuk mempelajari data historis yang ada. Dengan pelatihan ini,
pengetahuan yang terdapat pada data dapat diserap dan direpresentasikan oleh harga-
harga bobot koneksinya. Berdasarkan cara memodifikasi bobotnya, ada 2 macam
pelatihan yang dikenal yaitu dengan supervise (supervised) dan tanpa supervise.
Dalam pelatihan dengan supervise, terdapat sejumlah pasangan data
(masukan-target keluaran) yang dipakai untuk melatih jaringan hingga diperoleh
bobot yang diinginkan. Pasangan data tersebut berfungsi sebagai guru untuk
melatih jaringan hingga diperoleh bentuk yang terbaik. Guru akan memberikan
informasi yang jelas tentang bagaimana system harus mengubah dirinya untuk
meningkatkan unjuk kerjanya.
Pada setiap kali pelatihan, suatu input diberikan ke jaringan. Jaringan akan
memproses dan megeluarkan keluaran. Selisih antara keluaran jaringan dengan target
(keluaran yang diinginkan) merupakan kesalahan yang terjadi. Jaringan akan
memodifikasi bobot sesuai dengan kesalahan tersebut. Propagasi balik merupakan
salah satu model yang menggunakan pelatihan dengan supervisi.
Sebagai ilustrasi, pelatihan dengan supervise dapat diandaikan sebagai skripsi
yang dibimbing oleh seorang dosen. Pada setiap kali pengumpulan berkas skripsi,
21

dosen akan mengkritik, mengarahkan, dan meminta perbaikan agar kualitas skripsi
meningkat.
Sebaliknya, dalam pelatihan tanpa supervisi (unsupervised learning) tidak ada
guru yang akan mengarahkan proses pelatihan. Dalam pelatihannya, perubahan
bobot jaringan dilakukan berdasarkan parameter tertentu dan jaringan dimodifikasi
menurut ukuran parameter tersebut.
Sedangkan, dalam pelatihan tanpa supervise dapat dibayangkan sebagai
skripsi tanpa dosen pembimbing. Mahasiswa mengerjakan skripsi sebaik-baiknya
berdasarkan ukuran tertentu (misal dibandingkan dengan skripsi yang sudah ada
sebelumnya atau dibandingkan dengan skripsi hasil temannya).
Model pelatihan dengan supervisi lebih banyak digunakan dan terbukti cocok
dipakai dalam berbagai aplikasi. Akan tetapi kelemahan utama pelatihan dengan
supervisi adalah dalam hal pertumbuhan waktu komputasinya yang berorder
eksponensial. Ini berarti untuk data pelatihan yang cukup banyak, prosesnya menjadi
sangat lambat.
9. Arsitektur Propagasi Balik
Kelemahan JST yang terdiri dari layar tunggal membuat perkembangan JST
terhenti pada sekitar tahun 1970-an. Penemuan propagasi balik yang terdiri dari
beberapa layar membuka kembali cakrawala. Terlebih setelah berhasil ditemukannya
berbagai aplikasi aplikasi yang dapat diselesaikan dengan propagasi balik, membuat
JST semakin diminati orang.
JST dengan layar tunggal memiliki keterbatasaan dalam pengenalan pola.
Kelemahan ini bisa ditanggulangi dengan menambahkan satu/ beberapa layar
tersembunyi diantara layar masukan dan keluaran. Meskipun penggunaan lebih dari
satu layar tersembunyi memiliki kelebihan manfaat untuk beberapa kasus, tetapi
pelatihannya membutuhkan waktu yang lama. Maka umumnya orang mulai mencoba
dengan sebuah layar tersembunyi dahulu.
Seperti halnya model JST lain, propagasi balik melatih jaringan untuk
mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan untuk mengenali pola yang
digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon
22

yang benar terhadap pola masukan yang serupa (tetapi tidak sama) dengan pola yang
dipakai selama pelatihan.
Propagasi Balik memiliki beberapa unit yang ada dalam satu atau lebih layar
tersembunyi. JST Propagasi Balik merupakan model JST yang paling banyak
digunakan dalam edukasi. Arsitektur dan proses belajar yang sederhana sangat
memudahkan untuk dipelajari.
Pelatihan Propagasi Balik
Pelatihan propagasi balik meliputi 3 fase. Fase pertama adalah fase maju. Pola
masukan dihitung maju mulai dari layer masukan hingga layer keluaran menggunakan
fungsi aktivasi yang ditentukan. Fase kedua adalah fase mundur. Selisih antara
keluaran jaringan dengan target yang diinginkan merupakan keslahan yang terjadi.
Kesalahan tersebut dipropagasikan mundur, dimulai dari garis yang berhubungan
langsung dengan unit-unit di layer keluaran. Fase ketiga adalah modifikasi bobot
untuk menurunkan keslahan yang terjadi.
Pelatihan propagasi balik menggunakan metode pencarian titik minimum
untuk mencari bobot dengan error minimum. Dalam proses pencarian ini dikenal dua
macam metode yaitu metode incremental dan metode kelompok (batch). Dalam
metode incremental, bobot diubah setiap kali pola masukkan diberikan ke jaringan.
Sebaliknya dalam metode kelompok, bobot diubah setelah semua pola masukkan
diberikan ke jaringan. Error dan suku perubahan perubahan bobot yang terjadi dalam
setiap pola masukkan dijumlahkan untuk menghasilkan bobot yang baru. Matlab
menggunkan metode pelatihan kelompok dalam iterasinya. Perubahan bobot
dilakukan per-epoch (per kala).

23

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai sinyal percakapan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda, getaran suatu
benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu
terhadap waktu.
2. Sinyal percakapan adalah sinyal yang dihasilkan dari suara manusia sewaktu
melakukan percakapan. .
3. Proses produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah proses fisiologis,
yaitu : pembentukan aliran udara dari paru-paru, perubahan aliran udara dari paru-
paru menjadi suara, baik voiced, maupun unvoiced yang dikenal dengan
istilah phonation, dan artikulasi yaitu proses modulasi/ pengaturan suara menjadi
bunyi yang spesifik.
4. Proses pendengaran pada telinga manusia yaitu, Sinyal suara memasuki saluran
telinga dan variasi tekanan yang dihasilkannya menekan gendang telinga. Karena sisi
bagian dalam dari gendang telinga mempunyai tekanan yang nilainya dijaga konstan
maka gendang telinga akan bergetar.
5. Sinyal analog atau sinyal waktu kontinyu adalah sinyal yang memiliki nilai real pada
setiap waktu. Sedangkan Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang dapat
mengubah sinyal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner),
6. Sinyal percakapan pada manusia secara garis besar dibedakan atas 3 macam yaitu :
voice, unvoiced an silent.

III.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyarankan :
1. memperhatikan dan mengontrol volume suara dilingkungan sekitar,
agar tidak menimbulkan gangguan atau kebisingan
24

2. Menjaga kesehatan organ pendengaran, agara dapat berfungsi
dengan baik

Anda mungkin juga menyukai