Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tahapan perhitungan
1. Pembuatan Spektrum Serapan untuk
mengetahui masing-masing panjang gelombang
maksimum komponen-komponen dalam sampel.
Gambar 2. Spektrum serapan gabungan larutan standar parasetamol 10 ppm
(242,5 nm) dan kofein 10 ppm (273,6 nm) dalam air
2. Menghitung daya serap komponen-komponen
pada panjang gelombang maksimumnya sendiri
dan panjang gelombang maksimum komponen
lainnya.
3. Membuat spektrum serapan sampel.
Gambar 3. Spektrum serapan sampel parasetamol dan
kafein
Menghitung kadar masing-masing komponen
menggunakan rumus multikomponen berdasarkan data
daya serap yang diperoleh. Contoh cara
perhitungannya :
Kadar parasetamol sebenarnya = 20,020 ppm
Kadar kofein sebenarnya = 2,020 ppm
Daya serap parasetamol pada
1
(273,6 nm) = 64
Daya serap parasetamol pada
2
(242,4 nm) = 15
Daya serap kofein pada
1
(242,4 nm) = 25
Daya serap kofein pada
2
(273,6 nm) = 52
Serapan pada
1
(A
1
) = 1,32
Serapan pada
2
(A
2
) = 0,403
Prosedur
Persiapan Larutan
Dengan menggunakan larutan stok yang tersedia (0,4M
cobalt(II) sebagai cobalt(II) nitrate dan 0,1M kromium (III)
sebagai kromium(III) nitrate) buat 9 larutan satndar berikut
dalam 25 ml tabung standar.
Setiap larutan dibuat menjadi 0,1M dengan menambahkan
2,5 mL dari 1,0M asam nitrit dari dispenser yang tersedia
ke dalam tiap 25 ml tabung standar.
Penentuan Panjang Gelombang yang Sesuai
Panjang gelombang sebaiknya dipilih yang mana memaksimalkan perbedaan
absortivas dari dua komponen pada masing-masing panjang gelombang. Untuk
menentukan panjang gelombang yang sesuai scan spektrum dari larutan
berikut pada range panjang gelombang 630-370nm dengan menggunakan
larutan asam nitrit 0,1M sebagai larutan acuan.
1. 0,08M Co(II)
2. 0,02M Cr(III)
3. larutan yang mengandung 0,08M Co(II) dan 0,02 Cr(III)
Baik Hitachi U-2000 maupun Shimaddzu UV-240 dapat digunakan. Spektrum
harus terekam secara otomatis. Harus dapat teramati bahwa panjang
gelombang yang sesuai terjadi pada 510 nm (?max untuk cobalt) dan 575nm
(?max untuk chromium) dan tidak ada interaksi penting yang terjadi antara
kedua komponen ini.
Penentuan Absortipvitas dengan menggunakan Plot Hukum Beer.
Ukur absorbansi dari tiap larutan 1 -6 pada kedua panjang gelombang yang
telah dipilih di atas. Plot absorbansi vs konsentrasi untuk memperoleh empat
grafik Hukum Beer. Dengan mengukur kemiringan dari tiap garis, tentukan
absoprtivitas tiap komponen pada tiap panjang gelombang.
Penentuan Absorptivitas dengan menggunakan Campuran dari Komposisi yang
telah diketahui.
Prinsip dari teknik ini adalah dengan jalan mengambil dua larutan campuran yang
telah diketahui komposisinya dan mengukur absorbansi dari tiap larutan campuran
pada tiap panjang gelombang yang telah dipilih.
Kemudian pada tiap panjang gelombang, absorptivitas dari tiap komponen dapat
diperoleh dari pasanag persamaan simultan. Untuk latihan ini gunakan larutan
campuran 8 dan 9.
Perbandingan Absorptivitas
Sekarang Anda memiliki dua pasang absorptivitas yang ditentukan dengan cara
yang berbeda. Tabulasikan hasil dari (c) dan (d) diatas. Diskusikan dengan asisten
lab mengenai perbedaan yang terjadi, khususnya mengenai metode yang
digunakan untuk memperoleh data tersebut.
Analisa Standar yang Tidak Diketahui
Tujuan dari latihan ini adalah mengambil larutan campuran yang diketahui
komposisinya, menggunakan dua pasang absorptivitas dari (c) dan (d), untuk
menganalisa campuran ini dan untuk menentukan pasangan absorptivitas
mana yang memberikan analisa lebih baik.
Ukur absorbansi larutan 7 pada tiap panjang gelombang yang terpilih dan
gunakan absorptivitas yang diperoleh dari (c) dan (d) diatas untuk menentukan
konsentrasi Co dan Cr dalam larutan tidak diketahui ini. Bandingkan hasil
yang diperoleh dengan konsentrasi sesungguhnya.
Rindi Irsan Artomo
Analisis Sediaan Lain
Pendahuluan
Metode spektrofotometri merupakan cara yang
sensitif tetapi tidak selektif
Tujuan:
Meningkatkan rasio analit thd material yg
mengganggu pengukuran
Meningkatkan akurasi dan presisi analisis
Memindahkan zat uji dalam pelarut yang sesuai
untuk pengukuran
Contd Pendahuluan
Teknik pemisahan yang biasanya digunakan
adalah :
Ekstraksi : padat-cair dan cair-cair
Destilasi
Kromatografi
Ekstraksi padat cair
Prinsip : melarutkan zat uji dalam sampel padat dgn
pelarut yg dapat melarutkan dengan baik zat uji dan
sesedikit mungkin melarutkan komponen lainnya
Prosedur umum: penggojokan sampel padat
mengandung zat uji langsung dgn pelarut dan
pemisahan dilakukan dgn penyaringan, dekantasi
atau sentrifugasi
Proses harus diulangi sesering mungkin hingga
mencapai perolehan kembali yang kuantitatif
Ekstraksi cair-cair
Prinsip :Pemisahan zat cair berdasarkan koefisien
distrribusi (Kd) dan rasio distribusi (D) analit dlm
pelarut organik/air
Pelarut harus sesedikit mungkin melarutkan zat
pengotor dan sebanyak mungkin melarutkan zat uji
Prosedur umum : tambahkan pelarut dalam larutan
sampel, lakukan penggojokkan agar tercapai
keseimbangan. Lalu biarkan memisah, pisahkan dua
lapisan cairan tersebut
Preparasi sampel serbuk, tablet, dan
kapsul
Timbang sampel
sebanyak 500 mg
(100 mg diambil)
Masukkan dalam labu
ukur 100 ml, larutkan
ad hingga batas ukur
(C=1000 ppm)
Saring secara
kuantitatif, buang 20
ml filtrat awal
Pipet 10 ml,
masukkan dalam labu
ukur 100 ml. ad kan
hingga batas ukur (C
= 100 ppm)
Pipet 10 ml,
masukkan dalam labu
ukur 100 ml. ad kan
hingga batas ukur (C
= 10 ppm)
Uji dengan
Spektrofotometri UV
Vis
Sampel berupa serbuk digerus homogen terlebih dahulu dalam lumpang
Masukkan kertas perkamen dalam timbangan, kemudian tara timbangan
Timbang sampel sebanyak 500 mg (estimasi zat aktif 20%, maka = 20% x
500 mg = 100 mg sampel yang diambil)
Masukkan serbuk sampel (100 mg) ke dalam labu ukur 100 ml. Semprot
sisa serbuk di perkamen dengan pelarut yang digunakan
Isi labu ukur hingga volume, kemudian kocok hingga larut. Ad kan hingga
batas ukur C = 100 mg = 1000 ppm
100 ml
Bila ada endapan atau kekeruhan, saring larutan. Buang 20 ml filtrat
pertama dan tampung sisa filtrat
Pipet 10 ml filtrat dengan pipet volume, kemudian masukkan dalam labu
ukur 100,0 ml.
Tambahkan pelarut hingga garis batas, kocok homogen
C = 10 ml x 1000 ppm = 100 ppm
100 ml
Pipet 10 ml dengan pipet volume masukkan dalam labu ukur 100,0 ml yang
baru. Cukupkan sampel botol sedikit demi sedikit dengan botol semprot,
aduk homogen
C = 10 ml x 100 ppm = 10 ppm
100 ml
Masukkan larutan uji kedalam kuvet yang sudah dibilas dua kali dengan
larutan uji. Masukkan larutan uji sampel sampai 2/3 tinggi kuvet kemudian
ukur serapannya pada panjang gelombang maksimum ( maks)
Preparasi sampel potio/elixir
Prosedur...
Kalibrasi potio setara dengan x mg zat uji (kira-kira
50 ml)
Kira-kira sekitar 50 ml potio di sari berturut-turut
dengan pelarut yang sesuai
Kumpulkan sari, encerkan dengan air secukupnya
hingga 200,0 ml
Campur, saring, buang 20 ml filtrat pertama
Encerkan 10,0 ml filtrat dengan air secukupnya
hingga 50,0 ml dlm labu ukur
Ukur serapannya pada maks
Preparasi sampel emulsi
Prosedur...
Pecah Sediaan emulsi dgn menggunakan SF,
uapkan. Saring ambil residu
Residu yang diperoleh di sari berturut-turut
dengan pelarut yang sesuai
Kumpulkan sari, encerkan dengan air
secukupnya hingga 200,0 ml
Campur, saring, buang 20 ml filtrat pertama
Encerkan 10,0 ml filtrat dengan air secukupnya
hingga 50,0 ml dlm labu ukur
Ukur serapannya pada maks
Preparasi sampel suspensi
Prosedur..
Pecahkan suspensi menggunakan etanol,
kemudian saring
Residu yang diperoleh di sari berturut-turut
dengan pelarut yang sesuai (padat-cair)
Kumpulkan sari, encerkan dengan air
secukupnya hingga 200,0 ml
Campur, saring, buang 20 ml filtrat pertama
Encerkan 10,0 ml filtrat dengan air secukupnya
hingga 50,0 ml dlm labu ukur
Ukur serapannya pada maks
Preparasi sampel salep
Prosedur...
Larutkan Sediaan salep dgn menggunakan PE,
uapkan. Saring ambil filtrat
Filtrat yang diperoleh di sari berturut-turut dengan
pelarut yang sesuai
Kumpulkan sari, encerkan dengan air
secukupnya hingga 200,0 ml
Campur, saring, buang 20 ml filtrat pertama
Encerkan 10,0 ml filtrat dengan air secukupnya
hingga 50,0 ml dlm labu ukur
Ukur serapannya pada maks
ASVINASTUTI RIKASIH
0906531216
Spektrofotometri Derivatif
Spektrofotometri Derivatif
Spektrofotometri derivatif merupakan metode
manipulatif terhadap spektrum pada
spektrofotometri UV-Vis (Connors, 1982).
Metode spektrofotometri derivatif dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif maupun
kualitatif.
Spektrum yang dialih bentuk ini
menghasilkan profil yang lebih rinci yang tidak
terlihat pada spektrum normal.
Kegunaan spektrofotometri derivatif adalah
(Mulja, 1995):
Apabila menghadapi campuran dua komponen
yang spektrumnya saling tumpang tindih, maka
analisis kuantitatif cara derivatif menjadi metoda
yang bisa dipilih.
Analisis kuantitatif campuran dua komponen
yang keruh.
Analisis kuantitatif campuran dua komponen
yang merupakan isomeri (kecuali isomer optis
aktif atau rasemik).
Spektrum derivatif dapat dipakai untuk maksud
kualitatif atau sebagai data pendukung.
Derivatisasi spektrum serapan
Pada spektrofotometri konvensional, spektrum
serapan merupakan plot serapan (A) terhadap
panjang gelombang ().
Pada spektrofotometri derivatif, plot
ditransformasikan menjadi :
1). dA/d terhadap untuk derivatif pertama
2). d
2
A/d
2
terhadap untuk derivatif kedua,dst.
Panjang gelombang serapan maksimum suatu
senyawa pada spektrum normal akan menjadi panjang
gelombang zero-crossing pada spektrum derivatif
pertama. Panjang gelombang tersebut tidak
mempunyai serapan atau dA/d = 0 (Connors, 1982).
Spektrum serapan hasil derivatisasi
Persamaan
spektrum orde nol
memenuhi hukum Lambert-
Beer, maka didapatkan
hubungan persamaan garis
antara konsentrasi dengan
serapan pada setiap orde
derivatif.
Aplikasi Spektrofotometri
Derivatif
Analisis farmasetikal
Dibandingkan dengan penentuan
spektrofotometri konvensional, spektrofometri
derivatif telah terbukti dalam menghilangkan
gangguan dari eksipien dan formulasi pendukung
obat-obatan. Spektrofotometri derivatif
merupakan pendekatan yang sesuai untuk
masalah overlapping dalam analisis farmasi.
Contoh penerapan
Penerapan Spektrofotometri derivatif dalam pemisahan
Enalapril, hidroklorotiazid, dan walsartan dalam sediaan
farmasi kompleks
Gambar 2. (a) Spektrum serapan orde nol dari enalapril (A), hidroklorotiazid (B) and Enap HL (C); b) nilai
derivatif pertama vs konsentrasi enalapril (c1 = 4.1 g/mL; c2 = 8.2 g/mL; c3 = 12.3 g/mL; c4 = 16.4
g/mL; c5 = 20.5 g/mL, = 225 nm) dan hidroklorotiazid (c1 = 5.2 g/mL; c2 = 10.4 g/mL; c3 = 15.6
g/mL; c4 = 20.8 g/mL; c5 = 26.0 g/mL, = 278 nm) pada campuran.
Gambar 3. (a) Spektrum serapan orde nol dari walsartan (A), hidroklorotiazid (B) and Co-
Diovan (C); b) nilai derivatif pertama vs konsentrasi walsartan (c1 = 6,45 g/mL; c2 = 12,9
g/mL; c3 = 19,35 g/mL; c4 = 25,8 g/mL; c5 = 32,25 g/mL, = 261 nm) dan
hidroklorotiazid (c1 = 0,96 g/mL; c2 = 1,92 g/mL; c3 = 2,88 g/mL; c4 = 3,84 g/mL; c5 =
4,8 g/mL, = 284 nm) pada campuran.
Gambar 4. (a) Spektrum serapan orde nol dari kandesartan (A), hidroklorotiazid
(B) and Biopress plus (C); b) nilai derivatif pertama vs konsentrasi kandesartan
(c1 = 2,36 g/mL; c2 = 4,72 g/mL; c3 = 7,08 g/mL; c4 = 9,44 g/mL; c5 = 11,8
g/mL, = 270,4 nm) dan hidroklorotiazid (c1 = 1,92 g/mL; c2 = 3,84 g/mL; c3
= 5,76 g/mL; c4 = 7,68 g/mL; c5 = 9,6 g/mL, = 25,64 nm) pada campuran.
Linearitas dan Regresi linier
LOD dan LOQ dihitung menggunakan standar estimasi error
(S
Y
) dan kemiringan kurva kalibrasi (a) dari persamaan
berikut: LOD = 3.3S
Y
/a dan LOQ = 10.0S
Y
/a.
Tabel . Hasil persamaan regresi linier pada masing-masing konstituen campuran.
Kesimpulan
Metode spektrofotometri derivatif memenuhi
persyaratan analisis kuantitatif untuk tujuan
analisis farmasi yang berkaitan penentuan
hidroklorotiazid dengan enalapril, walsartan
dan kandesartan.
metode ini layak untuk direkomendasikan
untuk analisis sediaan komplek yang rutin.
Steffianti gunawan
0906555701
Contoh Penetapan Kadar Senyawa
secara Spektrofotometeri UV-Vis
Asetaminofen
Timbang sekssama lebih kurang 120 mg
asetaminofen, masukkan ke dalam labu ukur 500ml,
tambahkan 10ml etanol,encerkan dengan airhingga
batas dan homogenkan. Pindahkan 5,0 ml larutan ini
ke labu ukur 100ml,encerkan dengan air hingga batas
dan homogenkan. Ukur serapan larutan uji
asetaminofen USP dalam pelarut yang sama pada
konsentrasi 12 ppm bersama larutan sampel pada
panjang gelombang 244nm, menggunakan air
sebagai blanko. Hitung kadar asetaminofen dengan
menggunakan rumus:
mg asetaminofen = 10C(Au/As)
keterangan: C = konsentrasi larutan uji (ppm)
Au =serapan sampel
Paracetamol (Tablet/eliksir)
Timbang seksama sejumlah tablet setara dengan
150mg,tambahkan 50ml NaOH 1,0 N, encerkan
dengan 100ml air,kocok selama 15
menit,tambahkan air secukupnya hingga 20ml ,
campurkan, saring. Encerkan 10,0ml filtrat
dengan air secukupnya hingga 100ml.
Pada 10,0ml tambahkan 10ml NaOH 0,1N,
encerkan dengan air secukupnya hingga 100
ml.Ukur serapannya 1cm larutan pada maksimum
lebih kurang 257nm. A(1%,1cm) pada maksimum
lebih kurang 257 nm adalah 715.
Kloramfenikol
BP th 1980
Timbang seksama 100mg,larutkan dalam 500ml air.Pipet 10,0ml larutan,encerkan
dengan air sampai 100ml. Ukur serapan larutan pada panjang gelombang max
278nm. A(1%,1cm) pada panjang gelombang maksimum 278 nm = 297,7
FI III (kapsul dan salep)
Bentuk Kapsul
Sejumlah campuran isi 20 kapsul setara dengan 200mg kloramfenikol,larutkan dalam
800ml air, hangatkan jika perlu hingga larut sempurna, tambahkan air secukupnya
hingga 100ml. Encerkan 10ml dengan air secukupnya hingga 100ml, ukur serapan
1cm larutan pada maksimum kurang lebih 278nm; A(1%,1cm) pada maksimum
kurang lebih 278 nm adalah 0,298.
Bentuk salep
Sejumlah salep mata yang ditimbang seksama setara dengan 10mg
kloramfenikol,larutkan dalam 50ml eter minyak tanah P. Sari berturut-turut dengan
50ml,50ml,50ml dan 30ml air. Kumpulkan sari, encerkan dengan air secukupnya
hingga 200ml,campur,saring, buang 20ml filtrate pertama. Encerkan 10ml filtrate
dengan air secukupnya hingga 5ml. Ukur serapan 1cm larutan maksimum kurang
lebih 278nm. A(1%,1cm) pada maksimum kurang lebih 278nm adalah 0,298.
Klorfeniramin maleat (CTM)
Timbang dan serbukkan 20 tablet. Sejumlah serbuk ditimbang
seksama setara 3mg klorfeniramin maleat,kocok dengan 20ml
asam sulfat 0,1N selama 5 menit. Tambahkan 20ml eter P,kocok
hati-hati,saring lapisan asam ke dalam corong pisah kedua. Sari
lapisan eter dua kali, tiap kali dengan 10ml asam sulfat 0,1N,
saring lapisan asam tiap kali ke dalam corong pisah kedua. Cuci
penyaring dengan asam sulfat 0,1N. Pada kumpulan sari asam
dan cairan cucian tambahkan natrium hidroksida 1N secukupnya
hingga bereaksi alkalis terhadap lakmus P. Tambahkan 2ml
natrium hidroksida 1N,sari dua kali,tiap kali dengan 50ml eter P.
Cuci tiap sari eter dengan 20ml air yang sama. Sari berturut
turutdengan 20ml, 20ml, dan 5ml asam sulfat 0,5N. Kumpulkan
sari asam, encerkan dengan asam sulfat 0,5 N secukupnya
hingga 50ml. Encerkan 10ml larutan dengan asam sulfat 0,5N
secukupnya hiingga 25ml. Ukur serapan 1cm pada maksimum
kurang lebih 25nm.
A(1%,1cm) pada maksimum kurang lebih 25nm adalah 212.