Anda di halaman 1dari 3

FAKTA

Serangkaian kasus pencurian terus terjadi di Universitas Negeri Makassar. Pada tanggal
23 Januari lalu terjadi pembobolan ruangan dekan dan ruangan pembantu dekan bidang
administrasi umum Fakultas Psikologi. Dari kasus pencurian itu, pelaku berhasil mengambil 2
unit handycam, 2 unit proyektor, dan 6 laptop.
Kurang dari sebulan, tepatnya tanggal 25 Februari, kasus pencurian di kampus UNM
kembali terjadi kali ini di fakultas Bahasa Dan Sastra (FBS). Salah satu mahasiswa program
study pendidikan bahasa Inggris, Hernita, kehilangan sepeda motor di parkiran Fakultas. Dia pun
menyayangkan kelalaian petugas keamanan.
Tak lama setelah itu, pencurian kembali terjadi di tempat parkiran mobil tak jauh dari
fakultas FBS. Kamis, 6 maret 2014. Kali ini, tas milik seorang mahasiswa bernama Muhammad
Rizal raib dibawa kabur maling. Tas yang ia simpan dibelakang mobil, dicuri dengan
menghancurkan kaca sebelah kiri belakang menggunakan batu bata. Ayahnya yang juga dosen
jurusan Sejarah FIS, menyesalkan dan mengkritik keamanan kampus yang tidak baik.
Terakhir, tepatnya tanggal 31 kasus pencurian kembali terjadi di UNM. Kali ini sebuah
tablet, handphone dan dompet milik mahasiswa jurusan fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) UNM prodi pendidikan Fisika ICP 2011 Andi Wira Supiarni, raib
dibawa kabur maling. Kejadian ini terjadi di perpustakaan jurusan fisika, Rabu (26/3). Bukti
rekaman cctv yang terpasang di perustakaan berhasil merekam ciri ciri pelaku.















ANALISIS
Berbagai macam bentuk pencurian yang terjadi beberapa waktu terakhir menimbulkan
keresahan di kalangan mahasiswa. Maraknya kasus pencurian di lingkungan kampus disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain:
1. Lemahnya konsep akidah dalam diri individu. Kurangnya pemahaman tentang perbuatan
baik dan buruk, beserta konsekuensinya di dunia apalagi di akhirat. Akhirnya
ketidaktahuannya mengantarkan pada dosa yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.
Kalaupun individu tersebut mengetahui tentang baik-buruk, hal tersebut hanya akan berakhir
sebagai pengetahuan saja, bukan sebagai pemahaman yang akan diaplikasikan.
2. Adanya kesenjangan sosial, baik di kalangan masyarakat pada umumnya maupun di
kalangan mahasiswa khususnya yang menimbulkan perasaan iri antara satu dan yang lainnya.
Ditambah lagi dengan paham hedonis yang dianut kebanyakan mahasiswa. Paham ini
mengharuskan mereka selalu update tanpa mempertimbangkan kondisi perekonomiannya.
Keadaan seperti ini yang kemudian dapat mendorong seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya dengan cara mengambil jalan pintas yang cenderung mengarahkan untuk
bersikap egoistik bahkan nekat melakukan tindak kriminal, salah satunya dengan mencuri.
3. Minimnya keamanan kampus. Bebasnya orang luar selain civitas akademika untuk keluar
masuk wilayah kampus menjadi bukti nyata lemahnya penegakan keamanan kampus.
Padahal keamanan merupakan suatu hal sangat krusial. Banyaknya pemulung, pengemis,
dan masyarakat luar yang dengan mudah masuk dan berkeliaran di lingkungan kampus tanpa
adanya sanksi atau ketegasan dari petugas keamanan menjadi faktor yang mengancam
keamanan di lingkungan kampus.
4. Sistem persanksian yang tidak tegas. Para pelaku pencurian tersebut seolah tak jera. Wajar
saja sebab hukum yang ditegakkan di negeri ini bukanlah hukum yang berasal dari Sang
Maha Pencipta yaitu Allah Swt. Hukum yang ditegakkan merupakan hukum buatan manusia
yang sudah jelas kelemahan dan keterbatasannya. Hal ini yang kemudian melahirkan sistem
persanksian yang tidak tegas dan tak memberi efek jera bagi para pelakunya.
5. Diterapkannya sistem Kapitalisme yang gagal mendistribusikan kekayaan negeri ini secara
adil dan merata pada seluruh lapisan masyarakat. Kekayaan hanya berkonsentrasi pada
segelintir orang bahkan mengalir kepada asing. Hanya sebagian kecil masyarakat yang
merasakan kesejahteraan, sehingga sebagian lainnya memenuhi kebutuhannya dengan
menghalalkan segala cara. Walhasil, penerapan sistem kapitalisme menjadi dasar maraknya
pencurian yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai