UJI KELAYAKAN SAUS KACANG CILOK BAKAR DEPAN SMPN 4
MALANG DENGAN METODE PERMUKAAN
LAPORAN PRAKTIKUM Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi yang dibina oleh: Drs. H. M. Noviar Darkuni , M.Kes
Oleh : kelompok 1 Offering : B Aqidatul Izza 130341614789 Devy Widyatama Putri 130341603395 Firdausi Nuzuliya 130341614785 Leny Masitoh 130341614806 Retza Firmanda 130341603388 Wiwit rahayu 130341603362
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI April 2014 I. TOPIK : Uji Kelayakan Saus Kacang Cilok Bakar Di Depan SMP 4 Malang dengan Metode Permukaan II. TUJUAN : a. Untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada uji bahan makanan b. Untuk mengetahui angka lempeng total (ALT) koloni bakteri yang terdapat dalam sampel bahan makanan padat (saus kacang) c. Untuk menentukan kualitas mikrobiologi sampel makanan yang diperiksa berdasarkan ALT koloni bakteri III. MANFAAT : Manfaat bagi Peneliti 1. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang kelayakan bahan makanan dengan menggunakan metode permukaan 2. Dapat mengetahui nilai ALT pada suatu bahan uji sehingga dapat menentukan kelayakan bahan makanan tersebut untuk dikonsumsi. 3. Senagai salah satu metode pengaplikasian matakuliah mikrobiologi yang telah didapatkan saat perkuliahan 4. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya. Manfaat bagi Masyarakat 1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang keamanan dalam mengkonsumsi makanan yang dijual oleh pedagang keliling sehingga masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang akan dikomsumsi. 2. Sebagai referensi masyarakat agar dapat memilih tempat jajanan yang bersih dan higienis IV. DEFINISI OPERASIONAL 1. Metode Permukaan Metode Permukaan adalah metode perhitungan koloni bakteri pada permukaan medium padat atau agar yang telah di buat sebagai media uji bahan makanan. Cara yang dilakukan pada metode ini adalah terlebih dahulu dibuat medium padat pada cawan petri. Kemudian 0,1 ml contoh yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut, dan diratakan dengan batang gelas yang melengkung yang steril. Pada pemupukan dengan metode permukaan, agar steril terlebih dahulu dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan membeku. Setelah membeku dengan sempurna, kemudian sebanyak 0,1 ml contoh yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut. Sebuah batang gelas melengkung (hockey stick) dicelupkan ke dalam alcohol 95% dan dipijarkan sehingga alcohol habis terbakar. Setelah dingin, batang gelas tersebut digunakan untuk meratakan contoh di atas medium agar dengan cara memutarkan cawan petri di atas meja. Selanjutnya inkubasi dilakukan seperti pada metode tuang (Fardiaz, 2013). 2. Perhitungan Koloni Perhitungan koloni adalah perhitungan jumlah koloni bakteri pada medium lempeng uji bahan makanan (Fardiaz, 2013). Perhitungan jumlah total koloni angka lempeng total bakteri tiap mL atau gram sampel makanan didasarkan atas ketentuan berikut: - Cawan yang dipilih untuk penghitungan ialah cawan yang berisi koloni bakteri dengan jumlah antara 30 sampai dengan 300 koloni. Apabila diperoleh jumlah > 300 koloni maka disebut TBUD = Terlalu Banyak Untuk Dihitung, dan tidak digunakan dalam perhitungan koloni bakteri. - Beberapa koloni yang bergabung menjdi satu koloni besar yang sulit ditentukan jumlahnya, dapat dihitung sebagai satu koloni. Data yang dilaporkan sebagai angka lempeng total harus mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama di depan koma dan angka kedua dibelakang koma. Jika angka ketiga 5, maka dibulatkan menjadi satu angka lebih tinggi daripada angka kedua, misalnya : 2,35 x 10 5 diubah menjadi 2,4 x 10 5 . 2. Apabila setelah pembulatan tersebut menyebabkan perubahan pada angka pertama, maka angka tingkat pengenceran dinaikkan menjadi satu angka lebih tinggi daripada angka sebelumnya, misalnya : 1,95 x 10 3 diubah menjadi 2.0 x 10 4 . 3. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri pada tingkat pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai < 3,0 dikaitkan dengan tingkat pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. 4. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah lebih dari 300 koloni pada semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri pada tingkat pengenceran tertinggi yang dihitung, misalnya dengan cara menghitung jumlah koloni pada bagian cawan petri, kemudian hasilnya dikalikan empat. Hasil hitungan dilaporkan sebagai > 300 dikalikan dengan tingkat pengenceran, tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. 5. Jika terdapat dua tingkat pengenceran yang menghasilkan jumlah antara 30 dan 300 koloni, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua tingkat pengenceran terendah 2, maka harus ditentukan rerata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan tingkat pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan hasil terendah > 2, maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil. V. KAJIAN PUSTAKA Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan tercemar adalah pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia; pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan; pangan yang mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia; pangan yang sudah kedaluwarsa. Cemaran adalah bahan yang tidak dikehendaki ada dalam makanan yang mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat proses produksi makanan, dapat berupa cemaran biologis, kimia dan benda asing yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Cemaran biologis adalah cemaran dalam makanan yang berasal dari bahan hayati, dapat berupa cemaran mikroba atau cemaran lainnya seperti cemaran protozoa dan nematoda. Cemaran mikroba adalah cemaran dalam makanan yang berasal dari mikroba yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Akib, 2009). Makanan harus memiliki fungsi berikut, yaitu memberikan panas dan tenaga, membangun jaringan-jaringan tubuh baru, memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua dan mengatur proses-proses alamiah dan kimiawi dalam tubuh. Sedangkan kegunaan dari makanan adalah memberikan tenaga untuk bekerja, untuk pertumbuhan badan, melindungi tubuh terhadap beberapa macam penyakit, mengatur suhu tubuh dan membentuk makanan cadangan di dalam tubuh (Kuntaraf, 1991). Untuk menghasilkan makanan dan minuman yang berkualitas tinggi, ada banyak faktor yang berperan seperti air, tempat pengolahan makanan, peralatan, dan pengolah makanan. Pengolah makanan memegang peranan penting dalam upaya penyehatan makanan karena sangat berpotensi dalam menularkan penyakit. Proses penularan dapat terjadi melalui makanan dan minuman dari dirinya kepada makanan dan minuman yang disajikan kepada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut atau dikenal dengan kontaminasi silang. Di Negara maju seperti Amerika Serikat, 13% dari peristiwa keracunan disebabkan oleh kontaminasi silang dari pekerja (Dewanti dan Heriyadi, 2002). Oleh karena itu, kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting bagi pengolah makanan (Adam, 1992). Keracunan makanan adalah kesakitan yang disebabkan oleh racun (toxin) mikroba pada makanan, atau oleh bahan makanan tambahan yang bersifat racun dalam makanan kemudian makanan bersama racun tersebut masuk ke dalam tubuh (Adam, 1992). Standard plate count Menurut Fardiaz (1993), metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikrobia di dalam bahan pangan adalah metode hitungan cawan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitung cawan dapat dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang dan metode permukaan. Pada metode tuang, jumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian digoyangkan supaya sampel tersebar merata. Pada metode permukaan, agar-agar steril dituangkan ke dalam cawan petri setelah membeku sebanyak 0,1 ml, contoh yang telah diencerkan diinokulasikan pada permukaan agaragar dan diratakan dengan batang gelas melengkung (hockey stik) steril. Perhitungan jumlah koloni dilakukan dengan hitungan cawan (Total Plate Counts) berdasarkan pertumbuhan dapat dilihat langsung tanpa mikroskop (Fardiaz, 1989). Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300. 2. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader. 3. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt- turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya. 4. Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata. Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1990). 5. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz, 1992). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah mikrobia, dimana suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004). Pengkuran pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan metoda cawan. Prinsip dari metode ini adalah sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium sedemikian sehingga mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Jumlah koloni mikroorganisme dihitung berdasarkanStandard Plate Count (SPC). Metode ini cukup sensitif karena hanya sel mikroorganisme yang hidup yang dapat dihitung. Selain itu beberapa sel yang berdekatan dapat dihitung sekaligus sebagai suatu koloni (Waluyo, 2004). Penghitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count atau disebut juga standard plate count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Penghitungan jumlah mikroorganisme hidup (viable count) adalah jumlah minimum mikroorganisme. Hal ini disebabkan koloni yang tumbuh pada lempengan agar merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berbiak dalam media dan suhu inkubasi tertentu (M. Nur, et al., 2005) Analisis mikroorganisme digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan. Analisis tersebut dapat menggunakan standar yang disebut Standar Plate Count (SPC), menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu bahan pangan yang dianalisis. Cara menghitung koloni adalah sebagai berikut: 1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300. 2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni. 3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Adapun rumus untuk menghitung jumlah koloni per ml adalah sebagai berikut: jumlah koloni x 1/ FP ( FaktorPengenceran )x medium yang ditumbuhkan
Hasil perhitungan diatas dinyatakan dalam ALT ( Angka Lempeng Tunggal ) (M. Nur, et al., 2005). Hasil yang didapat sebagai angka lempeng total harus mengikuti aturan aturan sebagai berikut : 1. Angka yang ditulis hanya dua angka, yaitu angka pertama di depan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga 5, maka dibulatkan menjadi satu angka lebih tinggi dari angka kedua. 2. Apabila setelah pembulatan tersebut menyebabkan perubahan pada angka pertama maka angka tingkat pengenceran dinaikkan menjadi satu angka lebih tinggi daripada angka sebelumnya. Misalnya 1,95x10 3 diubah menjadi 2,0x 10 4 3. Jika seua tingkat pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri pada tingkat pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 3,0 dikalikan tibgkat pengenceran tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. 4. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah lebih dari 300 koloni pada semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri pada tingkat pengenceran tertinggi yang dihitung, misalnya dengan cara menghitung jumlah koloni pada seperempat bagian cawan petri, kemudian hasilnya dikalikan 4. Hasil perhitungan dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan tingkat pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. 5. Jika terdapat 2 tingkat pengenceran yang menghasilkan jumlah antara 30 dan 300 koloni dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua tingkat pengenceran terendah 2, maka harus ditentukan rerata dari kedua nilai tersebut dengan memeperhitungkan tingkat pengencerannya. Jika perbadingan anatara hasil tertinggi dan terendah > 2, maka yang dilaporkan hanya hasil terkecil. Batas maksimum cemaran mikroba berdasarkan PBOM untuk saus kacang :
Saus kacang cilok
Gambar saus kacang cilok (Risisooi, 2013) Proses pembuatan bumbu kacang Bahan : Kacang tanah 250 gram Merica 1 sendok the Bawang putih 3 siung Bawang merah 3 siung Mentega 1 sendok makan Merica Cabe merah 2 3 gram Gula merah secukupnya Penyedap rasa secukupnya Garam secukupnya (Risisooi, 2013) Cara membuat : Kacang tanah digoreng kemudian di haluskan. Cabe merah, bawang putih, bawang merah dihaluskan kemudian ditumis. Masukkan kacang yang sudah dihaluskan, tambahkan air gula merah, cabe, merica, penyedap dan garam secukupnya Tambahkan kecap secukupnya (Risisooi, 2013) VI. METODE Metode Hari Praktikum : Selasa-Kamis Tanggal Praktikum : 22-24 April 2014 Tempat Praktikum : Laboratorium Mikrobiologi, O5 310 Universitas Negeri Malang Metode Praktikum : Menggunakan Metode Hitung Cawan Prinsip dari metode hitungan cawan ini adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan menggunakan mata telanjang tanpa harus dengan menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1992).
Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah mikroba, hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut: 1. Hanya sel yang masih hidup saja yang dapat dihitung. 2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus.\ 3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba, karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu mikroba yang mempunyai penampakan pertumbuhan secara spesifik (Fardiaz, 1992). Kelemahan penggunaan metode cawan ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena sel yang berdekatan kemungkinan membentuk koloni. 2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda. 3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas. 4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi yang relatif lama. variabel o Variabel Bebas : sampel bahan makanan yang diuji o Variable Terikat : banyaknya koloni dalam cawan o Variable Kontrol : medium lempeng Plate Count Agar (PCA) Alat dan Bahan Alat : - Gelas ukur - Bunsen - Pipet - Vortex - Cawan petri - LAF - Korek api - Tabung reaksi - Lap - Makropipet - Kapas Bahan : - Sampel bahan makanan cair 10 ml (saus sambal kacang) - Larutan air Pepton 0,1%, sebanyak 90 ml - Larutan air Pepton 0,1%, 9 ml sebanyak 5 tabung - Medium lempeng Plate Count Agar (PCA) 6 buah
Cara Kerja Tahap Persiapan o Menyediakan sampel bahan (saus sambal kacang) yang akan diuji o Menyiapkan alat yang akan digunakan o Memfiksasi semua alat yang akan digunakan Tahap Pembuatan Larutan o Mengukur sampel bahan yang diuji (saus sambal kacang) sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur. o Memasukkan 10 ml saus sambal kacang ke dalam 90 ml larutan Pepton, kemudian mengocok secara perlahan. o Menghomogenkan dengan menggunakkan Vortex. Tahap Inokulasi o Memfikasasi labu erlenmeyer yang terdapat suspensi uji di dalamnya dan tabung reaksi o Mengambil 1 ml suspensi kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi A, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan difiksasi o Mengambil 1 ml larutan suspensi dalam tabung reaksi A dan memasukkan ke dalam tabung reaksi B, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan difiksasi o Mengambil 1 ml larutan suspensi dalam tabung reaksi B dan memasukkan ke dalam tabung reaksi C, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan difiksasi o Mengambil 1 ml larutan suspense dalam tabung reaksi C dan memasukkan ke dalam tabung reaksi D, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan difiksasi o Mengambil 1 ml larutan suspense dalam tabung reaksi D dan memasukkan ke dalam tabung reaksi E, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan difiksasi o Memfiksasi tabung reaksi dan cawan petri. o Mengambil 0,1 ml dari masing-masing suspensi, lalu meneteskan di atas permukaan medium lempeng dengan kode yang sesuai. Dimulai dengan tabung reaksi E dan meletakkan pada medium lempeng dengan kode F (secara terbalik dari larutan dengan tingkat pengenceran tertinggi). o Menutup cawan petri yang telah berisi suspenji uji tersebut lalu meratakannya dengan memutar secara perlahan. o Menginkubasi biakan pada medium lempeng dalam incubator pada suhu 37 0 C Tahap Penghitungan Koloni o Mengamati dan menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada medium lempeng (bisa menggunakan colony counter atau secara manual). o Memilih medium yang ditumbuhi 30-300 koloni bakteri. o Menghitung Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang terdapat dalam tiap ml sampel bahan makanan dengan berdasarkan tingkat pengencerannya VII. DATA DAN ANALISIS Data NO. TINGKAT PENGENCERAN JUMLAH KOLONI GAMBAR 1 10 -1 266
2 10 -2 231
3 10 -3 98
4 10 -4 78
5 10 -5 76
6 10 -6 74
Analisis data Pada percobaan uji kelayakan bahan makanan ini, sampel yang kita gunakan adalah saus kacang cilok bakar yang dijual di depan SMPN 4 Malang menggunakan metode perhitungan angka lempeng total. Setelah diinkubasi selama 2x24 jam, hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut : - Pada konsentrasi 10 -1 jumlah koloni yang teramati sebanyak 266 koloni - Pada konsentrasi 10 -2 jumlah koloni yang teramati sebanyak 231 koloni - Pada konsentrasi 10 -3 jumlah koloni yang teramati sebanyak 98 koloni - Pada konsentrasi 10 -4 jumlah koloni yang teramati sebanyak 78 koloni - Pada konsentrasi 10 -5 jumlah koloni yang teramati sebanyak 76 koloni - Pada konsentrasi 10 -6 jumlah koloni yang teramati sebanyak 74 koloni Karena jumlah semua koloni dalam tiap konsentrasi yang teramati masuk dalam rentangan 30-300 jumlah koloni ,maka perhitungan ALT yang digunakan adalah menggunakan pembagian dari hasil ALT jumlah koloni terkecil dan ALT jumlah koloni terbesar .Apabila hasilnya lebih dari dua maka ALT jumlah koloni yang digunakan adalah yang terkecil sedangkan apabila kurang dari dua maka digunakan rerata dari ALT pada tingkat pengenceran terendah dan tertinggi Dengan rumus perhitungan : jumlah koloni x 1/tingkat pengenceran x medium yang ditumbuhkan Hasil penghitungan ALT keseluruhan 266 x 1/10 -1 x 10 -1 = 266 ALT 266= 266 koloni/ ml 2,7 x 10 2 koloni/ ml 231 x 1/10 -2 x 10 -1 = 2310 ALT 231= 2310 koloni/ ml 2,3x 10 3 koloni/ ml 98 x 1/10 -3 x 10 -1 = 9800 ALT 98= 9800 koloni/ ml 9,8x 10 3 koloni/ ml 78 x 1/10 -4 x 10 -1 = 78000 ALT 78= 78000 koloni/ ml 7,8 x 10 4 koloni/ ml 76 x 1/10 -5 x 10 -1 = 760000 ALT 76= 760000 koloni/ ml 7,6 x 10 5 koloni/ ml 74 x 1/10 -6 x 10 -1 = 7400000 ALT 74= 7400000 koloni/ ml 7,4 x 10 6 koloni/ ml Dari hasil pengamatan diketahui pula bahwa data menunjukkan hasil yang linier dan rasional, sehingga menggunakan hasil pada tingkat pengenceran terendah dan tertinggi, yaitu : 7400000 / 266 = 27819,5489 atau 2,8 x 10 Dari hasil perbandingan antara ALT dengan tingkat pengenceran tertinggi dan terendah menunjukkan angka lebih dari dua sehingga ALT pengenceran yang diapakai yaitu ALT dari tingkat pengenceran terendah yaitu 266 yaitu 2,7 x 10 2 Hasil identifikasi sementara yaitu ALT dari hasil perhitungan sebesar 2,7 x 10 2 koloni/ ml dan dapat dikatakan saus kacang cilok bakar di depan SMP 4 dapat dikonsumsi karena berada di bawah batas kewajaran paparan mikroba
Analisis Prosedur : Metode yang digunakan dalam uji keyakan bahan makanan ini adalah dengan metode ALT, prosedur- prosedur yang digunakan dalammetodeini sudah benar. Pada tahap pembuatan larutan, bahan uji yang telah dirutkan dengan pepton dihomogenkan dengan vortex. Hal ini bertujuan agar larutan pepton dan bahanuji dapat tercampur secara sempurna sehingga memudahkan dalam proses inkubasi pada media lempeng. Pada tahap penginokulasian din LAF setiap sebelum dan sudah melakukan kegiatan dilakukan fiksasi.Hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi. VIII. PEMBAHASAN Percobaan uji makanan pada saus kacang yang telah dilakukan, ditentukan angka cemaran mikroba atau angka lempeng total (ALT). Angka lempeng total (ALT) adalah metode kuantitatif yang yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel (BPOM RI, 2008). Perhitungan ALT hanya dilakukan pada tingkat pengenceran ke 6. Jika dilakukan pengenceran, maka jumlah mikroba yang tersuspensi di dalam air steril menjadi lebih kecil. Hal ini terlihat dari jumlah mikroba yang teramati setelah pengenceran hingga keenam kalinya, bahwa umumnya semakin banyak pengenceran yang dilakukan maka jumlah mikroba yang terhitung semakin sedikit (Fardiaz,1992). Angka lempeng total aerob adalah jumlah mikroorganisme hidup yang membutuhkan oksigen yang terdapat dalam suatu produk yang diuji. Pertumbuhan mikroorganisme aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) setelah contoh diinkubasikan dalam media agar pada suhu 37 C selama 48 jam mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu media agar, maka mikroorganisma tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dengan membentuk koloni yang dapat langsung dihitung (Fardiaz, 1992) Perhitungan pada koloni hanya dihitung dengan jumlah koloni antara 30-300. Hal ini dikarenakan media agar dengan jumlah koloni tinggi ( > 300 koloni ) sulit untuk dihitung, sehingga kemungkinan besar kesalahan perhitungan sangat besar. Sedangkan untuk jumlah koloni sedikit (<30 koloni) tidak absah dihitung secara statistik. Pada penentuan ALT pada percobaan digunakan metode penuangan agar. Untuk metode ini dilakukan pengenceran serial. Serial Dilution adalah pengenceran bertahap dari suatu zat dalam larutan. Biasanya faktor pengenceran di setiap langkah adalah konstan, sehingga dalam perkembangan geometris dari konsentrasi dalam mode logaritmik. Sebuah pengenceran sepuluh kali lipat serial dapat 1 M, 0,1 M, 0,01 M, 0,001 M. Pengenceran serial digunakan untuk menciptakan solusi yang sangat akurat diencerkan serta solusi untuk percobaan menghasilkan kurva konsentrasi dengan skala logaritmik (Eema, 2011). Komposisi saus kacang adalah kacang tanah, merica, bawang putih, bawang merah, mentega, cabe merah, gula merah, penyedap rasa, dan garam (Risisooi, 2013). Dari komposisi saus kacang tersebut dapat diketahui bahwa banyak sumber makanan organik yang dapat digunakan sebagai sumber makanan mikroba, antara lain karbohidrat dan minyak kacang serta mentega. Bahan-bahan inilah yang diduga dapat memapaparkan cemaran mikroba,serta ditinjau dari tempat penjualan sampel yaitu jalan depan SMPN 4 Malang yang notabene sering dilewati oleh kendaraan, pelajar, penduduk sekitar, dan yang kurang bersih dapat menjadi kemungkinan sampel dapat terpapar oleh mikroba karena mikroba dapat tersebar dan hidup bebas terutama dalam lingkungan yang padat penduduk dan lalu lintasnya serta karena adanya sanitasi yang kurang bersih (Unus 1995). Dari analisa yang dilakukan yaitu jumlah ALT yang didapatkan adalah 2,7 x 10 2 cfu/mL. Sedangkan nilai ambang batas ALT yang ditetapkan oleh BPOM adalah
1 x 10 4 cfu/mL sehingga saus kacang yang dibeli di jalan depan SMPN 4Malang ini dapat dikatakan masih bisa dikonsumsi. Karena nilai ALT yang didapatkan lebih kecil dari nilai ALT yang di tetapkan Oleh BPOM (Yunita, 2010). Pengolah makanan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya penyehatan makanan, karena mereka sangat berpotensi dalam menularkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau minuman, yaitu dari dirinya kepada makanan atau minuman yang diolahan disajikan kepada orang yang mengkonsumsi, atau dikenal dengan sebutan kontaminasi silang. Oleh karena itu kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting bagi pengolah makanan. Higiene perorangan penting untuk mencegah kontaminasi karena manusia adalah agen berbagai macam penyakit (Yunita, 2010). Kebersihan seorang pengolah makanan sangat perlu diterapkan dalam pengolahan makanan untuk mencegah penularan penyakit melalui makanan. Karena itu pengetahuan pengolah saus kacang tentang kebersihan sangat perlu ditingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan memberikan penyuluhan kepada para pedagang mengenai pentingnya kebersihan perseorangan, seperti: selalu mencuci tangan dengan sabun dan pada air mengalir sebelum mengolah makanan, setelah memegang makanan mentah dan setelah dari kamar mandi, tidak memakai perhiasan saat bekerja, selalu menutup makanan yang telah dimasak agar terhindar dari lalat dan serangga lainnya, menggunakan sarung tangan plastik, penjempit makanan, sendok, dan garpu pada saat mengambil makanan jadi, pada saat bekerja harus memakai celemek, tidak makan atau mengunyah pada saat bekerja, harus menutup luka dengan perban atau bahan yang kedap air. Selain tentang kebersihan perseorangan, pengolah makanan juga perlu diberitahukan mengenai dampak yang dapat terjadi akibat pengolahan makanan yang tidak baik (Yunita, 2010). Kontaminasi oleh mikroba dapat juga disebabkan oleh praktikan saat melakukan praktikum. Saat melakukan praktikum, praktikan kurang memperhatikan kebersihan dan kesterilan sehingga menambah hasil ALT. Pada saat melakukan penimbangan praktikan tidak memperhatikan kebersihan alat yang digunakan dan juga tidak memperhatikan kesterilan anggota tubuh terutama bahan. Saat melakukan inokulasi praktikan kurang serius sehingga ruangan yang streril jadi terkontaminasi terutama saat praktikan bercanda sendiri dan terlalu banyak berbicara. Selain itu praktikan ada yang tidak melakukan sterilisasi tangan dengan alkohol sehingga kemungkinan bakteri pada bahan makanan yang diuji semakin banyak. Oleh sebab itu, tidak hanya faktor internal dari saus kacang yang harus diperhatikan tetapi faktor dari luar yaitu kebiasaan praktikan saat praktikum harus serius dan mematuhi semua prosedur kebersihan dan kesterilan. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Djide, 2003). Pada praktikum uji kelayakan bahan makanan dengan metode permukaan ini, prosedur yang kita gunakan sudah benar karena sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan. Hal ini terbukti dengan tidak adanya hal hal atau kesalahan yang menimbulkan kesalahan pada hasil pengamatan. IX. PENUTUP Kesimpulan 1. Jumlah koloni bakteri yang terdapat pada bahan uji saus kacang pada enam tingkat pengenceran berbedamulai dari tingkat pengenceran terendah yaitu 10 sampai 10 adalah 266, 231, 98,78,76, dan 74 koloni 2. Angka Lempeng Total ( ALT ) pada saus kacang cilok bakar depan SMPN 4 Malang adalah 2,8 x 10 cfu/ml 3. Berdasarkan nilai ALT pada saus kacang cilok bakar depan SMPN 4 Malang jika dibandingkan dengan ambang batas ALT yang ditetapkan oleh BPOM, maka saus kacang ini dinyatakan masih bisa dikonsumsi Saran 1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan para peneliti melakukan prosedur kerja dengan hati hati dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini sangat berpengaruh pada nilai ALT untuk bahan uji yang digunakan 2. Melakukan perhitungan jumlah koloni dengan ketelitian tinggi, karena hal ini akan berpengaruh pula pada nilai ALT untuk bahan uji yang digunakan
DAFTAR RUJUKAN
Akib, Hasniah. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Jakarta : BPOM Adam, S., 1992. Hygiene Perseorangan. Bhratara, Jakarta. Dewanti, R., Hariyadi. (2002, Agustus 19 last update). Mencegah Keracunan Makanan Siap Santap. Available:http://www.kompas.com/kompas- cetak/0208/19/iptek/menc29.htm (Akses: 13 Februari 2008) Djide Natsir, 2004. Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Universitas Hasanuddin:Makassar Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.Yogyakarta. Kuntaraf, 1991. Makanan Sehat. Indonesia Publishing House :Bandung Sibuea, YYA.2011.Chapter II (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 26122/4/Chapter%20II.pdf ) (online) diakses pada tanggal 27 April 2014 pukul 23.19 WIB Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang. Risisooi.2013.cilok bumbu kacang sederhana (http://dapurmasak.com/resep/5066- resep-cilok-bumbu-kacang-sederhana) (online) diakses pada tanggal 27 April 2014 pukul 23.47 WIB Yunita.2010.Kualitas Mikrobiologi Nasi Jinggo Berdasarkan Angka Lempeng Total Coliform Total dan Kandngan E.Coli.(online), (http://ojs.unud.ac.id/index.php/BIO/article/download/588/397) , diakses pada tanggal 28 april 2014 pukul 12.15 WIB