Anda di halaman 1dari 27

SUMBER-SUMBER DAN LINGKUNGAN

Kelompok 1

Firdha Asri Rizar Ibrahim (1310713101)
Siti Ramiza (1310713089)
Ramdhani Pangesti Aji (1310713091)
Dewi Asrini Wulandari (1310713110)
Nissa Izzata (1310713083)
Apri Sutina (1310713095)

Bidang Baru Antropologi Kesehatan


Sejak berakhirnya Perang Dunia II, ahli-ahli antropologi sosial-budaya maupun
antropologi biologi semakin meningkatkan perhatian mereka pada studi lintas-
budaya mengenai sistem kesehatan, juga pada faktor-faktor bioekologi dan
sosial-budaya yamg berpengaruh terhadap kesehatan serta timbulnya penyakit,
baik pada masa kini maupun di sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Pada masa kini, para ahli antropologi tersebut bekerja di fakultas-fakultas,
kedokteran, sekolah perawat, dan di bidang kesehatan masyarakat; di rumah
sakit dan departemen-departemen kesehatan, serta di jurusan-jurusan
antropologi pada universitas umum. Para ahli antropologi teresbut umumnya
disebut sebagai ahli antropologi kesehatan dan lapangan yang diwakilinya
adalah subdisiplin baru antopologi, yakni antropologi kesehatan.
Secara konseptual, semuanya itu dapat dijajarkan dalam satu kontinum, dengan
ujung yang satu disebut kutub biologi sedangkan ujung lainnya disebut kutub
sosial-budaya. Namun antropologi kesehatan tidak boleh dipandang sebagai
penggabungan dari dua disiplin yang longgar, biologi dan sosial budaya, karena
seringkali masalah-masalah yang dihadapi kedua disiplin ilmu tersbut saling
membutuhkan data maupun teori-teori dari kedua bidang yang bersangkutan.
Secara singkat, antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai
disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosial-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya di sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit.
Akar dari Antropologi Kesehatan

1. Antropologi Fisik
Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropoloig kesehatan, karena
perhatian mereka pada biologi manusia sejajar dan tumpang-tindih
dengan banyak lapangan perhatian para dokter. Baik dalam hal
lapangan perhatian maupun dalam hubungan-hubungannya, ahli-ahli
antropologi fisik di masa lalu, seperti halnya pada masa kini, juga
memberikan banyak perhatian pada topik-topik yang mempunyai
kepentingan medis. Berbagai studi antropologi mengenai
pertumbuhan manusia serta perkembangannya bersifat medis dan
antropologi.
Fiennes lebih jauh lagi mengajukan pendapatnya bahwa penyakit
yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi
yang khusus dari suatu cara hidup yang beradab, dimulai dari
pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan berkembangnya
pemukiman penduduk yang padat (Fiennes 1964 : 23 26). Dalam
pengembangan usaha pencegahan penyakit, para ahli antropologi
fisik telah memberikan sumbangan dalam penelitian mengenai
penemuan kelompok-kelompok penduduk yang memiliki resiko
tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit
(sickle-cell) dan pembawa penyakit kuning (hepatitis).

2. Etnomedisin
Sub bagian antropologi kesehatan yang kini disebut sebagai
etnomedisin yakni, kepercayaan dan praktek-praktek yang
berkenaan dengan penyakit, yang merupakanhasil dari
perkembangan kebudayaan asli yang eksplisit tidak berasal
dari keragka konseptual kedokteran modern (Hughes 1968:
99) merupakan urutan langsung dari awal perhatian ahli-ahli
antropologi mengenai sistem medis non-Barat.
W.H.R. Rivers, menerbitkan suatu karya besar dalam bidang
antropologi kesehatan, berjudul Medicine, Magic and Religion
(Rivers 1942). Dari Rivers kita memperoleh konsep-konsep
dasar penting, terutama mengenai ide bahwa sistem
pengobatan asli adalah pranata-pranata sosial yang harus
dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata-
pranata sosial umumnya, dan bahwa praktek-praktek
pengobatan asli adalah rasional bila dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab-akibat (Wellin 1977
: 49).

3. Studi-Studi Tentang Kebudayaan dan Kepribadian
Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli antropologi,
psikiater dan ahli-ahli ilmu tingkah laku lainnya mulai
mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau
sifat-sifat, dan lingkungan sosial budaya di mana tingkah laku
itu terjadi. Para ahli mempelajari tingkah laku juga menaruh
perhatian pada kemungkinan-kemungkinan tes proyektif
baru, seperti kartu tes tinta Rorschach dan Thematic
Apperception Test, dapat mempelajari penjelasan mengenai
fungsi pikiran manusia, sehimgga mereka dapat member kunci
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
Walaupun bagian terbesar penelitian kepribadian dan
kebudayaan bersifat teoritis, beberapa ahli antropologi yang
menjadi pimpinan dalam gerakan tersebut menaruh perhatian
besar pada cara-cara penggunaan antropologidalam
peningkatan taraf perawatan kesehatan.

4. Kesehatan Masyarakat Internasional
Dengan berakhirnya perang dan terbentuknya WHO, maka program-
program kesehatan masyarakat utama yang bersifat bilateral dan
multilateral di negara-negara sedang berkembang merupakan
sebagian dari gambaran dunia,. Petugas-petugas kesehatan yang
bekerja di lingkungan yang bersifat lintas-budaya lebih cepat
menemukan masalah daripada mereka yang bekerja dalam
kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka yang terlibat dalam
klinik-klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan penyakit
bukan hanya merupakan gejala biologis, melainkan juga gejala sosial-
budaya.
Dimulai pada awal 1950-an, para ahli antropologi mampu
mendemontrasikan kegunaan praktis dari pengetahuan mereka (dan
metode-metode penelitian mereka) kepada petugas-petugas
kesehatan masyarakat internasional, yang banyak di antaranya
menerima mereka dengan tangan terbuka. Pendekatan antropologi
dapat diterima pula oleh petugas-petugas kesehatan masyarakat,
oleh karena tidak mengancam mereka secara professional. Mereka
melihatnya sebagai endekatan yang aman, dalam arti bahwa
pendekatan itu merumuskan masalah-masalah hambatan terhadap
perubahan yang terutama ditunjukan oleh masyarakat resipen.
Dimensi Teoritis dan Terapan

Beberapa pihak memandang antropologi kesehatan
semata-mata sebagai ilmu terapan. Ini memang
benar pada fase pembentukannya di tahun 1950-an,
pada waktu dokter-dokter kesehatan masyarakat
dan ahli-ahli antropologi bersama-sama
mencurahkan perhatian mereka pada peningkatan
derajat kesehatan di negara-negarayang sedang
berkembang. Beberapa ahli antropologi masih
melihat dimensi terapannya sebagai yang paling
berarti. Weaver, misalnya, misalnya merasa yakin
bahwa Antropologi Kesehatan adalah cabang dari
antropologi terapan yang menangani berbagai
aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver 1968 :
1).

EKOSISTEM DAN SISTEM SOSIAL
BUDAYA

Tidak mengherankan bahwa pandangan ekologis ternyata cocok bagi
ahli antropologi, karena dalam kenyataannya, pandangan itu
merupakan lanjutan dari lingkungan dan komuniti biotiknya dalam
pendekatan antropologi yang fundamental: yakni perhatian kepada
agregasi atau pengelompokan objek objek yang dipersatukan oleh
beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung,
sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian
rupa oleh alam atau seni sehingga membentuk suatu keseluruhan
yang integral dan berfungsi, beoperasi atau bergerak dalam
kesatuan (kamus Webster edisi kedua).
Dalam antropologi, yang dimaksud sebagai keseluruhan yang
integral adalah suatu sistem sosial-budaya, atau dengan kata yang
lebih umum, suatu kebudayaan. Dalam ekologi keseluruhan integral
adalah suatu ekosistem, suatu interaksi antara kelompok tanaman
dan satwa dengan lingkungan nonhidup mereka (Hardesty
1997:289).
Untuk dapat terus berfungsi tanpa gangguan yang berat, baik
ekosistem maupun sistem sosial-budaya harus mempertahankan
suatu tingkatan integral minimum dan konsistensi dari dalam, suatu
tingkatan yang cukup tinggi sehingga unit-unit yang terpisah-pisah
dalam sistem tersebut dapat saling menyumbangkan peranannya.

PERHATIAN EKOLOGIS DARI PARA
AHLI ANTROPOLOGI KESEHATAN

Para ahli antropologi kesehatan, yang dari definisinya
dapat disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh
perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungan alamnya, tingkahlakunya, penyakit-
penyakitnya, dan cara-cara di mana tingkahlaku dan
penyakit-penyakitnya mempengaruhi evolusi dan
kebudayaannya melalui proses umpan balik. Dalam dunia
masa kini, pendekatan ekologis adalah dasar bagi studi
tentang masalah-masalah epidemiologi, cara-cara di mana
tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat
kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda
dalam populasi yang berbeda-beda. Dalam studi-studi
ekologi, dimulai dengan lingkungan yang menyangkut
manusia, lingkungan bersifat alamiah dan sosial-budaya.

PENYAKIT DAN EVOLUSI

Penyakit-penyakit infeksi telah merupakan faktor
penting dalam evolusi manusia selama 2juta tahun
atau lebih; melalui mekanisme evolusi dari proteksi
genetik maka nenek moyang kita dapat mengatasi
ancaman-ancaman penyakit dalam keidupan
individu dan kelompok (Armelagos dan Dewey
1970). Pada tahun-tahun terakhir, orang-orang
Amerika telah membaca mengenai suatu penyakit
yang baru bagi mereka, yang dikenal sebagai
anemia sel sabit (sickle cell anemia). Penyakit
tersebut ditandai oleh sel darah merah yang
membentuk sel sabit (sickle), tidak bulat seperti
biasanya, bersifat genetik, dan penyembuhannya
belum diketahui.
MAKANAN DAN EVOLUSI

Sepertinya halnya dengan penyakit, makanan juga
merupakan karakteristik lingkungan lingkungan yang
mempengaruhi evolusi. Stini telah
mendeskripsikantentang beberapa aspek dari proses ini
yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia. Leluhur
manusia adalah sebagian herbivorus yang mempunyai
berat sekitar 70 pound, sekitar 2juta tahun yang lalu
manusia menjadi pemburu peramu yang omnivorus.
Selama 2juta tahun tersebut, manusia menyebar ke bagian
bumi yang bisa didiami dan terjadilah peningkatan penting
dalam ukuran tubuh dan otak, paling sedikit diperkirakan
sebagai respon atas protein hewani yang telah menjadi
bagian dari makanannya. Hanya karena makanan yang
cukup kuantitas dan keseimbangannya maka
perkembangan itu dapat terjadi.

EPIDEMIOLOGI

Secara singkat, epidemiologi berkenan dengan ditribusi dalam tempat
dan pravelansi atau terjadinya penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi
oleh lingkungan alam atau lingkungan ciptaan manusia serta oleh
tingkah laku manusia. Variabel-variabel yang paling umum digunakan
oleh para ahli sosiologi dan ahli epidemiologi kedokteran dalam studi-
studi adalah perbedaan umur dan jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan, hubungan suku bangsa dan kelas sosial, tingkah laku individu,
serta lingkungan alami. Semua ini dan banyak faktor lain, telah
dinyatakan sebagai faktor yng berperanan penting bagi ditribusi dan
prevalensi berbagai penyakit.
Korelasi antara penyakit-penyakit terutama ditetapkan melalui
sarana berbagai survei penduduk, untuk menemukan hubungan antara
timbulnya penyakit dengan adanya faktor-faktor biologi, fisik dan sosial.
Jenis pembuktian yang terutama ingin diperoleh adalah hubungan
statistik antara faktor kausalyang diperkirakan dengan terjadinya
penyakit (Suchman 1968:98). Epidemiologi berorientasi pada usaha
mencapai suatu tujuan, dalam arti tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi timbulnya semua
ancaman kesehatan.
Para ahli antropologi juga menaruh perhatian besar terhadap apa
yang disebut sebagai epidemiologi pembangunan yaitu konsekuensi
kesehatan yang sering bersifat mengganggu terhadap proyek-proyek
pembangunan teknologi.

EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN

Konsep pembangunan mencakup intervensi teknologi manusia terhadap
keseimbangan alam: pembangunan bendungan-bendungan, pembukaan,
peralatan dan irigrasi ladang-ladang, pembangunan jalan-jalan raya, sekolah-
sekolah, rumah sakit, pengeboran minyak, pembukaan tambang-tambang, dan
pembangunan pabrik-pabrik.
Namun ada pembangunan yang baik dan ada pembangunan yang buruk
yang pertama adalah dimana pada suatu populasi tertentuterdapat
keseimbangan (jika keseimbangan yang sedemikian itu dapat diukur secara
nyata), dimana populasi tersebut menjadi lebih baik keadaannya daripada
sebelum adanya pembangunan, sedangkan yang buruk adalah dimana keadaan
populasi justru menjadi lebih buruk dengan adanya pembangunan.
Ahli-ahli antropologi senantiasa menaruh perhatian terhadap bagaimana
kebudayaan itu berubah. Dalam masa setelah Perang Dunia II, banyak
berhubungan dengan konsekuensi sosial dari perubahan teknologi, biaya-biaya
yang tersembunyi dan juga keuntungan yang nyata dari program-program
pembangunan. Pandangan ekologi menyediakan perspektif yang ideal bagi studi
mengenai perubahan-perubahan pembangunan, karena kebanyakan dari
proyek-proyek yang dianalisis melibatkan intervensi terhadap alam. Namun
pembangunan adalah juga proses sosial dan ekonomi, yang menyangkut hal-hal
seperti migrasi besar-besaran, pertanian tanaman keras, fasilitas kredit dan
banyak lagi aktivitas manusia yang mempengaruhi kesehtan dan kesejahteraan
manusia.

PENYAKIT-PENYAKIT DAN PEMBANGUNAN

Di antara sejumlah penyakit-penyakit penting yang
masuk dalam klasifikasi ini adalah tripanosomiasis
(penyakit tidur), bilharziasis (juga disebut
schistosomiasis), buta sungai (ochoncerciasis),
filariasis, malaria, kesehatan yang buruk karena
malnutrisi,dan mungkin TBC serta penyakit-
penyakit kronis umumnya.Penyakit-penyakit
tersebut secara relatif terjadi akibat beberapa
faktor, diantaranya yang terutama adalah danau-
danau buatan, irigrasi pertanian, pembangunan-
pembangunan jalan yang menyebabkan migrasi
tenaga kerja dan perdagangan, serta urbanisasi
yang cepat
Lanjutan
Berikut implikasi-implikasi epidemiologis dari beberapa
aktivitas tersebut:
1. Pembangunan Lembah Sungai
Proyek-proyek pembangunan yang telah merubah bentuk
permukaan bumi sedemikan rupa seperti halnya dengan
pembangunan danau buatan, misalnya Danau Nesser di
perbatasan Mesir-Sudan. Pemikiran tersebut bermaksud untuk
pengendalian banjir, pembangunan instalasi listrik tenaga air,
pertanian irigrasi dan mungkin pula, keuntungan kecil seperti
perikanan serta aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan
dengan pengairan.
2. Pembudidayaan Tanah
Pembudidayaan tanah dan pertanian rasional yang sering
merupakan bagian dari proyek pembangunan lembah-lembah
sungai kadang-kadang membahayakan kesehatan. Miller
(1973) memberikan sejumlah contoh. Pertanian sistematis di
daerah pesisir Karibia merupakan kondisi ideal bagi penigkatan
pengembangbiakan jenis nyamuk Anopheles yang menularkan
penyakit malaria.

Lanjutan
3. Pembanguna Jalan Raya
Beberapa penyakit yang dulu terbatas wilayahnya atau
menyebar secara lambat, disebarkan ke daerah-daerah yang
semula bebas penyakit, sebagai akibat dari komunikasi besar-
besaran yang dimungkinkan oleh adanya jalan-jalan raya, jalan
kereta api dan lalu lintas udara. Trypanosomiasis (penyakit
tidur) adalah salah satu dari penyakit disebagia besar wilayah
Afrika. Dengan adanya jalan-jalan baru penyebrangan sungai
merupakan tempat yang menarik bagi manusia atau makhluk
lain untuk minum, mandi dan menyegarkan badan; disinilah
letak bahaya yang mengancam mereka dari gigitan lalat dari
infeksi penyakit tidur.
4. Urbanisasi
Migrasi penduduk desa ke daerah-daerah pemukiman miskin
yang padat di perkotaan menyebabkan timbulnya berbagai
masalah kesehatan. Kondisi kehidupan penduduknya amat
padat, kotor dan tidak bersih. Seringkali tidak terdapat sistem
pengadaan air, dan penyakit-penyakit yang ditularkan lewat
air, terutam disentri, merupakan penyakit-penyakit endemik.

Lanjutan
5. Program-Program Kesehtan Masyarakat
Sanitasi lingkungan dan program-program lain yang
bertujuan untuk mengawasi penyakit, dalam
kenyataannya justru dapat menjadikan situasi lebih
buruk, menggeser masalah dari satu penyakit ke jenis
penyakit yang lain.
Suatu contoh terakhir adalah proyek yang bertujuan
baik tetapi malah menjadi berantakan di Kepulauan
Ryukyu bagian Carolina Utara. Trachoma, suatu
penyakit infeksi yang menyebabkan kebutaan,
disebabkan oleh suatu virus yang disebarkan dari
manusia ke manusia akibat kontak langsung atau tidak
langsung, melalui air, handuk atau pakaian. Dengan
sanitasi lingkungan dan air bersih, prevalensi trachoma
menjadi berkurang atau hilang.

Sistem Medis
System medis sebagai strategi adaptasi social-
budaya
Dalam bab ini penekanan pada penyakit itu
sendiri, bukan pada penduduk manusia
menanggapi ada atau tidak adanya,akibat dari
penyakit-penyakit tertentu.dalam bab ini
berpaling pada kerangka berpikir pranata social-
budaya; kami memfokuskan pada masalah-
masalah orang-orang sakit, sebagai makhluk-
makhluk budaya sejak lama mengembangkan
pranata-pranata social, teori-teori etiologi dan
teknik-teknik pengobatanyang terjadi karena
penyakit yang mengakibatkan
ketidakmampuan.

Lanjutan
Kita lihat bahwa munculnya berbagai manusia masyarakat manusia
menciptakan suatu strategi adaptasi baru dalam menghadapi penyakit,
suatu strategi yang memaksa manusia untuk menaruh perhatian utama
pada pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam usahanya untuk
menanggulangi penyakit,manusia telah mengembangkan suatu
kompleks luas dari pengetahuan, kepercayaan,teknik,peran,norma-
norma,nilai-nilai,ideology ,sikap, adat istiadat,upacara upacara dan
lambing-lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu system
yang saling menguatkan dan saling membantu (saunders 1954 : 7 )
kompleks yang luas tersebut dan hal-hal lainnya yang kita anggap
dapat ditambahkan pada luas tersebut, membentuk suatu system
medis istilah tersebut mencakup keseluruhan dari pengetahuan
kesehatan,kepercayaan,keterampilan,dan praktek-praktek dari para
anggota dari tiap kelompok. Istilah itu digunakan dalam artian
komprehensif yang mencakup semua aktivitas klinik dan non
klinik,pranata-pranata formal dan informal serta segala aktivitas lain,
yang betapapun menyimpangnya,berpengaru terhadap derajat
kesehatan kelompok tersebut dan meningkatkan berfungsinya
masyarakat secara optimal.
Secara singkat, kita memandang setiap system medis sebagai
mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan
dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-
anggota kelompok yang mendukung.

TEORI PENYAKIT DAN SISTEM
PERAWATAN KESEHATAN

Suatu system perawatan kesehatan adalah suatu pranata social
yang melihatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya
pasien dan penyembuh.fungsi terwujudkan dari suatu system
perawatan kesehatan adalah untuk memobilisasi sumber-sumber
daya si pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya. Masing-
masing dari kedua system itu mengisi fungsi-fungsi khusus dari
luar jangkauan peran gabungan mereka dalam perawatan bagi
yang sakit.perbedaan itu membantu kita untuk melihat dengan
lebih jelas kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
keseluruhan system medis.
Perbedaan antara system teori penyakit dan system perawatan
kesehatan juga memiliki keuntungan-keuntungan dalam situasi
tindakan-tindakan tertentu : perbedaan itu memungkinkan kita
untuk mengatasi secara lebih bijaksana,lebih peka , tantangan
dalam memperkenalkan perubahan dakam praktek medis
dikalangan penduduk yang sebelumnya hanya mengenal
system-sistem tradisionalnya belaka. Dalam masyarakat
semacam itu kita menemukan ide tradisional mengenai
penyebab penyakit sering masih bertahan lama setelah inovasi
perawatan kesehatan barat makin menarik perhatian.

Lanjutan
Namun hal itu tidak senantiasa demikian dan
terdapat bukti bukti kuat bahwa dalam berbagai
masyarakat yang sedang berkembang,
kemampuan dokter untuk mengintegrasika
kembali system-sistem yang kontras tersebut
pada kebudayaan-kebudayaan yang berbeda
menjadi satu unit yang dapat hidup
berdampingan sangat membantu pekerjannya.
Akhirnya pemisahan system perawatan
kesehatan dari system system teori penyakit
sangat bermanfaat sabagai sarana pendidikan
dan penelitian. Perbedaan itu memungkinkan
kita untuk kemudian melakukan konsentrasi
pada kumpulan besar data bagi analisis dan
perbandingan lintas-budaya.
BEBERAPA UNSUR UNIVERSAL
DALAM SISTEM SISTEM MEDIS

Suatu kota besar di Amerika, nyatanya ada suatu
struktur universal yang mendasari semua sistem
medis, yang memudahkan pemahaman dan studi.
Beberapa universal adalh sebagai berikut :
1. Sistem medis adalah bagian integral dari
kebudayaan-kebudayan
Pranata-pranta utama dalam setiap kebudayaan
satu dengan lain dan memenuhui fungsi khusus
dalam hubungannya satu sma lain. Pranat-pranata
sosial tercemin dalam peranan dukun serta
hubungan merek dengan pasien dan keluarganya.
Sistem medis tidak dapat dimengerti semta-mata
hanya dari artinya sendiri;hanya apabila mereka
dilihat sebagai bagian dari keseluruhan pola-pola
kebudayaan barulh sistem medis itu dapat
dipahami
Lanjutan
Untuk mengatakan bahwa sistem medis adalah
bagian yang integral dari kebudayaan, berarti
memandangnya pada tingkatan dasar yang
nyata. Namun sistem medis adalah bagian-
bagian dari kebudayaan pada tingkatan dasar
yang lebih abstrak, yang dalam isi maupun
bentuknya mencerminkan pola-pola dan
nilai-nilai yang kurang nampak.
penyakit ditentukan oleh
kebudayaan
Penyakit adalah hal yang berbeda; penyakit adalah
pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa
menjalankan peran normalnya secara wajar, dan
bahwa harus dibedakan antara penyakit(disease)
sebagai suatu konsep patologi, dan
penyakit(illness) sebagai suatu konsep
kebudayaan. Cara lain untuk menunjukkan
perbedaan itu adalah dengan mengatakan
bahwa dokter ingin menembuhkan penyakit
(disease) tetapi ia menangani penyakit(illness),
karena biasanya yang mendorong kita untuk
mencari pertolongan-pertolongan adalah
kerusakan fungsi tubuh dan bukan karena
hadirnya penyakit patogen

Semua sistem-sistem medis
memiliki segi-segi
pencegahan dan pengorbanan
Di Amerika Serikat, dikotomi antara pengobatan
preventif(kesehatan masyarakat) dan pengobatan
kuratif (klinik, sebagai besar dari sektor swasta)
cendrung untuk menyebabkan kita merasa bahwa
berbagai masyarakat sederhana yang tidak memiliki
pembagian tersebut kurang memiliki konsep-konsep
pencegahan.
Hal-hal seperti karangtina,wajib imunisasi, standar
minimum air bersih, sanitasi pembuangan sampah
dan kotoran untuk masyarakat luas, membutuhkan
mekanisme hukum yang biasanya hanya
dihubungkan dengan sistem-sistem pemerintah
yang telah berkembang.
Walaupun banyak praktek-praktek Pencegahan
peribumi tidak lebih dari tahayul, beberapa
tindakan memberikan hasil, walaupun tidak
untuk alasan asumsikan. Banyak masyarakat
tradisional , Misalnya, menjaga lingkungannya
karena rasa takut bahwa musuh-musuh mereka
akan melakukan praktek magi simpatetik
terhadap mereka melalui kotoran-kotoran
mereka, namun berkurangnya lalat akibat
praktek tersebut sudah tentu menguntungkan
kesehatan.
Sistem Medis Memiliki
Sejumlah Fungsi
Sistem-sistem budaya yang kompleks lain dalam
suatu masyarakat, sistem medis memenuhi
sejumlah fungsi yang penting bagi kesejahteraan
kebudayaan, dimana mereka menjadi bagian
dari nya;fugsi-fungsi yang sering tidak dikenal
oleh anggota-anggota masyarakat itu sendiri,
tetapi yang adaptif dalam arti bahwa hal itu
meningkatkan kesejahteraan kelompok yang
bersangkutan.
Suatu landasan dimana peran sosial penyakit
dapat dimainkan : yaitu istirahat sementra dari
tekanan psikologis dan sosial, keinginan untuk
mendapt perhatian, suatu cara untuk mengawasi
tingkah laku orang lain, dan sebaginya.

Anda mungkin juga menyukai