Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat tingginya prevalen masalah HIV/AIDS saat ini bukan hanya
masalah kesehatan dari penyakit menular semata, tetapi sudah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang sangat luas. Oleh karena itu,
penanganan tidak hanya dari segi medis tetapi juga dari psikssial dengan
berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat melalui upaya pen!egahan
primer, sekunder, dan tertier. Salah satu upaya tersebut adalah deteksi dini
untuk mengetahui status seserang sudah terin"eksi HIV atau belum melalui
knseling dan testing HIV/AIDS suka rela, bukan dipaksa atau di#ajibkan.
Mengetahui status HIV lebih dini memungkinkan peman"aatan layanan$
layanan terkait dengan pen!egahan, pera#atan, dukungan, dan pengbatan
lainnya. Di Indnesia, jumlah penderita AIDS yang dilaprkan % &anuari $
'% Desember ())* adalah '+,' kasus. Sedangkan di Semarang, berdasarkan
pendataan yang dilakukan leh Dinas -esehatan -ta Semarang didapatkan
rang dengan HIV psiti" %**, dan penderita AIDS %. rang. /aktr resik
penularan HIV di &a#a 0engah terdiri dari ,*1 heterseksual, ((1 ID2,
31 perinatal, 31 hmseksual dan %1 melalui tran"usi.
4erubahan prilaku seserang dari berisik menjadi kurang berisik
terhadap kemungkinan tertular HIV memerlukan bantuan perubahan
emsinal dan pengetahuan dalam suatu prses yang mendrng nurani
dan lgika. 4rses mendrng ini sangat unik dan membutuhkan
pendekatan individu. -nseling merupakan salah satu pendekatan yang
perlu dikembangkan untuk mengella keji#aan dan prses menggunakan
pikiran se!ara mandiri. V50$5S0 penting dilaksanakan karena rang
dengan HIV psiti" dan AIDS perlu mendapatkan perhatian dan
pendampingan khusus mengingat negati"nya stigma masyarakat serta
tingginya tekanan ssial yang, dan diperlukannya mtivasi untuk
perubahan perilaku beresik tinggi.
1
Pasien yang menderita AIDS memperlihatkan adanya
gangguan psikologis berupa stres dan depresi yang
ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis,
merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih
buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah
terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya. Sehingga
diperlukan peranan dari perawat, keluarga, masyarakat
dan LSM dalam meningkatkan derajat kehidupan pasien
dengan I!"AIDS #$e%ry dkk, &''() 1*+,.
B. Rumusan Masalah
6erdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut7
%. 6agaimanakah masalah psikssial pada pasien HIV/AIDS yang
terin"eksi in"eksi prtunistik8
(. 6agaimanakah peranan pera#at, keluarga, masyarakat dan 9SM
dalam menanggulangi masalah psikssial pasien HIV/AIDS8
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu7
%. Mengetahui masalah psikssial pada pasien HIV/AIDS yang
terin"eksi in"eksi prtunistik
(. Memahami peranan pera#at, keluarga, masyarakat dan 9SM dalam
menanggulangi masalah psikssial pasien HIV/AIDS.
&
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah Psikssial !a"a Pasien HI#$AIDS %ang Terin&eksi In&eksi
'!rtunistik
Pasien yang menderita AIDS memperlihatkan adanya
gangguan psikologis berupa stres dan depresi yang
ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis,
merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih
buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah
terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya. #$e%ry dkk,
&''() 1*+,.
Studi yang dilakukan leh Meredith :dalam Varney7 ()),; yang
menanyai #anita HIV psiti" mengenai apa yang mereka butuhkan dari
pera#atan mereka, di dapatkan hasil sebagai berikut7
%. 4era#atan persnal dan dihargai
(. Mempunyai seserang untuk diajak bi!ara tentang masalah$
masalahnya
'. &a#aban$ja#aban yang jujur dari lingkungannya
3. 0indak lanjut medis
.. Mengurangi penghalang untuk pengbatan
,. 4endidikan/penyuluhan tentang kndisi mereka
4asien yang didiagnsis dengan HIV akan mengalami masalah "isik,
psiklgis, ssial, dan spiritual. Masalah psiklgis yang timbul adalah7
%. Stres, yang ditandai dengan menlak, marah, depresi, dan keinginan
untuk mati.
Individu yang terin"eksi AIDS :atas pemberitahuan dkter;,
biasanya mengalami shock. 6isa putus asa :karena shock berat;.
4enderita mengalami <depresi berat=, sehingga menyebabakan
penyakit makin lama makin berat, timbul berbagai in"eksi ptunistik,
-
penderita makin tersiksa. 6iaya pengbatan tambah besar, ma!am
penyakit tambah banyak, bat yang di beri harus tambah banyak dan
tambah keras, dengan berbagai e"ek samping, yang memperparah
keadaan penderita.
(. -eyakinan diri yang rendah pada penderita HIV/AIDS akan
menyebabkan penderita mengalami hypochondria.
Dimana penderita seringkali memikirkan mengenai kehilangan,
kesepian dan perasaan berdsa di atas segala apa yang telah dilakukan
sehingga menyebabkan mereka kurang menitik beratkan langkah$
langkah penjagaan kesehatan dan kerhanian mereka. Serang pasien
yang telah didiagnsis HIV psiti" dan mengetahuinya, kndisi mental
penderita akan mengalami "ase yang sering disingkat SA6DA :Shock,
Anger, Bargain, Depressed, Acceptance;.
'. -e!emasan akan HIV/AIDS berkrelasi negati" dengan Psychological
Well Being :kesejahteraan psiklgis;
Ini menunjukkan bah#a semakin tinggi tingkat ke!emasan pada
penderita HIV/AIDS, maka Psychological Well Being :kesejahteraan
psiklgis; pada penderita HIV/AIDS akan semakin rendah.
Dalam pandangan masyarakat, ODHA sering dianggap memiliki
perilaku yang ter!ela :rang jahat; dan mereka kemudian dilihat
sebagai rang yang berhak mendapatkan takdir atas perilaku ter!ela
tadi. 4ada saat yang sama masyarakat menyalahkan ODHA sebagai
sumber penularan penyakit AIDS. 4andangan dan pendapat
masyarakat tentang HIV/AIDS yang akhirnya menimbulkan stigma
dan diskriminasi terhadap ODHA. Menurut The Centre for the Study
of AIDS Uniersity of Pretoria, terdapat ( ma!am stigma, yaitu7
a. >ksternal stigma
>ksternal stigma merujuk pada pengalaman ODHA yang
diperlakukan se!ara tidak #ajar atau tidak adil dan berbeda dengan
rang lain. >ksternal stigma meliputi7
.
%; Menjauhi :aoidance;, yakni rang$rang menjauhi ODHA
atau tidak menginginkan untuk menggunakan peralatan yang
sama.
(; 4enlakan :re!ection;, yakni rang$rang menlak ODHA. Hal
ini dapat dilakukan leh anggta keluarga atau teman yang
tidak mau lagi berhubungan dengan ODHA atau dapat juga
suatu masyarakat atau kelmpk tertentu yang tidak mau
menerima ODHA.
'; 4eradilan mral :"oral !udge"ent;, yakni rang menyalahkan
ODHA karena status HIV mereka atau melihat ODHA sebagai
rang yang tidak bermral.
3; Stigma karena hubungan :stig"a #y association;, yakni rang
yang terkait dengan ODHA :seperti keluarga atau teman
dekatnya; akan terstigma juga karena keterkaitan tersebut.
.; -eengganan untuk melibatkan ODHA :un$illingness to inest
in P%&A;, yakni rang mungkin akan dipinggirkan dalam suatu
rganisasi atau kelmpk karena status HIV mereka.
,; Diskriminasi :discri"ination;, yakni penghilangan kesempatan
untuk ODHA, seperti ditlak untuk bekerja, ditlak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai atau petugas
menlak untuk melayani ODHA.
?; 4ele!ehan :a#use;, yakni ODHA yang se!ara "isik ataupun
lisan dile!ehkan.
+; 4engrbanan :icti"i'ation;, sebagai !nth anak$anak yang
terin"eksi HIV atau anak yatim piatu yang rangtuanya
meninggal karena AIDS.
*; 4elanggaran hak asasi manusia :a#use of hu"an right;, sebagai
!nth pelanggaran asas kerahasiaan seperti membuka status
HIV seserang pada rang lain tanpa persetujuan yang
bersangkutan atau dilakukan tes HIV tanpa melakukan
infor"ed consent.
b. Internal stigma
*
Internal stigma adalah perasaan tertentu seserang tentang diri
mereka sendiri seperti rasa malu atau rasa takut ditlak. Internal
stigma meliputi7
%; Mengasingkan diri dari pelayanan atau kesempatan :self(
e)clusion fro" serices or opportunities;, yakni ODHA tidak
menginginkan untuk mendapatkan pelayanan atau tidak bekerja
karena mereka takut diketahui sebagai ODHA.
(; 4ersepsi terhadap diri sendiri :perception of self;, ODHA
memiliki rasa rendah diri karena status HIV mereka yang
psiti".
'; 4enarikan diri se!ara ssial :social $ithdra$al;, ODHA akan
menarik diri dari hubungan pribadi dan ssial.
3; Mengganti se!ara berlebihan :oerco"pensation;, ODHA
per!aya bah#a mereka seharusnya memberi lebih dibanding
rang lain atau adanya perasaan berhutang jika rang lain
bersikap baik pada mereka.
.; -etakutan untuk pengungkapan :fear of disclosure;, ODHA
tidak akan mengungkapkan status HIV mereka karena mereka
takut akan knsekuensinya.
B. Peran "ari Pera(at) *eluarga) "an Mas%arakat$LSM "alam
Menanggulangi Masalah Psikssial Pasien HI#$AIDS
2paya memahami dan mengiterpretasikan se!ara spesi"ik terhadap
stres dalam men!ari arti dan makna stres :neutrali'e its stressfull*. Dalam
menghadapi situasi stres, respns individu se!ara rasinal adalah dia akan
menghadapi se!ara terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan
kepada diri sendiri bah#a masalah tersebut bukan sesuatu yang penting untuk
dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya. Sebagaian rang
berpikir bah#a setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam
hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua permasalahan dengan
melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang pen!ipta
untuk men!ari hikmah dan makna dari semua yang terjadi. 6eberapa studi
lainnya menjelaskan bah#a serang penderita HIV AIDS setidaknya
(
membutuhkan bentuk dukungan dari lingkungan ssialnya. Dimensi
dukungan ssial meliputi ' hal7
%. +"otional support, meliputi7 perasaan nyaman, dihargai, di!intai, dan
diperhatikan
(. Cognitie support, meliputi7 in"rmasi, pengetahuan dan nasehat
'. ,aterials support, meliputi bantuan atau pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah. :@ursalam, ())?;
Oleh sebab itu dibutuhkan peranan dari pera#at, keluarga,
masyarakat/9SM dalam menanggulangi masalah psikssial pasien
HIV/AIDS. 6erikut adalah peranannya7
+. Peran Pera(at "alam Penanggulangan HI#$AIDS
-edekatan pera#at dengan para pasien HIV memang menjadi
kun!i dalam prses kesembuhan pasien. 4eran pera#at memang dianggap
#ajar sebagai bagian dari tugas atau pekerjaan yang memang harus
dilaksanakan. @yatanya, menjadi pera#at pasien HIV/AIDS tak sekadar
menjalankan ke#ajiban. /rekuensi pertemuan yang rutin dibanding para
dkter yang membuat pera#at berubah menjadi Apera#at plus.
&ika selama ini peran pendamping atau sukarela#an yang banyak
disrt, peran pera#at HIV/AIDS pun sudah sepatutnya mendapat
perhatian. Bisik tertular membuat banyak pera#at takut untuk mera#at
pasien HIV/AIDS. 2ntuk itu diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan
HIV/AIDS di"kuskan pada tersusunnya pedman asuhan kepera#atan
pasien dengan HIV/AIDS, meningkatnya kemampuan pera#atan dalam
melayani pasien dengan HIV/AIDS serta makin banyaknya pera#at yang
terlibat dalam upaya penanganan HIV/AIDS di Indnesia.
4enanganan HIV/AIDS dengan ABV saat ini terdapat beberapa
kendala terutama kelemahan pada sistem kesehatan, termasuk kurangnya
jumlah tenaga pr"essinal kesehatan. Hal ini sering menjadikan alasan
rasinal untuk mengadakan pelatihan kepada tenaga kesehatan di
masyarakat :Co""unity &ealth Workers; dalam rangka membantu dalam
pemberian ABV dan memnitr kepatuhan :adherence;. Disaat yang
sama terjadi pertumbuhan jumlah pera#at disejumlah negara yang belum
+
diberdayakan untuk meningkatkan akses dalam upaya preventi",
pera#atan :care; dan pengbatan :treat"ent; AIDS. -ndisi tersebut juga
terjadi di Indnesia, dilihat dari pertumbuhan lulusan seklah pera#at
!ukup tinggi.
0ahun %**? 5D5 melaprkan .( kasus petugas kesehatan lain HIV
akibat ke!elakaan ditempat kerja, sedangkan %%3 rang petugas kesehatan
lain diduga terin"eksi ditempat kerja. I5@ ()). melaprkan bah#a
estimasi sekitar %*$'.1 semua kematian pega#ai kesehatan pemerintah
di A"rika disebabkan leh HIV/AIDS. Sedangkan di Indnesia data ini
tidak tersedia dengan baik. @amun dari kejadian itu resik pada pera#at
paling besar tertular terutama akibat dari terpapar !airan dan tertusuk
jarum, sehigga berkembang upaya untuk men!egah terin"eksi pas!a
paparan HIV termasuk di Indnesia.
Dampak dari HIV/AIDS juga memi!u "aktr migrasi pekerja
kesehatan di Sahara A"rika, dengan akibat tidak langsung menyebabkan
peningkatan beban kerja pada pera#at. Di Indnesia belum terjadi
migrasi pera#at sebagai dampak HIV/AIDS, tetapi yang lebih
mengemuka adalah tidak terpenuhinya standar$standar yang harus
dilakukan dalam memberikan asuhan kepera#atan pasien HIV/AIDS dan
masih banyak pula stigma serta diskriminasi pelayanan yang dilakukan
leh pera#at terhadap pasien HIV/AIDS di Indnesia.
4ada akhirnya 44@I sangat concerned dengan pertumbuhan jumlah
rang yang menderita HIV/AIDS, saat ini estimasi dunia menjadi %, juta
rang serta pada tahun ()() diperkirakan akan menjadi () juta rang.
0erutama sekali 44@I conserned pada bagaimana akses terhadap upaya
preventi", pera#atan dan pengbatan pada pasien HIV/AIDS sesuai
dengan standar baik di BS maupun di masyarakat.
Maka dari itu peran pera#at dalam advkasi AIDS lebih akan
berdampak ganda :mengurangi resik in"eksi nskmial AIDS dan
meningkatkan peran dalam preventi", prmti dan rehabilitati"; dalam
penanggualangan HIV/AIDS, misalnya dengan jalan7
a. Membuat 9SM atau lembaga penelitian HIV/ AIDS
b. Advkasi -I> :kmunikasi in"rmasi dan edukasi; le#at #ebsite,
internet, ataupun media lainnya
!. Mengadakan pelatihan atau seminar publik
/
d. Menjaring tkh pera#at Indnesia dalam penanggulangan
HIV/AIDS agar masyarakat lebih mengenal kepera#atan lebih maju
dan mdern
e. Mengptimalkan peman"aatan dana hibah/grant le#at bidang
kepera#atan HIV/AIDS
". Membuat SO4 asuhan kepera#atan HIV/AIDS
Hingga pada akhirnya peran pera#at Indnesia dalam
penanggulangan, pera#atan, pen!egahan dan pengbatan HIV/AIDS
menuju jalan maju, tidak ragu ke kanan dan ke kiri, terlebih lagi mundur
kebelakang.
,. Peran *eluarga "alam Penanggulangan HI#$AIDS
4eran rang tua atau kelurga dalam penanggulangan HIV/AIDS
jarang dibi!arakan. 4adahal sebagai rang yang paling dekat dengan
anak, terutama yang masih remaja, rang tua berperan besar dalam
mempengaruhi perilaku anak. 4eran ini bisa dimulai dan sangat e"ekti"
terutama dalam prses pen!egahan penularan HIV. Orang tua berperan
dalam memberikan perhatian kepada anak yang mulai remaja. Sebab
remaja di dalam lingkungan pasti akan berkmunikasi dan berhubungan
dengan siapa saja yang dianggap !!k dengan pen!arian jati diri
terutama pada "ase remaja. Orang tua,bagaimanapun adanya tetap adalah
rang yang paling dekat dengan anak. 6iasanya kedekatan itu ditandai
juga dengan perhatian pada anak. Orang tua biasa memberikan kebebasan
pada anak sebagai bagian dari perhatian. Suatu hal yang psiti" jika
remaja bisa diberikan kebebasan berkmunikasi dengan diiringi pula
dengan kegiatan psiti" seperti berlah raga, belajar berkelmpk
bersama dan kegiatan lainnya.@amun kebebasan yang berlebihan justru
bisa jadi bumerang. Memberikan kebebasan berlebihan justru akan
menjerumuskan anak atau remaja kepada hal$hal negati".
-etika pada "ase remaja, anak !enderung ingin tahu dan mulai
men!ba hal baru untuk bisa mengekpresikan masa remaja. Mereka
merasa masa remaja adalah masa yang tepat untuk bersenang$senang,
hura$hura dan bebas bergaul dengan siapa saja. 4ada saat hal itu tidak
0
terkendali dari kntrl rang tua maka hal$hal yang negati" akan mudah
diserap dan dilakukan leh si anak. 5ba$!ba ini bisa dari yang sepele
hingga paling berat. Misalnya men!ba$!ba narkba dengan berbagi
jarum suntik bersama ka#annya. 0anpa disadari HIV :virus penyebab
AIDS; sudah menulari mereka le#at perilaku berisik tadi.
Di dalam hal men!ba$!ba seperti pemakaian narkba dengan
jarum suntik, a#alnya adanya kmunikasi antara yang mena#arkan dan
memberikan janji$janji muluk tentang kenikmatan yang akan didapat
setelah memakai narkba. Melihat sesuatu yang baru si remaja pun
tertarik. Apalagi diiming$imingi bah#a dengan memakai narkba semua
masalah akan selesai, selalu merasa senang dan tak ada masalah yang tak
selesai.
0idak sampai di sini saja masalah baru akan mun!ul yaitu tanpa
disadari pemakaian jarum suntik se!ara bergantian akan memberi
kesempatan HIV untuk menular ke tubuh rang lain. Anak itu bisa tertular
dan bisa menularkan. Virus itu sendiri tidak memandang latar belakang
rang, baik itu suku, dan agama. Maka dari itu peran rang tua adalah
kun!i untuk mengantisipasi dan membimbing si anak agar tidak
terjerumus pada narkba. -arena di sini kedekatan rang tua dan anak
adalah nyata dalam keluarga. Orang tua perlu memnitring pergaulan
dalam lingkungan si anak. 2ntuk itu rang tua perlu tahu pengetahuan
dan dampak buruk narkba sampai pen!egahan HIV/AIDS. 4engetahuan
ini bisa didapat melalui lembaga$lembaga s#adaya masyarakat :9SM;
penanggulangan AIDS atau lembaga lain. Dengan bertanya pada rang
yang tepat rang tua dapat mengakses in"rmasi seputar HIV/AIDS dan
dapat dibagikan kepada anak khususnya pada remaja. Mari kita sikapi
le#at pen!egahan HIV/AIDS dan pemberian in"rmasi kepada anak !u!u
kita karena mereka adalah generasi penerus bangsa.Indnesia yang sehat
tentu saja Indnesia yang kuat.
-. Peran Mas%arakat "alam Penanggulangan HI#$AIDS
1'
4enanggulangan HIV/AIDS dari anggta masyarakat terke!il
:keluarga; hingga berbagai rganisasi atau lembaga masyarakat harus ikut
berperan akti" dalam menangani masalah ini. 4eran strategis masyarakat
dalam penanggulangan HIV/AIDS antara lain 7
a. Mendidik anggta keluarga
6erdasarkan nrma agama keluarga memegang peran utama dalam
pendidikan agama khususnya rang tua. -arena mereka adalah guru
pertama bagi anak$anaknya yang mengajarkan etika dan mral agama.
0ak jarang sumber kejahatan/perbuatan negati" berasal dari kndisi
keluarga yang !arut$marut. Orang tua harus peka terhadap
prblematika yang dihadapi anaknya dan mampu memberikan slusi
terbaik baginya. -hususnya bagi rang tua yang memiliki anak yang
mengidap HIV/AIDS, selalu memberikan mtivasi psiti",
mengevaluasi diri terhadap kehidupan keluarganya karena bisa jadi
a#al keburukan anaknya berasal dari kndisi keluarganya dan
senantiasa membantu anaknya setiap saat.
b. 4artisipasi akti" para tkh masyarakat
0kh masyarakat yang dianggap sebagai panutan masyarakat ikut
andil dalam menjalankan prgram$prgram pen!egahan dan
penanggulangan HIV/AIDS. 0kh masyarakat ini harus dibekali
berbagai in"rmasi mendalam tentang HIV/AIDS agar tidak
memun!ulkan sikap negati" terhadap ODHA. Sebagai teladan
masyarakat, maka mereka harus menjadi penggerak pertama untuk
menanggulangi HIV/AIDS dan turut men!iptakan lingkungan yang
kndusi" setidaknya di lingkungan sekitarnya. 5nthnya dengan
menjadi kader peduli HIV/AIDS.
!. Memberdayakan lembaga keagamaan dan adat
/aktr penyebab mun!ul dan menyebarnya HIV/AIDS adalah
pergaulan bebas yang menyimpang dari nrma keagamaan. Oleh sebab
itu, lembaga keagamaan dan adat :jika tidak melanggar nrma agama;
harus diberdayakan septimal mungkin di tengah masyarakat. Mereka
adalah para tkh agama yang senantiasa memberikan pemahaman
agama kepada masyarakat dan memtivasi ODHA untuk terus
11
mendekatkan diri kepada Sang 4en!ipta serta senantiasa melakukan
yang terbaik selama hidupnya.
d. Mengptimalkan peran 9embaga S#adaya Masyarakat :9SM;
6anyak 9SM di tengah masyarakat yang harus kita ptimalkan
"ungsinya. 9SM dibentuk untuk membantu kelan!aran pelaksanaan
prgram$prgram pemerintah. &angan sampai 9SM yang ada saat ini
digunakan untuk kepentingan plitik atau kepentingan pribadi. 9SM
harus mengevaluasi setiap kinerjanya agar selalu memberikan yang
terbaik bagi masyarakat khususnya mengenai penanggulangan
HIV/AIDS. 6ertambahnya jumlah ODHA menjadi pukulan keras bagi
9SM karena kegagalan prgram mereka dalam menghambat laju
penyebaran HIV/AIDS.
e. Memberdayakan peran lembaga pendidikan :seklah/perguruan tinggi;
9embaga pendidikan sebagai tempat membina anak didiknya menjadi
manusia yang intelektual hendaknya tetap mementingkan nilai mral
agama. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang mampu
memadukan antara I40>- :Ilmu 4engetahuan; dan IM0A- :Iman dan
0ak#a;.
". Memberdayakan lembaga pendidikan
Di Indnesia, banyak seklah dan perguruan tinggi yang mampu
membentuk manusia menjadi intelektual, namun terkadang lupa dalam
menanamkan mral agama. 4adahal rang yang pintar tapi hatinya
busuk jauh lebih berbahaya bagi @egara daripada rang bdh. Oleh
karena itu, perlu diterapkan metde pendidikan yang mampu
menggabungkan intelektual dan agama se!ara harmnis, tidak berat
sebelah. Selain itu, para tenaga kependidikan harus menjadi teladan
yang baik bagi anak didiknya. -arena mereka menjadi "igur yang
dijadikan !nth leh anak didiknya.
g. Mengptimalkan peran media massa
4engaruh media massa baik !etak maupun elektrnik mampu
membentuk karakter pemikiran masyarakat. 0ayangan media sekarang
semakin marak dengan tntnan pergaulan bebas. 4adahal media
massa memiliki pengaruh sangat besar dalam mendidik masyarakat
menjadi manusia yang bermral dan intelektual. 4enyebaran in"rmasi
tentang HIV/AIDS dapat dieksps lebih luas dan !epat bila
1&
dibandingkan dengan !ara manual :face to face;. In"rmasi mendalam
tentang penanggulangan HIV/AIDS akan sampai ke tangan masyarakat
lebih sempurna melalui media massa karena masyarakat selalu
menntn tayangan televisi dan memba!a kran/tablid. Oleh karena
itu, pemerintah harus bekerja sama dengan seluruh media massa yang
ada di Indnesia untuk berperan akti" mendidik masyarakat bermral
dan intelektual. Dengan adanya kerja sama ini, penanggulangan
HIV/AIDS akan terselesaikan dengan sendirinya.
h. Melakukan berbagai riset untuk menemukan bat HIV/AIDS melalui
lembaga riset
Selama dua puluh tahun, penelitian terhadap virus HIV/AIDS terus
dilakukan leh lembaga riset dunia. 4erkembangan terbaru saat ini
adalah berhasil ditumbuhkannya suatu kristal yang memungkinkan
peneliti untuk melihat struktur enCim yang disebut dengan integrase.
>nCim ini ditemukan pada retrvirus seperti HIV dan merupakan target
untuk beberapa bat HIV terbaru.
.. Peran LSM "alam Penanggulangan HI#$AIDS
Adapun peran dari 9SM untuk menanggulangi HIV/AIDS yaitu7
a. Mendrng mun!ulnya peraturan daerah tentang penanggulangan
HIV/AIDS
b. Membangun sistem yang kndusi" dengan pendekatan yang
kmprehensi" dalam upaya perubahan perilaku pada kelmpk 4S-
yang terrganisir :lkalisasi; dan jalanan, serta laki$laki pelanggan
4S-.
!. 4rgram penanggulangan HIV/AIDS di tempat hiburan :!a"D, disktik,
karake, atau htel;
d. 4enguatan rganisasi paguyupan pemilik panti pijat atau pera#atan
tradisinal untuk prgram penanggulangan HIV/AIDS
e. 4enguatan prgram penanggulangan HIV/AIDS yang berbasis pada
laki$laki dan gender
1-
". 4engembangan media kampanye tentang penanggulangan HIV/AIDS
untuk remaja
g. Ssialisasi kesehatan reprduksi, HIV/AIDS dan trafiking pada anak
jalanan
h. 4enguatan institusi seklah sebagai agensi untuk melakukan kampanye
anti narkba dan bahaya penularan HIV/AIDS di kalangan anak seklah
i. Membangun dan penguatan jejaring layanan kesehatan :-linik IMS dan
V50; yang mudah di akses leh masyarakat
j. 4rmsi dan kampanye tentang bahaya @arkba dan HIV/AIDS pada
masyarakat umum
k. Mbilisasi sumber daya lkal, penguatan jejaring stakeholder dan
sinkrnisasi prgram penanggulangan HIV/AIDS
l. 4embentukkan -elmpk Dukungan Sebaya :-DS; bagi rang dengan
HIV/AIDS :ODHA;
m. 4enguatan akses layanan pada ODHA se!ara kmprehensi".
1.
BAB III
PENUTUP
Sim!ulan
%. Masalah psiklgis yang biasa ditemui pada pasien dengan HIV/AIDS yaitu7
stres yang ditandai dengan menlak, marah, depresi, dan keinginan untuk mati,
keyakinan diri yang rendah pada penderita HIV/AIDS akan menyebabkan
penderita mengalami hypochondria, dan ke!emasan akan HIV/AIDS
berkrelasi negati" dengan Psychological Well Being :kesejahteraan psiklgis;
(. 4eranan pera#at, keluarga, masyarakat/9SM dalam menanggulangi HIV/AIDS
sebaiknya mengutamakan beberapa hal berikut7 e"otional support, meliputi7
perasaan nyaman, dihargai, di!intai, dan diperhatikan, Cognitie support,
meliputi7 in"rmasi, pengetahuan dan nasehat, dan ,aterials support, meliputi
bantuan atau pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah.
1*

Anda mungkin juga menyukai