Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Populasi penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan termasuk di
Indonesia yang awalnya hanya terjadi di negara maju (Watson, 2003; Nugroho, 1995;
Bustan, 2007). Peningkatan penduduk lansia tersebut menurut Nugroho (1995),
disebabkan oleh karena meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur
harapan hidup ini disebabkan oleh 3 hal yaitu: (1) kemajuan dalam bidang kesehatan,
(2) meningkatnya sosial ekonomi dan (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat.
Peningkatan pertumbuhan penduduk lansia ini mulai dirasakan sejak tahun
2000 yaitu jumlah lansia 14,4 juta orang dengan peningkatan 7,18% dengan usia
harapan hidup 64,5 tahun, pada tahun 2006 jumlah lansia 19 juta orang dengan
peningkatan sekitar 8,9% dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Tahun 2010
penduduk lansia diperkirakan sebanyak 23,9 juta orang dengan peningkatan 9,7%
dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang dengan peningkatan
sekitar 11,34% dan usia harapan hidup 71,1 tahun. Diperkirakan pada tahun 2020-
2025 Indonesia akan berada di peringkat empat dunia di bawah Cina, India, dan
Amerika Serikat (Nugroho, 2008).
Menurut Nugroho (1999), jika pemerintah dan berbagai program
pembangunan tidak mengantisipasi keadaan ini maka keberadaan lansia akan menjadi
Universitas Sumatera Utara
bom waktu. Dengan meningkatnya jumlah lansia maka akan membutuhkan
penanganan yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran,
baik secara fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ
tubuh akan membuat lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau
kronis. Selain itu pada lansia juga sering terjadi ketergantungan fisik, tidak dapat lagi
melakukan aktivitas sehari-hari sendiri oleh karena adanya penyakit. Adanya
peningkatan jumlah lansia juga akan membuat masalah kesehatan yang dihadapi akan
semakin kompleks terutama yang berkaitan dengan masalah penuaan (Nugroho,
1995).
Agar tetap sehat sampai tua, sejak muda seseorang perlu membiasakan gaya
hidup sehat. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang
bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur dan
tidak merokok. Hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Gaya hidup sehat ini
semestinya sudah dilakukan sejak masih muda sehingga ketika memasuki masa lansia
seseorang dapat menjalani hidupnya dengan bahagia terhindar dari banyak masalah
kesehatan. Demikian halnya dengan gaya hidup yang salah dapat memengaruhi
kesehatan antara lain kurang minum air putih, kurang gerak, mengonsumsi makanan
yang berkalori tinggi, kebiasaan istirahat yang tidak teratur dan kebiasaan merokok
(Sediaoetama, 2004; Santoso, 2004; Darmojo, 1999).
Menurut Syumanda (2009), melalui gaya hidup yang tidak baik dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Perubahan gaya hidup seperti konsumsi makanan
cepat saji, pola makan yang tidak baik, kebiasaan merokok dan kurangnya aktivitas
Universitas Sumatera Utara
fisik, aktivitas fisik yang serba praktis merupakan salah satu pemicu untuk timbulnya
penyakit berbahaya seperti Diabetes Mellitus, Tekanan Darah Tinggi (hipertensi),
Penyakit J antung dan Stroke (Bustan, 2007).
Menjadi tua merupakan suatu fenomena alamiah sebagai akibat proses menua.
Fenomena ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan yang wajar yang
bersifat universal. Proses menua bersifat regresif dan mencakup proses
organobiologis, psikologik serta sosiobudaya. Menjadi tua ditentukan secara genetik
dan dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang (Tamher, 2009).
Menurut Bustan (2007), secara umum kondisi fisik seseorang yang telah
memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
perubahan: (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2)
perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf: otak, isi perut: limpa, hati, (3)
perubahan panca indra: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan (4)
perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan di dalam bergerak.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang secara umum akan berpengaruh pada aktivitas
kehidupan sehari-hari (Watson, 2003; Nugroho, 2008).
Secara individu pengaruh proses ketuaan menimbulkan berbagai masalah.
Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan penduduk lansia adalah
permasalahan kesehatan, sebab perjalanan penyakit pada lansia mempunyai ciri
tersendiri yaitu bersifat menahun, semakin berat dan sering kambuh. Masalah
kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan degeneratif juga
Universitas Sumatera Utara
secara progresif tubuh akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi, disamping itu
juga dengan bertambahnya usia muncul masalah psikologis. Sejalan dengan
bertambahnya umur, lansia sudah tidak produktif lagi, kemampuan fisik maupun
mental mulai menurun, tidak mampu lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
berat, memasuki masa pensiun, ditinggal mati pasangan, stress menghadapi kematian,
depresi, munculnya berbagai macam penyakit dan lain-lain (Darmojo, 1999; Maryam,
2008). Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa,
yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility
(kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment
(gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and
hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan panca
indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar),
isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang),
iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur),
immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi) (Bustan,
2007, Tamher, 2009). Selanjutnya menurut Bustan (2007), penyakit atau gangguan
yang menonjol pada kelompok lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari
hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik (Diabetes Mellitus), gangguan
persendian (arthritis, encok dan terjatuh), gangguan psikososial (kurang penyesuaian
diri dan merasa tidak berfungsi lagi).
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil sebuah studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lansia
yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa
penyakit yang terbanyak diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi
(38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan
penyebab utama disability ataupun kelemahan pada lansia. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui penyakit/masalah
sedini mungkin. Dengan demikian proses penyakit dapat dihambat atau dicegah
sedini mungkin agar tetap dalam keadaan sehat, baik fisik maupun mental serta sosial
(Nugroho, 2008).
Menurut WHO, gaya hidup kurang sehat dapat merupakan 1 dari 10 penyebab
kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya
disebabkan oleh kurangnya bergerak atau kurang aktivitas fisik, hal ini karena kalori
yang masuk tidak sebanding dengan kalori yang keluar sehingga makin lama makin
banyak kalori yang menumpuk sehingga menjadi beban bagi tubuh dan tubuh
menjadi terganggu yang kemudian menyebabkan kemunduran fisik yang pada
akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit, misalnya Diabetes Mellitus, Tekanan
Darah Tinggi, Penyakit J antung dan Stroke (Dennysantoso, 2011).
Angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) penduduk
merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan gambaran mengenai derajat
kesehatan penduduk secara umum. Di Sumatera Utara, jumlah penduduk yang
berumur 60 tahun ke atas berjumlah 631.604 jiwa dan diantaranya masih banyak yang
memiliki status kesehatan kurang baik atau status kesehatan buruk yaitu sebanyak
Universitas Sumatera Utara
172.818 jiwa dan yang paling banyak jumlah lansia ada di Kota Medan sebanyak
77.837 jiwa dengan status kesehatan kurang baik sebanyak 77.837 (BPS, 2010).
Batasan lansia menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia di Indonesia dikatakan lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia diatas 60 tahun. Namun menurut WHO, batasan lansia dibagi atas:
usia pertengahan (middle age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-
74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90
tahun (Hadywinoto, 1999; Maryam, 2008). Dalam penelitian ini batasan umur lansia
yang digunakan adalah batasan umur lansia menurut Depkes (2008) yang juga
dipakai untuk pencatatan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia di Puskesmas yaitu: usia
pra senilis 45-59 tahun, lanjut usia (lansia) 60-69 tahun dan usia lanjut resiko tinggi
yaitu usia 70 tahun atau lebih.
Menurut Penelitian Anggraini (2008), yang dilaksanakan di Puskesmas
Pekayon J aya Kota Bekasi menunjukkan bahwa status kesehatan rendah pada lansia
binaan puskesmas Pekayon J aya sebesar 66,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan
tidak ada hubungan bermakna antara pola makan dengan status kesehatan (nilai
p=0,914) dan kebiasaan merokok dengan status kesehatan (nilai p=0,975), serta ada
hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status kesehatan (nilai
p=0,004) dan kebiasaan istirahat dengan status kesehatan (nilai p=0,000).
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka disarankan untuk meningkatkan
pengetahuan lansia mengenai gaya hidup dan dampak terhadap status kesehatan
Universitas Sumatera Utara
melalui promosi kesehatan di wilayah binaan Puskesmas Pekayon J aya Kota Bekasi
(Anggraini, 1999).
Penelitian yang dilakukan di Malang oleh Indarwati ( 2006) tentang Peran
Perawat Dalam Upaya Membantu Mempertahankan Status Kesehatan Lansia Dinoyo
Malang memberikan gambaran bahwa status kesehatan lansia didapatkan 10% status
kesehatan lansia baik, 83,3% status kesehatan lansia cukup dan 6,7% status kesehatan
lansia kurang. Secara keseluruhan hasil penelitian menjelaskan bahwa perlunya
memberikan informasi tentang kesehatan (Bustan, 2007).
Untuk menghasilkan penduduk lanjut usia yang sehat tidaklah muda dan
memerlukan kerja sama para pihak, antara lain: lansia itu sendiri, keluarga,
masyarakat, pemerintah, organisasi dan pemerhati kesejahteraan serta profesi
dibidang kesehatan yang lebih penting adalah peran aktif dari lansia sendiri dan
keluarga dalam melaksanakan gaya hidup sehat. Seiring dengan semakin
meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan.
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan
kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan adalah Rumah Sakit (Watson, 2003; Wirakusumah, 2002).
Menurut penelitian Fitri (2008) di Bali, pada umumnya lansia perempuan
mengalami keluhan sakit akut dan sakit kronis yang lebih tinggi dibandingkan laki-
laki, keluhan sakit kronis dan sakit akut lebih banyak dialami oleh lansia yang
berstatus kawin dibandingkan dengan lansia yang berstatus tidak kawin, pendidikan
tidak langsung memengaruhi status kesehatan, tetapi melalui jenis pekerjaan dan
Universitas Sumatera Utara
pendapatan yang diperoleh sehubungan dengan pekerjaan, orang yang bekerja
mempunyai status kesehatan yang lebih buruk dibandingkan orang yang tidak
bekerja, orang yang tinggal di kota memiliki persentase yang tinggi untuk menderita
keluhan sakit akut tetapi memiliki persentase keluhan sakit kronis lebih rendah
daripada orang yang tinggal di desa.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Anna (2007) di 27 propinsi di
Indonesia didapatkan hasil persentase lansia perempun (53,0%) lebih besar dari
persentase lansia laki-laki (47%). Tetapi persentase lansia yang sakit lebih banyak
pada lansia laki-laki daripada lansia perempuan. Sebagian besar lansia mengakui
tidak mengalami gangguan kesehatan selama 1 minggu terakhir sebelum pengambilan
data dan hanya 27,5% lansia yang mempunyai keluhan kesehatan seperti batuk, pilek,
panas dan sakit kepala berulang yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Darusalam
Medan didapatkan informasi bahwa wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan
terdiri dari 2 kelurahan, yaitu kelurahan Sei Putih Baru dan kelurahan Sei Sikambing
D. Didapatkan juga informasi bahwa program unggulan di Puskesmas Darusalam
adalah program santun lansia. Dari survei ini didapatkan data awal lansia umur 60-69
tahun di kelurahan Sei Putih Barat adalah sebanyak 743 orang dan di kelurahan Sei
Sikambing D sebanyak 596 orang, jumlah seluruhnya 1.339 orang. Selanjutnya
didapatkan juga informasi bahwa banyak lansia yang sakit. Rata-rata per bulan
jumlah lansia yang sakit kira-kira 100 orang dengan keluhan yang sering dialami
nyeri sendi, sakit kepala, sulit tidur, batuk-batuk dan kebas-kebas di seluruh tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Dan penyakit yang sering dialami adalah tekanan darah tinggi, stroke ringan, diabetes
mellitus dan rematik. Pengamatan lebih lanjut di Puskesmas dan menurut keterangan
petugas puskesmas yang biasa menangani lansia bahwa sewaktu di Puskesmas ada
lansia yang merokok. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Hidup (pola makan, aktivitas fisik, istirahat
dan riwayat merokok) terhadap Status Kesehatan Lanjut Usia (lansia) di Wilayah
Kerja Puskesmas Darusalam Medan Tahun 2011.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
rumusan masalah yang akan diteliti adalah: apakah ada pengaruh gaya hidup (pola
makan, aktivitas fisik, istirahat dan riwayat merokok) terhadap status kesehatan lanjut
usia (lansia) di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan tahun 2011?

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup (pola makan,
aktivitas fisik, istirahat dan riwayat merokok) terhadap status kesehatan lanjut usia
(lansia) di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan tahun 2011.

1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh Gaya Hidup (pola makan,
aktivitas fisik, istirahat dan riwayat merokok) terhadap Status Kesehatan Lanjut Usia
(Lansia).
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Sebagai masukan dan informasi bagi Puskesmas Darusalam Medan dalam
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pelayanan
kesehatan bagi lansia.
1.5.2. Sebagai informasi bagi masyarakat agar membiasakan gaya hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat menghadapi masa lansia yang sehat dan
bahagia.
1.5.3. Bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya yang terkait
dengan gaya hidup dan status kesehatan lansia.










Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai