Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 17 Agustus 1984
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Bekasi Selatan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tanggal masuk RS : 02 Juli 2014
Riwayat perawatan
Rawat inap : Yayasan Galuh, Bekasi pada bulan Juni 2014 selama 1
minggu, namun pasien kabur

II. RIWAYAT PSIKIATRI
Berdasarkan :
Autoanamnesa : Diambil tanggal 14, 17, 22 Juli 2014
Alloanamnesis : Diambil tanggal 22 Juli 2014 dengan Sepupu dan Ibu pasien

A. Keluhan Utama
Keluarga resah dengan sikap pasien karena mondar-mandir di luar rumah tanpa
menggunakan pakaian sejak 2 minggu SMRS.

B. Keluhan Tambahan
Sering menyendiri, melamun, suka berbicara sendiri. Tidak bisa tidur, sering
mendengar suara-suara bisikan, nafsu makan menurun.


2

C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSJIK diantar oleh ibu dan sepupunya pada tanggal 02 Juli
2014 karena keluarga resah dengan sikap pasien karena mondar-mandir di luar
rumah tanpa menggunakan pakaian sejak 2 minggu SMRS.
Sebenarnya kejadian ini sudah dirasakan sejak 2 bulan SMRS. Keluarga
merasakan ada hal yang berubah dengan sikap pasien. Pasien yang biasanya
terlihat ceria, tiba-tiba menjadi sering melamun dan menyendiri. Kebetulan di
sebelah rumah pasien, terdapat rumah yang tidak berpenghuni. Sebelumnya pasien
memang sering malakukan aktivitas disana seperti membakar sampah. Namun,
beberapa kali keluarga menemukan pasien tidak melakuan aktivitas apapun,
pasien hanya terlihat melamun dan terkadang berbicara sendiri. Ketika keluarga
mendatangi dan bertanya sedang apa, pasien hanya diam dan langsung pulang ke
rumah.
Sejak 2 minggu SMRS, pasien pernah berusaha bunuh diri di rumah kosong
tersebut, namun gagal karena diketahui oleh adiknya. Saat dibawa ke rumah,
keluarga pasien sempat menanyakan hal yang dilakukan oleh pasien. Pasien
menjawab dirinya ingin menjadi korban (disembelih seperti nabi Ismail) untuk
ibunya. Menurut sepupunya, pasien seperti merasa banyak dosa dan bersalah
kepada ibunya karena sering minum-minuman beralkohol dan pada saat
melakukan usaha bunuh diri tersebut pasien tidak terlihat dalam kondisi mabuk.
Kemudian pasien sempat dinasehati dan pasien berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Beberapa hari setelah kejadian tersebut, kelakuan pasien
semakin aneh. Pasien terlihat mondar-mandir di luar rumah tanpa menggunakan
pakaian. Karena keluarga merasa resah, akhirnya pasien dibawa ke Yayasan
Galuh di daerah Bekasi untuk di rawat. Namun pasien berhasil kabur dan pulang
ke rumah.
Ketika pasien ditanya, pasien mengaku kejadian tersebut terjadi karena
pasien mendengar suara-suara seperti bisikan. Suara-suara seperti bisikan
tersebut sebenarnya sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan. Suara tersebut
terdengar banyak dan jelas berupa perintah yang menyuruhnya untuk bunuh diri
dan bertelanjang di depan rumah, namun tidak dihiraukan. Akibat suara-suara
bisikan tesebut pasien lebih banyak diam, susah untuk tidur karena bingung.
Pasien tidak tahu harus berbuat apa. Sejak 2 minggu terakhir suara-suara berupa
3

bisikan tersebut semakin keras, bahkan sempat menantang pasien untuk bunuh
diri. Karena sudah tidak kuat dengan bisikan tersebut, akhirnya pasien mencoba
untuk bunuh diri. Pasien sebenarnya sadar kejadian ini merupakan hal yang tidak
wajar, namun pasien tidak mampu melawannya.
Akhirnya pada tanggal 02 Juli 2014 pasien di bawa ke RSIJK untuk
mendapatkan perawatan. Keluarga tidak membawa paseien kembali ke yayasan
galuh dikarenakan keluarga merasa pasien ditelantarkan begitu saja disana.

D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah di rawat di Yayasan Galuh pada bulan Juni 2014 dengan
keluhan tersebut selama 1 minggu. Namun pasien berhasil kabur dan pulang ke
rumah.

E. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Menurut ibunya, di keluarga
tidak ada yang mengalami keluhan sama seperti pasien.

F. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah mengalami gangguan seperti ini sebelumnya.

2. Gangguan Medik
Pasien tidak memiliki kelainan bawan sejak lahir, pasien belum
pernah di rawat di RS sebelumnya. Biasanya pasien hanya mengalami sakit
seperti pusing, batuk dan pilek yang tidak membutuhkan perawatan di RS .

3. Gangguan Zat Psikoaktif
Pasien merupakan seorang perokok, pasien mulai merokok saat berusia
19 tahun karena terpengaruh oleh teman-temannya. Pasien juga pernah
mencoba minum minuman beralkohol dan menggunakan obat-obatan terlarang
seperti ganja bersama teman-temannya. Pasien mengaku sudah tidak
mengkonsumsi alkohol dan menggunakan ganja sejak 5 tahun terakhir.

4

G. Riwayat Kehidupan Pribadi Sebelum Sakit
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit atau
hal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien lahir dari
pernikahan yang sah, cukup bulan dalam kandungan ibu, dan lahir secara
normal ditolong oleh bidan di rumah sendiri dan saat lahir bayi langsung
menangis. Kelahiran pasien dikehendaki oleh kedua orang tuanya dan tidak
ada penggunaan obat-obatan selama masa kehamilan.

2. Masa Kanak-Kanak Dini (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI hingga usia 9
bulan. Tidak ada cacat bawaan yang ditemukan dan menurut ibu pasien
perkembangan fisik pasien cukup baik, pola perkembangan motorik tidak ada
hambatan, seperti kebanyakan anak yang normal. Menurut ibu pasien, pasien
dapat berjalan saat berumur kurang lebih dua tahun dan tidak pernah ada
keterlambatan berbicara. Pasien dapat tumbuh normal, tidak ada riwayat
kejadian trauma kepala maupun kecelakaan, tidak ada riwayat kejang. Pada
usia ini pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.

3. Masa Kanak-Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Menurut ibu pasien, perkembangan fisik pasien umumnya baik. Pasien
memiliki banyak teman. Pasien mulai masuk Sekolah Dasar ketika berusia 7
tahun. Semasa sekolah dasar pasien dinilai tidak banyak bertingkah di sekolah.
Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah terlibat perkelahian dengan teman
sebayanya di sekolah. Prestasi pasien di sekolah biasa-biasa saja, tidak pernah
mendapatkan juara kelas dan tidak pernah tinggal kelas. Kemampuan pasien
dalam membaca, berhitung dinilai baik. Pasien menyelesaikan sekolahnya
selama enam tahun.

4. Masa Pubertas dan Remaja
Hubungan Sosial
5

Pasien termasuk orang yang mudah bergaul dengan orang lain. Pasien
punya banyak teman. Pasien tidak pernah terlibat masalah ataupun
perkelahian dengan temannya.

Riwayat Pendidikan Formal
Pasien menjalani pendidikan taman kanak-kanak ketika usianya cukup
dan kemudian melanjutkan ke sekolah dasar. Setelah lulus SD, kemudian
pasien melanjutkan ke SMP. Setelah lulus SMP pasien tidak melanjutkan
sekolah SMA karena masalah biaya.

Perkembangan Motorik dan Kognitif
Dalam Perkembangan motorik dan kognitif pasien tidak ada gangguan.
Pasien tidak mengalami kesulitan dalam hal keterampilan intelektual
maupun motorik.

Gangguan Emosi dan Fisik
Pasien termasuk orang yang terbuka dan pandai bergaul. Tidak mudah
emosi.

Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah mulai menyukai lawan jenis sejak SMP. Pasien sempat
berpacaran selama 1 tahun. Semenjak putus pasien belum pernah
mencoba berpacaran lagi, hanya mempunyai teman dekat biasa.

5. Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai cleaning service di salah satu mall di
Jakarta. Namun hanya bertahan selama 1 minggu, karena menurut pasien
pekerjaan tersebut tidak cocok dengan dirinya. Pasien memang sering
bolak-balik ganti pekerjaan dikarenakan merasa bosan. Selama bekerja
pergaulan dengan teman-temannya cukup baik, pasien juga tidak pernah
merasa dimusuhi oleh teman-temannya.

6

Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah.

Riwayat Keagamaan
Pasien cukup taat dalam beribadah, namun semenjak terpengaruh oleh
teman-temannya pasien jarang beribadah. Terkadang sholat, terkadang
tidak. Kondisi keagamaan di lingkungan keluarga cukup baik.

Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah terlibat dengan hukum.

H. Riwayat Keluarga
SKEMA KELUARGA


Keterangan :
Pasien adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara. Anak pertama dan ke-4 sudah
berkeluarga. Sedangkan anak yang lainnya belum berkeluarga. Pasien suka
merasa iri dan kesal dengan adiknya yang terakhir. Jarak usia antara pasien
dengan adiknya 10 tahun. Pasien merasa adiknya suka mengadu yang tidak-tidak
kepada ibunya. Pasien juga merasa di rawat akibat ulah adiknya yang menyuruh
ibunya untuk membawanya ke RS.
7

Ayah pasien sudah meninggal, ibu pasien merupakan seorang pedagang
warung kecil-kecilan di rumah. Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita
sakit seperti pasien.

I. Riwayat Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di pemukiman padat penduduk beserta ibunya dan ke dua adiknya.
Ibu pasien merupakan seorang pedagang. Biaya kehidupan sehari-hari berasal dari
membuka warung di rumahnya.

J. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai
Pasien ingin bekerja dan menikah. Serta ingin membahagiakan ibunya.

III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki, berbadan kurus, berkulit sawo matang. Saat
ini pasien berumur 30 tahun dan berpenampilan sesuai usianya. Ketika
diwawancara pasien mengenakan kaos lengan pendek dengan celana pendek
selutut. Perawatan tubuh pasien cukup baik, pasien tidak bau, rambut cukup
rapi. Pasien selalu mengenakan alas kaki dan pasien terlihat tenang dalam
menjawab semua pertanyaan pewawancara.

2. Aktivitas dan Perilaku Psikomotor
Selama wawancara pasien duduk tenang bersebelahan dengan
pewawancara dengan sikap yang ramah. Pasien juga terlihat cukup kooperatif,
tidak gelisah, sopan dan menunjukkan minat untuk diwawancara. Saat
berbicara pasien mentap pewawancara, tidak ada gerakan yang tidak disadari
selama wawancara. Semua pertanyaan dijawab dengan baik.

3. Pembicaraan
Volume : sedang
Irama : teratur
Kelancaran : lancar
8

Kecepatan : sedang

4. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
ketika wawancara. Pasien bersikap tenang dan berperilaku sopan.

B. Keadaan Afektif
1. Suasana Perasaan / Mood : Hipertimia
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Serasi

C. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi :
Auditorik : ada (pasien sering mengeluhkan mendengar suara-
suara perintah)
Visual : tidak ada
Taktil : tidak ada
Olfaktorik : tidak ada
Gustatorik : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
c. Derealisasi : tidak ada
d. Depersonalisasi : tidak ada

D. Proses Pikir
1. Proses pikir
a. Proses pikir primer : tidak ada
b. Kontinuitas :
Blocking : tidak ada
Asosiasi longgar : tidak ada
Inkoherensi : tidak ada
Flight of idea : tidak ada
Word Salad : tidak ada
9

Neologism : tidak ada
c. Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi pikiran
a. Produktifitas : Cukup ide
b. Preokupasi : tidak ada
c. Waham
Waham Bizarre : ada (pasien merasa rumah kosong
tersebut adalah kerajaan setan)
Waham Sistematik : tidak ada
Waham Nihilistic : tidak ada
Waham Paranoid : tidak ada
- Waham Kebesaran : tidak ada
- Waham Kejaran : ada (pasien curiga bahwa
adiknya ingin mencelakai dirinya)
- Waham Rujukan : tidak ada
- Waham Dikendalikan : tidak ada
Thought withdrawal : tidak ada
Tought insertion : tidak ada
Tought broadcasting : tidak ada
Tought control : tidak ada
Waham cemburu : tidak ada
Erotomania : tidak ada
d. Obsesi : tidak ada
e. Kompulsif : tidak ada
f. Fobia : tidak ada
Fobia spesifik : tidak ada
Fobia sosial : tidak ada
Akrofobia : tidak ada
Agoraphobia : tidak ada
Klaustrofobia : tidak ada
Ailurofobia : tidak ada
10

Zoophobia : tidak ada
Xenophobia : tidak ada

E. Fungsi Kognitif dan Penginderaan
1. Kesadaran : kompos mentis
2. Orientasi :
Waktu : baik (pasien dapat mengetahui tanggal/bulan/tahun berapa
saat pemeriksaan)
Tempat : baik (pasien mengetahui bahwa ia tidak sedang di rumah,
dan sedang berada di rumah sakit)
Orang : baik (pasien mengetahui bahwa pewawancara adalah koass)
3. Konsentrasi : Baik (pasien mampu menjawab pengurangan angka)
4. Daya Ingat :
a. Jangka panjang : baik (pasien ingat dimana dia bersekolah dahulu,
kegiatan masa kecilnya)
b. Jangka pendek : baik (pasien ingat apakah pagi ini dia sudah mandi
atau belum, tadi pagi sarapan apa)
c. Segera : baik (pasien mampu menyebutkan kembali beberapa
nama benda yang sebelumnya telah diucapkan oleh
pewawancara)
5. Visuospatial : baik (pasien mampu mengikuti gambar pewawancara)
6. Kemampuan membaca-menulis : baik (pasien mampu membaca dan menulis
dengan benar)
7. Pikiran abstrak : baik (pasien mengetahui arti pribahasa)
8. Kemampuan informasi dan intelegensi : baik (pasien tahu siapa presiden RI
yang sekarang)

F. Daya Nilai
1. Penilaian Sosial : baik (pasien mau menawari minum kepada
pewawancara)
2. Uji Daya Nilai : baik (pasien tahu apa yang akan dilakukan bila ia
menemukan benda milik orang lain tergeletak
dijalanan)
11

G. RTA : Terganggu

H. Tilikan : Derajat IV (menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan
namun tidak memahami penyebab penyakitnya)

I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Suhu : 36 C
- Nadi : 80x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
Kulit : Tidak ikterik, tidak sianosis
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : Septum deviasi (-), secret (-/-)
Telinga : Normotia
Mulut : Sianosis (-)
Leher
- KGB : tidak membesar
- Kelenjar tiroid : tidak membesar
- Trakea : ditengah
Thoraks
Paru
Inspeksi : Simetris (+), retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Focal fremitus ka/ki simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikular (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
12

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat (+)
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sn
Perkusi : Redup (+)
Auskultasi : BJ I&II regular (+), murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen
Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik
Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik

2. Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : (-)
Laseque / kernig : (-)
Brudzinki I/II/III : (-)
Mata
Gerakan : baik kesegala arah
Bentuk pupil : isokor
Reflek cahaya : (+/+)
Motorik
Tonus : baik
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Turgor : baik
Koordinasi : baik
Refleks : baik

3. Ikhtisar Penemuan Bermakna
1. Kesadaran : Compos mentis
13

2. Mood : Hipertimia
3. RTA : Terganggu
4. Afek : Luas
5. Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik
6. Gangguan isi pikir : Waham bizzare, waham paranoid.
7. Tilikan : Derajat IV
8. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

V. FORMULASI MULTIAKSIS
Aksis I :
Pasien Tn. M, usia 30 tahun tahun mengalami disstres yang disebabkan
hendaya berat pada :
Isi pikir : Waham bizzare, waham paranoid. Gangguan persepsi
(halusinasi auditorik).
Perilaku : Pasien lebih banyak diam, terkadang terlihat berbicara sendiri
dan susah tidur.
Emosi : Afek luas

Dari adanya 3 gejala tersebut, merupakan tanda-tanda RTA terganggu sesuai
dengan gejala psikosis. Menurut PPDGJ III termasuk kedalam diagnosis Skizofrenia
paranoid karena memenuhi kriteria diagnosis:
Kriteria diagnosis Skizofrenia:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas :
- Thought echo, thought insertion or thought withdrawal, thought
broadcasting.
- Delusion of control, delusion of influence, delusion of pasivity, delusional
perseption.
- Halusinasi auditorik
- Waham-waham menetap jenis lain yang dianggap penduduk setempat
dianggap tidak wajar atau mustahil.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
- Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja.
14

- Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi
atau neologisme.
- Perilaku katatonik
- Gejala-gejala negatif.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi.

Kriteria diagnosis Skizofrenia Paranoid :
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham yang harus menonjol :
a. Halusinasi auditorik
b. Halusinasi visual
c. Waham bizar
d. Waham paranoid
e. Waham kebesaran

Aksis II : F60.0 (Gangguan kepribadian paranoid)

Aksis III : Tidak ditemukan adanya gangguan medis dari anamnesa

Aksis IV :
- Masalah dengan primary sopport group, pasien memiliki riwayat bermasalah
dengan adiknya yang terakhir.
- Masalah psikososial, pasien mudah curiga terhadap orang lain.

Aksis V :
GAF scale 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.


15

VI. EVALUASI MULTIAKSIS
Aksis I : Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Gangguan kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah dengan primary support group dan psikososial
Aksis V : GAF 70-61

VII. RENCANA TERAPI
1. Farmakoterapi
Risperidone 3x2 mg/hari
CPZ 1x100 mg/hari
THP 3x2mg/hari

2. Psikoterapi
Rencana psikoterapi ini dilakukan apabila pasien sudah dapat diajak bekerja sama.
Diantaranya adalah :
Psikoterapi Suportif
Memberikan dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi
masalah, serta tidak menanggapi sebuah masalah terlalu serius sehingga
membuatnya tidak dapat menjalani kehidupan dengan baik.
Psikoterapi Kognitif
Menerangkan kepada pasien tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat
cara berpikir yang salah, mengatasi perasaan dan sikapnya terhadap masalah
yang dihadapi.
Psikoterapi Keluarga
Memberikan penyuluhan kepada keluarga untuk selalu mendukung dan
membantu kesembuhan pasien, perawatan terhadap diri pasien, dan
mengarahkan kepada keluarga pasien untuk mengingatkan pasien meminum
obatnya agar tidak terjadi kekambuhan.
Religi
Memberikan bimbingan ibadah keagamaan kepada pasien untuk menambah
keimanannya kepada Allah SWT. Pasien diarahkan untuk menjalankan ibadah
16

sesuai dengan ajaran agama Islam, seperti menjalankan shalat lima waktu,
berpuasa, berdzikir, dan selalu berdoa.

VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam




























17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan
kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi
dalam kehidupan sehari-hari, perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,
waham atau delusi, gangguan persepsi.
Gangguan skizofrenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu di
sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan modern
sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak
pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau
datang secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami
stress.
Skizofrenia paranoid adalah salah satu jenis skizofrenia dimana pasien memiliki
waham (keyakinan palsu) bahwa ada seseorang individu berupaya menyerang mereka
atau anggota keluarga mereka. Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling
umum, kebanyakan penderitanya memiliki halusinasi pendengaran, yakni mendengar
hal-hal yang tidak nyata layaknya penderita skizofrenia jenis lainnya. Penderita
skizofrenia paranoid dapat memiliki kemampuan berpikir dan berfungsi lebih baik dalam
kehidupan sehari-harinya dibandingkan dengan skizofrenia jenis lainnya. Penderita tidak
mengalami masalah berat dengan daya ingat, konsentrasi, ataupun ketodakmampuan
untuk menunjukkan emosi. Meski demikian, skizofrenia paranoid merupakan masalah
yang sangat serius, yakni kondisi yang dapat menyebabkan banyak komplikasi termasuk
bunuh diri.

B. Etiologi
Penyebab skizofrenia paranoid tidak dapat dipastikan. Penelitian menunjukkan
bahwa kebanyakan bentuk skizofrenia disebabkan oleh disfungsi otak. Kemungkinan
besar disfungsi otak ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan pemicu
lingkungan.
Para ahli berpikir bahwa ketidakseimbangan salah satu neurotransmiter yakni
dopamin terlibat dalam timbulnya skizofrenia. Ketidakseimbangan ini paling mungkin
18

disebabkan oleh gen yang menyebabkan kerentanan terhadap skizofrenia. Beberapa
ilmuwan juga menyebutkan neurotransmiter lain yang mungkin terlibat seperti serotonin.
Perubahan fungsi otak, seperti persepsi, emosi, dan perilaku cenderung menyimpulkan
bahwa otak adalag sisi biologis skizofrenia.

C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis skizofrenia paranoid meliputi pasien akan relatif stabil, delusi
sering paranoid (gangguan pikiran berupa kecemasan atau ketakutan yang berlebihan),
biasanya disertai halusinasi pendengaran dan gangguan persepsi. Beberapa gejala yang
tidak menonjol antara lain, gangguan kemauan, kemampuan mempengaruhi. Berbicara,
dan katatonia (gangguan psikomotor berupa gerakan-gerakan yang melibatkan kedua
ekstremitas). Berikut adalah manifestasi klinis dari skizofrenia paranoid, terbagi menjadi
dua kelompok :
1. Gejala positif
a. Delusi atau waham
Suatu keyakinan yang tidak rasional (masuk akal). Meskipun telah dibuktikan
secara objektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap
meyakini kebenarannya.
b. Halusinasi
Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita
mendengar suara-suara atau bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber dari
suara atau bisikan tersebut.
c. Kekacauan alam pikiran
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak
dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan
e. Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu dan sejenisnya
f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap
dirinya
g. Menyimpan rasa permusuhan
2. Gejala negatif
a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar
19

Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak
menunjukkan ekspresi
b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan
orang lain dan suka melamun
c. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam
d. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial
e. Sulit dalam berpikir nyata
f. Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif

D. Faktor Risiko
Meskipun penyebab pasti skizofrenia tidak diketahui, faktor-faktor tertentu
tampaknya meningkatkan risiko berkembang atau memicu skizofrenia paranoid. Faktor
risiko skizofrenia jenis lainnya. Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan risiko
terjadinya skizofrenia paranoid.
Faktor Keterangan
Genetik Individu dengan riwayat keluarga skizofrenia
memiliki risiko yang lebih tiinggi. Jika tidak ada
riwayat skizofrenia dalam keluarga, risiko
individu mengalami skizofrenia < 1%. Risiko
sebesar 10% pada individu yang salah satu orang
tuanya merupakan penderita.
Infeksi virus Janin yang terinfeksi virus memiliki risiko yang
lebih tinggi.
Malnutrisi janin Janin yang menderita kekurangan gizi selama
masa kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi.
Stress selama awal kehidupan Stress berat di awal kehidupan dapat menjadi
faktor penyumbang terhadap perkembangan
skizofrenia.
Trauma masa kanak-kanak Trauma pada masa kanak-kanak meningkatkan
risiko skizofrenia.
Usia parenteral saat bayi lahir Bayi yang lahir dari orang tua yang berusia lebih
tua memiliki risiko yang lebih tinggi.
20

Obat Penggunaan obat yang mempengaruhi pikirian
dapat meningkatkan risiko.

E. Kriteria Diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu harus ada sedikitnya satu
gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih, bila gejala-gejala
tersebut kurang tajam atau kurang jelas), berikut beberapa gejala-gejala yang ada :
1. Thought echo merupakan isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya. Thought
insertion or withdrawal merupakan isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal).Thought broadcasting merupakan isi pikirannya tersiar ke luar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
2. Delusion of control merupakan waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau Delusion of influence yang merupakan waham
tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau delusion of
passivity berupa waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu
kekuatan dari luar, (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus). Delusional
perception yaitu pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
3. Halusinasi auditorik merupakan suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara
mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi
lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).
5. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
21

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

F. Komplikasi
Jika skizofrenia paranoid tidak diobati, akan timbul risiko kesehatan mental yang
berat, kesehatan fisik, masalah keuangan, perilaku, dan hukum, yang mungkin memiliki
dampak besar terhadap setiap bagian kehidupan individu. Kemungkinan komplikasi
yang terjadi antara lain :
Depresi
Pikiran dan perilaku bunuh diri
Malnutrisi
Masalah hygiene
Ketidakmampuan untuk bekerja atau belajar
Pengangguran
Kemiskinan
Tunawisma
Menjadi korban kejahatan
Penyalahgunaan zat
Gangguan kesehatan akibat obat antipsikotik

G. Penatalaksanaan
Penanganan semua subtipe skizofrenia sebenarnya serupa. Tiap penderita
mungkin menjalani perawatan yang berbeda, bergantung pada tingkat keparahan gejala
dan kondisi penderitanya masing-masing.
22

Bentuk penanganan skizofrenia paranoid berupa penggunaan obat-obatan,
psikoterapi, atau electroconvulsive therapy (ECT). Penderita skizofrenia paranoid harus
selalu mengkonsumsi obat secara teratur, mengetahui cara mengontrol gejalanya, serta
menghindari alkohol dan obat-obatan terlarang.




























23

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnklienis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT
Nuh Jaya;2003.p.46-51.
2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.
3. Maslim R. Diagnklienis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT
Nuh Jaya;2003.p.46-51.
4. Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.
5. Saddock,JB, Saddock AC. Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Sciences, Clinical Psychiatry. Edisi ke 10. 2007. Philadelphia : Lippincott Williams
& Wilkins.
6. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.

Anda mungkin juga menyukai