Anda di halaman 1dari 9

Cara Membuat P&ID

P&ID (Piping and Instrumentation Diagram) dapat diartikan sebagai sebuah alat
bantu untuk menerangkan konsep desain dari suatu proses dan kebutuhan
pabrik atau unit produksi yang perlu atau akan dibangun. Ada beberapa tahapan
pembuatan suatu P&ID yang harus dilalui dan dikenal yang dimulai dengan
mengenal tahapan proyek yang akan dilakukan dan juga mencakup semua
simbol instrument kontrol ataupun piping yang perlu dinotasikan dalam sebuah
P&ID. Tulisan ini dibuat untuk keperluan pengenalan umum pembuatan sebuah
P&ID, bukan sebuah guideline yang harus dipenuhi.

1. Pengenalan tahapan proyek dan efeknya terhadap P&ID dan
PFD.
Sebuah P&ID harus terus menerus diupdate mulai dari perancangan unit operasi
sampai dengan proses komisioning dan start up berjalan. Bahkan tak kadang
ditengah-tengah proses operasional (setelah start-up) sudah berjalan, P&ID
perlu kembali disempurnakan agar memudahkan pengertian alur proses yang
terjadi. Apa itu P&ID dan PFD (Process Flow Diagram), tentunya harus sudah
diketahui process engineer sebelumnya, sumber-sumber pengertian perbedaan
P&ID dan PFD bisa ditemukan di internet atau pelajaran dasar di bangku kuliah
(bila ada) atau saat masuk bekerja di sebuah perusahaan. Setelah studi-studi
kelayakan dan kemungkinan pembangunan suatu proyek selesai, maka
biasanya disitu P&ID baru dibuat sementara PFD sudah mulai dibuat sejak studi
kelayakan/kemungkinan tersebut dijalankan. Biasanya kemungkinan tahapan
perubahan P&ID ada dalam 4 garis besar stepstep dibawah ini, tentunya jika
AFE (Approved for Engineering) sudah diberikan oleh pemilik proyek sehingga
pengerjaan proyek dapat segera dilakukan :
Step 1 : Engineering Stage for Process Package System
P&ID harus mencakup process sistem secara umum yang terlibat baik di
offshore dan onshore (jika berbicara Oil & Gas Field disini), kemudian utilities
yang berada dalam battery limits dan offsite area, juga pengintegrasian piping
dalam unit-unit tersebut dan offsite. Semua input dari dari grup operasional yang
telah ada harus dimasukkan dalam P&ID bila P&ID dibuat untuk keperluan
modifikasi. Selain itu semua equipment dengan tag number tertentu, special
piping, ukuran pipa, spesifikasi pipa, berapa buah pipa yang ada, semua
instrumentasi dan kontrol yang sudah ada dan yang perlu dibuat,
pengintegrasian intrumentasi dengan panel-panel kontrol dan control room, set
pressure dari PSV, control valves dan posisi failurenya, elevasi dari
vessel/column atau heat exchanger yang mungkin kritikal, juga termasuk
penotasian internal yang kritikal dari vessel/column misalnya, juga semua
keperluan minimum menghadapi masa komisioning dan start-up. Pengecekan
ulang sebuah P&ID dalam tahap ini dapat dikerjakan oleh desainer proses itu
sendiri dan dapat juga dibantu supervisor baik itu senior proses engineer atau
lead proses engineer dalam departement proses.
Step 2 : Mengakomodasi semua input dari departemen seperti dept.
Instrument atau klien perusahaan pemilik proyek dll.
Catatlah semua input untuk dimasukkan keP&ID seperti ukuran control valve
dimana kemungkinannya dapat berubah dari yang sebelumnya sudah dibuat
oleh process engineer karena adanya prinsip pengontrolan tertentu
yangdikehendaki atau range kontrol yang lebih baik dan diketahui oleh dept.
Instrument. Setelah itu by pass valve, isolation valve dsb. di sekitar control valve
dapat dipastikan sehingga penotasian hal ini dalam P&ID dapat diselesaikan.
Input lain dapat berupa ukuran dan spesifikasi PSV yang lebih detil dari dept.
Instrument.
Semua input dari dept. Instrument berdasarkan standar instrument yang ada
atau ketika ada permasalahan lain.
Selain itu input dari klien setelah studi kemungkinan/kelayakan (feasibility study)
terutama bila ada keperluan yang spesial dalam proyek ini sehingga dapat
dimasukkan dalam P&ID pada step ini.
Untuk lebih memastikan, departemen proses dapat meminta bantuan
departemen instrumen untuk bantu mengecek sebuah P&ID yang dibuatatau
dapat secara pararel memohon bantuan klien juga untuk mengecek draft awal
P&ID yang sudah dibuat sampai tahapan ini.
Step 3 : Mengakomodasi input dari semua tim engineering yang terlibat,
dari vendor dan keperluan komisioning
Divisi Procurement dan Divisi Engineering kadang-kadang dapat berjalan
beriringan, dan kontak dengan departemen proses tetap dibutuhkan, dan dalam
fasa ini perubahan-perubahan dalam P&ID tetap diperlukan menjelang
komisioning.

Input dari tim piping sangat diperlukan karena mungkin saja ada beberapa alur
piping yang belum diantisipasi dan perlu dibuat spesial dalamP&ID sementara itu
tim piping sudah tentu lebih mengantisipasi segala sesuatunya berkaitan piping
dalam proyek tersebut. Selain itu input dari tim elektrikal dan mekanikal atau
departemen lainnya juga akan sangat membantu penyempurnaan P&ID
berkaitan proyek tersebutbahkan mungkin saja divisi instrument punya input
yang lebih baru lagi yang akan membuat revisi atau tambahan didalam P&ID tsb.,
atau biasanya tahapan ini disebut dengan IDC (Internal discipline check) yang
mana setiap disiplin yang ikut dalam proyek tersebut diminta inputnya berkaitan
dengan penyempurnaan P&ID.
Setelah menerima dan mengklarifikasi teknikal dan gambar yang dibuat oleh
vendor, maka penyempurnaan lebih lanjut diperlukan dalam P&ID dimana
mungkin ada beberapa perubahan instrumentasi atau piping dalam suatu skid
misalnya yang mana akan mempunyai efek juga pada pengintegrasian unit skid
tersebut kedalam bagian lain dari unit operasional yang ternotasi dalam P&ID
Selain itu pembuatan operating manual, start-up prosedur, dan komisioning
prosedur dapat segera dibuat dalam tahapan ini yang mana mungkin diperlukan
piping atau instrumentasi yang spesial untuk keperluan start-up dan komisioning
yang dapat mungkin saja dinotasikan dalam P&ID. Ada beberapa fasa lain dalam
penyempurnaannya sampai komisioning dan start-up bisa dimulai.
Step 4 : As Built P&ID
Setelah proses komisioning dan start-up dimana operasional sehari-hari sudah
berjalan, mungkin saja P&ID harus direvisi kembali karena mungkin saja pada
saat konstruksi ada beberapa kesulitan yang ditemui sehingga alur perpipaan
harus diubah karenaketerbatasan struktur sebagai contohnya yang mana
sebaiknya dinotasikan juga dalam P&ID. Nah...tahap selanjutnya bisa saja
pengecekan kembali As Built P&ID diperlukan sehingga bila ada keperluan
proyek lainnya, semua elemen operasional yang ada sudah dinotasikan dalam
P&ID sehingga akan memudahkan menjalankan proyek atau modifikasi baru
yang diperlukan. Ada hal penting lain yang harus diingat dalam ini menyangkut
persetujuan sebuah P&ID yang dapat dikatakan sudah disetujui dan dapat
dipakai sebagai referensi untuk keperluan komisioning, konstruksi atau start-up,
menyangkut penandatangananatau authorized signature.

Nah, di awal pembicaraan sudah seharusnya dibuat siapa sajakah yang harus
dicantumkan nama/inisialnya sebagai pembuat, sebagai drawing checker,
kemudian ada engineering checker, ada project checker dan persetujuan dari
pihak klien, berapa orangkah yang perlu dinotasikan disitu sehingga sebuah
P&ID bisa disetujui. Mungkin dari pihak pembuat (konsultan) diperlukan nama
dan tandatangan pembuat gambar (draftsman), drawing checker (engineer),
engineering checker (engineer supervisor), project checker (project manager)
dan authorize checker dari klien mungkin ad dua orang sebagai engineering
checker dan project manager.

2. Pengenalan bagaimana membuat penomoran sebuah P&ID
atau PFD ?
Sebenarnya banyak macam cara yang dilakukan untuk menomori P&ID
tergantung dari kebijaksanaan penomoran yang telah ada di perusahaan
tersebut yang bisa juga merupakan kesepakatan antara pemilik proyek dan
contractor yang mengerjakan. Contoh : (ilustrasi saja, fiktif lho....)
1. Untuk memudahkan biasanya dibuat berdasarkan area dari unit operasi yang
ada disitu,
misal Caspian Sea (CS), Delta Mahakam (DM), Sepinggan (SP) dll.
2. Kemudian bisa dilanjutkan dengan membedakan unit operasi itu masuk ke
area proses apa,
misal uilities plant (UP), atau mungkin Proses Plant (PP).
3. Selanjutnya penomoran dari unit operasi tersebut, misalnya : dalam suatu
negara, perusahaan tersebut punya empat buah area operasi utama di provinsi
tersebut seperti misalnya kalau di daerah Kaltim ada Balikpapan (1), Samarinda
(2), Tenggarong (3), dll. Jadinya bisa saja karena area tersebut masuk
sepanjang delta mahakam dan berada di Samarinda maka bisa saja penomoran
lengkap P&ID berupa : DM-PP-2000 s/d 2999. Setelah itu jika misalnya ada 3
buah separator dalam satu bagan proses maka P&ID dapat dibagi menjadi 3
buah sheet (lembar) yang menunjukkan P&ID ketiga buah separator tersebut
secara berlainan dan lebih detil.

3. Pengenalan notasi untuk berbagai equipment penting dalam
P&ID
Hal ini diperlukan mengingat beragam jenis equipment yang diperlukan dalam
suatu alur proses yang terjadi, penotasian jenis-jenis equipment berdasar jenis
dan fungsinya diperlukan untuk mengenali dan memudahkan pembacaan atau
penulisannya.
Contoh :
- Equipment untuk penyimpanan
T - Tank
S - Spheres
- Equipment untuk proses kompresi atau pemompaan
P - Pump
K - Compressor
- Equipment untuk proses pemisahan
V - Vessel / Separator
dan lain-lain
- Equipment untuk proses kontrol
LCV - Liquid Control Valve (Water/Oil)
PCV - Pressure Control Valve (gas)
4. Penomoran berbagai equipment dan instrument untuk
keperluan sebuah proyek

Dalam hal ini terjadi lagi berbagai kemungkinan penomoran yang diperlukan
tergantung pada kebijaksanaan perusahaan operator Migas tersebut atau dapat
juga kesepakatan dengan kontraktor sebuah proyek. Yang paling penting adalah
bagaimana mengatur nomor-nomor tersebut agar dapat mudah diingat atau
dikenali dan tidak terjadi tumpang tindih sehingga memudahkan operasional,
maintenance ataupun keperluan proyek yang baru.

Misal

Untuk equipment dan Instrument kontrol
Jika ada sebuah unit operasi pemisahan 3 fasa dari HP (High Pressure) sampai
LP Separator (Low Pressure) yang masing-masing terdiri dari 3 train dalam suatu
area seperti contoh pada tahap 2; dan separator tersebut merupakan unit
pertama yang dibangun di tempat tersebut, maka penomorannya dapat berupa :
V-2001 sedangkan karena tiga train maka dapat disebut sebagai Train A/B/C
sehingga nomornya bisa berbunyi V-2001A, V-2001B, V-2001C. Jadi dalam
P&ID No. DM-PP-2001 ada 3 buah sheet untuk ketiga HP Separator diatas.
Berikutnya dari IP sampai LP Separator bisa dilanjutkan dengan nomor
berikutnya yakni 2002 sampai 2003, sehingga untuk IP separator (3 train) : V-
2002 A/B/C, dan LP separator : V-2003 A/B/C. Sedangkan P&ID No.-nya
otomatis berlanjut ke DM-PP-2002 (IP Separator) dan DM-PP-2003 (LP
Separator). Semua unit instrumen kontrol di sekitar vesseltersebut akan
mengikuti nomor vesselnya untuk memudahkan yakni : Liquid Control Valve
untuk Oil dan Water bisa dinotasikan sebagai LCV-2001 A (oil) dan LCV-2001 B
(water). Sedangkan bila PCV hanya satu buah maka bisa dibuat PCV-2001 saja
atau PCV-2001 A. Demikian pula bila PSV Separatortersebut diperlukan 2 buah
maka dinotasikan sebagai PSV-2001 A dan PSV-2001 B. Segala macam
penomoran baik itu equipment atau instrumentasi harus cocok antara P&ID
dengan data sheet, quotation dan segala macam laporan yang perlu dibuat juga
sehingga tidak ada konflik penomoran di kemudian hari.
5. Penomoran Pipa (Line Numbering)
Hal pertama yang perlu diketahui adalah apakah perusahaan tersebut sudah
mempunyai standar spesifikasi perpipaan tertentu, sedangkan bila belum
mungkin bisa dilihat ASME atau berbagai standar internasional yang ada
sebagai acuannya. Penomoran dapat dilakukan lebih mudah jika standar
perusahaan sudah ada maka spesifikasi perpipaan yang ada akan disesuaikan
untuk keperluan pipa proses yang cocok (berlainan untuk fluida HC, Sea water,
Chemicals, Drain, Instrument Air, etc.) .
Misal :
Jika kita akan memulai penomoran line (pipa) dari angka 100 untuk
membedakan dan memudahkan pencarian. Dan pipa untuk service fluida HC
terdiri dari 5 kelas untuk berbagai rating dan maximum working pressure yang
dapat dicapai, maka penotasian dapat berupa kelas A s/d E untuk service fluida
HC ini, yang dibedakan dengan ratingnya, misalnya kelas C s/d E untuk rating
pipa yang lebih tinggi karena adanya kontaminan CO2 dalam fluida HC tersebut.
Selanjutnya berapa ukuran pipa yang dimaksud (setelah dipastikan dengan
perhitungan proses tentunya) adalah penotasian berikutnya, sehingga
penotasian lengkap dapat berupa : 100 - A - 2" atau 100 - HC - A - 2" yang mana
berarti angka 100 adalah line number, huruf HC merupakan jenis fluida, huruf A
adalah kelas yang dimaksud misal kelas 150#, dan 2" adalah ukuran pipanya.
Semua hal ini harus cocok dengan notasi pada gambar isometrik perpipaan yang
ada serta segala macam gambar yang diproduksi oleh departemen piping
6. Pengenalan berbagai simbol dalam P&ID
Di tahap ini kita harus mulai membiasakan diribagaimana menggambarkan
komponen statik/rotating equipment, instrumentasi, piping, elektrikal atau sedikit
struktur dalam P&ID. Kembali lagi acuan pertama yang harus kita ambil adalah
standar perusahaan terkait atau mungkin standar-standar internasional yang
sudah ada sehingga akan lebih memudahkan penggambarannya. Notasi ini juga
diharap dapat lebih memudahkan membaca dan mengenali berbagai komponen
unit operasi dalam P&ID tersebut. Perlu diingat gambar simbol dibawah ini
hanyalah contoh, karena belum tentu sama di setiap perusahaan terutama Oil &
Gas. Kita mulai dari pengenalan simbol statik dan rotating equipment, berbagai
contoh penotasian simbolnya adalah sbb. :


Berlanjut ke instrumentasi dan bermacam valve. Bagian yang perlu diingat dan
dilihat disini dari sisi pengontrolannya adalah apakah instrument yang terpasang
di suatu line atau equipment tersebut hanya dapat dilihat indikasinya di lokal saja
ataudapat juga dilihat di control room via DCS/PLC sistem, juga apakah
pengontrolan harus dilakukan secara manual ataukah remote dari control room ?
Juga apakah hanya ada indikasinya ataukah ada fasilitas merekam data di
control room dari instrument tersebut, dan bagaimanakah indikasi trip/failureyang
terjadi, semuanya itu yang akan dilengkapi dan disarankan oleh departemen
instrumen bila diperlukan.


Lalu berbagai notasi piping sistem, seperti spec break, perbedaan process line
utama dan line process pendukung, juga adanya reducer dan expander, dll.

7. Pengenalan komponen penting lainnya dalam P&ID
Sebuah P&ID bisa secara umum terdiri dari kerangka berupa :
- Drawing index : berisi daftar nomor P&ID dan judul-judul dari P&ID alur
process/utilities yang dibuat, revisi yang pernah dibuat serta status P&ID tersebut
apakah gambar dibuat untuk keperluan konstruksi atau untuk keperluan
demolish/removal. Judul yang dapat dibuat untuk sebuah P&ID bisa berupa
penggambaran satu buah equipment dalam alurproses utamanya, misal High
Pressure Separator (V-2001 A). Drawing index ini penomorannya dapat dimulai
dari 00, melanjutkan contoh diatas maka nomor drawing index adalah DM-PP-
2000 sheet 1 of 3, dengan judul : Drawing Index.
- Selanjutnya adalah simbol-simbol baik simbol statik/rotating equipment,
instrumentasi, piping, elektrikal yang diperlukan dalam proyek tersebutyang
dipecah jadi beberapa sheet bila diperlukan maka penomorannya bisa
dicontohkan DM-PP-2000 sheet 2 and 3 of 3, melanjutkan notasi penomoran dari
drawing index, dengan berjudul standard symbol and legend.
- Setelah itu jenis gambar dalam pada suatu P&ID adalah unit2 operasi yang ada
dalam alur proses (process P&ID) seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya
DM-PP-2001 sheet 1 of 3, judul : High Pressure Separator (V-2001 A).
-Terakhir bila diperlukan utilities P&ID maka penomoran bisa langsung
dilanjutkan pada serial no. selanjutnya yakni : 2200 s/d 2299 untuk membedakan
dengan proses P&ID, maka dapat ditulis : DMUP-2200. Utilities P&ID ini dapat
berupa jetting water system, instrument air system.

Sebuah P&ID bila dibuat untuk keperluan modifikasi maka gambar konstruksi
dan demolish/removal diperlukan sehingga dapat terlihat bedanya dan dapat
diidentifikasi saat konstruksi dilakukan. Dalam gambar removal diperlukan
pengidentifikasian sedemikian rupa sehingga segala macam equipment yang
tidak diperlukan lagi, diganti atau pipa yang mau dipotong dan di-blind harus
diidentifikasi satu persatu agar tidak terlupa saat konstruksi. Sedang sebaliknya
dalam gambar konstruksi segala equipment yang baru dipasang, diganti atau
dibuat alur yang baru harus diidentifikasi, agar bisadicek ulang saat konstruksi
selesai dilakukan.
Lain halnya bila unit operasi tersebut baru, maka tentu saja tidak ada gambar
removal yang diperlukan disitu.
Hal penting lainnya yang harus diingat dalam sebuah P&ID adalah sambungan
(link) antara berbagai P&ID harus match baik itu pipingnya : ukuran, spek, line
numbernya maupun posisinya. Kemudian juga sinyal instrumentasi yang ada,
baik itu signal elektrikal ataupun pneumatic. Tentunya bagan to and from dari
dan ke berbagai P&ID untuk penotasian piping atau sinyal itu harus dicantumkan
lengkap disitu sehingga memudahkan pencarian dan pengertiannya aliran atau
dari dan kemana sinyal itu berjalan.
8. Pengenalan Proses system
Dalam tahap ini diharapkan kita dapat mulai belajar membuat P&ID sederhana
atau sekurangnya PFD dari sebuah alur proses. Berbagai contoh PFD dalam
GPSA, Engineering Data Book Vol II dapat dilihat dan dari situ pelan-pelan bisa
dipelajari bagaimana melengkapinya sehingga jadi sebuah P&ID dengan
bantuan supervisor atau senior proses engineer yang ada. Yang terpenting disini
adalah kita harus mengerti alur proses yang terjadi berikut kemungkinan
berbagai fenomena yang terjadi didalamnya. Sebagai contoh jika berbicara
Multistage Oil Stabilization maka kemungkinan disitu ada berbagai Separator
dari high pressure sampai low pressure dimana gas dari ketiga macam separator
tersebut dialirkan ke gas treating sistem yang mungkin berupa acid gas removal
sistem, sulfur recovery sistem, atau dehydration system, dimana sebelum gas
dari LP separator dialirkan masuk ke gas treating sistem maka gas tersebut
harus dikompresi sampai intermediate pressure yang dicampur dengan high
pressure gas dari separator diawal alurproses ini bila memang gas treating
sistem beroperasi dalam kisaran intermediate sistem. Juga demikian untuk oil
dari oil stabilization tersebut akan masuk ke oil treating sistem dimana
diharapkan dapat diperoleh kandungan crude oil yang lebih pas sesuai standar
dari buyer sebelum dipasarkan atau dilemparkan ke storage untuk penjualan,
tetapi tentu saja jika multistage oil stabilization yang dipakai maka mempunyai
kekurangan dari sisi ekonomisnya karena lebih banyak sistem kompresi dan
pemompaan yang harus dipakai, tidak cocok untuk operasi di offshore, dan
recovery serta API gravity dari crude oil yang dihasilkan mungkin tidak
semaksimal memakai stabilizer sistem saja tetapi kandungan garam-garam yang
ada dalam crude oil yang dihasilkan dapat lebih maksimal dibandingkan
stabilizer sistem.

Masih banyak pengenalan proses sistem lain yang perlu diketahui dalam
produksi minyak dan gas, yang mana sebaiknya dicari dari berbagai sumberyang
ada untuk mengerti fenomena yang terjadi. Disamping itu karena tulisan ini
dimaksudkan sebagai pengenalan maka banyak sekali hal-hal dasar lain yang
tidak dicantumkan disini, dimana diharap tulisan ini hanya membuka wacana
awal membuat suatu P&ID yang bersifat dasar .
Memang tulisan ini masih banyak kekurangannya,mungkin malah membosankan,
maka jika ada masukan ataupun kritikan yang membangun semoga dapat
menyempurnakan isi tulisan ini. Semoga berguna !
Reference :
1. GPSA (Gas Processing and Supplier Association) Engineering Data Book, Vol
2.
2. P&ID System Guideline, Engineers India Ltd. , 1983.
3. Process Guideline dari berbagai engineering company atau klien yang pernah
diintip untuk dibaca dan dipahami.
4. Pekerjaan mengupdate dan membuat P&ID sehari-hari dengan berbagai
masukan senior engineer dan teman-teman yang sudah berpengalaman.
5. Migas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai