Anda di halaman 1dari 14

1

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pangebatan 05/03, Bantar Kawung
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Tanggal Masuk : 23 April 2011
Tanggal Periksa : 26 April 2011
Nomor CM : 848251
Ruang Rawat : Mawar

II. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
1. Keluhan utama : Sesak nafas
2. Keluhan tambahan : batuk berdahak
3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):
Pasien laki-laki datang ke IGD RSMS dengan keluhan sesak napas
yang bertambah berat dan tidak berkurang dengan obat ataupun istirahat.
Sesak napas dirasakan sudah sejak setahun sebelum masuk rumah sakit.
Sesak yang dirasakan hilang timbul. Sesak timbul terutama saat berjalan
jauh sejauh seratus meter serta bila terkena udara dingin dipagi hari,
sehingga mengganggu tidur dan aktivitasnya. Sebelumnya sesak nafas
akan berkurang bila pasien tidak beraktivitas dan meminum minuman
hangat. Pasien mengatakan tidak pernah merasa dadanya berdebar-debar.
Pasien menyangkal sesak akan bertambah berat ketika dalam posisi
berbaring.
Sebelumnya dia memiliki kebiasaan merokok dan meminum kopi.
Dalam sehari pasien dapat menghabiskan rokok sebanyak dua bungkus
dan dua gelas kopi. Kebiasaan merokok dan meminum kopi pasien ini
sejak usia 20 tahun dan berhenti merokok sekitar lima bulan karena pasien
takut sesaknya akan semakin memberat karena kebiasaannya tersebut.
2

Selain itu pasien mengeluh batuk. Batuk ini sudah sering
dikeluhkan pasien sebelum sesak nafas. Batuk sering timbul pada cuaca
dingin sehingga pasien merasa batuk karena dingin. Batuk dirasakan sejak
sekitar satu tahun sebelum sesak pertama kali, batuk disertai dengan dahak
berwarna putih kental. Akhir-akhir ini batuk dirasa semakin berat, batuk
timbul siang maupun malam sehingga penderita terganggu tidurnya.
Dia mengatakan tidak pernah minum obat rutin selama enam bulan
yang berwarna merah dan membuat warna kencingnya menjadi merah.
Pasien tidak merasakan adanya perubahan pada kuku seperti agak
membengkak atau melebar serta tidak ada pantangan dalam makanan.
Pasien tidak mengeluhkan kelemahan atau bengkak pada kaki ataupun
tangan sebelum sesak timbul.
4. Riwawat Penyakit Dahulu (RPD):
a) Riwayat sesak napas sejak satu tahun yang lalu.
b) Riwayat hipertensi disangkal.
c) Riwayat asma dan alergi disangkal.
d) Riwayat kencing manis, penyakit ginjal dan jantung disangkal.
e) Riwayat operasi disangkal.
f) Riwayat jatuh dan kecelakaan disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):
Riwayat TB paru, asma dan alergi dalam keluarga disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi (RSE):
Komunitas : Tidak ada tetangga sekitar rumah yang mengalami
keluhan yang sama.
Rumah : Pasien tinggal dilingkungan perkampungan dan sehari-
harinya memasak menggunakan kayu bakar.
Pekerjaan : Pasien merupakan seorang petani.
Kebiasaan : Pasien memiliki kebiasaan merokok.


III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Sesak
3

B. Kesadaran : Compos Mentis
C. Vital Sign : Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 100x/menit, isi penuh, reguler
Respirasi : 34x/menit, reguler
Suhu : 37
0
C
D. Status Generalis :
1. Kepala : Simetris, mesocephal, VT (-)
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), arcus
senilis (+/+)
3. Hidung : Discharge (-), napas cuping hidung (-/-)
4. Telinga : Simetris kanan kiri, discharge (-)
5. Mulut : Mukosa tidak anemis, lidah kotor (-)
6. Leher :
Inspeksi : Trakea di tengah, JVP (-)
Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe (-)
7. Toraks
a. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba SIC V LMC sinistra
Perkusi : Batas kanan atas SIC II LPS dextra
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra
Batas kiri atas SIC II LMC sinistra
Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra
Auskultasi : S
1
> S
2
di apeks reguler, bising (-), gallop (-)
b. Paru
Inspeksi : dinding dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi
interkostal (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kir melemah, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru-hepar SIC
VI linea midclavicularis dextra
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, Rbh +/+, Rbk -/-,
Wheezing (+/+), ekspirasi memanjang
4

8. Abdomen
Inspeksi : datar, benjolan (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
9. Ekstremitas
Superior : edema (-/-)
Inferior : edema (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Labarotorium
1) Darah Lengkap
Hb : 14,5 g/dl (13 16 g/dl)
Leukosit : 7900 /L (5.000-10.000 /L)
Ht : 48 % (40 48 %)
Eritrosit : 4,6.10^6 /L (4,5-5,5 10^6 /L)
Trombosit : 152.000 /L (150.000 400.000 /L)
MCV : 92 pq (82-92 pq)
MCH : 32 % (31-37 %)
MCHC : 34 gr/dl (32-36 gr/dl)
Hitung Jenis :
Eosinofil : 0,4 (1-3 %)
Basofil : 0,0 (0-1 %)
Batang : 0,00 (2-6 %)
Segmen : 87,7 (50-70 %)
Limfosit : 9,4 (20-40 %)
Monosit : 6,0 (2-8 %)

2) Kimia Klinik
SGOT : 39 ( 38 UL/L)
SGPT : 35 ( 41 UL/L)
CKMB : 5 ( 29 UI/L)
5

Ureum darah : 16,7 (10-50 mg/dl)
Kreatinin : 1,83 (0,5-1,2 mg/mnt)
GDS : 161 (<200 mg/dl)
Kalium : 4,3 (3,5-5,5 mmol/L)

B. Rontgen Toraks
- CTR < 50%
- Hemidiafragma kanan setinggi kosta 12 posterior, mendatar
- Sinus kostofrenikus kanan-kiri terpotong
- Thoraks emphysematous

VIII. RESUME
A. Anamnesis
Pasien Laki laki berusia 65 tahun:
1. Sesak sejak setahun sebelum masuk rumah sakit terutama ketika
terkena udara dingin sehingga mengganggu tidur dan aktivitas
2. Keluhan sesak berkurang jika beristirahat dan minum minuman
hangat
3. Batuk berdahak dengan dahak berwarna putih kental.
4. Tidak ada riwayat TB dan pengobatan TB, asma, alargi, kencing
manis, penyakit ginjal ataupun penyakit jantung.
5. Tidak ada riwayat kecelakaan ataupun trauma sebelumnya.
6. Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama.
7. Riwayat merokok sejak usia pasien 20 tahun dan berhenti sejak
lima bulan sebelum masuk rumah sakit

B. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 100x/menit, isi penuh, reguler
Respirasi : 34x/menit, reguler
Suhu : 37
0
C

6

Status generalis :
Rambut : warna hitam dan putih (uban)
Mata : arcus senilis (+/+)
Status Lokalis :
Cor : dalam batas normal
Paru :
Inspeksi : dinding dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi
interkostal (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru-hepar SIC VI linea
midclavicularis dextra
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+ melemah, Rbh +/+, Rbk -/-,
Wheezing (+/+), ekspirasi memanjang
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen toraks ;
a) CTR < 50%
b) Hemidiafragma kanan setinggi kosta 12 posterior, mendatar
c) Sinus kostofrenikus kanan-kiri terpotong
d) Thoraks emphysematous
2) Laboratorium
Peningkatan segmen
Kreatinin 1,83 dengan LFG 17,75 ml/menit

IX. DIAGNOSA KERJA
PPOK exaserbasi akut
CAP
Hipertensi Grade I

VII. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Spirometri
Analisa gas darah

7

VIII. TERAPI
a. Non medikamentosa
1) Pendidikan terhadap penderita dan keluarganya.
2) Menghindari rokok dan zat-zat inhalasi lain yang bersifat iritasi.
3) Menghindari infeksi.
b. Medikamentosa
1) O
2
4 liter per menit
2) IVFD D5% dan Aminophilin 360mg/ 12 jam
Aminofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek
bronkodilator dengan jalan melemaskan otot polos bronkus
diindikasikan untuk meringankan dan mengatasi serangan asma
bronchial. Efek samping obat meliputi mual, muntah, diare, sakit
kepala, insomnia, palpitasi, takikardi, aritmia, takipneu dan
hiperglikemia.
3) Injeksi cefotaxim 2 x 1 gr iv
Cefotaxime bekerja dengan cara memperlemah dan memecah
dinding sel serta membunuh bakteri. Cefotaxime digunakan untuk
mengobati berbagai jenis infeksi bakteri termasuk keadaan parah
atau yang mengancam nyawa. Efek samping obat meliputi reaksi
hipersensitivitas (urtikaria, pruritus, ruam, reaksi parah
seperti anafilaksis bisa terjadi). Efek lain yang dapat terjadi adalah
efek pada saluran gastrointestinal meliputi diare.
4) Metilprednisolon 1 x 125 mg i.v.
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja
intermediate yang termasuk kategori adrenokortikoid, antiinflamasi
dan imunosupresan. Metilprednisolon gangguan pernafasan.
Kontraindikasi pada infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas
terhadap bahan obat, bayi premature, pemberian jangka lama pada
penderita ulkus duodenum dan peptikum, osteoporosis berat,
penderita dengan riwayat penyakit jiwa, herpes, dan pasien yang
sedang diimunisasi.
8


5) Flixotide Nebules 0,5 mg / 12 jam
Flixotide mempunyai nama generik Fluticasone propionate. Indikasi
untuk pencegahan asma berat pada dewasa & remaja > 16 tahun dan
pengobatan eksaserbasi akut pada asma ringan sampai sedang pada
anak & remaja 4-16 tahun. Mempunyai efek samping kandidiasis
mulut & tenggorokan, suara serak, bronkospasme paradoxical,
reaksi hipersensitif pada kulit. Dosis dewasa & remaja > 16 tahun
500-2000 mcg 2 x sehari. Anak & remaja 4-16 tahun 1000 mcg 2 x
sehari.
6) Lasix 3 x 40 mg i.v
Lasix mempunyai nama generik Furosemida. Indikasi untuk edema,
asites (pengumpulan cairan) pada hati, hipertensi ringan sampai
sedang. Kontra indikasi pada gagal ginjal akut yang disertai dengan
anuria (tidak dibentuknya kemih oleh ginjal), koma hepatikum,
hipokalemia, hiponatremia, hipovolemia dengan atau tanpa
hipotensi, gangguan fungsi ginjal atau hati. Efek samping obat
adalah gangguan ringan pada saluran cerna, kehabisan Ca, K, dan
Na, nefrokalsinosis pada bayi prematur, memperparah alkalosis
metabolik; diabetes. Jarang terjadi syok anafilaktik, reaksi alergi,
depresi sumsum tulang, pakreatitis akut, gangguan pendengaraan.
Dosisnya dewasa : dosis awal &frac1/2-1-2 tablet sehari, dosis
rumat/pemeliharaan : -1 tablet sehari. Anak-anak : 2 mg/kg berat
badan. Maksimal : 40 mg/hari.

c. Rehabilitasi
Pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari
depresi.
Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :
1) Fisioterapi
2) Rehabilitasi psikis
9

3) Rehabilitasi pekerjaan
IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
10

PEMBAHASAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya.. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase
eksaserbasi akut. Penatalaksanaan penderita PPOK perlu dilakukan penilaian
awal yang teliti mengenai tingkat perjalanan penyakit, lamanya gejala, adanya
gangguan faal obstruksi jalan nafas dan derajat obstruksi.
Faktor resiko yang berperan pada perjalanan penyakit ini yaitu faktor
yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi
udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca. Derajat obtruksi
saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang memugkinkan adanya
reversibilitas. Pada kasus pasien Tn. S sendiri mengalami perjalanan penyakit
pernapasan menjadi PPOK olek karena memiliki riwayat merokok dari usia 20
tahun dan berhenti sekitar lima bulan yang lalu. Dimana kebiasaan rokok
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi timbulnya PPOK.
Patogenesis pada PPOK merupakan sebuah proses peradangan. Inhalasi
asap rokok atau gas berbahaya lainnya mengaktifasi makrofag dan sel epitel untuk
melepaskanfaktor kemotaktik yang merekrut lebih banyak makrofag dan neutrofil.
Kemudian makrofag dan neutrofil ini melepaskan protease yang merusak elemen
struktur pada paru. Protease sebenernya dapat diatasi dengan antiprotease endogen
namun tidak berimbangnya antiprotease terhadap dominasi aktivitas protease yang
pada akhirnya akanmenjadi predisposisi terhadap perkembangan PPOK.
Pembentukan spesies oksigen yangsangat reaktif seperti superoxide, radikal bebas
hydroxyl dan hydrogen peroxide telahdiidentifikasi sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap patogenesis karena substansi ini dapat meningkatkan
penghancuran antiprotease.
Inflamasi kronis mengakibatkan metaplasia pada dinding epitel bronchial,hip
ersekresi mukosa, peningkatan massa otot halus, dan fibrosis. Terdapat
pula disfungsi silier pada epitel, menyebabkan terganggunya klirens produksi
11

mucus yang berlebihan.Secara klinis, proses inilah yang bermanifestasi sebagai
bronchitis kronis, ditandai oleh batuk produktif kronis.
Pada parenkim paru, penghancuran elemen struktural yang dimediasi
protease menyebabkan empisema. Kerusakan sekat alveolar menyebabkan
berkurangnya elastisitas recoil pada paru dan kegagalan dinamika saluran udara
akibat rusaknya sokongan [ada saluran napas kecil non kartilago. Keseluruhan
proses ini mengakibatkan obstruksi paten dan timbulnya gejala patofisiologis
yang karakteristiknya untuk PPOK. Diagnosa PPOK pada pasien ini selain
melihat dari riwayat medis pasien, ditunjang juga pada pemeriksaan fisik
khususnya pemeriksaan dinding thoraks yaitu: pada palpasi didapatkan vokal
fremitus kanan dan kiri sama namun melemah yang disebabkan sela iga yang
melebar pada keadaan emfisematous sehingga sehingga rambatan suara pada paru
menjadi kurang keras. Pada perkusi apeks, medial, basal paru kanan dan kiri
terdengar hipersonor. Hal ini menunjukkan pelebaran yang abnormal pada saluran
udara sebelah distal bronkus sehingga banyak udara terperangkap di dalam
alveoli. Pemeriksaan auskultasi didapati suara dasar vesikuler yang melemah,
suara tambahan positif yaitu suara ekperium memanjang, ronkhi basah halus dan
whezzing. Keadaan ini diakibatkan oleh karena pelebaran bronkus terminal secara
permanen dan hipertrofi hiperplasia kelenjar mukous yang berlebihan dan lebih
kental.












12


Diagnosis pada pasien adalah PPOK eksaserbasi akut yang tandai dengan
trias gejala meliputi produksi sputum yang bertambah banyak, sputum yang
berubah warna dari warna sebelumnya serta sesak yang bertambah berat. Adapun
gejala lain yang tampak pada kasus eksaserbesi meliputi batuk yang semakin
sering, keterbatasan aktivitas bertambah dan terdapat gagal napas akut pada gagal
napas kronik. PPOK eksaserbasi sering dicetuskan oleh infeksi bakteri. Pada
kasus ini pencetusnya adalah community acquired pneumonia (CAP) yang
ditegakkan karena terdapat keluhan batuk dengan sputum berwarna hijau, terdapat
ronki basah kasar pada auskultasi paru serta ditemukan peningkatan segmen pada
hitung jenis leukosit.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah spirometri. Pemeriksaan
ini ditujukan untuk diagnosis yang lebih tepat untuk menjalankan terapi yang
lebih tepat sasaran pula. Pemeriksaan VEP
1
dapat dilakukan untuk membedakan
PPOK dengan asma. Dilakukan pemeriksaan VEP
1
sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator atau steroid. Jika terjadi perubahan VEP
1
lebih dari 20%
maka dapat dipastikan bahwa pasien merupakan penderita asma karena respon
terhadap bronkodilator yang cukup baik.














13

Penatalaksanaan penderita PPOK perlu dilakukan penilaian awal yang
teliti mengenai tingkat perjalanan penyakit, lamanya gejala, adanya gangguan faal
obstruksi jalan nafas dan derajat obstruksi. Penatalaksanaan selalu mencakup
suatu pengobatan yang terarah dan rasional, bukan semata-mata pengobatan
medika mentosa. Mengusahakan penghentian merokok harus diusahakan
semaksimal mungkin dan secara terus-menerus. Prinsip pengobatan terdiri dari
usaha pencegahan, mobilisasi dahak yang lancar, memberantas infeksi yang ada,
mengatasi obstruksi jalan nafas, mengatasi hipoksemia pada keadaan dengan
gangguan faal yang berat, fisioterapi dan rehabilitasi dengan tujuan memperbaiki
kualitas hidup dan memperpanjang lama hidup.

14

Daftar Pustaka

Budi Antariksa. 2009.Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Bagian
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. FKUI: RS Persahabatan. Dapat
diakses
di:http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/efccefbf054ff8d506dfbfb43
2d4144eaa343500.pdf. Diakses pada tanggal: 20 April 2011.

Medlineplus.2010.COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) .Dapat
diakses:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/copdchronicobstructivepulmo
narydisease.html. Diakses pada tanggal: 19 April 2011.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI: Jakarta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PPOK Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI: Jakarta.

Price S dan Wilson L.2005. Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan. Dalam:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC 783:93.

Anda mungkin juga menyukai