Anda di halaman 1dari 59

RAHMI KAROL I NA, ST , MT

BAB I
PENDAHULUAN
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
1.1. MATERIAL BETON BERTULANG

Beton bertulang merupakan material gabungan antara
bahan beton dan baja.
Kelebihan material material ini yaitu :
1. Lebih murah
2. Mudah dibentuk
3. Ketahanan terhadap api yang tinggi
4. Biaya perawatan yang rendah
5. Material pembentuknya mudah diperoleh
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Kekurangan material beton ini yaitu :
1. Kekuatan tariknya rendah
2. Membutuhkan bekisting dan penumpu sementara
selama konstruksi
3. Rasio kekuatan terhadap berat yang rendah
4. Stabilitas volumenya relatif rendah

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
1.2. PRINSIP DASAR BETON BERTULANG
Beton merupakan material yang kuat dalam menahan
tekan, namun lemah dalam menahan tarik. Oleh karena itu,
beton dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya
menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.
RAHMI KAROL I NA, ST , MT

Gambar 1-1 Distribusi Tegangan Pada Penampang Sebelum Retak
RAHMI KAROL I NA, ST , MT

Gambar 1-2 Distibusi Tegangan Pada Penampang Retak
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Jadi, dapat dikatakan disini bahwa untuk mengatasi
kelemahan beton dalam menahan tarik maka ditambahkan
tulangan baja pada bagian penampang beton yang berpotensi
mengalami tarik pada saat menahan beban.

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
1.3. KONSEP PERENCANAAN
Stuktur yang didesain pada dasa
rnya harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Kesesuaian dengan lingkungan sekitar
2. Ekonomis
3. Kuat dalam menahan beban yang direncanakan
4. Memenuhi persyaratan kemampuan layanan
5. Mudah perawatannya (memiliki durabilitas yang tinggi)
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Gambar 1-3 Langkah-langkah perencanaan
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Ada dua metoda dasar dalam merencanakan elemen struktur
beton bertulang yaitu:
Metode Tegangan Kerja
Unsur struktur direncanakan terhadap beban kerja
sedemikian rupa sehingga tegangan yang terjadi lebih kecil
daripada tegangan yang diizinkan, yaitu:

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Metoda Kekuatan Ultimit
Dengan metoda ini, unsur sruktur direncanakan
terhadap beban terfaktor sedemikian rupa sehingga
unsur tersebut mempunyai kuat rencana yang
diinginkan, yaitu:
un

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
1.4.1. BEBAN TERFAKTOR DAN KUAT PERLU
SNI 03-24847-2002 pasal 11.2 menguraikan tentang faktor-faktor
beban dan kombinasi-kombinasi beban terfaktor untuk
perhitungan pengaruh-pengaruh beban. Kombinasi-kombinasi
beban terfaktor tersebut adalah:
Kombinasi beban mati dan beban hidup:
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
Jika pengaruh angin ikut diperhitungkan:
U = 1.2D + 1,0L 1,6 W + 0,5 (A atau R)
Atau U = 0.9D 1,6W Diambil pengaruh yang terbesar

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Jika pengaruh gempa harus diperhitungkan :
U = 1,2 D + LR E atau
U = 0,9 D E
Dimana :
D = Beban mati
L = Beban hidup
A = Beban hidup atap
R = Beban Hujan
W = Beban angin
E = Beban gempa
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
1.4.2. KUAT RENCANA
Kuat rencana suatu komponen struktur (Rn) didapat dengan
mengalikan kuat nominal Rn dengan faktor reduksi kekuatan .
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.3 nilai faktor reduksi
kekuatan adalah sebagai berikut:
1. Lentur tanpa beban aksial . 0,80
2. Beban aksial dan beban aksial tarik dengan lentur
a. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur .. 0,80
b. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :
i. Komponen dengan tulangan spiral atau senngkang ikat .. 0,70
ii. Komponen dengan tulangan sengkang biasa .. 0,65
3. Geser dan torsi ... 0,75
4. Tumpuan pada beton . 0,65

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
BAB II
MATERIAL BETON
BERTULANG
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
2.1 BETON
Beton merupakan material komposit yang terbuat dari /
terdiri dari atas kumpulan agregat (halus dan kasar) yang
saling terikat secara kimiawi oleh produk hidrasi semen
portland.

2.1.1 Sifat Mekanik Beton
Bahan dasar beton, yaitu pasta semen dan aggregat,
merupakan bahan mempunyai sifat tegangan-regangan yang
linear dan getas dalam menahan gaya tekan.
RAHMI KAROL I NA, ST , MT

Walaupun beton terbuat dari bahan yang bersifat
linear elastik, namun kenyataannya hubungan tegangan-
regangannya bersifat non-linear (Gambar 2-2).


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Perilaku beton pada saat dikenakan beban uniaksial
tekan dapat digambarkan sebagai berikut (gambar 2-3)
1. Pada saat beban tekan mencapai 30-40% fc, perilaku
tegangan regangan beton pada dasarnya masih linear.

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
2. Pada saat beban tekan melebihi 30-40% fc, retak-
retak lekatan mulai terbentuk. Pada saat ini, mulai
terjadi deviasi pada hubungan tegangan-regangan
dari kondisi linear.
3. Pada saat tegangan mencapai 75-90% kekuatan batas,
retak-retak lekatan tersebut merambat ke mortar
sehingga terbentuk pola retak yang kontinu. Pada
kondisi ini, hubungan tegangan-regangan beton
semakin menyimpang dari kondisi linear.

Hubungan tegangan - regangan beton tersebut dapat
digambarkan melalui persamaan Hognestad, yaitu:
RAHMI KAROL I NA, ST , MT




Dimana:
c = Regangan tekan beton
c = Regangan tekan beton pada tegangan
fc
c = Tegangan tekan beton
Fc = Kuat tekan uniaksial beton
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Pengujian tarik langsung (Gambar 2-5a)
Pengujian tarik tidak langsung:
Uji Lentur (Gambar 2-5b)
Uji Belah (Gambar 2-5c)
Uji double punch (Gambar 2-5d)

Gambar 2-5 Metode-metode Pengujian Tarik Beton
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Dalam SNI beton, hubungan kuat tarik langsung fcr,
terhadap kuat tekan beton, fc adalah sebagai berikut :

fcr = 0,33fc (lihat butir 13.4.2.2 SNI 03-2847-02)

Sedangkan hubungan modulus keruntuhan lentur, fr,
terhadap kuat tekan beton, ada 2 jenis yaitu :
Untuk perhitungan defleksi
fr = 0,7fc (Mpa)
Untuk perhitungan kuat geser balok prategang
fr = 0,5fc (Mpa)
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Modulus Elastis Beton

Berdasarkan SNI Beton butir 10.5, modulus elastisitas
beton dapat ditentukan berdasarkan :

Ec = (Wc)1,5*0,043fc (Mpa)

Dimana Wc = 1500 2500 kg/m3 (berat satuan beton
berat normal)
Untuk beton normal, modulus elastisitas boleh diambil
sebagai berikut :
Ec = 4700fc (Mpa)
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
2.2 SUSUT, RANGKAK, DAN PENGARUH
TEMPERATUR
Susut
Susut adalah pemendekan beton selama proses
pengerasan dan pengeringan pada temperatur konstan.
Besar susut meningkat seiring dengan bertambahnya
waktu.
Susut dipengaruhi oleh :
Rasio Volume terhadap luas permukaan beton
Ada tidaknya tulangan pada beton
Komposisi beton
Humiditas lingkungan, dll


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Rangkak
Koefisien rangkak didefinisikan sebagai nilai rasio
regangan rangkak terhadap regangan elastik, yaitu :


=


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Pengaruh Temperatur
Koefisien pemuaian beton c dipengaruhi oleh
komposisi beton, kandungan moisture dan umur beton.
Nilai beton sangat dipengaruhi oleh jenis aggregat yang
digunakan dalam campuran dan nilainya berkisar antara
6x10-6/oC (batu kapur) sampai 13x10-6/oC (batu kuarsa).
Jika jenis aggregat tidak diketahui, nilai c dapat diambil
sebesar 10x10-6/oC. Regangan akibat perubahan suhu
dihitung sebagai berikut :
cT = cT
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Regangan Total pada Beton
Regangan total pada saat t pada beton yang dibebani
secara uniaksial dengan beban konstan c (t0) pada t0
adalah:


c(t) = cf (t0) + cR(t) + cs (t) + cT(t)

cf (t0) = Pengaruh tegangan
cR(t) = Pengaruh rangkak
cs (t) = Pengaruh susut
cT(t) = Pengaruh suhu
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
2.3 TULANGAN BAJA
Ada dua jenis tulangan baja yang terdapat
dipasaran, yaitu tulangan polos (BJTP) dan tulangan
ulir/sirip (BJTS). Tulangan polos biasanya mempunyai
tegangan leleh minimum sebesar 240 Mpa sedangkan
tulangan ulir umumnya mempunyai tegangan leleh
minimum sebesar 400 Mpa.
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Tabel 2-1 Tulangan Ulir dan Ukurannya












Tulangan polos yang umum terdapat dipasaran adalah 6, 8, 10,
12, 14,dan 16.
Jenis Diameter Nominal
(mm)
Berat per m
(Kg)
D10 10 0.617
D13 13 1.042
D16 16 1.578
D19 19 2.226
D22 22 2.984
D25 25 3.853
D29 29 5.185
D32 32 6.313
D36 36 7.990
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
BAB III
LENTUR PADA BALOK PERSEGI
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
3.1. TEORI DASAR
Berdasarkan teori balok elastik, distribusi tegangan
normal pada penampang akibat momen lentur M dapat
dituliskan sebagai berikut :
=


Dimana :
M = Momen yang bekerja pada penampang
y = Jarak dari sumbu netral
I = Momen Inersia Penampang RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Rumus ini hanya berlaku untuk penampang beton tanpa tulangan yang belum retak.
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Jika tidak ada gaya aksial luar yang bekerja pada
penampang, maka penampang diatas berlaku:

M = C.Jd atau M = T.Jd
Dan
C-T = 0 . C=T
Dimana :
C = Gaya resultan tekan pada penampang
T = Gaya resultan tarik pada penampang
Jd = Lengan Momen

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Teori balok = My/I diatas tidak dapat digunakan dalam desain balok beton
bertulang
karena :

Hubungan tegangan-regangan tekan beton bersifat non linear
Adanya tulangan baja pada penampang yang berfungsi untuk mentransfer gaya
tarik pada saat terjadi retak pada penampang.
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
3.2. DASAR PERHITUNGAN KUAT LENTUR
NOMINAL BALOK
Distribusi tegangan tekan pada balok beton yang telah menacapai kuat nominalnya
adalah seperti tergambar dibawah ini (Gambar 3-4).
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
3.3. ANALISIS VERSUS DESAIN
Ada 2 jenis perhitungan yang biasa dilakukan dalam evaluasi
penampang beton bertulang, yaitu :
1. Analisis
Pada perhitungan analisis, kita diminta untuk
menghitung resistance/tahanan atau kapasitas
penampang berdasarkan data penampang, kuat tekan
beton, tegangan leleh baja, ukuran dan jumlah tulangan,
serta lokasi tulangan.
2. Desain
Pada perhitungan desain, kita diminta memilih
penampang yang cocok (termasuk disini pemilihan
dimensi, fc,fy,tulangan, dll). Untuk menahan pengaruh
beban terfaktor (seperti Mu)


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
KUAT PERLU DAN KUAT RENCANA
Pada perencanaan terhadap lentur, harus selalu dipenuhi:


Mn Mu

Dimana :
Mn = Kuat lentur rencana
Mu = Momen ultimit perlu atau kuat lentur perlu
Mn = Kuat lentur nominal
= Faktor reduksi kekuatan (untuk lentur = 0,80)
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
3.4. JENIS-JENIS KERUNTUHAN LENTUR
Bentuk-bentuk keruntuhan lentur yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut :
1. Keruntuhan tarik Ductile
Pada keruntuhan jenis ini, tulangan leleh sebelum beton
hancur (yaitu mencapai regangan batas tekannya).
2. Keruntuhan tekan Brittle (Getas)
Disini beton hancur sebelum tulangan leleh.
3. Keruntuhan Seimbang (Balance)
Pada keruntuhan jenis ini, kondisi beton hancur dan
tulangan leleh terjadi secara bersamaan.

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
3.5. ANALISIS BALOK PERSEGI DENGAN TULANGAN
TARIK SAJA
Persamaan-persamaan Mn untuk kondisi tulangan tarik leleh


a=

=
.
,


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Mn dapat dihitung sebagai berikut :
Mn = T.Jd
Mn = As.fy(d-a/2) Mn = [As.fy(d-a/2)]

Mn = C.Jd
Mn = 0,85fcab(d-a/2) Mn = [0,85fcab(d-
a/2)]

Persamaan diatas dalam bentuk lain dapat ditulis :
Mn = [fcbd2(1-0,59)]
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
PEMERIKSAAN APAKAH FS = FY

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
CONTOH ANALISIS BALOK BERTULANGAN TUNGGAL :
Hitung kapasitas momen nominal, Mn untuk penampang beton bertulang tergambar :

fc = 20 Mpa
fy = 400 Mpa
As = 3x500 = 1500 mm2


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
=

=
1500
250500
= 0,0120
Asumsi tulangan tarik leleh
- Hitung a:
A=

0,85

=
1500400
0,8520250
= 141
- Check jika fs=fy ;

=
141
500
= 0,282
Sedangkan

= 1
600
600:
= 0,85
600
600:400
= 0,510

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Karena

<

, =
- Hitung kapasitas momen nominal penampang
Mn
Mn = As fy (d -

2
)
= 1500(400)(500-
141
2
) = 258106 =
258

Mn = 0,80 x 258 kNm = 206 kNm
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
3.6. DESAIN BALOK PERSEGI
Penentuan Dimensi Minimum Penampang
Dimensi minimum penampang ditetapkan berdasarkan:
Persyaratan defleksi (Tabel 3-1)
Persyaratan selubung / selimut beton (Pasal 9.7)
Persyaratan spasi tulangan (Pasal 9.6)
Tebal Minuman,h
Komponen
Struktur
Dua
tumpuan
Satu Ujung
Menerus
Kedua ujung
menerus
Kantilever
Pelat solid satu
arah
L/20 L/24 L/28 L/10
Balok atau pelat
jalur satu arah
L/16 L/18,5 L/21 L/8
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
TULANGAN MINIMUM
Berdasarkan SNI Beton Pasal 12.5 luas tulangan tarik pada penampang
balok tidak boleh kurang dari :

As min =

.
Dan tidak lebih kecil dari :

As min =
,

.
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
DESAIN BALOK PERSEGI DENGAN TULANGAN
TARIK
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam desain adalah

Mn Mu

Mn = [fcbd2(1-0,59)]

=


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
CONTOH PERHITUNGAN DESAIN BALOK Suatu balok direncanakan memikul beban hidup
merata sebesar 25,5 kN/m dan beban mati tambahan
sebesar 14,5 kN/m. Bentang balok tersebut adalah 10 m.
Tentukan b,d, dan As jika fc = 25 Mpa dan fy = 400
Mpa.


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
JAWAB :
1. Perkirakan beban mati pada balok
H =

16
= 0,625 diambil h = 800 mm
B = 0,5 h = 0,5 x 800 = 400 mm
Berat balok = (0,8x0,4) x 2400 = 768 kg/m = 7,68
kN/m
2. Hitung momen terfaktor Mu
u = 1,2 (7,68+14,5) + 1,6 (25,5) = 67,4 kN/m
Mu =

2
8
= 842,5 kNm
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
3. Hitung b dan d
bd
2
=

1;0,59 ]

Asumsikan = 0,01 sehingga
=

= 0,01
400
25
= 0,160
bd
2
=
842,5 106
0,8[250,16 1;0,590,16 ]
=
842,5 106
2,9

bd
2
= 290,5 x 106 mm
3
d = 290,5 x 10
6
/ 400
d = 852,20 mm


RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Jika tulangan yang dipasang 1 lapis, maka
H = d + 65
D = (h-65) mm
Sehingga :
Untuk b = 450 mm d = 803 mm ; h = 870 mm
Untuk b = 400 mm d = 852 mm ; h = 917 mm

Sehingga pilihan tinggi balok sebelumnya memenuhi
persyaratan tinggi minimum.
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
4. Check ulang beban mati yang bekerja dan Mu
Untuk b = 400 mm dan h = 900 m, berat sendiri
persatuan panjang adalah :
0,4 x 0,9 x 2400 kg/m3 = 864 kg/m = 8,64 kN/m
Sehingga Mu =
68,6 10
2
8
= 857
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
5. Tentukan Luas Tulangan yang dibutuhkan
Asumsi tulangan dipasang 2 lapis. Jadi:
d h - 90 = 810 mm
Ambil J
d
= (d-a/2) 0,875 d
= 709 mm
A
s
=



=
875 106
(0,8)(400)(709)
=

3780 mm
Sehingga
A
s
min =

4
bd =
25
(4)(400)
(810) = 1012,5 mm
2

As min =

1,4

bd =
1,4(400)(810)
400

=
1134 mm
2

Ambil As min yg terbesar









RAHMI KAROL I NA, ST , MT
Gunakan 8 D25 A
s
= 3925 mm
2
Atau 4 D32 + 2 D25 A
s
= 3975 mm
2
Atau 5 D32 A
s
= 4020 mm
2

Ambil pilihan yang paling ekonomis, yaitu A
s
= 3925 mm
2
=
3925
400 812,5
= 0,012
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
PEMASANGAN TULANGAN TERSEBUT ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
6. Hitung nilai d terbaru
Berdasarkan gambar di atas, d = 812,5 mm. Nilai ini
mendekati nlai yang diasumsikan sebelumnya.
7. Hitung a dan check apakah penampang bersifat under
reinforced
a =


0,85
=
3925 400
0,85 25 400
= 185 mm

=
185
812,5
= 0,223

=
1

600
600:
= 0,6
1
= 0,51
Check tulangan maksimum:
maks = 0,75 b = 0,75
0,85
1


600
600:

= 0,02
RAHMI KAROL I NA, ST , MT
8. Hitung M
n

M
n
= A
s
f
y
{d

2
}
= 0,8 (8925)(400) 812,5
185
2

= 904,32 kN m

Jadi M
n
M
u .OK
Balok cukup kuat

RAHMI KAROL I NA, ST , MT
TERIMAKASIH
RAHMI KAROL I NA, ST , MT

Anda mungkin juga menyukai