Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN


HEPATITIS AKUT DD DHF
Disusun Oleh:
Kelompok x
Nama (NIM)
Nama (NIM)
PROGRAM STUDI S-1 GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BAGIAN 1. ASSESMEN
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. RN No RM : 254925
Umur : 21 th Ruang : Dahlia
Sex : Perempuan Tgl Masuk : 13 Februari 2010
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tgl Kasus : 17 Februari 2010
Pendidikan : SMA Alamat : Cilacap Selatan
Agama : Islam Diagnosis medis : Hepatitis akut dd DHF
2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Utama Nyeri ulu hati +, mual +, lemas +, nyeri perut +, dada panas +,
pusing +, batuk +, pilek +
Riwayat Penyakit
Sekarang
2 HSMRS pasien mengeluh panas, nyeri perut +, muntah +,
batuk +, pilek +
HMRS pasien mengeluh pusing +, nyeri dada +, nyeri ulu hati
+, panas +
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga -
3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi
Data Sosio
ekonomi
Penghasilan suami : menengah ke bawah (Rp + 1.000.000,00)
Jumlah anggota keluarga : 3 orang
Suku : Jawa
Aktifitas fisik Jumlah jam kerja : 8-10 jam Jumlah jam tidur sehari : + 8 jam
Jenis olahraga : - Frekuensi : -
Alergi makanan Makanan : - Penyebab : -
Jenis diet khusus : - Alasan : -
Yang Menganjurkan : -
Masalah
gastrointestinal
Nyeri ulu hati (ya/tidak ), Mual (ya/tidak ), Muntah (ya/tidak),
Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak ), Anoreksia (ya/tidak )
Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak )
Penyakit kronik Jenis penyakit : - Modifikasi diet : -
Jenis dan lama pengobatan : -
Kesehatan mulut Sulit menelan (ya/tidak), Stomatitis (ya/tidak), Gigi lengkap (ya/
tidak)
Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : -
Frekuensi dan jumlah : -
Perubahan berat
badan
Bertambah/berkurang : tidak diketahui lamanya : -
disengaja /tidak
Mempersiapkan
makanan
Fasilitas memasak : mempersiapkan sendiri. Memasak
dengan kompor
Fasilitas menyimpan makanan: almari
Riwayat / pola
makan
Riwayat makan utama 2-3 kali sehari. Namun, lebih sering 3 x sehari.
Selingan jarang
Nasi : 3 kali sehari @ 2 centong (200-300 g)
LH : ayam jarang, ikan jarang, telur 1 minggu 4 kali. Lebih sering
digoreng
LN : tahu, tempe setiap hari. Setiap kali makan 1 potong. Lebih sering
digoreng
Sayur : setiap hari. Lebih senang dengan sayur tumis. Sayur kesukaan
adalah tumis kangkung
Buah : setiap hari 1-2 buah. Buah yang tidak disukai adalah pepaya
dan pisang
Minuman : air putih + 8 gelas sehari. Tidak suka teh dan kopi.
Kesimpulan:
Pasien berusia 21 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosis medis hepatitis akut
dd DHF. Adapun keluhan utama pasien adalah nyeri ulu hati, mual, lemas, nyeri perut,
dada panas, pusing, batuk, dan pilek. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu dan
riwayat penyakit keluarga. Pasien memiliki masalah gastrointestinal yaitu nyeri ulu hati,
mual, konstipasi, dan anoreksia.
Adanya nyeri ulu hati, mual, anoreksia, lemas, nyeri perut, dada panas, pusing
merupakan gejala klinis dari hepatitis akut. Menurut Almatsier (2006), Sanityoso (2006),
Suandi (1999), hepatitis akut sering menimbulkan keluhan anoreksia, demam, mual,
muntah, perubahan penghidu dan rasa kecap. Menurut Sanityoso (2006), diare atau
konstipasi juga dapat terjadi pada kondisi hepatitis akut. Menurut Hasse dan Matarese
(2000) dan Rolfes, dkk. (2008), hepatitis akut juga menyebabkan terjadinya demam,
pusing, nyeri kepala, dan kelemahan otot (lemas).
Adanya demam, pusing, dan nyeri kepala dimungkinkan pula karena DHF yang
dialami pasien. Menurut Sutaryo dan Laksono (2007), DHF adalah penyakit demam akut
yang berlangsung 2-7 hari disertai dengan nyeri kepala, nyeri belakang bola mata, nyeri
otot atau nyeri sendi.
B. ANTROPOMETRI
TB : 154 cm BB : 54 kg LLA : 25 cm
Kesimpulan:
IMT = BB / (TB)
2
= 54 / (1,54)
2
= 22,77
Menurut WHO (2006), pasien dengan IMT 22,77 memiliki status gizi normal karena IMT
pasien berada pada rentang 18,5 - < 23.
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Pemeriksaan Nilai Normal Awal Masuk RS (13/02/10) Awal Kasus (16/02/10)
WBC 4,8-10,8 2,79 (rendah) 1,92 (rendah)
RBC 4,7-6,1 4,84 (normal) 4,7 (normal)
HGB 14-18 13,1 (rendah) 12,6 (rendah)
HCT 42-52 38,6 (rendah) 37,9 (rendah)
MCV 79-99 79,8 (normal) 80,6 (normal)
MCH 27-31 27,1 (normal) 26,8 (rendah)
MCHC 33-37 33,9 (normal) 33,2 (normal)
PLT 150-450 159 (normal) 52 (rendah)
SGOT 17-59 U/L 155 (tinggi) 147 (tinggi)
SGPT 21-72 U/L 125 (tinggi) 89 (tinggi)
Cholesterol 0 - 200 mg/dL 127 (normal) -
Glukosa 74-106 mg/dL 103 (normal) -
Creatinin 0,6-1,3 mg/dL 0,7 (normal) -
Kesimpulan:
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa kadar WBC, HGB, dan HCT rendah; kadar
SGOT dan SGPT tinggi; kadar MCH dan PLT mengalami penurunan pada awal kasus.
Adanya penurunan kadar WBC, HGB, dan HCT dimungkinkan karena rendahnya kadar
protein dalam tubuh. Menurut Rolfes, dkk. (2008), adanya stress (termasuk infeksi), akan
meningkatkan kadar hormon kortisol. Hormon kortisol akan meningkatkan degradasi
protein tubuh. Selain itu, kortisol juga berfungsi untuk menghambat sintesis protein tubuh
dan menyebabkan deplesi protein otot, tulang, dan kulit. Rendahnya protein tubuh akan
berpengaruh terhadap pembentukkan WBC, HGB, dan HCT karena salah satu senyawa
pembentuk WBC, HGB, dan HCT adalah protein.
Adanya peningkatan kadar SGOT dan SGPT disebabkan karena adanya kerusakan pada
sel hati (Hasse dan Matarese, 2000).
Adanya penurunan kadar PLT dikarenakan adanya infeksi virus akibat DHF (Sutaryo dan
Laksono, 2007).
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK
1. Kesan Umum : kompos mentis, lemah, pusing, dada sakit, sesak, mual
2. Vital Sign :
Nilai Normal 14/02/
10
15/02/
10
16/02/
10
17/02/
10
Tekanan
darah
120/80 mmHg 120/70 120/80 120/80 120/70
Respirasi 20-24x/menit - - - -
Nadi 80-100x/menit 84 88 88 96
Suhu 36,5
0
-37
0
C 38,7 37,5 38,4 36,5
3. Kepala/ abdomen/extremitas dll : -
Kesimpulan :
Dilihat dari kesan umum, pasien compos mentis, namun masih lemah. Selain itu, pasien
juga mengalami pusing, sesak, dan mual. Adanya sesak akan membatasi asupan makan
pasien. Untuk mengatasi terjadinya sesak, bentuk makanan akan dibuat menjadi lunak
sehingga tubuh tidak perlu bekerja terlalu berat untuk mencerna makanan.
Dilihat dari tanda-tanda vital, pada awal masuk RS, suhu tubuh pasien masih tinggi.
Namun, pada awal kasus, tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh pasien normal.
E. ASUPAN ZAT GIZI
Hasil Recall 24 jam diet : Rumah sakit
Tanggal : 16 Februari 2010
Diet RS : Makanan Lunak
Implementasi
Energi
(kcal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
KH
(g)
Asupan oral 454,5 15,9 11,8 71,9
Parenteral (aminofusin 5%) 500 mL* 100 25 - -
Standar RS 1993 81 55,36 292,69
% Asupan / standar 27,82 50,49 21,32 24,26
* untuk hari selanjutnya, pasien sudah tidak mendapatkan infus aminofusin.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil recall, diketahui bahwa asupan makan pasien masih defisit, karena
< 60% (Roedjito, 1989), yaitu energi 27,82%; protein 50,49%; lemak 21,32%; dan
karbohidrat 24,26%.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Imunoserologi DHF IgG : positif
IgM : negatif
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan imunoserologi, pasien positif DHF.
G. TERAPI MEDIS
Jenis Obat Fungsi Interaksi dengan zat gizi Solusi
Cefotaxime Antibiotik, anti
bakteri
Diare, mual, muntah,
chelat terhadap vitamin
Diberikan sebelum atau
sesudah makan (tidak
dan mineral, seperti Ca,
Fe, Zn
bersamaan dengan
makanan, khususnya susu)
Ranitidin Menghambat
sekresi asam
lambung,
mempercepat
penyembuhan tukak
-
Diberikan selama dan di
antara waktu makan atau
sebelum dan sesudah makan
tidak menjadi masalah
Sanmol Penurun panas -
(Retnowati, 2009)
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI
1. Asupan makan inadekuat (NI-2.1) berkaitan dengan gangguan gastrointestinal (nyeri
ulu hati, mual, dan anoreksia) pada kondisi hepatitis akut dd DHF ditandai oleh hasil
recall energi 554,5 kcal (27,82%), protein 40,9 g (50,49%), lemak 11,8 g (21,32%), dan
karbohidrat 71,9 g (24,26%).
2. Peningkatan kebutuhan energi dan protein (NI-5.1) berkaitan dengan peningkatan
pemenuhan zat gizi pada penyakit infeksi ditandai oleh hasil pemeriksaan imunoserologi
yang menandakan adanya DHF.
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

PLANNING
1. Tujuan Diet :
a. Memberi makanan sesuai daya terima
b. Memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat akibat infeksi
2. Syarat / prinsip Diet :
a. Energi tinggi dikoreksi dengan adanya faktor stress akibat infeksi
b. Protein tinggi yaitu, 1,25 gram/kgBB/hari
c. Lemak cukup, yaitu 25% dari total energi
d. Karbohidrat cukup
e. Bentuk makanan lunak
f. Makanan tidak merangsang saluran cerna dan mudah dicerna
3. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi :
a. Kebutuhan Energi
BEE = 655,1 + 9,56 (BB) + 1,85 (TB) 4,68 (U)
= 655,1 + 9,56 (54) + 1,85 (154) 4,68 (21)
= 1357,96 kcal
TEE = BEE x Faktor Stress x Faktor Aktivitas
= 1357,96 kcal x 1,2 x 1,2
= 1955,46 kcal
b. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein = 1,25 g / kg BB = 1,25 g x 54 = 67,5 g
= 270 kcal
c. Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak = 25% total energi = 25% x 1955,46 kcal
= 488,87 kcal
= 54,32 g
d. Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat = kebutuhan total energi protein energi lemak
= 1955,46 kcal 270 kcal 488,87 kcal
= 1196,59 kcal
= 299,15 g
4. Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian
Terapi Diet : TETP
Bentuk makanan : Lunak
Cara pemberian : Oral
Pembahasan Preskripsi Diet :
Menurut Almatsier (2006), kebutuhan energi pada saat sakit akan mengalami perubahan.
Menurut Suandi (1999), kebutuhan energi pada saat sakit mengalami peningkatan
dikoreksi dengan adanya faktor stress. Faktor stress tergantung berat ringannya
penyakit. Faktor stress yang digunakan adalah 1,2 karena adanya hepatitis akut dan
DHF tergolong infeksi sedang. Sementara menurut Lee dan Nieman (1996), untuk faktor
aktivitas dipilih 1,2 karena pasien masih istirahat di tempat tidur. Menurut Almatsier
(2006), kebutuhan protein meningkat sebesar 1,25-1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme
protein. Kebutuhan lemak dapat diberikan 20 30% dari total kebutuhan.
5. Rekomendasi Diet
Rekomendasi Diet Bahan Makanan Jumlah
Makan Pagi Bubur nasi
Pho Young Hai
Semur tempe
Ca labu siam
Bubur Nasi
Tahu
Telur puyuh
Tempe kedelai murni
Minyak kelapa
Kecap
Labu siam mentah
Minyak kelapa
250 g
30 g
20g
50 g
3 g
5 g
50 g
2 g
Selingan pagi Biskuit
Sirup
Biskuit
1 gelas
30 g
25 g
Makan siang Bubur nasi
Ayam ungkep
Tahu bb kecap
Soto
Pisang ambon
Bubur nasi
Ayam
Tahu
Minyak kelapa
Kecap
Taoge kacang hijau
Kool putih
Mie soun
Kerupuk aci
Minyak kelapa
Pisang ambon
250 g
50 g
50 g
2 g
5 g
10 g
10 g
10 g
10 g
2 g
80 g
Selingan siang Biskuit Biskuit 30 g
Sirup 1 gelas 25 g
Makan malam Bubur nasi
Daging bb lapis
Semur tempe
Sup kentang dan soun
Semangka
Bubur nasi
Daging sapi
Minyak kelapa
Tempe kedelai murni
Minyak kelapa
Kecap
Kentang
Wortel
Mie soun
Minyak kelapa
Semangka
250 g
50 g
3 g
25 g
3 g
10 g
20 g
20 g
20 g
2 g
80 g
Sirup 1 gelas 25 g
Persentase
Pemenuhan
Energi 1992,4 kcal
Protein 69,1 g
Lemak 57,5 g
Karbohidrat 299,62 g
101,89%
102,37%
105,85 %
100,16%
Kajian Rekomendasi Diet
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Rekomendasi Diet 1992,4 69,1 57,5 299,62
Kebutuhan (planning) 1955,46 67,5 54,32 299,15
% rekomendasi/kebutuhan 101,89 102,37 105,85 100,16
6. Rencana monitoring dan evaluasi
Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target
Antropometri Berat badan Akhir kasus Tetap
Biokimia Darah rutin dan SGOT,
SGPT
Menyesuaikan Normal
Fisik Klinis -Vital sign (TD, nadi,
suhu, respirasi)
- Keluhan
Menyesuaikan - Normal
- Berkurang
Asupan zat
gizi
- Energi, protein,
lemak, karbohidrat
- Daya terima
Setiap hari
- Minimal 80% kebutuhan
terpenuhi
- Baik
7. Rencana Konsultasi Gizi
Masalah
gizi
Tujuan Materi konseling Keteranga
n
Asupan
makan
inadekuat
- Memberi pengetahuan
kepada pasien dan
keluarga pasien mengenai
bentuk makanan yang
sesuai dengan daya terima
pasien
- Memotivasi pasien
untuk menghabiskan
makanannya
- Macam bentuk makanan
sesuai daya terima pasien
- Contoh pengaturan makan
sesuai daya terima pasien
Di bangsal
Penin
gkatan
kebutuhan
energi dan
protein
Memberikan edukasi dan
pemahaman kepada pasien
dan keluarga pasien tentang
pentingnya pemenuhan
gizi (khususnya energi dan
protein) yang meningkat
selama sakit (hepatitis dan
DHF).
- Bahan makanan sumber
energi dan protein
- Pentingnya pemenuhan
kebutuhan gizi yang
meningkat selama sakit
(hepatitis dan DHF)
- Pentingnya protein untuk
proses penyembuhan dan
pengganti jaringan yang
rusak
Di bangsal
BAGIAN 4. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat
ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut hepatitis akut, sementara hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
hepatitis kronis.Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima
virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus
lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning, dan infeksi sitomegalovirus.
Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan (Sanityoso,
2006).
Tujuan terapi diet pada hepatitis akut adalah untuk mengistirahatkan dan
memperbaiki fungsi hati hingga normal. Pada kondisi hepatitis akut, pasien diharapkan
melakukan istirahat total (tirah baring). Dibutuhkan diet tinggi kalori dan tinggi protein
terkait infeksi yang terjadi. Pada kondisi kuning, perlu diperhatikan total asupan lemak
yang akan diberikan. Lemak dapat diberikan rendah hingga sedang, berkisar 20%
hingga 25% (Rolfes, dkk., 2008). Sementara tujuan untuk terapi hepatitis kronis adalah
untuk mencegah komplikasi ke arah pengkerutan hati dan kanker hati. Dibutuhkan
peningkatan kebutuhan energi dan protein terkait infeksi yang terjadi.
B. Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya
adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi
yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue (Saroso, 2007).
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak,
disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan
kematian (Depkes RI, 1992).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999).
Seperti terapi diet penyakit infeksi lainnya, terapi diet pada DHF adalah tinggi
energi dan tinggi protein. Tujuan diet ini adalah memenuhi kebutuhan energi dan
protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh,
mempertahankan berat badan atau menambah berat badan hingga mencapai berat
badan normal (Almatsier, 2006).
Zat gizi lain yang harus diperhatikan tekait DHF adalah pengaturan cairan untuk
mencegah terjadinya dehidrasi. Cairan sebanyak 2 hingga 2,5 l/hari. Bila muntah-
muntah dan asupan cairan peroral kurang, maka pasien dapat berikan infuse (Depkes
RI).
BAGIAN 5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan indeks IMT, status gizi pasien termasuk status gizi normal.
2. Hasil laboratorium terakhir pasien menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan
kadar WBC, HGB, HCT, MCH, dan PLT. Selain itu, pasien mengalami peningkatan
kadar SGOT dan SGPT.
3. Hasil fisik klinis pasien menunjukkan tanda vital pasien normal.
B. SARAN
1. Untuk Pasien
Sebaiknya pasien mempertahankan asupan makan yang sudah baik dan memperbaiki
asupan makan yang masih cukup.
2. Untuk Keluarga Pasien
Sebaiknya pihak keluarga senantiasa memotivasi pasien untuk melakukan diet yang
benar selama menjalani rawat jalan untuk mempercepat proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Hasse, Jeanette M. dan Laura E. Matarese. 2000. Medical Nutrition Therapy for Liver, Biliary
System, and Exocrine Pancreas Disorders in Food, Nutrition, and Diet Therapy.
Philadelphia : The Curtis Center
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia 2006. Jakarta : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Retnowati, Agnes. 2009. Skripsi. Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik pada Pasien
Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2008.
Surakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Rolfes, Sharon R., Kathryn Pinna, Ellie Whitney. 2008. Understanding Normal and Clinical
Nutrition. Canada : Wadsworth Cengange Learning
Samkoni, dkk. 2003. Dietetik 12. Bandung : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Bandung
Sanityoso, Andri. 2006. Hepatitis Virus Akut dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I Edisi IV. Editor : Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus
Simadibrata, dan Siti Setiati. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI
Suandi, I.K.G. 1999. Seri Gizi Klinik Diit Pada Anak Sakit. Jakarta : EGC
Sutaryo dan Ida Safitri Laksono. 2007. Demam Berdarah Dengue : Diagnosis dan
Pengelolaan dalam 2007 Clinical Updates Ilmu Kedokteran Klinis Terbaru dalam
Praktek Umum. Yogyakarta : Pustaka Cendikia Press dan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
LAMPIRAN
a. Nutrisurvey Hasil Rekomendasi Diet
Foto Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai