Preparation and evaluation of spray-dried hyaluronic acid microspheres forintranasal delivery of fexofenadine hydrochloride
Disusun oleh:
Nama : Iin Solihati NIM : G1F011013 Kelas : A
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO
2014 Preparation and evaluation of spray-dried hyaluronic acid microspheres forintranasal delivery of fexofenadine hydrochloride
Rute pengobatan melalui nasal telah banyak dieksplorasi sebagai alternatif untuk pemberian obat secara sistemik selama puluhan tahun. Hal ini karena penyerapan yang cepat dalam rongga hidung, karena daerah permukaanya yang luas dan aliran darah yang relatif tinggi sehingga mampu menghindari first pass metabolisme. Sistem penghantaran obat telah demikian maju ke titik dimana formulasi protein dan peptida yang dapat dihantarkan melalui nasal. Bagaimanapun, formulasi nasal masih diperlukan untuk mengatasi tantangan bioavailibilitas yang kecil. Mekasnisme mukosiliari klirens bertanggung jawab untuk menghantarkan obat melalui hidung, pemecahan zat berbahaya dalam lendir dan mengangkutnya menuju nasofaring yang akan dibuang ke gastrointestinal. Mekanisme ini biasanya dilakukan dengan cepat, tidak memungkinkan formulasi obat untuk berada di rongga hidung cukup lama dan membersihkan obat sebelum obat diserap untuk memenuhi konsentrasi efektif darah. Jadi, untuk mempertahankan obat lebih lama di rongga hidung, jenis partikel akan lebih baik dibandingkan jenis cairan. Secara khusus, polimer mukoadhesif telah diperkenalkan untuk membangun formulasi tipe mikropartikel yang bisa mengatasi masalah bioavailibilitas yang kecil dengan meningkatkan kediaman waktu di tempat yang diterapkan. Polimer mukoadhesif yang telah digunakan untuk penghantaran obat meliputi asam poliakrilat, turunan selulosa, chitosan, gelatin dan asam hyaluronat. Asam hyaluronat terutama, mulai diakui sebagai komponen efektif penghantaran nasal. Asam hyaluronat adalah mukopolisakarida yang terdiri dari unit d-glukoronat dan N-asetil-d-glukosamin yang ditemukan di matriks jaringan ekstraseluler. Sehingga dikenal menjadi ideal untuk kosmetik, aplikasi medis dan farmasi karena keuntungan dalam hal biokompatibilitas, biodegradabilitas dan viscoelasticity, dengan fakta keseluruhan mendorong untuk inisiasi pengembangan baru formulasi nasal menggunakan asam hyaluronat. Obat-obatan seperti fenofexadine HCl yang hanya tersedia sebagian formulasi oral dapat dikembangkan untuk di formulasi menggunakan asam hyaluronat. Fenofexadin HCl adalah generasi kedua non-sedatif histamin. Seperti yang termasuk dalam kelas 3 dari BCS, penggunaan peningkat permeasi mungkin diperlukan untuk meningkatkan penyerapan nasal, sehingga meningkatkan bioavailibilitas. Dalam studi sebelumnya, kelayakan fexofenadine HCl untuk nasal delivery system telah di uji menggunakan surfaktan ionik dan NaTC yang dapat meningkatkan permeabilitas transepitelial dari obat. Oleh karena itu, disini peneliti akan mempersiapkan metode baru yaitu mikrospheres asam hyaluronat dengan metode spray drying untuk fexofenadine HCl intranasal delivery system. Efek dari PEG 600 dan NaTC pada pelepasan dan permeasi obat melalui monolayer sel HNE, masing-masing telah dievaluasi untuk memastikan pengiriman yang efektif. Uji yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari uji pelepasan secara in vitro, permeasi in vitro, serta uji farmakokinetika menggunakan kelinci. Pertama ialah uji pelepasan in vitro, formulasi mikrosfer fexofenadine yang telah dibuat dimasukan ke dalam tabung disolusi kemudian di uji dengan menggunakan larutan PBS pada suhu 37 o
C 0,5 dan kecepatan 100 rpm. Sampel yang sudah di uji disolusi dianalisis menggunakan HPLC. Hasilnya, tingkat pelepasan fexofenadine HCl bubuk lebih rendah dibandingkan dengan formula mikrosfer. Uji yang kedua yaitu uji permeasi in vitro menggunakan sistem monolayer sel HNE. Uji permeasi dilakukan ketika hambatan listrik transepitelial (TEER) lebih tinggi dari 500 cm 2 . Monolayer sel HN dibilas dengan media transport selama 20 menit pada suhu 37 o C. Kelompok kontrol yaitu 0,4 ml larutan fexofenadine HCl yang mengandung 1% metanol ditambahkan ke sisi apikal. Selanjutnya mikrosfer yang setara dengan 100 g fexofenadine HCl diterapkan pada sisi apikal dan 1mL media transport diterapkan pada sisi basolateral. Pada interval waktu tertentu (30, 60, 90, 120, 180, dan 240 menit), sebanyak 1 mL sampel diambil dari sisi basolateral dan digantikan oleh media transport dengan volume yang sama. Sampel yang diambil kemudian dianalisis menggunakan HPLC. Hasilnya PEG600 dapat meningkatkan pelepasan fexofenadine HCl secara signifikan namun tidak meningkatkan tingkat permeasi yang signifikan. Berbeda dengan NaTC yang dapat meningkatkan permeabilitas secara signifikan. Ketika NaTC tidak dimasukkan, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam permeasi fexofenadine HCl melalui monolayer sel HNE. Namun, dengan penambahan NaTC, tingkat permeasi dari formulasi mikrosfer fexofenadine HCl menjadi meningkat dengan signifikan. NaTC adalah garam empedu yang dikenal untuk meningkatkan permeabilitas obat melewati membran sel. Efeknya meningkatkan permeasi, meningkatkan mekanisme garam empedu termasuk dari perubahan sawar membran sel dan lapisan lendir atau rute paracellular. Uji yang terakhir yaitu uji farmakokinetika menggunakan kelinci putih New Zealand dengan berat rata-rata 2,5 0,5 kg. Kelinci dipuasakan semalam sebelum uji dan ditimbang untuk menentukan jumlah mikrosfer yang diberikan. Sebuah kateter dimasukkan ke dalam telinga marginal arteri untuk mengambil sampel darah. Dosis fexofenadine HCl untuk rute nasal ditetapkan sebesar 1mg/kg. Fexofenadine HCl dilarutkan dalam 20% (b/v) hidroksipropil--siklodekstrin (HP--CD) (17 mg/mL) larutan untuk hidung. Volume larutan yang diberikan yaitu 100 L untuk kedua lubang hidung (30-50 L untuk masing-masing lubang hidung). Setelah itu sampel darah dikumpulkan sebanyak 1,2 mL tiap waktu pengambilan dengan interval waktu 6 jam. Sampel darah yang diperoleh disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm selama 5 menit agar didapatkan plasma, setelah itu dimasukkan ke dalam tabung kaca dan disimpan pada suhu -20 o C untuk selanjutnya di analisis kuantitatif. Profil waktu konsentrasi plasma fexofenadine HCl setelah pemberian lewat nasal.
Nilai bioavailibilitas fexofenadine HCl setlah pemberian larutan mikrosfer lewat nasal yaitu sebesar sekitar 3,1%. Hal ini mungkin disebabkan karena clearance mukosiliari yang tidak memungkinkan obat dipertahankan cukup lama di rongga hidung. Pemberian mikrosfer berbasis asam hyaluronat lewat nasal memiliki nilai Cmax dan AUC yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan larutan. Penambahan NaTC pada formula mikrosfer dapat meningkatkan Cmax sehingga bioavailibilitasnya mencapai 47,6%. Mikrosfer asam hyaluronat mampu meningkatkan penahan obat dalam rongga hidung dengan mengurangi clearace mukosiliari karena sifat mukoadhesifnya. Selain itu, peningkatan efek permeasi karena NaTC juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan bioavailibilitas. Kesimpulannya PEG mampu meningkatkan laju pelepasan fexofenadine HCl, sementara NaTC meningkatkan permeasinya di monolayer sel HNE. Hasil uji farmakokinetika in vivo , uji mikrosfer dengan basis asam hyaluronat untuk intranasal delivery dapat meningkatkan AUC dan Cmax dibandingkan dengan formulasi larutan hidung. Oleh karena itu, peningkatan bioavailibilitas yang signifikan dicapai dengan asam hyaluronat mikrosfer untuk nasal delivery.