Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Tempat dan Waktu





BAB II
KEADAAN UMUM TEMPAT PKL
2.1. Lokasi
UPTD Pembenihan Ikan Kabupaten Bandung terletak pada ketinggian 700
m di atas permukaan laut yang berlokasi di Jalan Raya Ciparay Pacet KM.3
Desa Sagaracipta Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, adalah sebagai
sarana pembinaan dan bimbingan teknologi pembenihan ikan air tawar, terutama
untuk disosialisasikan kepada para pembudidaya ikan khususnya pada Unit
Pembenihan Rakyat (UPR) diantaranya dalam hal penyediaan dan distribusi
induk - induk ikan unggul , penerapan teknik perbenihan dan distribusi benih,
penerapan teknik pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan dan teknik
pengendalian hama dan penyakit serta pengendalian mutu benih melalui
pelaksanaan sertifikasi sistem mutu benih.
Kegiatan yang dilaksanakan dan asset yang dimiliki oleh UPTD
pembenihan ikan adalah :
1. Sumber Air
Sumber air yang ada menggunakan saluran tersier dari arus Desa
Cikoneng dengan debit air sekitar 20 25 liter/detik dan ditreatment di 3 unit bak
reservoir untuk kemudian dibagi kepada masing-masing areal perkolaman .








Gambar 1. Bak Reservoir dan Saluran Pemasukan Air



2. Keadaan Kolam
Jumlah total perkolaman di UPTD Pembenihan ikan yaitu sebanyak 76
unit. Infrastruktur perkolaman di UPTD Pembenihan ikan terbagi menjadi 4
kawasan yaitu meliputi :
a. Infrastruktur Pembenihan Ikan Mas
Terdiri dari 1 unit kolam pemijahan/penetasan telur dan 10 unit
kolam pendederan 1.








Gambar 2. Kolam Penetasan dan Pendederan Ikan Mas

b. Infrastruktur Pembenihan Ikan Nila
Terdiri dari 1 unit kolam pemijahan Induk Nila Nirwana Kelas GPS
(Grand Parent Stock), 4 unit kolam Induk Nila Nirwana Resting Kelas
PS (Parent Stock), 4 unit kolam Induk Nila Nirwana Pemijahan Kelas
PS (Parent Stock), 8 unit kolam Pendederan 1 dan 10 unit kolam
Pendederan 2.








Gambar 3. Kolam Pemijahan dan Pendederan 1 Ikan Nila
Nirwana



c. Infrastruktur Pembenihan Ikan Lele
Terdiri dari 4 unit Kolam Induk Lele Sangkuriang Kelas PS (Parent
Stock), 4 unit kolam pemijahan dan 10 unit kolam pendederan 1-2.








Gambar 4. Kolam Pemijahan, Penetasan dan Pendederan Ikan
Lele

d. Infrastruktur Pembenihan Ikan Hias dan Langka
Terdiri dari 1 unit Hatchery, 7 unit kolam induk ikan hias, 4 unit kolam
induk ikan langka, 10 unit kolam pemijahan dan penetasan ikan
hias/langka.








Gambar 5. Instalasi Pemijahan dan Kolam Induk Ikan Hias

3. Stok Induk di UPTD Pembenihan Ikan
Adapun stok induk ikan yang ada pada saat ini adalah sebagai berikut :

No. Komoditas/Jenis Ikan Jenis Kelamin
Volume
Keterangan
Kg ekor
1
Induk Ikan Mas Strain
Majalaya
Jantan & Betina 700 250 Matang Gonad
2
Induk Ikan Nila Strain
Nirwana
Jantan & Betina 12 Pkt 4.800 Matang Gonad
3
Induk Ikan Lele
Sangkuriang
Jantan & Betina 30 Pkt 450 Matang Gonad
4 Induk Ikan Patin Jantan & Betina 120 25 Matang Gonad
5 Induk Ikan Bawal Jantan & Betina 10 7 Matang Gonad
6 Induk Ikan Grasscarp Jantan & Betina 10 10 Matang Gonad
7 Induk Ikan Komet Jantan & Betina - 200 Matang Gonad
8 Induk Ikan Discuss Jantan & Betina - 60 Matang Gonad
9 Induk Udang Cheraxx Jantan & Betina - 100 Matang Gonad
10 Induk Ikan Koi Jantan & Betina - 20 Matang Gonad

4. Sumberdaya Manusia
Secara administrasi jumlah pegawai di UPTD Pembenihan Ikan minim,
dibandingkan dengan luas lahan yang harus dikelola dan diawasi setiap saat,
jumlah tenaga kerja di UPTD saat ini yaitu :
PNS sebanyak : 3 orang
Tenaga Honorer : 11 orang
Sementara luas lahan UPTD Pembenihan Ikan adalah 3,2 Ha, dengan
lahan produktif seluas 2 Ha.

2.2. Organisasi Lembaga
2.3. Bidang Usaha



























BAB III
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
3.1. Ikan Mas Strain Majalaya (Cyprinus carpio)
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang
pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum
masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan
mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari
Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang.
Ikan Mas Strain Majalaya merupakan salah satu komoditas unggulan di
Balai Pembenihan Ikan (BBI) Ciparay. Ikan Mas strain majalaya memiliki
keunggulan-keunggulan baik secara fisik, fisiologis maupun genetik. Ciri-ciri ikan
Mas strain majalaya yaitu sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik
lebih gelap, punggung tinggi, badannya relatif pendek, gerakannya lamban, bila
diberi makanan suka berenang di permukaan air, dan perbandingan panjang badan
dengan tinggi badan antara 3,2:1. Pemeliharaan ikan mas ini dapat melalui
budidaya ekstensif di kolam tanah dan melalui budidaya intensif di kolam air
deras. Di Balai Pembenihan Ikan Ciparay induk ikan Mas dibudidayakan di kolam
air deras yang bertempat di daerah Cikonyal, sedangkan benih ikan mas
dibudidayakan di kolam tanah. Di BBI Ciparay terdapat 7 kolam ikan Mas strain
majalaya. Ukuran kolam tersebut berbeda, ada yang 20 x 20 m, 10 x 20 m, dan 24
x 20 m.
Kegiatan yang dilakukan di BBI Ciparay untuk pembenihan ikan Mas Strain
Majalaya yaitu :
3.1.1. Persiapan Kolam
Persiapan kolam dilakukan agar habitat tempat ikan tumbuh dapat
mendukung secara optimal. Persiapan kolam meliputi beberapa hal, yaitu :
pengeringan air, pembersihan lumpur, penjemuran, dan perbaikan kolam.
a. Pengeringan Air
Pengeringan air dilakukan dengan tujuan membuang air sisa yang masih
mengandung sedimen serta zat-zat terlarut yang dapat menghambat pertumbuhan
ikan. Bila air yang digunakan tidak diganti dengan air yang baru, maka
pertumbuhan tidak akan optimal. Tidak optimalnya pertumbuhan serta
perkembangan ikan dapat dilihat dari kurang pesat pertumbuhan, banyak ikan
yang mati selama masa pemeliharaan, nafsu makan ikan kurang bagus dan
produksi benih yang rendah.
Apabila telah panen, maka air harus dikeringkan dengan membuang seluruh
air bekas pemeliharaan dengan membuka saluran outlet utama. Air harus
sepenuhnya dibuang.


Gambar. Pembuangan air ke saluran outlet
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

b. Membuang Lumpur
Lumpur adalah lapisan tanah teratas bagian dasar kolam yang menjadi
lembek akibat difusi air yang terakumulasi bersama sedimen-sedimen lain.
Sedimen yang dimaksud bisa dari limbah pakan yang tidak termakan, feses ikan
yang mengandung amoniak serta zat-zat lain yang mengendap di dasar perairan.
Pembuangan lumpur tersebut dilakukan dengan cara menyeret lumpur dengan
kerokan kayu yang telah dibuat menuju saluran tengah/komalir dan selanjutnya
dibuang melalui saluran outlet. Untuk memudahkan pembuangan tersebut air tetap
dialirkan sedikit untuk membantu menyeret lumpur keluar dari kolam tersebut.
Apabila lumpur tersebut tidak dibuang maka dapat mengganggu pertumbuhan
serta perkembangan benih karena mengandung banyak amoniak. Disamping itu
juga dapat menumbuhkan lumut benang yang sangat merugikan serta
menyusahkan dalam pemanenan. Bila lumut benang tersebut banyak, tak sedikit
benih yang terperangkap dan akhirnya mati.
Di BBI Ciparay ini tidak dilakukan metode tumpang sari dengan memelihara
ikan nila digabung dengan benih ikan mas, bila digabung maka persaingan pakan
biasanya dimenangkan oleh ikan nila yang justru ikan sampingan. Metode yang
digunakan adalah metode monokultur, hanya ikan mas saja.

c. Penjemuran
Penjemuran dilakukan agar dapat menguapkan gas-gas berbahaya serta
memutus siklus hidup patogen yang dapat merugikan proses pemeliharaan.
Menjemur kolam yang telah dikeringkan dilakukan selama kurang lebih 3 hari
sampai tanah dasar kolam belah-belah dan kering betul.

d. Perbaikan Kolam
Perbaikan kolam dilakukan bersamaan dengan pembuangan lumpur. Hal yang
harus diperhatikan adalah kerusakan-kerusakan pada fasilitas utama kolam seperti
saluran pemasukan air, saluran pengeluaran air, pematang serta kebocoran-
kebocoran yang ditimbulkan oleh lubang hewan air lainnya (kepiting, dsb).
Perbaikan tersebut dilakukan agar kolam dapat digunakan lagi secara optimal
pada periode pemeliharaan selanjutnya.

3.1.2. Pengairan
Pengairan meliputi beberapa hal, yaitu pengisian air dan pemupukan.
a. Pengisian Air
Kolam diisi dengan air yang disalurkan dari irigasi sampai dengan tiga
perempatnya. Pada kegiatan magang ini, pengisian dilakukan secara pararel yang
berarti disalurkan dari satu kolam ke kolam yang lainnya dan harus melewati
kolam yang lainnya dahulu. Pada inlet pertama saluran antara air irigasi dan
kolam sebaiknya dipasang penyaring berupa waring dengan tujuan agar ikan lain
yang bersifat predator tidak masuk ke kolam pemeliharaan.

b. Pemupukan
Pupuk organik yang digunakan di BBI Ciparay yaitu pupuk postal yang
berupa kotoran ayam potong. Pupuk tersebut sudah dapat dipesan secara langsung
dari peternak-peternak ayam terdekat. Pupuk ini dapat mempersubur kolam
dengan menumbuhkan banyak kutu air serta mahkluk-makhluk renik lainnya yang
bermanfaat bagi anakan ikan mas. Setelah 3 - 5 hari air akan menghijau dan kaya
akan fhytoplankton serta zooplankton yang dapat dijadikan pakan alami larva.
Teknologi ini juga dikenal sebagai teknologi green water. Fhytoplankton ini
selain sebagai pakan alami juga sebagai pemasok oksigen di siang hari melalui
proses fotosintesis. Meskipun pada malam hari fhytoplankton ini menyerap
oksigen, namun masih dalam batas aman bagi benih.
Pupuk disebar secara merata di permukaan air, tapi usahakan jangan sampai
kena telur karena telur berpotensi busuk dan tidak menetas. Pupuk kotoran ayam
diberi dosis seperlunya, biasanya untuk 1 kolam yang berukuran 24 x 20 m diberi
pupuk postal sebanyak 1 karung.


Gambar. Pupuk Postal (Kotoran Ayam Potong)
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

3.1.3. Pemijahan
Pemijahan meliputi beberapa hal, yaitu persiapan tempat, pemasangan
kakaban, dan pengambilan kakaban.
a. Pemilihan Induk
Indukan ikan Mas Strain Majalaya di BBI Ciparay ditempatkan di kolam air
deras yang berada di Cikonyal.
Ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah
adalah sebagai berikut :
Induk ikan mas betina yang dapat dipijahkan berumur antara 1,5 - 3 tahun
dengan bobot minimum 1,5 kg/ekor, sedangkan induk jantan berumur 6
bulan ke atas dengan bobot minimum 0,5 kg/ekor.
Bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor
mulus, sehat, sirip tidak cacat.
Kepala relatif kecil dibandingkan panjang badan.
Tubuh relatif besar sehingga mampu menghasilkan banyak telur.
Pangkal ekor kuat dan normal (pangkal ekor lebih panjang dibandingkan
tingginya), lebar dan tebal yang menggambarkan sifat yang kuat serta cepat
tumbuh.
Induk betina matang kelamin ditandai dengan gerakan lamban, perut
membesar atau buncit ke arah belakang, jika diraba terasa lunak, lubang
anus agak membengkak atau menonjol, dan bila perut diurut (striping)
perlahan ke arah anus akan keluar cairan kuning kemerahan.
Untuk induk jantan gerakannya lincah, badannya langsing, dan jika perut
diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih seperti susu dari lubang
kelamin.

Gambar. Induk Betina Siap Pijah
(Sumber : )

b. Persiapan Tempat
Tempat yang dimaksud adalah waring yang berukuran kurang lebih 8 x 6 x 1
m yang diikatkan pada bambu yang telah ditancapkan ke dasar kolam. Pemijahan
dilakukan dengan cara mencampurkan indukan jantan dan betina yang telah
diseleksi sebelumnya. Perbandingan indukan betina dan indukan jantan yaitu 1 kg
betina : 2 kg jantan. Pemijahan di BBI Ciparay dilakukan secara alami. Pemijahan
berlangsung pada malam hari dan telur dapat dicek keesokan paginya.

c. Pemasangan Kakaban
Kakaban adalah injuk yang disusun dan dijepit oleh sepasang bambu.
Kakaban dipasang di dalam waring tepatnya di permukaan air. Kakaban tersebut
dipasang di bambu yang telah di plot di dalam waring.


Gambar. Kakaban
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

d. Pengambilan Kakaban
Pengambilan kakaban dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB.
Kakaban diambil dengan hati-hati dan didistribusikan ke kolam-kolam yang lain
untuk penetasan secara alami. Setelah kakaban diambil, maka induk ikan diambil
dari waring dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.

3.1.4. Penetasan
Penetasan meliputi beberapa hal, yaitu distribusi dan pemasangan,
pemantauan.
a. Distribusi dan Pemasangan
Kakaban yang sudah diambil didistribusikan ke kolam-kolam yang lain.
Banyaknya kakaban telur yang dipasang dihitung berdasarkan luasan kolam.
Untuk kolam berukuran 24 x 20 m diberi 20 kakaban. Dalam satu kakaban
terdapat kurang lebih 6000 telur.
Kakaban dipasang dengan memplotkan bambu kemudian ditaruh diatasnya
dan dijepit bambu. Selain itu plotan kakaban tersebut diberi beban dengan batang
pisang agar berada dipermukaan air dan terendam sempurna oleh air namun tetap
mendapat cahaya yang cukup. Menurut salah satu petani di BBI Ciparay, telur
menetas setelah 4 hari.

b. Pemantauan
Pemantauan harus dilakukan untuk pencatatan langkah-langkah budidaya.
Saat telur menetas, maka tanggal tersebut harus dicatat sebagai awal mula
perhitungan pemberian pakan. Bila larva sudah berusia 5 hari maka larva mulai
diberi pakan buatan berupa pellet tenggelam yang ditabur disekitar dinding kolam
yang landai.
Selain itu, pemantauan dilakukan bila saja ada kakaban yang tidak terendam
air selama masa inkubasi alami telur maka harus dibetulkan sesuai prosedur.

3.1.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi beberapa hal, yaitu pakan buatan, pengendalian hama
dan penyakit, dan nutrisi tambahan.
a. Pakan Buatan
Bila telur sudah menetas, 5 hari dari usia penetasan larva harus sudah mulai
diberi pakan buatan berupa pellet. Pellet yang digunakan yaitu SPF 3 dengan
kandungan protein sebanyak 25 %, lemak 5 %, serat kasar 4,5 %, abu 13 %, dan
kandungan air 12 %. Pemberian pakan 1,5 5 % dari berat biomassa dengan
frekuensi 3-4 kali per hari. Pemberian pakan pada ikan Mas Strain Majalaya di
BBI Ciparay dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, pukul
12.00, dan pukul 16.00 WIB. Pellet yang dipakai berupa pellet yang tenggelam di
dasar kolam.
Pellet tersebut harus dicampur terlebih dahulu dengan air agar pakan
tersebut hancur. Kemudian pellet ditebar secara merata mengitari keseluruhan
dinding kolam yang landai. Dinding kolam sengaja dibuat landai agar pakan yang
ditebar bisa stabil.
Pellet diberikan secukupnya karena dalam pemberian pakan pada pembenihan
tidak menggunakan persentase bobot tubuh, namun dengan metode yang lain.
Metode tersebut adalah dengan menjamin pakan selalu tersedia di kolam. Setiap
hari harus dilakukan pengontrolan, bila pakan habis maka pellet harus ditebar
kembali disekitaran dinding kolam yang landai. Pemberian pakan terus diberikan
selama masa pemeliharaan. Bila keesokan paginya akan dipanen biasanya petani
menghentikan pemberian pakannya satu hari sebelum panen, agar saat packing
ikan tidak mencemari lingkungan dengan fesesnya sendiri.

b. Pengendalian Hama dan Penyakit
Di BBI Ciparay, pengendalian penyakit terhadap ikan mas menggunakan
bawang putih atau kunyit. Bawang putih atau kuyit tersebut harus diblender
terlebih dahulu kemudian dicampurkan dengan pakan. Pemberian bawang putih
atau kunyit ini diberikan sebulan sekali pada tiap kolam. Biasanya penyakit yang
menyerang ikan mas yaitu penyakit herpes yang disebabkan oleh Aeromonas sp.
Selain menggunakan bawang putih atau kunyit, biasanya para petani
melakukan vaksin. Istilah vaksin yang sering digunakan oleh para petani di BBI
Ciparay ini bukan dilakukan dengan cara menyuntikan sesuatu ke ikan mas, tetapi
dengan menggunakan kuning telur bebek yang sudah matang dan dicampur
dengan air yang nantinya ditebar di sekeliling kolam. Penggunaan kuning telur
sebanyak 2 butir kuning telur per kolam. Vaksin ini diberikan pada saat 3 hari
setelah telur menetas.

c. Nutrisi Tambahan
Nutrisi tambahan dilakukan agar menambah daya tahan tubuh ikan tersebut.
Bila nutrisi ditambahkan, maka ikan akan memperoleh energi yang optimal dan
dapat tumbuh secara optimal juga. Nutrisi tersebut berupa kuning telur bebek
yang dicampur dengan air. Kuning telur bebek ini selain berfungsi sebagai daya
tahan tubuh, kuning telur dapat juga sebagai pengganti suplemen benih ikan
setelah menetas.




3.1.6. Panen Benih Ikan Mas
Panen adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh petani, karena panen
adalah rangkaian akhir dalam budidaya ditingkat pembudidaya itu sendiri. Panen
benih ikan mas yang dilakukan di BBI Ciparay masih menggunakan anco. Panen
benih ikan mas ini dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB.


Gambar. Alat Tangkap Anco
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Rangkaian panen tersebut meliputi persiapan waring penampungan
sementara, pengangkutan dari kolam penen ke waring dan perhitungan benih.
a. Persiapan Waring Penampungan Sementara
Penampungan (waring) sementara berfungsi untuk menampung ikan yang
dipanen di kolam sebelum diangkut atau dibeli oleh pembeli benih ikan mas.
Waring ini dipasang dengan menancapkan 4 buah bambu di kolam yang masih
berisi air dan bukan sedang keadaan panen, tali yang berada di setiap sudut diikat
dengan kuat. Waring dibenam ke dalam air sampai bagian tingginya.

b. Pengangkutan dari Kolam Panen ke Waring
Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan ember. Ember diisi dengan
benih ikan yang diserok di kolam. Bila ember ini sudah terisi penuh, maka ikan
diangkut ke waring penampungan sementara. Penyerokan ikan serta
pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan ekstra hati-hati.

Gambar. Pengangkutan Benih Ikan ke Waring menggunakan ember
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

c. Penghitungan Benih
Penghitungan (pengulakan) hasil dilakukan dengan satuan gelas ( 1/4 liter ).
Sebelum dilakukan pengulakan, ikan dibersihkan serta dipisahkan berdasarkan
ukurannya. Para petani ini memisahkan benih ikan berdasarkan ukuran dengan
menggunakan ayakan panglembangan diameter 100 cm atau ayakan penandean
diameter 5 cm.
Setelah ikan terpisah, selanjutnya dilakukan pengulakan (perhitungan hasil
panen) dengan menggunakan gelas bervolume 250 ml. Ikan disaring terlebih
dahulu sebelum ditakar ke dalam gelas. Sebagai contoh petani di BBI Ciparay
dapat menghasilkan benih dengan rata-rata 30 - 50 gelas benih untuk kolam
berukuran 24 x 20 meter persegi sekali panen. Dengan 1 gelas benih berisi kurang
lebih 6000 ekor. Penghitungan benih biasanya dengan menggunakan sendok.


Gambar. Perhitungan Benih Ikan Mas
(Sumber : )

3.1.7. Pasca Panen
Pasca panen merupakan kegiatan penanganan hasil panen dengan teknologi
dan metode yang memiliki ciri khas sendiri. Biasanya pasca panen dapat
dilakukan oleh para tengkulak maupun produsen pengolahan makanan dengan
bahan baku tersebut. Untuk pembenihan, biasanya ikan dipelihara lebih lanjut
untuk masuk proses pembesaran. Benih ikan yang dihasilkan oleh para petani di
BBI Ciparay ini biasanya akan menjadi benih pembesaran atau akan dijual ke
produsen. Benih tersebut dijual dari petani dengan ukuran + 1 s.d. 2 cm panjang
total ikan.
Teknologi pasca panen yang dilakukan oleh pengepul atau bandar terdiri
dari packing dan transportasi.
a. Packing
Packing adalah proses pengemasan benih untuk proses pengiriman barang.
Caranya cukup mudah hanya mempersiapkan karet gelang, plastik bag ukuran +
80 x 45 cm serta oksigen murni.
Langkahnya adalah plastik tadi diikat salah satu ujungnya dengan kuat
dengan menggunakan karet, lalu isi plastik dengan air + 10 liter air jernih, lalu isi
dengan benih ikan dengan kepadatan kurang lebih 2 liter benih/pack, kosongkan
sisa ruang plastik dari udara, lalu isi dengan oksigen murni dari tabung serta ikat
ujung plastik dengan kuat. Ujung plastik yang bagian dasar diikat kemudian posisi
dibalik ke dalam.

Gambar. Packing Ikan Mas
(Sumber : )

b. Transportasi
Transportasi dilakukan secara tertutup karena dalam kemasan hanya ada
oksigen murni agar ikan dapat bertahan lama dengan Survival Rate (tingkat
kelangsungan hidup) yang tinggi. Transportasi dilakukan dengan mobil bak
terbuka yang sudah dirancang sedemikian rupa. Plastik-plastik tadi disusun
sedemikian rupa di dalam bak dan bagian atas mobil diberi pelindung dari
sengatan matahari dengan terpal.

Gambar. Transportasi Ikan Mas ke produsen
(Sumber: )















BAB III
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
3.2. Ikan Nila Nirwana (Oreochromis Niloticus)
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini berasal dari
Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan
budidaya yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di
setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis
niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
Ikan nila terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah ikan nila nirwana.
Ikan nila nirwana adalah ikan nila hasil perbaikan genetik yang dilakukan oleh
Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT) Wanayasa , Kabupaten
Purwakarta, Jawa Barat sejak beberapa tahun yang lalu dan mulai dirilis tahun
2006. Nirwana merupakan singkatan dari Nila Ras Wanayasa..
Ikan nila nirwana merupakan salah satu komoditas unggulan di Balai
Pembenihan Ikan (BBI) Ciparay. Ikan Mas strain majalaya memiliki keunggulan-
keunggulan baik secara fisik, fisiologis maupun genetik. Ikan Nila Nirwana ini
memiliki keunggulan pada kecepatan pertumbuhannya. Pemeliharaan sejak larva
hingga berbobot di atas 650 gr per ekor, dapat dicapai hanya dalam waktu 6 bulan,
sementara nila jenis lain belum tentu bisa sebesar itu. Dari segi bentuk tubuh nila
nirwana relatif lebih lebar dengan panjang kepala yang lebih pendek. Hal ini
menjadikannya memiliki strukstur daging yang lebih tebal dibandingkan dengan
ikan nila lainnya. Pemeliharaan ikan nila ini dapat melalui budidaya ekstensif di
kolam tanah dan melalui budidaya intensif di kolam air deras. Di Balai
Pembenihan Ikan Ciparay induk ikan nila dibudidayakan di kolam air deras yang
bertempat di daerah Cikonyal namun adapula yang dibudidayakan di kolam tanah,
dan benih ikan nila dibudidayakan di kolam tanah. Pada kegiatan praktik kerja
lapangan ini kolam yang dipakai untuk ikan nila sebanyak 17 kolam. 2 kolam
berukuran untuk pemijahan, 8 kolam untuk resting induk dan 7 kolam untuk
benih.
Kegiatan yang dilakukan di BBI Ciparay untuk pembenihan ikan Nila
Nirwana yaitu :
3.1.8. Persiapan Lahan Budidaya
Persiapan lahan budidaya atau kolam dilakukan agar habitat tempat ikan
tumbuh dapat mendukung secara optimal. Persiapan lahan budidaya meliputi
beberapa hal, yaitu : pengeringan air, pembersihan lumpur, penjemuran lahan,
perbaikan kolam, pemberian pupuk serta pengisian air.
e. Pengeringan Air
Pengeringan air dilakukan dengan tujuan membuang air sisa yang masih
mengandung sedimen serta zat-zat terlarut yang dapat menghambat pertumbuhan
ikan. Bila air yang digunakan tidak diganti dengan air yang baru, maka
pertumbuhan tidak akan optimal. Tidak optimalnya pertumbuhan serta
perkembangan ikan dapat dilihat dari kurang pesat pertumbuhan, banyak ikan
yang mati selama masa pemeliharaan, nafsu makan ikan kurang bagus dan
produksi benih yang rendah.
Apabila telah panen, maka air harus dikeringkan dengan membuang seluruh
air bekas pemeliharaan dengan membuka saluran outlet utama. Air harus
sepenuhnya dibuang.


Gambar. Pembuangan air ke saluran outlet
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

f. Membuang Lumpur
Lumpur adalah lapisan tanah teratas bagian dasar kolam yang menjadi
lembek akibat difusi air yang terakumulasi bersama sedimen-sedimen lain.
Sedimen yang dimaksud bisa dari limbah pakan yang tidak termakan, feses ikan
yang mengandung amoniak serta zat-zat lain yang mengendap di dasar perairan.
Pembuangan lumpur tersebut dilakukan dengan cara menyeret lumpur dengan
kerokan kayu yang telah dibuat menuju saluran tengah/komalir dan selanjutnya
dibuang melalui saluran outlet. Untuk memudahkan pembuangan tersebut air tetap
dialirkan sedikit untuk membantu menyeret lumpur keluar dari kolam tersebut.
Apabila lumpur tersebut tidak dibuang maka dapat mengganggu pertumbuhan
serta perkembangan benih karena mengandung banyak amoniak. Disamping itu
juga dapat menumbuhkan lumut benang yang sangat merugikan serta
menyusahkan dalam pemanenan. Bila lumut benang tersebut banyak, tak sedikit
benih yang terperangkap dan akhirnya mati.
g. Penjemuran
Penjemuran dilakukan agar dapat menguapkan gas-gas berbahaya serta
memutus siklus hidup patogen yang dapat merugikan proses pemeliharaan.
Menjemur kolam yang telah dikeringkan dilakukan selama kurang lebih 3 hari
sampai tanah dasar kolam belah-belah dan kering.
h. Perbaikan Kolam
Perbaikan kolam dilakukan bersamaan dengan pembuangan lumpur. Hal yang
harus diperhatikan adalah kerusakan-kerusakan pada fasilitas utama kolam seperti
saluran pemasukan air, saluran pengeluaran air, pematang serta kebocoran-
kebocoran yang ditimbulkan oleh lubang hewan air lainnya (kepiting, dsb).
Perbaikan tersebut dilakukan agar kolam dapat digunakan lagi secara optimal
pada periode pemeliharaan selanjutnya.
i. Pemupukan
Pupuk organik yang digunakan di BBI Ciparay yaitu pupuk postal yang
berupa kotoran ayam potong. Pupuk tersebut sudah dapat dipesan secara langsung
dari peternak-peternak ayam terdekat. Pupuk ini dapat mempersubur kolam
dengan menumbuhkan banyak kutu air serta mahkluk-makhluk renik lainnya yang
bermanfaat bagi anakan ikan mas. Setelah 3 - 5 hari air akan menghijau dan kaya
akan fhytoplankton serta zooplankton yang dapat dijadikan pakan alami larva.
Teknologi ini juga dikenal sebagai teknologi green water. Fhytoplankton ini
selain sebagai pakan alami juga sebagai pemasok oksigen di siang hari melalui
proses fotosintesis. Meskipun pada malam hari fhytoplankton ini menyerap
oksigen, namun masih dalam batas aman bagi benih.
Pupuk disebar secara merata di permukaan air, tapi usahakan jangan sampai
kena telur karena telur berpotensi busuk dan tidak menetas. Pupuk kotoran ayam
diberi dosis seperlunya, biasanya untuk 1 kolam yang berukuran 24 x 20 m diberi
pupuk postal sebanyak 1 karung.


Gambar. Pupuk Postal (Kotoran Ayam Potong)
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

j. Pengisian air
Air kolam diisi dengan air yang disalurkan dari irigasi sampai dengan tiga
perempatnya. Pada kegiatan PKL ini, pengisian dilakukan secara pararel yang
berarti disalurkan dari satu kolam ke kolam yang lainnya dan harus melewati
kolam yang lainnya dahulu. Pada inlet pertama saluran antara air irigasi dan
kolam sebaiknya dipasang penyaring berupa waring dengan tujuan agar ikan lain
yang bersifat predator tidak masuk ke kolam pemeliharaan.

3.1.9. Pemijahan
Pemijahan ikan nila nirwana di BBI Ciparay meliputi beberapa hal, yaitu
seleksi induk, persiapan tempat serta penebaran indukan. Di BBI Ciparay ini
pemijahan ikan nila nirwana dilakukan secara alami dan hanya mendapatkan
bantuan manusia pada saat sortir dan pemindahan indukan. Di BBI Ciparay
jumlah ikan yang akan dipijahkan dihitung per paket. Satu paket berjumlah 400
ekor ikan nila dan terdiri dari 100 ekor ikan jantan dan 300 ekor ikan nila.
e. Pemilihan Induk
Indukan ikan Nila Nirwana di BBI Ciparay ditempatkan di kolam air deras
yang berada di Cikonyal dan di kolam resting indukan yang berada di BBI.
Ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah
adalah sebagai berikut :
Induk ikan mas betina yang dapat dipijahkan berumur antara 1,5 - 3 tahun
dengan bobot minimum 1,5 kg/ekor, sedangkan induk jantan berumur 6
bulan ke atas dengan bobot minimum 0,5 kg/ekor.
Bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor
mulus, sehat, sirip tidak cacat.
Kepala relatif kecil dibandingkan panjang badan.
Tubuh relatif besar sehingga mampu menghasilkan banyak telur.
Pangkal ekor kuat dan normal (pangkal ekor lebih panjang dibandingkan
tingginya), lebar dan tebal yang menggambarkan sifat yang kuat serta cepat
tumbuh.
Induk betina matang kelamin ditandai dengan gerakan lamban, perut
membesar atau buncit ke arah belakang, jika diraba terasa lunak, lubang
anus agak membengkak atau menonjol, dan bila perut diurut (striping)
perlahan ke arah anus akan keluar cairan kuning kemerahan.
Untuk induk jantan gerakannya lincah, badannya langsing, dan jika perut
diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih seperti susu dari lubang
kelamin.

Gambar. Induk Betina Siap Pijah
(Sumber : )

f. Persiapan Tempat
Tempat yang digunakan sebagai tempat pemijahan ikan nila nirwana yaitu
kolam tanah berukuran besar. Di BBI terdapat dua kolam yang biasa digunakan
sebagai tempat pemijahan ikan nila nirwana ini.
Pemijahan dilakukan dengan cara mencampurkan indukan jantan dan betina
yang telah diseleksi sebelumnya. Perbandingan indukan betina dan indukan jantan
yaitu 3 betina : 1 jantan. Pemijahan di BBI Ciparay dilakukan secara alami.
3.1.10. Penetasan
Penetasan meliputi beberapa hal, yaitu distribusi dan pemasangan,
pemantauan.
c. Distribusi dan Pemasangan
Kakaban yang sudah diambil didistribusikan ke kolam-kolam yang lain.
Banyaknya kakaban telur yang dipasang dihitung berdasarkan luasan kolam.
Untuk kolam berukuran 24 x 20 m diberi 20 kakaban. Dalam satu kakaban
terdapat kurang lebih 6000 telur.
Kakaban dipasang dengan memplotkan bambu kemudian ditaruh diatasnya
dan dijepit bambu. Selain itu plotan kakaban tersebut diberi beban dengan batang
pisang agar berada dipermukaan air dan terendam sempurna oleh air namun tetap
mendapat cahaya yang cukup. Menurut salah satu petani di BBI Ciparay, telur
menetas setelah 4 hari.

d. Pemantauan
Pemantauan harus dilakukan untuk pencatatan langkah-langkah budidaya.
Saat telur menetas, maka tanggal tersebut harus dicatat sebagai awal mula
perhitungan pemberian pakan. Bila larva sudah berusia 5 hari maka larva mulai
diberi pakan buatan berupa pellet tenggelam yang ditabur disekitar dinding kolam
yang landai.
Selain itu, pemantauan dilakukan bila saja ada kakaban yang tidak terendam
air selama masa inkubasi alami telur maka harus dibetulkan sesuai prosedur.

3.1.11. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi beberapa hal, yaitu pakan buatan, pengendalian hama
dan penyakit, dan nutrisi tambahan.
d. Pakan Buatan
Pemberian pakan dilakukan pada indukan ikan nila serta benih ikan nila.
Untuk pemberian pakan pada benih nila dilakukan apabila telur sudah menetas,
umumnya 5 hari atau seminggu dari usia penetasan larva harus sudah mulai diberi
pakan buatan berupa pellet. Pellet yang digunakan yaitu SPF 3 dengan kandungan
protein sebanyak 25 %, lemak 5 %, serat kasar 4,5 %, abu 13 %, dan kandungan
air 12 %. Pemberian pakan 1,5 5 % dari berat biomassa dengan frekuensi 3-4
kali per hari. Pemberian pakan pada benih ikan nila nirwana di BBI Ciparay
dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, pukul 12.00, dan pukul
16.00 WIB. Pellet yang dipakai berupa pellet yang tenggelam di dasar kolam.
Pakan buatan yang digunakan untuk benih dan indukan sama jenisnya, namun
pakan untuk benih (larva) di BBI Ciparay adalah pakan yang telah digiling
sehingga pakan tersebut berbetuk tepung.
Pellet tersebut harus dicampur terlebih dahulu dengan air agar pakan
tersebut hancur. Kemudian pellet ditebar secara merata mengitari keseluruhan
dinding kolam yang landai. Dinding kolam sengaja dibuat landai agar pakan yang
ditebar bisa stabil.
Pellet diberikan secukupnya karena dalam pemberian pakan pada pembenihan
tidak menggunakan persentase bobot tubuh, namun dengan metode yang lain.
Metode tersebut adalah dengan menjamin pakan selalu tersedia di kolam. Setiap
hari harus dilakukan pengontrolan, bila pakan habis maka pellet harus ditebar
kembali disekitaran dinding kolam yang landai. Pemberian pakan terus diberikan
selama masa pemeliharaan. Bila keesokan paginya akan dipanen biasanya petani
menghentikan pemberian pakannya satu hari sebelum panen, agar saat packing
ikan tidak mencemari lingkungan dengan fesesnya sendiri.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Di BBI Ciparay, pengendalian penyakit terhadap ikan mas menggunakan
bawang putih atau kunyit. Bawang putih atau kuyit tersebut harus diblender
terlebih dahulu kemudian dicampurkan dengan pakan. Pemberian bawang putih
atau kunyit ini diberikan sebulan sekali pada tiap kolam. Biasanya penyakit yang
menyerang ikan mas yaitu penyakit herpes yang disebabkan oleh Aeromonas sp.
Selain menggunakan bawang putih atau kunyit, biasanya para petani
melakukan vaksin. Istilah vaksin yang sering digunakan oleh para petani di BBI
Ciparay ini bukan dilakukan dengan cara menyuntikan sesuatu ke ikan mas, tetapi
dengan menggunakan kuning telur bebek yang sudah matang dan dicampur
dengan air yang nantinya ditebar di sekeliling kolam. Penggunaan kuning telur
sebanyak 2 butir kuning telur per kolam. Vaksin ini diberikan pada saat 3 hari
setelah telur menetas.

f. Nutrisi Tambahan
Nutrisi tambahan dilakukan agar menambah daya tahan tubuh ikan tersebut.
Bila nutrisi ditambahkan, maka ikan akan memperoleh energi yang optimal dan
dapat tumbuh secara optimal juga. Nutrisi tersebut berupa kuning telur bebek
yang dicampur dengan air. Kuning telur bebek ini selain berfungsi sebagai daya
tahan tubuh, kuning telur dapat juga sebagai pengganti suplemen benih ikan
setelah menetas.

3.1.12. Panen Benih Ikan Nila
Panen adalah kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh petani budidaya,
karena panen merupakan rangkaian akhir dalam budidaya ditingkat pembudidaya
itu sendiri. Panen benih ikan nila yang dilakukan di BBI Ciparay masih
menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan alat yang disebut anco. Panen
benih ikan nila ini dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB.


Gambar. Alat Tangkap Anco
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Rangkaian panen tersebut meliputi persiapan waring penampungan
sementara, pengangkutan dari kolam panen ke waring dan perhitungan benih.
d. Persiapan Waring Penampungan Sementara
Penampungan (waring) sementara berfungsi untuk menampung ikan yang
dipanen di kolam sebelum diangkut untuk dipindahkan ke kolam benih atau dibeli
oleh pembeli benih ikan nila. Waring ini dipasang dengan menancapkan 4 buah
bambu di kolam yang masih berisi air dan bukan sedang keadaan panen, tali yang
berada di setiap sudut diikat dengan kuat. Waring dibenam ke dalam air sampai
bagian tingginya.
e. Pengangkutan dari Kolam Panen ke Waring
Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan ember. Ember diisi dengan
benih ikan yang diserok di kolam. Bila ember ini sudah terisi penuh, maka ikan
diangkut ke waring penampungan sementara. Penyerokan ikan serta
pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan ekstra hati-hati.

Gambar. Pengangkutan Benih Ikan ke Waring menggunakan ember
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

f. Penghitungan Benih
Penghitungan (pengulakan) hasil dilakukan dengan satuan gelas ( 1/4 liter ).
Sebelum dilakukan pengulakan, ikan dibersihkan serta dipisahkan berdasarkan
ukurannya. Para petani ini memisahkan benih ikan berdasarkan ukuran dengan
menggunakan ayakan panglembangan diameter 100 cm atau ayakan penandean
diameter 5 cm.
Setelah ikan terpisah, selanjutnya dilakukan pengulakan (perhitungan hasil
panen) dengan menggunakan gelas bervolume 250 ml. Ikan disaring terlebih
dahulu sebelum ditakar ke dalam gelas. Sebagai contoh petani di BBI Ciparay
dapat menghasilkan benih dengan rata-rata 30 - 50 gelas benih untuk kolam
berukuran 24 x 20 meter persegi sekali panen. Dengan 1 gelas benih berisi kurang
lebih 6000 ekor. Penghitungan benih biasanya dengan menggunakan sendok.


Gambar. Perhitungan Benih Ikan Mas
(Sumber : )

3.1.13. Pasca Panen
Pasca panen merupakan kegiatan penanganan hasil panen dengan teknologi
dan metode yang memiliki ciri khas sendiri. Biasanya pasca panen dapat
dilakukan oleh para tengkulak maupun produsen pengolahan makanan dengan
bahan baku tersebut. Untuk pembenihan, biasanya ikan dipelihara lebih lanjut
untuk masuk proses pembesaran. Benih ikan yang dihasilkan oleh para petani di
BBI Ciparay ini biasanya akan menjadi benih pembesaran atau akan dijual ke
produsen. Benih tersebut dijual dari petani dengan ukuran + 1 s.d. 2 cm panjang
total ikan.
Teknologi pasca panen yang dilakukan oleh pengepul atau bandar terdiri
dari packing dan transportasi.
c. Packing
Packing adalah proses pengemasan benih untuk proses pengiriman barang.
Caranya cukup mudah hanya mempersiapkan karet gelang, plastik bag ukuran +
80 x 45 cm serta oksigen murni.
Langkahnya adalah plastik tadi diikat salah satu ujungnya dengan kuat
dengan menggunakan karet, lalu isi plastik dengan air + 10 liter air jernih, lalu isi
dengan benih ikan dengan kepadatan kurang lebih 2 liter benih/pack, kosongkan
sisa ruang plastik dari udara, lalu isi dengan oksigen murni dari tabung serta ikat
ujung plastik dengan kuat. Ujung plastik yang bagian dasar diikat kemudian posisi
dibalik ke dalam.

Gambar. Packing Ikan Mas
(Sumber : )

d. Transportasi
Transportasi dilakukan secara tertutup karena dalam kemasan hanya ada
oksigen murni agar ikan dapat bertahan lama dengan Survival Rate (tingkat
kelangsungan hidup) yang tinggi. Transportasi dilakukan dengan mobil bak
terbuka yang sudah dirancang sedemikian rupa. Plastik-plastik tadi disusun
sedemikian rupa di dalam bak dan bagian atas mobil diberi pelindung dari
sengatan matahari dengan terpal.

Gambar. Transportasi Ikan Mas ke produsen
(Sumber:
3.3 Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)
Menurut Anonimus (2005) secara umum morfologi ikan lele sangkuriang
tidak memiliki banyak perbedaan dengan lele dumbo yang selama ini banyak
dibudidayakan. Hal tersebut dikarenakan lele sangkuriang sendiri merupakan hasil
silang dari induk lele dumbo. Tubuh ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk
tubuh memanjang, berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala
menggepeng (depress), dengan mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang
sungut. Lele Sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip
ekor, dan sirip dubur. Sementara itu, sirip yang yang berpasangan ada dua yakni
sirip dada dan sirip perut. Pada sirip dada (pina thoracalis) dijumpai sepasang patil
atau duri keras yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri dan kadang-
kadang dapat dipakai untuk berjalan dipermukaan tanah atau pematang. Pada
bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ
arborescent), bentuknya seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler
darah.


Gambar. Ikan lele sangkuriang (Clarias sp.)
Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang
balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan
generasi keenam (F6).Kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-
6 selanjutnya dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) sehingga
menghasilkan lele sangkuriang. Meskipun induk awal lele sangkuriang berasal
dari ikan lele dumbo, antara keduanya tetap memiliki perbedaan. Lele
sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele dumbo melalui silang balik
(backcross).
Habitat ikan lele sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya
sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan O2 6
ppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu (24 26) o C, pH (6 7), NH3 kurang dari 1
ppm dan daya tembus matahari ke dalam air maksimum 30 cm (Lukito, 2002).
Tingkah laku Ikan lele dikenal aktif pada malam hari (nokturnal). Pada siang
hari, ikan lele lebih suka berdiam didalam lubang atau tempat yang tenang dan
aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk
lumpur dasar untuk mencari binatang-binatang kecil (bentos) yang terletak di
dasar perairan (Simanjutak, 1989 ).

3.1.1 Persiapan Kolam Pemijahan Lele Sangkuriang
Kolam pemijahan ikan lele sangkuriang merupakan tempat pertemuan
antara induk jantan dan induk betina. Oleh karena itu kolam pemijahan harus
dipersiapkan terlebih dahulu agar lele sangkuriang bisa berpijah tanpa kesulitan.
Adapun kolam yang dipakai untuk pemijahan adalah kolam semen dengan ukuran
4 x 4 x 1 m.

Gambar. Kolam Semen

Untuk mempersiapkan tempat pemijahan, hal pertama yang dilakukan
adalah membersihkan kolam dengan menggunakan peralatan seperti sikat, sapu
lidi, sabut, dan ember plastic. Untuk persiapan kolam ini dilakukan dalam jangka
waktu 4 hari, dimulai dari pembuangan air sisa, pembersihan kolam, serta
pengeringan kolam hingga kolam siap digunakan untuk proses pemijahan.
Selanjutnya mencuci kakaban, yaitu alat yang terbuat dari bambu dan ijuk
yang berfungsi sebagai tempat menempelnya telur.Pencucian kakaban dilakukan
pada pagi hari, dengan tujuan agar bisa dijemur pada siang harinya. Kakaban
dicuci menggunakan selang, dan harus sampai bersih agar tidak ada sisa telur
atau hama yang berasal dari pemijahan sebelumnya. Setelah selesai dicuci,
kakaban dijemur di bawah sinar matahari. Penjemuran tersebut bertujuan untuk
menimbulkan bau kering yang bercampur basah pada saat kakaban dimasukkan ke
dalam air. Hal ini dimaksudkan agar menyerupai bau tanah kering yang disiram
air hujan karena pada habitatnya, ikan lele sangkuriang biasa memijah di musim
penghujan sehingga perlakuan ini diharapkan dapat merangsang lele sangkuriang
untuk memijah.
Pemeliharaan Induk
Faktor penting dalam pembenihan ikan lele sangkuriang yaitu kualitas induk
yang akan dipijahkan. Kualitas induk yang baik dapat dilihat dari postur tubuh
yang proporsional, tidak ada cacat dan luka pada tubuh ikan, serta gerakan ikan
yang lincah.
Menurut Prihartono dkk (2000), dalam pembenihan ikan lele sangkuriang,
induk merupakan sarana produksi paling penting. Oleh karena itu, agar hasil
pembenihan memuaskan, induk yang digunakan harus unggul. Untuk
mendapatkan induk yang unggul, perlu dilakukan pemeliharaan induk secara
khusus. Selama pemeliharaan padat tebar induk perlu diperhatikan karena akan
berpengaruh pada pertumbuhan dan tingkat stress ikan. Induk ikan lele
sangkuriang dipelihara dalam kolam atau bak berukuran (34) m2 dengan padat
tebar 5 kg/m2.

3.1.2 Pemijahan
Untuk menentukan ikan lele sangkuriang sudah siap pijah dapat ditentukan
dari beberapa faktor, yakni umur induk betina lele sangkuriang siap dipijahkan
berumur > 1 tahun, massa (0,7 1) kg dengan panjang standar (25 30) cm,
sedangkan induk jantan antara lain yaitu berumur > 1 tahun, massa (0,5 0,75)
kg, dengan panjang standar (30 35) cm.
Induk betina yang sudah matang gonad, secara fisik ditandai dengan perut
yang membesar dan lembek, tonjolan alat kelamin membulat dengan warna merah
keungu-unguan dan tampak membesar, bila dilihat secara kasat mata warna telur
terlihat hijau tua bening atau coklat kehijau-hijauan, tulang kepala agak
meruncing, gerakannya lamban. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna
tubuh yang lebih mencolok dari betina yaitu terlihat kemerah-merahan pada
bagian sirip punggung (dorsal), dengan bentuk genital yang meruncing dan
memanjang melebihi ujung sirip anal yang letaknya berdekatan dengan anus,
tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibanding induk betina, perut tetap ramping
dan gerakannya yang lincah. Jika diurut secara perlahan pada bagian kelaminnya,
akan mengeluarkan cairan putih susu yang kental, cairan itulah yang dinamakan
sperma.
Pemijahan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu alami,
semi buatan, dan buatan. Namun yang kami praktekkan hanya pemijahan alami
saja.
Pada pemijahan alami, prinsip dasarnya yaitu memasangkan induk jantan
dan induk betina yang sudah matang gonad untuk memijah.Saat ini masih banyak
pembudidaya yang melakukan pemijahan alami karena dianggap lebih aman dan
tidak memaksakan indukan untuk mengeluarkan telurnya. Jika induk ini telah siap
memijah maka setelah induk jantan dan betina disatukan, diharapkan akan terjadi
pemijahan (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
Pemijahan ikan lele sangkuriang di BBI Ciparay meliputi beberapa hal,
yaitu seleksi induk, persiapan tempat serta penebaran indukan

3.1.2 Seleksi Induk
Seleksi induk sangatlah diperlukan agar tingkat keberhasilan pemijahan
semakin tinggi. Dalam menyeleksi induk yang akan dipijahkan, perlu diketahui
ciri-ciri induk ikan lele sangkuriang yang sudah matang gonad dan siap pijah.
Lele sangkuriang sangkuriang mulai dapat dijadikan induk pada umur 89
bulan dengan bobot minimal 500 gram. Telur akan menetas dalam tempo 24 jam
setelah memijah (Suyanto, 1999). Tanda-tanda induk jantan yang telah siap
memijah diantaranya alat kelamin tampak jelas (meruncing), perutnya tampak
ramping, jika perut diurut akan keluar spermanya, tulang kepala agak mendatar
dibanding dengan betinanya, jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu
menjadi lebih gelap lagi dari biasanya. Sedangkan untuk induk betina alat
kelaminnya bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar, tulang
kepala agak cembung, gerakannya lamban, warna badannya lebih cerah dari
biasanya (Prihartono, dkk, 2000).

Gambar . Induk Jantan Gambar . Induk Betina


Ciri Ikan Jantan dan Ikan Betina Siap Pijah
Jantan Betina
Bentuk tubuh proposional
Kondisi fisik sehat, tidak
cacat
Alat urogenital berwarna
kemerahan di bagian ujung
Gerakan agresif
Bentuk tubuh proposional
Kondisi fisik sehat, tidak
cacat
Alat urogenital berwarna
merah kebiruan
Perut membesar ke arah
urogenital
Perut terasa lunak jika
diraba
Apabila distripping akan
mengeluarkan telur atau
cairan berwarna kuning
Ukuran diameter telur
seragam, dengan warna telur
kuning kehijauan transparan
Gerakan pasif

Setelah induk diseleksi, kemudian induk dipindahkan ke kolam pemijahan
yang telah di isi air dengan tinggi 30cm dari permukaan kolam. Pemindahan ini
bertujuan untuk melakukan proses pemberokan, yakni untuk mengeluarkan sisa-
sisa makanan yang berada dalam pencernaannya. Selain itu pemberokan juga
berguna untuk mengurangi tingkat stress yang biasa terjadi pada ikan yang baru
ditangkap dan baru berpindah tempat. Kemudian dilakukan pemasangan kakaban
yang telah bersih dan kering untuk tempat telur hasil pemijahan.

3.3

3.4 Persiapan Kolam Pemeliharaan Larva
Menurut Blaxter dalam Sumantadinata (1983), penetasan telur dapat
disebabkan oleh gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya atau
pengurangan tekanan oksigen.
Ikan lele sangkuriang termasuk ikan yang waktu penetasan telurnya cukup
cepat dibandingkan ikan lain. Waktu penetasan telur ikan lele sangkuriang adalah
1-2 hari setelah pemijahanpada suhu 25-30
o
C (Susanto, 1989). Oleh karena itu,
persiapan kolam pemeliharaan larva harus dilakukan sedini mungkin.
Berbeda dengan kolam pemijahan, kolam yang digunakan untuk
pemeliharaan larva adalah kolam terpal dengan ukuran 7 x 4 x 0.5 m. Untuk
mempersiapkan kolam pemeliharaan larva, hal pertama yang dilakukan adalah
membersihkan kolam terpal dengan menggunakan peralatan seperti sikat, sapu
lidi, sabut, dan ember plastic. Untuk persiapan kolam ini dilakukan dalam jangka
waktu 4 hari, dimulai dari pembuangan air sisa, pembersihan kolam, serta
pengeringan kolam hingga kolam terpal siap digunakan untuk proses
pemeliharaan larva.


Gambar. Pembersihan Kolam Terpal


3.5 Penetasan Telur
Setelah dilakukan proses pemijahan pada hari sebelumnya, kemudian
dilakukan pengecekkan kolam pemijahan untuk mengetahui proses pemijahan
berlangsung atau tidak. Tanda terjadinya pemijahan yaitu terdapat telur yang
menempel di kakaban, dimana jika telur yang menempel berwarna transparan
berarti telur tersebut berhasil dibuahi.

3.6 Pemeliharaan
3.6.1 Pemberian Pakan Larva
Larva yang baru saja keluar dari telur masih memiliki kandungan kuning
telur sebagai makanan (yolk), maka larva belum perlu diberi makan. Kandungan
kuning telur pada ikan lele sangkuriang bertahan kurang lebih 3 hari setelah
penetasan. Namun sebagai tambahan nutrisi dapat diberikan kuning telur bebek
yang telah dihancurkan dan dicampur dengan air hingga hari ke 5. Pada hari ke-6
larva lele sangkuriang sudah dapat diberi pakan berupa cacing sutera (Tubifex sp.).
Untuk memberikan cacing sutera pada larva, pertama cacing dicuci menggunakan
air mengalir hingga bersih dari lendir dan kotoran. Setelah itu cacing dicincang
sampai halus menggunakan pisau. Jika sudah halus, cacing dicuci kembali dengan
air mengalir untuk menghilangkan darah dan kotoran yang tersisa. Kemudian
pencucian diulang menggunakan air tandon agar cacing mengendap di dasar.
Setelah itu air tandon ditambahkan kembali dan cincangan cacing diberikan
kepada larva dengan menebarnya secara merata.

Gambar. Pembersihan Cacing Sutera

Pakan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari.
Pemberian cacing cincang dapat dihentikan setelah larva berumur lebih dari 1
minggu karena larva dianggap sudah cukup besar dan mampu memakan cacing
sutera secara utuh. Cacing sutera diberikan dalam bentuk gumpalan dan
pemberiannya tetap disebar untuk menghindari terjadinya perebutan makanan.
Pakan cacing dapat terus diberikan hingga larva berumur kurang lebih 2 minggu
dan memasuki tahap pendederan 1.

3.6.2 Pemberian Pakan Induk
Untuk pemberian pakan pada lele tidak jauh beda dengan pemberian pakan
pada ikan ikan lain yaitu untuk penggunaan pelet haruslah disesuaikan dengan usia
dan besaran mulut lele itu sendiri.
Pemberian pakan pada induk lele sangkuriang dilakukan pada pagi hari dan
sore hari, sebanyak 5% dari total biomassa yang ada di kolam. Adapun rumus
total biomassa adalah:
Total biomassa = Berat Ikan x Jumlah Ikan
Dengan total biomassa ikan betina:
= 800 gr x 177
= 141600
Dan dosis pemberian pakan ikan betina:
= 141600 x 5%
= 7060 gr
= 7,06 kg
Sedangkan total biomassa ikan jantan:
= 1000 gr x 110
= 110000 gr
Dan dosis pemberian pakan ikan jantan:
= 110000 x 5%
= 5500 gr
= 5.5 kg
Pakan yang diberikan terhadap induk lele sangkuriang menggunakan pakan
terapung PF-800 dengan kandungan protein sebesar >30%. Selain itu dapat
diberikan pakan tambahan berupa keong mas, bekicot, ikan rucah, dan lain-lain
dengan tujuan untuk mempercepat proses kematangan gonad.

3.5.2 Pengukuran Pertumbuhan













DAFTAR PUSTAKA
http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20ikan%20mas.pdf.
http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/air%20tawar/mas.pdf.
pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3232045.pdf
http://anguillaroura.blogspot.com/2009/02/pembenihan-ikan-mas-strain-
majalaya.html
http://teknologi--tepat-guna.blogspot.com/2013/04/teknik-budidaya-ikan-
mas.html


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran



DAFTAR PUSTAKA
http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20ikan%20mas.pdf.
http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/air%20tawar/mas.pdf.
pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3232045.pdf
http://anguillaroura.blogspot.com/2009/02/pembenihan-ikan-mas-strain-
majalaya.html
http://teknologi--tepat-guna.blogspot.com/2013/04/teknik-budidaya-ikan-
mas.html



LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai