PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan seharihari kita sering bahkan selalu menggunakan
bahanbahan kimia, seperti sabun, minyak wangi, pasta gigi dan lain lain.
Bahanbahan kimia tersebut tidak dalam bentuk padatan maupun larutan, tetapi
dalam bentuk antara padatan dan larutan yang disebut koloid.
Hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid,
seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid.
Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim,
dan salep yang termasuk emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet
untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti
spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam
bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid
sangat berguna bagi kehidupan manusia. Sistem koloid perlu kita pelajari karena
berkaitan erat dengan kehidupan kita.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diangkat pada makalah ini diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
2. Bagaimana proses pembuatan sistem koloid?
3. Bagaimana aplikasi koloid pada pembuatan ice cream?
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Memberikan informasi lebih mengenai sistem koloid.
2. Agar pembaca dapat mengetahui proses pembuatan sisitem koloid.
3. Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana aplikasi koloid pada
pembuatan ice cream.
1.4 Manfaat Pembuatan Makalah
1. Memberikan pemahaman lebih luas tentang bentuk material yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Memberikan gambaran secara luas tentang sistem koloid yang sering
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memberikan informasi tentang aplikasi koloid pada kehidupan khususnya
pada pembuatan ice cream.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Koloid
Dispersi adalah penyebaran merata dua fase. Kedua fase terdiri atas fase zat
yang didispersikan (fase terdispersi atau fase dalam) dan fase pendispersi
(medium pendispersi atau fase luar). Pada umumnya, fase terdispersi memiliki
jumlah molekul yang lebih kecil dibandingkan fase pendispersi. Terdapat tiga
macam campuran yaitu larutan, suspensi, dan koloid.
2.1.1 Larutan
Dalam kimia, larutan diartikan sebagai campuran homogen dari dua atau
lebih zat. Zat yang terdapat dalam jumlah terbesar biasa dinamakan dengan
pelarut, dan zat yang terdapat dalam jumlah terkecil dinamakan zat terlarut.
Pelarut dapat berupa gas,cairan, atau padatan. Sementara itu zat terlarut dapat
berupa gas, cairan, atau padatan. Pada dasarnya, larutan merupakan sistem
dispersi yang partikel-partikel zat terdispersi dan partikel-partikel pendispersinya
tidak lagi dapat dibedakan, meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra.
Selain itu partikel-partikel zat terdispersi dalam larutan sangat kecil dan
relatif sama dengan ukuran partikel-partikel medium pendispersinya, sehingga
tidak mungkin dipisahkan dari partikel pendispersinya dengan cara penyaringan
(filtrasi).
2.1.2 Suspensi
Suspensi merupakan sistem dispersi yang terdiri dari partikel-partikel
terdispersi yang relatif besar dan tersebar merata di dalam medum pendispersinya.
Pada dasarnya, partikel-partikel terdispesi dan pendispersi dalam suspensi dapat
dibedakan dengan mudah. Hal ini karena partikel-partikel tersebut dapat diamati
dengan menggunakan mikroskop biasa atau dengan menggunakan mata
telanjang. Dalam suatu suspensi, partikel-partikel zat padat tidak memisah
seluruhnya. Akan tetapi berada dalam kelompok-kelompok yang cukup besar.
Jika kelompok-kelompok itu cukup berat, maka partikal-partikel tersebut
tenggelam dan membentuk endapan.
2.1.3 Koloid
Koloid berasal dari kata kolia yang dalam bahasa Yunani berarti lem.
Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861)
berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar
mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi. Oleh
karena itu, zat semacam gelatin ini kemudian disebut koloid. Sistem koloid
adalah sistem dispersi dengan larutan ukuran partikel yang lebih besar daripada
larutan ,tetapi lebih kecil daripada suspensi.pada umumnya koloid mempunyai
ukuran partikel antara 1 nm sampai dengan 100 nm.
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau
lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang
cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain
yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa
(suspensi).
Tabel 1. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi
2.2 Jenis Jenis Koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung darifase zat
pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
1. Aerosol
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki
zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang
memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam
udara).
2. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh:
Air sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).
3. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah
zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air santan,
susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak mentega, minyak rambut,
minyak bumi. Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau
emulgator yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut. Contoh: sabun
untuk mengemulsikan minyak dan air;kasein sebagai emulgator pada susu.
4. Buih
Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada
pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
a. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan
medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa
udara atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih
dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke
daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga
diperoleh suatu kestabilan. Ukuran koloid buih bukanlah ukuran gelembung
gas seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film
(lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi,
ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak
beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh
komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari
5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika
kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: pemisahan
medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan
zat cair yang jauh berbeda.
Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang
besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas
menjadi lebih besar.
Rusaknya film antara dua gelembung gas. Contoh buih cair.
Buih hasil kocokan putih telur.
Buih hasil akibat pemadam kebakaran.
b. Buih Padat Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan
denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh
dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padatyang mungkin
kita ketahui: Roti, Batu Apung, Styrofoam
5. Gel
Gel merupakan sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair.
(Contoh: agar-agar, Lem).
Tabel 2. Jenis-Jenis Koloid
No. Zat
Terdispersi
Medium
Pendispersi
Nama Tipe Contoh
1. Gas Cairan Busa Krim kocok, busa bir,
busa sabun
2. Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa
3. Cairan Gas Aerosol cair Kabut, awan
4. Cairan Cairan Emulsi Mayones, susu
5. Cairan Padat Emulsi padat Keju, mentega
6. Padat Gas Aerosol Asap, debu di udara
7. Padat Cair Sol
gel
Pati dalam air, selai
Agar-agar dingin
8. Padat Padat Sol padat Intan hitam, kaca rubi
2.3 Sifat-Sifat Koloid
Sistem koloid mempunyai sifat yang khas, yang berbeda dengan sifat sistem
dispersi lainnya. Beberapa sifat koloid yang khas adalah sebagai berikut :
a) Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah
efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan disinari dengan
cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-
partikel koloid mempunyai partikel - partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat
sulit diamati. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat kita lihat dalam
peristiwa
Cahaya matahari jelas sekali berkasnya di sela-sela pohon yang sekitarnya
berkabut. Juga berkas cahaya matahari tampak jelas di sela-sela dinding
dapur yang banyak asapnya.
Berkas cahaya proyektor tampak jelas digedung bioskop yang banyak asap
rokoknya.
b) Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati
koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel
tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan
gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di tempat (tidak termasuk gerak
brown). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu
sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah
gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c) Adsorpsi
Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik
pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke
bawah permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh kapur
tulis. Sol Fe(OH)
3
dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif,
sedangkan sol As
2
S
3
mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif.
Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid, disamping
gerak Brown. Oleh karena bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling
tolak-menolak, sehingga terhindar dari pengelompokan antarsesama partikel
koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu,
maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya
mengendap). Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain,
misalnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses
penjernihan air minum.
d) Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Peristiwa koagulasi pada koloid dapat terjadi diakibatkan oleh peristiwa mekanis
atau peristiwa kimia. Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan,
pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang
berbeda muatan, atau karena elektroforesis.
Adapun proses koagulasi yang sengaja dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari adalah :
Perebusan telur : telur terjadi koagulasi karena dilakukan perebusan
Pembuatan yoghurt : pada fermentasi susu akan terbentuk asam laktat yang
menggumpal dan berasa asam.
Pembauatan tahu : bubur kedelai ditambahkan larutan elektrolit yaitu
CaSO
4
.2H
2
O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal
dan membentuk tahu.
Pembuatan lateks : getah karet digumpalkan dengan penambahan asam
asetat atau asam format.
Pembentukan delta : delta terbentuk dari hasil pencampuran air sungai yang
mengandung koloid tanah liat dan elektrolit yang berasal dari air laut.
Penjernihan air sungai.
Pengolahan asap atau debu.
e) Koloid pelindung
Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem
koloid lainnya agar diperoleh koloid yang tidak rusak dan stabil. Suatu koloid
dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain disebut koloid pelindung.
Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak
dapat lagi mengelompok. Contoh penerapan koloid pelindung dalam kehidupan
sehari-hari adalah:
Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan
kristal besar es atau gula.
Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan koloid pelindung.
Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid
pelindung
f) Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan
koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring.
Membran semipermeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati
koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah. Proses dialisis tersebut adalah
sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air
dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi
koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir,
maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air.
Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya
(alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.
g) Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan
dengan menggunakan arus listrik. Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik, berarti partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika
sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang
bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel -
partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut
elektroforesis. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis
dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
h) Koloid liofil dan liofob
Koloid Liofil
Istilah liofil diambil dari bahasa Yunani, yaitu lyo yang berarti cairan dan
philia yang berarti suka. Jadi, koloid liofil merupakan koloid yang fase
terdispersinya mudah menarik medium pendispersinya. Hal ini disebabkan oleh
adanya gaya tarik menarik yang sanagat kuat diantara partikel-partikel terdispersi
dengan medium pendispersinya. Contoh-contoh koloid liofil adalah kanji, protein,
sabun, detergen, agar-agar, dan gelatin.
Secara umum, koloid liofil mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
Koloid liofil mudah mengadsorpsi mediumnya, sehingga ukuran-ukuran
partikelnya dapat semakin besar
Efek tyndall oleh koloid liofil kurang jelas
Koloid liofil bersifat reversibel, artinay jika koloid-koloid tersebut
terkoagulasi, maka dapat dibuat ulang menjadi koloid dengan mudah
Koloid liofil sukar terkoagulasi
Koloid liofil mempunyai kekentalan yang lebih tinggi daripada mediumnya
Koloid Liofob
Koloid liofob diambil dari kata lyo yang berarti cairan dan phobia
yang beraati tidak suka. Jadi koloid loifob merupakan koloid yang fase
terdispersinya sukar menarik medium pendispersinya. Contoh-contoh koloid
liofob adalah sol logam, darah, dan sol Fe(OH)
3
. Secara umum, koloid liofob
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
Koloid liofob tidak mengadsorpsi mediumnya
Efek tyndall oleh koloid liofob sangat jelas
Koloid liofob bersifat irreversibel, artinya jika koloid-koloid tersebut
terkoagulasi, maka sukar dibuat ulang menjadi koloid
Koloid liofob mudah terkoagulasi
Koloid liofob mempunyai kekentalan yang relatif sama dengan kekentalan
mediumnya
2.4 Pembuatan Sistem Koloid
Terdapat dua cara pembuatan koloid yaitu cara kondensasi dan cara dispersi.
1. Cara Kondensasi yang terdiri dari reaksi dekomposisi rangkap, reaksi
redoks, reaksi hidrolisis, reaksi pergantian pelarut.
2. Cara Dispersi yang terdiri dari cara mekanik, cara peptisasi, dan cara bususr
bredig.
2.5 Peranan Koloid Dalam Kehidupan
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Dalam bidang makanan khususnya pembuatan ice cream, koloid juga
berperan besar. Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak
teremulsi dan udara. Sel-sel udara yang ada berperanan untuk memberikan texture
lembut pada es krim tersebut. Tanpa adanya udara, emulsi beku tersebut akan
menjadi terlalu dingin dan terlalu berlemak.
Bahan utama dari es krim adalah lemak (susu), gula, padatan non-lemak dari
susu (termasuk laktosa) dan air. Sebagai tambahan, pada produk komersil diberi
emulsifier, stabiliser, pewarna, dan perasa. Sebagai emulsifier biasanya digunakan
lesitin, gliserol monostearat atau yang lainnya. Emulsifier ini berguna untuk
membangun distribusi struktur lemak dan udara yang menentukan dalam
membentuk sifat rasa/tekstur halus dan pelelehan yang baik. Untuk stabilisernya
bisa digunakan polisakarida dan ini berfungsi sebagai penambah viskositas.
Sedangkan pewarna dan perasa bisanya bervariasi tergantung pada selera pasar.
Jika ingin diberi rasa strawberry tentunya diberi perasa strawberry dan pewarna
merah. Ingat, pewarna yang diberikan tentunya harus pewarna makanan bukan
pewarna tekstil.
Bahan-bahan tersebut dicampur, dipasteurisasikan, dihomogenasikan, dan
didinginkan dengan cepat. Setelah emulsi minyak dalam air tersebut dibiarkan
dalam waktu yang lama, kemudian dilewatkan dalam kamar yang suhunya cukup
rendah untuk membekukan sebagian campuran. Pada saat yang sama udara
dimasukkan dengan cara dikocok. Tujuan dari pembekuan dan aerasi ini adalah
pembentukan buih yang stabil melalui destabilisasi parsial dari emulsi.
Pengocokan tanpa pendinginan tidak akan memberikan buih yang stabil. Jika buih
terlalu sedikit produknya akan tampak basah, keras dan sangat dingin. Sedang jika
buihnya terlalu banyak maka produknya akan tampak kering. Sel-sel udara pada
es krim harus berukuran sekitar 100 mikron. Jika sel udaranya terlalu besar, es
krimnya akan meleleh dengan cepat. Sedang jika sel udaranya terlalu kecil maka
buihnya akan terlalu stabil dan akan meninggalkan suatu head ketika meleleh.
Es krim mempunyai struktur koloid yang kompleks karena merupakan buih
dan juga emulsi. Buih padat terjadi karena adanya lemak teremulsi dan juga
karena adanya kerangka dari kristal-kristal es yang kecil dan terdispersi didalam
larutan makromolekular berair yang telah diberi gula. Peranan emulsifier
(misalnya: gliserol monostearat komersial) adalah untuk membantu stabilisasi
terkontrol dari emulsi didalam freezer. Perubahan-perubahan polimorfis lemak
pada es krim selama penyimpanan menyebabkan perubahan bentuk pada globula
awalnya, yang berkombinasi dengan film protein yang agak lepas, menyebabkan
terjadinya penggumpalan di dalam freezer. Stabilisasi gelembung-gelembung
udara pada es krim juga terjadi karena adanya kristal-kristal es dan fasa cair yang
sangat kental. Stabiliser polisakarida (misalnya: carrageenan) menaikkan
kekentalan fasa cair, seperti juga gula pada padatan non-lemak dari susu.
Stabiliser-stabiliser ini juga dikatakan dapat memperlambatan pertumbuhan
kristal-kristal es selama penyimpanan. Hal ini karena jika kristal-kristal esnya
terlalu besar maka akan terasa keras di mulut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar.
2. Macam-macam sistem koloid : Aerosol, sol, buih, emulsi dan gel. Sifat-sifat
sistem koloid : Efek Tyndall, Gerak Brown, muatan listrik, kestabilan
koloid, koloid liofil dan liofod. Pembuatan sistem koloid dibedakan menjadi
2 yaitu dengan cara kondensi dan dispersi.
3. Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang
industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya. Pada proses
pembuatan ice cream, yang bertindak sebagai koloid pelindung adalah
gelatin yang menjaga agar terbentuk kristal besar es atau gula.
3.2 Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan dalam penyusunannya, oleh sebab
itu saran yang membangun masih sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact