Anda di halaman 1dari 3

AFTA

AFTA merupakan akronim dari ASEAN Free Trade Area sejatinya merupakan kesepakatan dari
negara - negara di asean (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos,
Myanmar, dan Kamboja), serta negara-negara yang telah menandatangani perjanjian bilateral (China,
Jepang, Korea, India, Australia, dan Selandia Baru) untuk membentuk sebuah kawasan bebas
perdagangan. Tujuannya agar bisa meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN di dunia.
Lahirnya AFTA diawali pada pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN (ASEAN Summit) ke-4 di
Singapura pada tahun 1992, para kepala negara mengumumkan pembentukan suatu kawasan
perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun. Kesepakatan itu disetujui oleh 6
negara anggota. Namun, karena dalam perjalanannya ASEAN mengalami penambahan anggota, AFTA
pun dilaksanakan secara bertahap. Idealnya, pembebasan semua bea masuk di 6 negara pendiri ASEAN
telah dilaksanakan di tahun 2003, dan di tahun 2010 untuk negara sisanya.
Tujuan AFTA adalah menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif
sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak Foreign Direct
Investment (FDI), meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade). Lalu
apa manfaatnya bagi Indonesia? Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Badan Kebijakan Fiskal
menyatakan beberapa manfaat AFTA bagi Indonesia, yaitu: peluang pasar yang semakin besar dan luas
bagi produk Indonesia, dengan penduduk sebesar sekitar 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat
yang beragam, biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang
sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya
dan termasuk biaya pemasaran, pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar
domestik semakin banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu, kerjasama dalam menjalankan bisnis
semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya. Paparan
diatas adalah manfaat AFTA secara global bagi Indonesia.
AFTA yang sudah diberlakukan sejak 1 Januari 2010 lalu diturunkan dalam 3 komponen besar
yaitu AFAS (ASEAN Framework Agreement in Service), ATIGA (ASEAN Trade in Goods Agreement), ACIA
(ASEAN Comprehensive Investment Agreement). Tentu saja yang akan difokuskan yaitu AFAS karena
berkaitan erat dengan pelayanan jasa kedokteran. Tujuan AFAS diantaranya meningkatnya kerjasama di
negara negara ASEAN sehingga meningkatkan efisiensi dan kompetitif serta menganekaragamkan
kapasitas produk dan distribusi jasa antar negara ASEAN. Setiap aspek jasa di era globalisasi mempunyai
perjanjian termasuk aspek pelayanan kesehatan sehingga menteri perdagangan tiap Negara ASEAN
membuat perjanjian untuk praktik kedokteran di era globalisasi berupa ASEAN Mutual Recognition
Arrangement on Medical Practitioners (MRA) yang bertujuan memfasilitasi mobilitas para dokter di
Negara ASEAN dan pertukaran informasi, meningkatkan kerja sama antar tenaga dokter di ASEAN,
mempromosikan praktik kedokteran sesuai standar dan kualifikasi serta membuka kesempatan untuk
membangun dan melatih para dokter di negara ASEAN.
Dengan adanya AFTA tentunya tak lepas dari dampak positif dan negatifnya dalam kondisi
negara kita khususnya dalam bidang kesehatan sehingga kita harus siap untuk menerimanya. Dampak
postif yang mungkin terjadi contohnya meningkatnya jumlah fasilitas tenaga kesehatan. Akan muncul
pelayanan kesehatan yang lebih baik seperti munculnya rumah sakit internasional juga alat alat
kesehatan sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan terhadap fasilitas yang akan mereka gunakan.
Kemungkinan yang terjadi lagi adalah meningkatnya persaingan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau. Tenaga kesehatan domestic akan bersaing dengan tenaga kesehatan asing
sehingga mereka saling menunjukkan yang terbaik dari segi keilmuan maupun pelayanan dan
transparansi kualitas tenaga kesehatan akan semakin benar benar terbuka lebar karena kompetisi
menjual kemampuan diri semakin tinggi. Yang ketiga, meningkatnya lapangan kerja bagi tenaga
kesehatan domestik seiring dengan banyaknya pihak swasta yang masuk dan membuat lapangan kerja.
Selain dampak positif, kita juga harus memperhatikan dampak negatif yang ada seperti
meningkatnya penyalahgunaan pemanfaatan teknologi kedokteran. Semakin banyak teknologi yang
dipunya maka ketergantungan akan teknologi meningkat sehingga bisa saja digunakan secara berlebihan
dan tidak tepat guna. Melihat dampak positif tadi mengenai meningkatnya persaingan pelayanan
kesehatan juga bisa berakibat buruk misalnya persaingan yang tidak sehat antar tenaga kesehatan
domestik dan asing dalam mempertahankan pelanggan ataupun menurunkan tarif sehingga
keadaan seperti ini tidak diawasi maka akan timbul konflik internasional (asing vs domestik). Dampak
buruk yang tidak kalah penting yaitu berubahnya filosofi pelayanan kesehatan yang semula social
menjadi komersial dan investasi serta tenaga kesehatan asing terpusat di daerah perkotaan ataupun
kota kota besar mengakibatkan pelayanan kesehatan yang tidak merata pada masyarakat desa atau
wilayah kecil sehingga akan terabaikan kesehatannya.
Untuk mengantisipasi perdagangan bebas ASEAN di bidang layanan kesehatan, mutu rumah
sakit di Indonesia perlu ditingkatkan agar pasien tidak mencari layanan kesehatan ke negara-negara
tetangga, yang disertai dengan pengembangan pariwisata medis. Harus diakui, dari segi kualitas, kondisi
sebagian rumah sakit di Indonesia memprihatinkan. Saat ini baru 40-50 persen dari total jumlah rumah
sakit di Indonesia terakreditasi nasional. Unsur manajemen RS yang terkait akreditasi nasional, di
antaranya, sistem administrasi RS, fasilitas pelayanan medis, keperawatan, dan manajemen
keselamatan pasien. Sementara itu, RS yang telah terakreditasi nasional diharapkan dapat meningkatkan
mutunya agar mencapai standar internasional (joint commission international-JCI).
Selain berdampak makin maraknya pasien berobat ke luar negeri, AFTA 2015 juga bisa memicu
meningkatnya migrasi petugas kesehatan, seperti para perawat ke negara-negara tetangga terutama
Singapura dan Brunei Darussalam. Setiap petugas kesehatan berhak bermigrasi, termasuk juga tenaga
medis asing yang berimigrasi ke Indonesia. Nantinya, dibutuhkan suatu mekanisme perlindungan tenaga
medis dalam negeri untuk dapat bersaing secara sehat dengan banjirnya tenaga medis dari luar negeri.

Indonesia akan terancam didominasi oleh pekerja asing pada era kawasan perdagangan bebas
Asean 2015 atau yang biasa disebut ASEAN Free Trade Area (AFTA). Pasalnya, Indonesia kekurangan
tenaga kerja berkeahlian khusus.


http://psmkgi.org/afta-2015/ diakses tgl 17-09-2014 pukul 13.38
http://www.umj.ac.id/berita-afta-2015--ancaman-atau-peluang-bagi-profesi-kesehatan.html diakses
tgl 17-09-2014 pukul 13. 22

Anda mungkin juga menyukai