Anda di halaman 1dari 5

Dalam langkah penanggulangan bencana, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah tindakan

mitigasi bencana, dalam rangka mengurangi efek bencana yang terjadi sewaktu-waktu dan membangun
kesadaran warga dan komunitas yang tinggal di daerah rawan bencana. Upaya upaya mitigasi yang
dapat dilakukan antara lain:
1. Mengembangkan upaya penanggulangan dampak bencana berbasis kearifan local
Gempa besar yang mengguncang Bengkulu pada tahun 2000 dan 2007 menghenyakkan
masyarakat provinsi Bengkulu. Kebanyakan orang menghadapi gempa tersebut tanpa persiapan apapun.
Hal itu menyebabkan kerugian jiwa dan materil yang tidak sedikit. Hal ini diakibatkan kurangnya
pengetahuan dan kemampuan menanggulangi bencana. Padahal, bila ingin mengkaji sedikit lebih
mendalam, banyak sekali budaya-budaya yang muncul dalam upaya penanggulangan bencana yang
telah dilupakan oleh generasi masa kini. Untuk itulah, kami berupaya meningkatkan kewaspadaan
terhadap bencana dengan kembali mengangkat kiat-kiat dari warisan budaya leluhur.
Sebagai area yang memiliki potensi bencana yang tinggi, didaerah cincin api dan daerah
pertemuan lempeng tektonik. Tentunya masyarakat daerah Bengkulu sudah cukup akrab dengan
bencana, baik gunung berapi, gempa maupun banjir.
Mengangkat budaya local untuk diimplementasikan kepada suatu komunitas, akan
menimbulkan keuntungan terendiri, yaitu kemudahan untuk diterima, karena tidak lagi memerlukan
asimilasi dengan norma-norma tata laku yang telah diterapkan dalam komunitas tersebut, dan
menbantu mengembangkan kebudayaan asli Bengkulu yang kini mulai tergerus oleh jaman.
Beberapa kebudayaan yang dapat dikembangkan sebagai upaya mitigasi bencana berupa:
a. Mengangkat budaya bangunan rumah panggung sebagai rumah tahan bencana
Kearifan local masyarakat Bengkulu adalah Rumah Bubungan, yaitu rumah panggung yang
pondasi utamanya berupa batu bersusun dan pancang kayu, tanpa semen atau bentuk
permanen lainnya, sehingga memiliki momen elastisitas yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan rumah beton, sehingga lebih tahan gempa. Didaerah pesisir, rumah bubungan yang
dibuat biasanya lebih tinggi, untuk mengatasi banjir rob. Dan rumah masyarakat adat Rejang
yang kebanyakan tinggal di daerah pegunungan lebih memilih menggunakan balok batu sebagai
pengganti tiang pancang, karena dianggap lebih cocok untuk menghadapi bahaya tanah longsor.

Pengenalan kembali tentang rumah bubungan ini dilakukan dengan cara langsung dan tak
langsung. Pengenalan langsung dengan membuat spanduk atau menyiarkannya melalui media
social dan radio. Sedangkan cara langsung dengan cara presentasi kepada para anggota
komunitas saat acara

b. Pengamatan perilaku Hewan
Di masyarakat adat, seperti masyarakat suku Rejang dan Serawai, ada kepercayaan yang
dibangun tentang mitigasi bencana dengan melihat perilaku hewan, mulai dari perilaku hewan
liar seperti elang, harimau, monyet; hewan peliharaan, seperti anjing, sapi dan kambing hingga
hewan-hewan yang biasa tinggal didalam tanah, seperti kalajengking dan lipan. Hewan sering
dipilih sebagai sarana mitigasi tradisional karena kemampuan hewan untuk memahami alam
lebih tinggi dari manusia, karena ketidakmampuan mereka memanipulasi alam, serta
kemampuan spesifik beberapa spesies, seperti kemampuan mendengar suara infrasonic dan
ultrasonic, yang tak mampu didengar oleh manusia. Dengan memahami pertanda alam dengan
lebih cermat, maka komunitas akan lebih siap dalam menanggulangi bencana yang ada.
Sosialisasi mengenai mengukur perilaku hewan di daerah bencana dapat dengan
memberitahukan perilaku yang mungkin muncul pada anak-anak dan pemuda, dengan
memunculkan karakter hewan yang dapat menjadi indikator, dalam sebuah media social, atau
permainan tradisional yang dimodifikasi menjadi permainan simulasi tanggap bencana.


c. Perbaikan semangat gotong royong antar warga masyarakat
Beberapa decade lalu, system masyarakat komunal sangat kuat dipengang oleh masyarakat
Bengkulu. Namun, akibat pengaruh globalisasi yang terus mempengaruhi struktur
kemasyarakatan. Tradisi gotong royong ini mulai luntur, khususnya di daerah perkotaan.
Padahal, dengan prinsip gotong royong, penanggulangan bencana berbasis komunitas akan
berlangsung lebih cepat dan efektif, dibandingkan jika komunitas tersebut hanya menunggu
bantuan relawan dan logistic dari tim tanggap bencana.
Untuk itulah, peningkatkan semangat gotong royong ini dianggap penting. Peningkatan kinerja
gotong royong ini dilakukan dengan mensosialisasikan pentingnya gotong royong, dan membuat
program kerja dan sosialisasi dengan permainan berkelompok atau simulasi yang meningkatkan
kerjasama tim. Selain itu, masyarakat juga diajak untuk melakukan satu kegiatan bersama-sama
di lingkungannya, seperti menanam mangrove bersama.

2. Pengembangan upaya informasi tanggap bencana berbasis Android
Dalam masa mitigasi dan tanggap bencana, seringkali muncul berita-berita hoax yang
menggangu stabilitas masyarakat, baik secara mental, maupun social. Karena itulah diperlukan
komunikasi yang bersumber dari institusi resmi, mudah diakses dan terkoordinasi dengan baik.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk pengembangan jarigan komunikasi tersebut
adalah alat komunikasi android memiliki peningkatan pengguna yang sangat pesat, program
dengan interface menarik dan fitur-fiturnya kebanyakan disediakan gratis bagi masyarakat.
Pengembangan program dan jaringan ini dilakukan dengan bekerja sama dengan BMKG, alurnya
sebagai berikut



3. Pendidikan Kebencanaan
Kemampuan suatu komunitas untuk mampu mengatasi bencana tak leas dari upaya pendidikan
yang dilakukan. Dengan pendidikan kebencanaan, diharapkan para anggota komunitas,
khususnya generasi muda mampu untuk mengubah paradigm mereka tentang bencana, bahwa
hal tersebut bukanah hal yang langka, melainkan keniscayaan demi keseimbanggan alam. Hal
yang paling penting bukan untuk pasrah terhadap keadaan, namun siaga terhadap bencana dan
bagaimana kembali bangkit setelah bencana melanda.
Pendidikan kebencanaan ini, dilakukan dengan sistem kluster, yaitu untuk orang dewasa, remaja
dan anak-anak, setiap pembelajaran mengenai bencana diintegrasikan dengan kebutuhan
kelompok-kelompok usia, menggunakan pendekatan yang berbeda.
Untuk anak-anak, pengetahuan tentang kebencanaan mayoritas dikembangkan dengan bentuk
permainan, dan simulasi menarik. Mereka diajak mendalami apa itu bencana dengan cara yang
tidak membosankan, serta memahami cara menyelamatkan diri saat bencana datang. Simulasi
dilakukan untuk penyelamatan per grup, bukan perseorangan, hal ini juga untuk membiasakan
nanak-anak untuk mampu berkerjasama, baik dengan teman sebayanya, ataupun dengan orang
lain.
Bagi remaja, pendidikan kebencanaan melalui komunitas dibangun dalam organisasi karang
taruna desa yang sekaligus dapat menyampaikan aspirasi dan mengasah skill kepemimpinan
mereka. Pendidikan kebencanaan yang dibangun pada klaster ini adalah bagaimana mencintai
alam, lingkungan, memanfaaatkan alam dengan cara yang baik, upaya-upaya evakuasi, dan
penyelamatan disaat tanggap bencana, serta gagasan membangun komunitas kembali pasca
bencana melanda.

4. Penguatan Spiritual
Setiapkali manusia merasa lemah dan berada di titik terbawah dalam hidupnya, ia akan butuh
suatu alasan mengapa ia akan tetap bertahan dan bangkit. Tonggak terkuat dalam stabilitas
emosi ini adalah kekuatan spiritual yang baik. Penguatan pemahaman spiritual dalam program
ini dilakukan dengan mengimplementasikannya pada saat pendidikan kebencanaan
berlangsung.

Disaster management measures , the most important thing to do is disaster mitigation measures
, in order to reduce the effects of disasters that occur at any time and build awareness of
citizens and communities living in disaster-prone areas . Mitigation efforts that can be done
include:
1 . Develop disaster mitigation efforts based on local knowledge
Massive earthquake that rocked Bengkulu in 2000 and 2007 menghenyakkan community
Bengkulu province . Most people facing the quake without any preparation . It causes loss of life
and material is not small . This is due to lack of knowledge and ability to cope with disasters . In
fact , if you want to examine a little more depth , a lot of cultures that emerged in the disaster
relief efforts which have been forgotten by the present generation . For this reason, we seek to
raise awareness of the disaster with back lifting tips from the ancestral cultural heritage .
As an area that has a high potential for disaster , fire ring area and meeting local tectonic plates .
Surely the people of Bengkulu area already quite familiar with disasters, both volcanoes,
earthquakes and
Lifting the local culture to a community to be implemented , will lead to profits terendiri , the
ease of being accepted , because it no longer requires assimilation to the norms of conduct
which has been applied in the community , and assist in developing a genuine culture of
Bengkulu, which is now beginning to be eroded by age .
Some cultures can be developed as mitigation in the form of :
a. Lifting culture stage as house building disaster -resistant house
Bengkulu local knowledge society is the House ridge , which houses its main foundation stage
and tiered stone stump , without isemen or other permanent form , so it has a higher elasticity
monen when compared to the concrete , making it more resistant to earthquakes. Coastal areas
, the ridge is made usually higher , to overcome the tidal flood . And the indigenous people who
live mostly in the Rejang mountainous regions lebi choose to use as a replacement stone block
pile, because it is considered more suitable to face the danger of landslides .

This can be one of the mitigation effort for building a disaster -resistant housing , with
cooperation deengan property developer who is committed to building a lasting home bercana
for grassroots communities .

b . Animal behavioral observations
In indigenous communities , such as communities and Serawai Rejang tribes , there is a belief
built on disaster mitigation by looking at the behavior of animals , ranging from the behavior of
wild animals such as eagles , tigers , monkeys ; pets, such as dogs , cows and goats to normal
animals live in the soil , such as scorpions and centipedes . Animals are often chosen as a means
of mitigating the traditional because the animal 's ability to understand the nature of human
higher , due to their inability to manipulate nature . , As well as the specific ability of some
species , such as the ability to hear the infrasonic and ultrasonic sound , which can not be heard
by humans . By understanding the natural signs more carefully , then the community will be
better prepared to cope with the disaster there .
Socialization of measuring the behavior of animals in the disaster area can tell behaviors that
may appear in children and youth , to bring the animal characters that can be an indicator , in a
social media or traditional game which is modified into a disaster response simulation game .


c . Repair spirit of mutual cooperation between citizens
A few decades ago , the system is very strong communal society dipengang by people of
Bengkulu . However , due to the influence of globalization that continues to affect the structure
of society . Tradition of mutual aid is starting to wear off , especially in urban areas . In fact , the
principle of mutual assistance , community -based disaster management will take place more
quickly and effectively , than if the community just waiting for the help of volunteers and
logistics of disaster response teams .
For this reason, increasing the spirit of mutual cooperation is considered important . Improved
performance is done with mutual aid promote the importance of mutual cooperation , and
make the program work in groups and socializing with a game or simulation that enhances
teamwork . In addition , the public is also invited to perform the activities together in their
environment , such as planting mangroves along .

2 . Development of disaster response information efforts based on Android
In times of disaster mitigation and response , often appearing hoax news that interfere with the
stability of society , both mentally , and social . That's why communication is necessary sourced
from official institutions , easily accessible and well coordinated . One medium that can be used
for the development of the communication jarigan is a communication tool android has a very
rapid increase in users , programs with attractive interface and most of its features are provided
free of charge to the public .
Development and networking program is conducted in cooperation with BMKG , the plot as
follows
3 . Disaster Education
The ability of a community to cope with the disaster not leas than educational efforts
undertaken. With disaster education , it is expected that members of the community , especially
the younger generation is able to change their paradigm of disaster , that it isn not rare thing ,
but a necessity for the sake of natural balance . The most important thing is not to surrender to
the state , but alert to disasters and how to bounce back after disaster strikes .
This disaster education , carried out by the cluster system, which is for adults , teens and
children , every disaster is integrated with learning about the needs of the age groups , using
different approaches .
For children , the majority of knowledge on disaster developed with the form of games and
simulations exciting . They were invited to explore what it was a disaster in a way that is not
boring , and understand how to save themselves when disaster strikes . Simulation is done to
rescue groups, not individuals , it is also to familiarize young Nanak to be able to collaborate ,
both with their peers , or with others .
For teens , community disaster education through youth clubs built in the village organization
can simultaneously convey the aspirations and hone their leadership skills . Disaster education is
built on a cluster this is how love nature , environment , natural memanfaaatkan in a good way ,
evacuation efforts , and the rescue when disaster response , as well as the idea of building a
community after the disaster struck again .

4 . Strengthening Spiritual
Whenever people feel weak and are in the lowest points in his life , he would need a reason why
he will survive and rise . Milestones in the strongest emotional stability is a good spiritual power
. Strengthening of spiritual understanding in this program is done by implementing the current
ongoing disaster education .

Anda mungkin juga menyukai