Anda di halaman 1dari 37

DAFTAR ISI

MIMPI JADI ENTREPRENEUR.................................................................................................................3


MENJADI ENTREPRENEUR, SEMUA BISA...........................................................................................3
MANAGER YANG BERJIWA ENTREPRENEUR...................................................................................4
GAGAL KULIAH, JADILAH ENTREPRENEUR....................................................................................5
BERANI DULU, BARU TRAMPIL.............................................................................................................6
KAYA IDE, MISKIN KEBERANIAN.........................................................................................................7
PELUANG BISNIS DI SEKITAR................................................................................................................8
BUKAN MELULU KARENA UANG..........................................................................................................9
MEMULAI BISNIS BARU..........................................................................................................................10
MEMULAI BISNIS TANPA UANG TUNAI.............................................................................................11
MITS HUTANG........................................................................................................................................1!
BERHUTANG ITU MULIA........................................................................................................................13
JANGAN JADI PENGUSAHA KLIEN.....................................................................................................14
BELAJAR BISNIS SAMBIL JALAN........................................................................................................15
PRSES KREATI" BERWIRAUSAHA...................................................................................................16
KEBERANIAN ENTREPRENEUR WANITA.........................................................................................18
KEBERUNTUNGAN DAN TIMING.........................................................................................................19
SUKSES ITU BIKIN #PEDE#....................................................................................................................!0
REJEKI ITU BISA DIREN$ANAKAN.....................................................................................................!0
SUKSES ITU GURU YANG JELEK.........................................................................................................!1
KARIR ENTREPRENEUR.........................................................................................................................!!
BISNIS KELUARGA...................................................................................................................................!3
JIKA ANAK INGIN BISNIS.......................................................................................................................!4
BDL, BTL, DAN BBL................................................................................................................!5
MAU BIKIN APA LAGI..............................................................................................................................!6
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 1
BANGUN BISNIS, BELI PRPERTI........................................................................................................!7
SETELAH PENSIUN, MAU APA%............................................................................................................!8
MALU MEMASAK, SESAT DALAM BERBISNIS &..............................................................................!8
JADI RAJA PRPERTY DENGAN JUAL RUMAH SENDIRI............................................................30
DAYA UNGKIT BISNIS.............................................................................................................................3!
'IRUS ENTREPRENEUR..........................................................................................................................33
JADI PENGUSAHA TAK HARUS PINTAR............................................................................................34
KAYA ITU MIMPI......................................................................................................................................36
BELAJAR MANDIRI DENGAN BUKA USAHA....................................................................................36
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 2
Mimpi Jadi Entrepreneur
Sunday, 24 October 2004
Jika kita punya tekad besar, tak mustahil hal itu akan terwujud.
Banyak di antara kita, yang ingin bekerja pada perusahaan orang lain, sebagai karyawan. Apakah itu karyawan
perusahaan swasta maupun pegawai negeri. saya kira alasannya, kita tentu sudah tahu semua, yaitu sebagai
karyawan yang dibutuhkan adalah keamanan. Setiap bulan ada kepastian terima gaji. Setelah tua dapat pensiun.
Mengapa tidak tertarik untuk menjadi entrepreneur. Saya kira, hal itu karena di antara kita banyak yang tidak
siap menghadapi risiko atau lebih tepat disebut suka menjauh dari risiko. Sehingga, tidak mengherankan,
banyak di antara kita yang kemudian takut untuk menjadi entrepreneur.
Karena inginnya aman-aman saja, saya kira itu sebabnya mengapa yang sudah jadi karyawan pun sulit untuk
berubah menjadi entrepreneur. leh karena itu, saya mengajak bagaimana kalau kita menjadi entrepreneur.
Menurut saya, jika kita punya tekad besar, tak mustahil hal itu akan terwujud. Saya yakin, kita akan lebih
bangga, karena kita akhirnya punya banyak karyawan, dan bisa menggaji mereka, !obalah kita jalani.
"emikiran saya ini memang beda dengan saat kita sekolah dulu. #imana setelah kita lulus nanti, men!ari kerja,
lalu bekerja keras, dan terus mendapatkan uang. Setelah uang itu kita raih, uang itu kita tabung. Jadinya, kita
tak pernah belajar bagaimana untuk berani mengambil risiko. Kita tak pernah belajar bagaimana untuk berani
membuka usaha. $api sebaliknya, kita justru lebih diajarkan bagaimana kita bisa men!ari pekerjaan pada
perusahaan orang lain atau istilah lain, menggantungkan nasib kita pada orang lain. Akhirnya apa yang terjadi,
kalau dia terkena "%K. Akibatnya, mereka pun menganggur.
Saya justru berpendapat, bahwa sistem pendidikan kita semestinya tidak seperti itu. $api sebaliknya, sistem
pendidikan kita seharusnya mengajarkan bagaimana kita bisa mandiri. leh karena itulah, menurut saya, di era
otonomi sekarang ini tak ada salahnya kalau kita mau membangun mental dan emosi kita. Kita harus pula selalu
punya keberanian mengambil risiko. Kita tidak seharusnya takut membuat kesalahan, dan kita tidak seharusnya
takut untuk gagal. Saya yakin, dengan begitu kita akan lebih punya keberanian membuka usaha.
Bahkan, menurut &obert Kiyosaki, penulis best seller '&i!h #ad "oor #ad', agar kita bisa menjadi pengusaha,
maka kita harus punya mimpi. Kita harus punya tekad besar, kemauan untuk belajar, dan punya kemampuan
Menggunakan dengan benar aset kita yang tak lain merupakan pemberian $uhan.
(tu sebabnya, mengapa banyak orang di sekitar kita yang tidak tertarik untuk memiliki bisnis sendiri.
Jawabannya, dapat disimpulkan dalam satu kata) &esiko. *ah, takut menghadapi risiko. Sehingga, mental dan
emosi kita hanya ingin aman-aman saja.
leh karena itu, kenapa kita tidak mau men!oba menjadi pengusaha. Kalau kita punya mimpi dan tekad besal,
saya berkeyakinan, kita bisa menjadi entrepreneur. Apalagi, kalau kita mau merubah mental dan emosi kita
yang selama ini inginnya selalu menjadi karyawan. Mental dan emosi untuk selalu aman menerima gaji,
seharusnya kita ubah menjadi mental dan emosi untuk bisa memberi gaji. Anda berani men!oba+
Menjadi Entrepreneur, Semua Bisa
Wednesday, 27 October 2004
Menjadi entrepteneur sangat tergantung kemampuan kita merekayasa diri.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 3
Menjadi entrepreneur, saya yakin siapapun bisa. %al ini, sengaja saya ungkap dalam tulisan ini, mengingat di
lapangan kita masih sering melihat bahwa kebanyakan orang "adang, Bugis atau keturunan ,ina itu lebih
berhasil di bidang bisnis dibanding lainnya. Sehingga disimpulkan, bahwa hal itu karena si-at keturunan atau
bakat. Saya kira itu bukan satu-satunya. Justru yang benar, menurut saya, anak-anak mereka sejak ke!ilnya
memang telah belajar se!ara in-ormal tentang bisnis .yang menjadi dunia orang tuanya/ dari lingkungan
keluarganya terus menerus, dan kemudian merekamnya dalam memori otaknya, yang selanjutnya membentuk
pola berpikir dan !ara berperilaku.
#alam konteks ini, saya justru berpendapat, meski kita tak ada bakat dagang, bisa saja jadi pedagang atau
wirausahawan. Karena itu, janganlah kita merasa rendah diri hanya karena persoalan berbakat atau tidak.
Menurut saya, untuk menjadi pengusaha itu juga tak mengenal usia tua atau muda. Kaya atau miskin. Jenius
atau tidak. Mahasiswa atau bukan. Sudah sarjana atau belum. #an, gelar -ormal seseorang itu, saya kira,
bukanlah jaminan atau -aktor penentu satu-satunya untuk kita berhasil menjadi pengusaha.
Bahkan, Al &ies, seorang penulis buku) '"ositioning) $he Battle o- *our Mind', ini pernah mengungkapkan, bahwa
lebih dari lima puluh persen anggota eksekuti- pun!ak di M!. #onald0s ,orporation, ternyata juga tidak bergelar
akademis. 1amun, mereka mampu meraih kesuksesan yang luar biasa.
Selain itu, untuk menjadi pengusaha itu, juga tidak mengenal etnis. Artinya, etnis apapun bisa menjadi
pengusaha yang sukses. Maka, sebaiknya janganlah ada kekhawatiran lainnya yang mungkin masih terbayang
dibenak kita atau yang intinya kita 'alergi' dengan dunia usaha.
Sebab, sesungguhnya keberhasilan seseorang menjadi pengusaha sangat tergantung pada kemampuan kita untuk
merekayasa diri melalui pengalaman hidup di luar keluarga. Misalnya, bisa melalui pendidikan atau pelatihan
atau mentoring. Atau bisa juga kita belajar dari pengalaman di lapangan atau istilahnya 'uni2ersitas kehidupan'.
Apalagi, kalau kita juga mampu melaksanakan empat tugas pokok seorang wirausahawan, yakni) tugas kreati-,
tugas
manajerial, tugas interpersonal, dan tugas kepemimpinan. %al tersebut tentunya akan lebih memungkinkan lagi
bagi kita, untuk lebih bisa meraih keberhasilan dalam karier sebagai pengusaha yang sukses.
Maa, s!ali la"i, p!#ca$alah pada !mampuan i%a& P!mii#an p!simis%is $an" m!m'ua% i%a m!#asa %ida
mampu m!n(adi p!n"usaha, i%u ha#us i%a 'uan" (auh)(auh& S!'alin$a, i%a %ida han$a $ain s!ada# 'isa
m!n(adi p!n"usaha, %api i%a pun aan s!main $ain dan mampu m!n(adi p!n"usaha $an" sus!s&
Saya yakin, dengan kita bersikap begitu, pasti selalu ada jalan untuk menjadi pengusaha yang sukses. (tu ibarat
air yang tak akan mulai mengalir kalau krannya belum diputar. Anda berani men!oba+
Manager *ang Berjiwa Entrepreneur
Thursday, 30 June 2005
M!ma(uan p!#usahaan, sa$a i#a, i%ulah ha#apan s!%iap o#an" $an" '!#"!#a di 'idan" 'isnis& I%u hal $an"
san"a% mun"in, asal o#an")o#an" $an" ada di dalamn$a mau '!#usaha m!*u(udan !in"inan %!#s!'u%&
M!nu#u% sa$a, salah satu jalan untuk mewujudkan keinginan tersebut diantaranya adalah membentuk manajer-
manajer yang berjiwa entrepreneur di sebuah perusahaan.
+al ini san"a%lah p!n%in"& S!'a' (ia %ida, aan '!#ai'a% pada p!#usahaan a%au 'isnis i%u s!ndi#i, $ani
usaha aan '!#ada pada posisi s%a'il a%au s%a%us ,uo& -ondisin$a han$a '!"i%u)'!"i%u sa(a&
1amun lain halnya, apabila sebuah perusahaan memiliki manajer yang berjiwa entrepreneur, saya yakin bisnis
yang tersebut akan lebih berpeluang !epat berkembang. Juga, akan lebih siap menghadapi persaingan bisnis
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY .
yang ketat di era globalisasi. Selain itu, manajer berjiwa entrepreneur akan membuat sebuah perusahaan lebih
kreati- dan ino2ati-. Sebab, bisnis
yang sudah men!apai titik optimum biasanya jika tidak disentuh oleh manajer berjiwa entrepreneur, justru akan
mengalami kondisi menurun. Saya sendiri merasakan bahwa ketika sebuah perusahaan memiliki manajer berjiwa
entrepreneur, biasanya perusahaan tersebut juga akan selalu siap menghadapi setiap perubahan dalam bisnis.
(tu pula yang saya kira, ada di perusahaan saya.
#an, perubahan, bagi manajer berjiwa entrepreneur adalah pekerjaan itu sendiri. Sedangkan resiko yang timbul
juga bagian dari pekerjaannya. "ersis seperti yang dikatakan oleh 3illiam Ahmanson, bahwa dalam bisnis tidak
ada jalan lurus yang dapat ditempuh dari tempat satu ke tempat lain.
Maka, dalam konteks inilah, saya melihat, bahwa ada tiga komponen di dalam sebuah bisnis, meliputi) in2estor
.orang yang men!ari resiko/, entrepreneur .orang yang mengambil resiko/, dan manager .orang yang menghindar
dari resiko/.
#an, dalam kondisi bisnis yang baik, jiwa entrepreneur menjadi hal yang sangat penting. Apalagi di saat
sebuah usaha harus menghadapi krisis ekonomi, tentu saja sikap ini akan lebih penting lagi.
Karena itu, kita bisa melihat, bagaimana orang-orang barat yang bergerak di dunia usaha juga terus melakukan
pengambangan bentuk-bentuk intuisi, yang saya tahu itu sangat banyak membantu dalam mengembangkan
usahanya. (tu juga pertanda, bahwa mereka memiliki jiwa entrepreneur.
Adapun !iri-!iri manajer berjiwa entrepreneur memang tidak hanya itu. Menurut J.A S!humpeter dalam bukunya
4The Entrepreneur as Innovator5, manajer berjiwa entrepreneur juga merupakan sosok yang berambisi tinggi di
dalam mengembangkan bisnisnya, energik, per!aya diri, kreati- dan ino2ati-,
senang dan pandai bergaul, berpadangan ke depan, bersi-at -leksibel, berani terhadap resiko
, senang mandiri dan bebas, banyak inisiati- dan bertanggung jawab,
optimistik, memandang kegagalan sebagai pengalaman yang berharga .positi-/, selalu berorientasi pada
keuntungan, dan gemar berkompetisi.
Berbeda dengan manajer yang tidak berjiwa entrepreneur. Biasanya mereka !enderung berpikir sangat rasional,
suka kemapanan, dan tidak menginginkan adanya perubahan. Kerap kali terjadi mereka
mengalami kesulitan dalam mengikuti gaya berpikir seorang entrepreneur.
Mereka juga akan kesulitan mengikuti langkah-langkah bisnis entrepreneur.
1amun ketika seorang manajer memiliki sense o- entrepreneur, biasanya ia akan bisa menjadi entrepreneur
sejati. #an, apabila Anda sebagai entrepreneur telah memiliki manajer yang menjalankan usaha Anda,
sebaiknya manajer perusahaan yang berjiwa entrepreneur tersebut Anda beri lagi sebuah tantangan yang lebih
besar, misalnya mengelola unit usaha anda, lantas berbekal jiwa entrepreneur yang dimilikinya,
ia memberanikan diri mendirikan usaha sendiri. (tu tentu saja lebih baik.
Sebab tindakannya itu akan membantu men!iptakan lapangan kerja, entrepreneur-entrepreneur baru pun
semakin sering bermun!ulan.
Memang, pada akhirnya bisa jadi ia akan menjadi kompetitor Anda jika ternyata bisnis yang digelutinya sama
dengan bisnis Anda. Saran saya, anggap saja itu sebagai bumbu penyedap dalam menggeluti bisnis. Selamat
menjadi manajer berjiwa entrepreneur. Atau, membentuk manajer Anda memiliki karakter entrepreneur
.
6agal Kuliah, Jadilah Entrepreneur
Sunday, 24 October 2004
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY /
Mulailah berwirausaha justru di saat kita tidak punya apa-apa.
3aktu kuliah dulu saya punya teman yang pandai dan memiliki wawasan dunia bisnis yang lumayan. (de-ide
ren!ana usaha yang mun!ul dari pemikirannya sangat !emerlang. prospelti-, dan berpeluang besar untuk
digarap. Selalu saja, ide-ide itu adalah ide bisnis yang menarik, Semua teman kuliah berde!ak kagum dengan
lontaran ide-idenya.
$etapi ide-ide itu tinggal ide saja. Sampai hari ini belum ada satu pun bisnis yang pernah dijalankannya.
Malahan, terakhir saya ketemu dia, berstatus karyawan sebuah perusahaan publik di Jakarta. #ia memang
terlalu pandai untuk meren!anakan sebuah usaha sekaligus terlalu takut untuk memulai.
Ada juga mahasiswa yang pernah datang pada saya. #ia menyatakan ingin berwirasusaha, kemudian dia
mengatakan, bahwa dirinya belum punya modal dan tidak begitu pandai. Saya katakan pada dia) 'Kebetulan7'
Kemudian saya katakan lagi) 'Jangan takut, karena modal utama untuk memulai bisnis adalah keberanian.'
Mengapa saya katakan seperti itu+ Sebab, biasanya kalau terlalu pinter itu malah terlalu berhitung. rang yang
tahu banyak hal, maka dia akan tahu banyak risiko dan halangan di depannya. %al itu menurut saya justru akan
men!iutkan nyalinya. Saya malah pernah bilang pada seorang sarjana yang ingin berwirausaha.
Saya katakan) 'Sekarang, abaikan ija8ahmu. Buatlah dirimu seolah-olah tidak punya apa-apa, ke!uali semangat
dan keinginan yang kuat.' Saya teruskan) 'Mulailah berwirausaha justru pada saat Anda tidak punya apa-apa.
Saat Anda merasa tertekan. Saat Anda tidak dapat berbuat apa-apa dengan ija8ah Anda& Saat Anda kebingungan
karena harus bayar kredit rumah. Atau pada saat Anda merasa terhina.'
Memang nasehat saya ini agak berbeda dengan kebanyakan orang. Biasanya orang menyarankan, kalau mau
usaha sebaiknya mengumpulkan modal dulu, kemudian !ari tempat dan seterusnya. $etapi, banyak orang sukses
sebagai wirausahawan justru dimulai dari sebaliknya, hanya punya semangat dan tidak punya apa-apa.
Kondisi yang ada memaksa mereka harus 'bermimpi' tentang masa depannya, kemudian tertantang untuk
menggapainya, dan berusaha keras untuk mewujudkannya.
Anda tentu tahu atau paling tidak pernah mendengar nama Ste2e Jobs. sebelumnya dia bukan siapa- siapa. Jobs
hanyalah anak muda yang gemar ber!elana jeans belel dan berkantong kempes. Belakangan, dia membuat Apple
,omputer di garasi rumahnya, dan mendirikan perusahaan yang masuk 9ortune :;; lebih !epat dari siapapun
sepanjang sejarah. Jobs adalah !ontoh orang yang berhasil dalam berwirausaha, justru bukan karena
kepandaiannya di bangku kuliah. $api, karena ia memiliki keberanian dan keyakinan akan usaha yang
digelutinya. #ia mampu bertindak merealisasi gagasannya dengan meninggalkan lingkungan kuliah dan teman-
temannya yang suka berhura-hura. $api, saya tidak menyarankan Anda untuk mengabaikan pendidikan. %anya
saja, saya ingin mengatakan, bahwa untuk menjadi wirausahawan terlebih dahulu dibutuhkan keberanian
memulai .bertindak/, untuk meman-aatkan peluang bisnis yang ada. %al tersebut harus segera dilakukan,
sebelum orang lain mendahuluinya. Kepandaian akademis akan diperlukan bila usaha kita sudah berjalan, dan
itu bisa kita dapatkan dengan mengikuti kuliah lagi, atau kita bisa membayar orang-orang pandai sebagai
karyawan atau konsultan.
Berani #ulu, Baru $rampil
Sunday, 24 October 2004
Saya bisanya hanya nggodhog wedang atau merebus air, tapi akhirnya saya bisa juga punya restoran. (tu karena,
saya punya keberanian. Saat saya berbi!ara pada kuliah kewirausahaan di 9akultas Ekonomi sebuah uni2ersitas
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 0
swasta di *ogyakarta, saya sempat ditanya para mahasiswa) 'Apakah seorang untuk menjadi pengusaha itu harus
memiliki keterampilan dulu +'
Saya rasa, ini pertanyaan bagus. "ertanyaan yang sama pernah juga hinggap di benak saya, yaitu saat saya baru
memulai menjadi pengusaha. Saat pertanyaan ini saya balikkan pada mereka, teryata sebagian besar mahasiswa
mengatakan) '"erlu terampil dulu, baru berani memulai usaha.'
Saya rasa jawaban mereka tidak bisa disalahkan. Mereka !enderung menggunakan otak rasional. "adahal
menurut saya, untuk menjadi pengusaha, kita harus berani dulu memulai usaha, baru setelah itu memiliki
keterampilan. Bukan sebaliknya, terampil dulu, baru berani memulai usaha.
Sebab, saya melihat di (ndonesia, ini sebenarya banyak sekali pengangguran yang tidak sedikit memiliki
keterampilan tertentu. 1amun, mereka tidak punya keberanian memulai usaha. Akibatnya, keterampilan yang
dimiliki apakah yang diperolehnya saat sekolah atau bekerja sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak
diman-aatkan. (tu 0kan itu sayang sekali.
Seperti yang saya alami sendiri, saat membuka usaha &estoran "adang Sari &aja. Saya katakan pada mereka,
bahwa terus terang saya tidak bisa membuat masakan padang yang enak. saya penikmat masakan padang. $api
saya tidak tahu bumbunya apa saja yang membuat masakan tersebut enak. Saya katakan pada mereka) 'Saya
bisanya hanya n""odho" *!dan" a%au m!#!'us ai#1&
(tu artinya apa+ Saya bisa punya usaha restoran, karena saya punya keberanian. Begitu juga, saat saya dulu
membuka usaha Bimbingan Belajar "rimagama. Saya belum pernah mengajar atau menjadi tentor di tempat
lain. Bahkan saya belum pernah menjadi karyawan di perusahaan orang lain. 1amun, saya memberanikan diri
untuk membuka usaha tersebut. Sebab, saya berpendapat, kalau kita tidak punya keterampilan, maka banyak
orang lain yang terampil di bidangnya bisa menjadi mitra usaha kita.
Karena itu bagi saya, yang terpenting adalah keberanian dulu membuka usaha. Apapun jenisnya, apapun
namanya. Sebab, sesungguhnya, untuk menjadi pengusaha, keterampilan bukan segala-galanya.
$etapi keberanian memulai usaha itulah yang harus kita miliki terlebih dahulu.
Banyak !ontoh, orang yang sukses menjadi manajer, tapi ternyata belum tentu sukses sebagai entrepreneur.
sebaliknya, seseorang yang di awal memulai usaha dengan tidak memiliki keterampilan manajerial, tetapi ia
memiliki keberanian memulai usaha, banyak yang ternyata berhasil. mau mengembangkan jiwa entrepreneur.
rang jenis terakhir ini selain memiliki keberanian, juga leh karena itulah saya kira, jiwa entrepreneur, harus
kita bangun atau kita bentuk sejak awal.
Kaya (de, Miskin Keberanian
Sunday, 24 October 2004
Kita harus ada keberanian untuk jatuh - bangun.
Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang peserta 'Entrepreneur <ni2ersity' angkatan ketiga saat mengikuti
kuliah perdana pekan lalu. 'Saya begitu banyak sekali ide bisnis, tapi nyatanya tak ada satu pun ide bisnis itu
terealisir. Akibabnya, saya hanya sekadar kaya ide, tapi bisnis tak ada+',
tanya peserta yang kebetulan ibu-rumah tangga itu.
Saya kira, pertanyaan atau kejadian seperti itu tak hanya dialami oleh ibu tadi, tapi juga !ukup banyak dialami
oleh kita semua, bahwa yang namanya ide bisnis itu ada-ada saja. $api, yah hanya sekadar ide bisnis, sementara
bisnisnya nol atau tak terwujud sama sekali.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 2
$erkadang ide yang tidak kita realisir justru sudah di!oba lebih dulu oleh orang lain. #alam konteks ini, saya
berpendapat, sebenarnya untuk membuat bisnis, memang dibutuhkan ide. %anya saja, karena kita hanya kaya
ide, namun miskin keberanian untuk men!obanya, maka yang berkembang adalah idenya, sedang bisnisnya nol.
Menurut saya, miskinnya keberanian itu bermula ketika kita mendapat pendidikan di sekolah atau di bangku
kuliah, yang kita dapat hanyalah teori semata. Jadi, kita terlalu banyak berteori, tapi miskin praktek.
Akibatnya, ketika kita kaya ide, miskin keberanian. Artinya, kalau kita hanya menguasai teori, namun kalau
tidak bisa dipraktekkan, maka ide bisnis sehebat apapun akan sulit jadi kenyataan.
*ah, seperti halnya, kita belajar setir mobil. Kalau kita hanya tahu teorinya, tapi tak pernah men!oba atau
mempraktekkannya, tentu tetap tidak bisa setir mobil. Jadi, saya kira, persoalannya adalah terletak pada,
bagaimana kita yang semula hanya kaya teori atau hanya sekadar bermain logika atau istilah lainnya hanya
mengandalkan otak kiri , kemudian bisa berpikir atau bertindak dengan otak , kemudian bisa berpikir atau
bertindak dengan otak kanan, Saya yakin, jika kita mampu juga menggunakan otak kanan, maka seperti pada
saat kita setir mobil. Serba otomatis, tidak lagi harus dipikir, semua sudah di bawah sadar kita.
Kalau pun, di saat kita praktek setir mobil atau mempraktekkan teori kita itu, terjadi berbagai kendala, seperti)
di saat kita memasukkan mobil ke garasi, mobil kita sedikit rusak karena nyenggol pagar misalnya, saya kira
nggak masalah&
Begitu juga, ketika kita ke!il belajar bersepeda, mengalami jatuh beberapa kali, itu sudah biasa. $api,
akhirnya, bisa juga kita naik sepeda. Artinya, kita baru bisa naik sepeda setelah pernah mengalami jatuh
beberapa kali. #i bisnis, saya kira itu juga sama. Kita harus ada keberanian untuk jatuh dan bangun. Sebaliknya,
kalau tidak ada keberanian seperti itu, bisnis seke!il apapun tak akan ada. #an, kalau kita biarkan ide bisnis itu,
akibatnya kita hanya kaya ide bisnis, tapi miskin duitnya. Saya yakin, engan keberanian itulah akan
mendatangkan duit. leh karena itulah, menurut hemat saya, lebih baik kita berani men!oba dan gagal dari
pada gagal men!oba. Anda berani men!oba+
"eluang Bisnis #i Sekitar
Monday, 25 October 2004
Kita harus ada keberanian untuk jatuh - bangun.
Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang peserta 'Entrepreneur <ni2ersity' angkatan ketiga saat mengikuti
kuliah perdana pekan lalu.
'Saya begitu banyak sekali ide bisnis, tapi nyatanya tak ada satu pun ide bisnis itu terealisir.
Akibabnya, saya hanya sekadar kaya ide, tapi bisnis tak ada+', tanya peserta yang kebetulan ibu-rumah tangga
itu. Sebenarnya di sekitar kita ini banyak sekali ma!am bisnis yang bisa diraih. %anya saja, kita harus betul-
betul memahami kebutuhan masyarakat konsumen. Sebagai !ontoh, di beberapa kota di Amerika Serikat, sudah
banyak bisnis yang dikembangkan dari ide-ide sederhana sep=rti bisnis membangunkan orang tidur .morning
!all/. Aneh, tapi itu nyata. $entu, pengguna jasa ini harus menjadi member terlebih dahulu dengan membayar
annual -ee dalam jumlah tertentu. Ada juga bisnis yang di sini masih langka dan belum memasyarakat, yakni
bisnis menyewakan pakaian dan perlengkapan bayi.
Barangkali sekarang ini belum banyak yang kita temukan. 1amun, saya yakin jika kita kreati-, akan mampu
melihat peluang bisnis sebanyak-banyaknya dan mampu menangkap satu atau dua di antaranya. "endek kata,
peluang bisnis tidak akan pernah ada habisnya, selama minat manusia masih menjalankan hajat hidupnya di
dunia ini&
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 3
#imana saja sebenarnya peluang bisnis disekitar kita+ Misalnya, Saat ldul 9itri yang membawa tradisi kirim
mengirim par!el dan buah tangan lainnya, walau itu si-atnya musiman, namun saya melihat itu adalah peluang
bisnis. Awalnya musiman, tetapi bila dikembangkan dan ditekuni dapat dijadikan bisnis permanen bersama
berkembangnya kehidupan sosial masyarakat.
Keterampilan tertentu juga bisa dijadikan peluang bisnis. $erampil dibidang elektronika misalnya, bisa
membuka bisnis reparasi dan maintenan!e alat-alat elektronik. Ahli di bidang komputer bisa membuka bisnis
so-tware dan ha#d*a#!&
$erampil di mesin, bisa memulai bisnis dari ser2is motor atau mobil. Atau barangkali, punya kreati2itas yang
ber!iri khas dan unik, kita bisa merintis bisnis kreati-, seperti Kaos #agadu itu.
Bahwa produk ini akhirnya jadi sou2enir khas yogya, itu sebagai bukti bahwa kreati2itas bisa jadi peluang bisnis
yang menarik untuk digeluti. Maka, tidak ada salahnya, jika kita juga men!oba mengembangkan kreati2itas yang
tidak la8im dan unik, agar bisa dijadikan peluang bisnis. $ingkat pendidikan kita juga bisa menjadi peluang
bisnis dengan pengembangan pro-esi. Misal sarjana matematika m!m'ua u#sus ma%!ma%ia&
Sarjana Sastra lnggris memulai usaha dengan membuka kursus bahasa lnggris. "eluang bisnis juga ada
dilingkungan keluarga. Bisa dimulai dengan berbisnis makanan atau katering dan keluarga bisa diajak
serta, dan bisnis ini bisa dikelola dari rumah. "eluang itu juga terdapat di lingkungan pekerjaan, organisasi dan
tetangga. $entu saja, di lingkungan itu kita banyak teman.
Maka, jika punya produk tertentu, bisa saja kita jual produk tersebut kepada mereka. Bahkan relasi kita pun
bisa juga jadi peluang bisnis. Misalnya, bisa pinjam uang pada relasi untuk modal usaha. "roduk yang dihasilkan,
selain bisa dijual pada orang lain, juga pada relasi kita itu.
#engan begitu, kita tak hanya jeli men!ari peluang bisnis, tapi juga mampu men!iptakan "asar.
Begitu pula, jika punya hobi. Misalnya melukis, bisa jadi pelukis, dan lukisan itu bisa dijual digaleri. Bagi yang
hobi senam aerobik atau body (nngunge, bisa berwirausaha buka studio senam. Bahkan, peluang bisnis itu juga
bisa diraih saat kita melakukan perjalanan ke luar kota. lde bisnis bisa mun!ul setelah kita melihat bisnis di kota
lain, dan itu bisa dikembangkan di kota sendiri. %anya saja, agar bisnis yang akan dijalankan tidak sia- sia, ada
baiknya pastikan dulu pasarnya.
$api, tentu, peluang bisnis itu hanya bisa diraih, jika kita jeli dan gigih. (ngat pepatah yang mengatakan) ' Tidak
ada usaha, tidak ada hasil'. leh karena itu, sebaiknya jangan ragu di dalam setiap meraih peluang bisnis yang
ada di sekitar kita. Soal besar ke!ilnya peluang jangan jadi masalah. $angkap dulu peluang yang ada. #an,
jangan khawatir, peluang bisnis yang berikutnya pasti akan mengikuti. Bisnis itu selalu mengalir, seperti bola
salju, dimulai dari yang ke!il lalu menggumpal menjadi besar.
Bukan Melulu Karena <ang
Monday, 25 October 2004
Kesukses bisnis kita bukan semata-mata uang, tapi 2isi. Karena itu, 2isi masa depan harus kita miliki.
Saya kira, tidak sedikit obsesi entrepreneur dalam menekuni bisnisnya, bukan semata karena uang. Banyak dari
mereka yang maju karena 2isi, yaitu ingin men!iptakan lapangan pekerjaan, dan dari usahanya itu mempunyai
dampak sosial bagi kesejahteraan masyarakat. #an, karena 2isinya seperti itu, maka dengan berhasil
men!iptakan lapangan kerja, atau usahanya memiliki dampak sosial yang positi-, maka hal itu pun sudah
merupakan sesuatu yang sangat memuaskan dirinya.
Bahkan, saya merasakan, bahwa dengan memiliki 2isi itu, maka kalaupun usaha yang kita jalankan tidak untung,
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 4
tetapi tetap jalan, maka hal tersebut bukanlah merupakan permasalahan yang amat penting.
Selama ini saya jarang melihat, ada entrepreneur yang men!apai pun!ak prestasinya, dengan !ara lebih
menempatkan uang sebagai penggerak utamanya. $api saya berpendapat, keberhasilannya karena ia memang
lebih punya kemampuan menggerakkan 2isinya. Sehingga, sosok entrepreneur seperti ini, selalu saja punya
keinginan merubah !ara kerja dunia.
Mereka selalu kreati- dan ino2ati-, Mereka menikmati apa yang dilakukannya. "endeknya, 2isi itulah yang
sebenarnya menggerakkan entrepreneur melakukan sesuatu yang akhirnya usahanya meraih kesuksesan.
%anya saja, untuk bisa menjadi entrepreneur yang baik, maka perlu memiliki kebebasan untuk mengejar 2isi-2isi
tersebut. sebaliknya, jika tak dapat melakukannya, maka kita tidak akan pernah memperoleh keuntungan dari
hal tersebut.
"engusaha yang bisa kita jadikan !ontoh memiliki 2isi yang luar biasa adalah Bill 6ates pendiri perusahaan
komputer perangkat lunak terbesar di dunia, Mi!roso-t ,orp, yang baru-baru ini meraih gelar #o!tor .%,/ di
sebuah uni2ersitas di Jepang.
"engusaha ini termasuk orang tersukses pada akhir abad ke->; dalam kategori bisnis.
1amun, dari apa yang saya pahami, keberhasilannya itu karena ia memiliki 2isi dan komitmen untuk sukses, dan
ternyata Bill 6ates sangat menikmatinya. Jelas, bahwa kesuksesannya nyata-nyata bukan Semata- mata karena
soal uang, tetapi karena ia memiliki komitmen yang luar biasa pada 2isinya. sesuatu yang mungkin sulit kita
bayangkan sebelumnya.
#alam konteks ini, saya sependapat dengan 9red Smith, pendiri dan ,E 9ederal E?press ,orporation, bahwa
untuk bisa menjadi entrepreneur sukses, semestinya kita juga memiliki kemampuan melihat sesuatu yang tidak
bisa dilihat orang lain. Atau minimal melihat sesuatu dalam !ara yang berbeda dari orang lain yang melihatnya
se!ara tradisional. Jadi menurut saya, sebaiknya kita sebagai seorang entrepreneur, memiliki kemampuan
membuat 2isi masa depan.
#isamping juga, kita harus mampu menggunakan intuisi, bahkan kalau perlu kita pun juga sering membuat
perubahan 're2olusioner'. #engan begitu, setidaknya kita memiliki kemampuan melihat masa depan dengan
lebih baik. Kita harus yakin, bahwa tahun-tahun ke depan akan menjadi masa terbaik bagi para entrepreneur.
Maka tak ada salahnya kalau kita berani meraihnya.
Memulai Bisnis Baru
Monday, 25 October 2004
Jika kita memang ingin memulai bisnis baru, maka semestinya peluang pasarlah yang lebih kita jadikan pijakan.
Saya per!aya, bahwa setiap tahun telah !ukup banyak orang yang masuk dunia bisnis. Mereka umumnya
melakukan tiga !ara. *akni, membeli bisnis yang sudah ada, menjadi partner dalam sebuah -ran!hise, atau
dengan memulai bisnis baru.
Jika kita akan memulai bisnis baru, tentu kita harus bisa menjawab empat pertanyaan ini. "ertama, produk atau
layanan apakah yang akan kita buat, dan itu untuk siapa+ Kedua, mengapa harus usaha itu+ Mengapa !alon
!ustomer harus membeli dari kita+ Apa yang akan kita berikan jika ternyata produk itu belum ada+ Bagaimana
kompetisinya+ Apa keuntungan yang akan kita peroleh dari kompetisi itu+ Ketiga, Apakah kita mempunyai
sumbernya+ Apakah kita akan mendapat order+ Apakah order itu datang segera+ Keempat, siapa pasar kita+
@antas dari manakah ide untuk mulai bisnis baru itu berasal+ %asil sebuah sur2ey di AS, yang tertuang dalam
buku $he rigins o- Entrepreneurship, memang disebutkan, bahwa ABC pengusaha itu dapat ide dari pengalaman
yang diperoleh saat dia bekerja di industri yang sama.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 15
Mereka tahu operasional suatu usaha dan umumnya punya jaringan kerjasama. Sebanyak D:C pengusaha dapat
ide bisnis saat melihat orang lain men!oba suatu usaha. Sebanyak DDC pengusaha dapat ide saat melihat peluang
pasar yang tidak atau belum terpenuhi, EC pengusaha dapat ide karena telah meneliti se!ara sistematik
kesempatan berbisnis, dan BC pengusaha dapat ide karena hobi atau tertarik akan kegemaran tertentu. #i
(ndonesia sendiri bagaimana+ Saya kira dalam konteks ini, kita tidak harus sependapat dengan hasil data
tersebut. #ata ABC pengusaha itu dapat ide dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di industri yang
sama, itu menunjukkan bahwa dia tipe pengusaha yang hanya berani memulai bisnis baru karena hanya semata
melihat sisi terangnya saja. Menurut saya, jika kita memang benar-benar ingin memulai bisnis baru, semestinya
peluang pasarlah yang lebih kita jadikan pijakan. <ntuk itulah langkah yang kita gunakan pun bukannya inside
out aproa!h melainkan outside in approa!h, yaitu pendekatan dari luar ke dalam. ,ara ini !enderung melihat
dahulu, apakah ada peluang bisnis atau tidak. Sebab, sesungguhnya ide dasar bisnis itu sukses adalah jika kita
mampu merespon dan mengkreasikan kebutuhan pasar. ,ara ini biasanya disebut opportunity re!ognition. leh
karena itulah, saya berpendapat, sebagai pengusaha kita semestinya harus berani memulai bisnis baru. %al itu
memang bukan hal mudah, karena membutuhkan analisa dan peren!anaan yang serius.
1amun, per!ayalah bahwa ide memulai bisnis baru tak terlalu sulit. (de itu bisa berasal dari mana saja dalam
berbagai !ara.*ang pasti,sekali ide bisnis itu dikembangkan dengan jelas, maka bisnis baru itu nis!aya akan
berkembang. Apalagi, setelah terlebih dahulu kita adakan e2aluasi dengan teliti, baik itu berkaitan dengan
!ustomer dan Kompetisinya.
Memulai Bisnis $anpa <ang $unai
Monday, 25 October 2004
Bisnis punya uang tunai dulu, itu sudah lumrah. $api tak benar, tak mungkin memulai bisnis tanpa uang tunai
Mungkinkah kita mulai bisnis tanpa memiliki uang tunai+ Saya kira itu mungkin saja. Mengapa tidak7 Jika kita
mampu mengoptimalkan pemikiran kita, maka akan banyak jalan yang bisa ditempuh dalam menghadapi
masalah permodalan untuk kita bisa memulai bisnis.
,uma masalah permodalan untuk kita bisa memulai bisnis. ,uma masalahnya, darimana duit itu berasal+
@ogikanya, semua bisnis itu membutuhkan modal uang.
Memang, kebanyakan kita selalu mengeluh ketiadaan modal uang sebagai alasan mengapa kita 'enggan'
berwirausaha. "adahal, modal yang paling 2ital sebenarnya bukanlah uang, tetapi modal non--isik, yakni berupa
moti2asi dan keberanian memulai yang mengebu-gebu.
Saya yakin, jika hal itu sudah bisa dipenuhi, maka men!ari modal uang bukanlah persoalan yang tidak mungkin,
m!si se!ara pribadi kita tidak memiliki uang. Sementara kita telah tahu, bahwa peluang bisnis telah ada di
depan mata. $entu, alangkah baiknya jika kita tidak menundanya untuk memulai berbisnis.
$oh kita tahu, bahwa sebenarnya banyak sumber permodalan. Seperti uang tabungan, uang pesangon, pinjam di
bank dan di koperasi atau dari lembaga keuangan atau dari pihak lainnya. 1amun, jika kita ternyata tidak
memiliki uang tabungan, uang pesangon atau katakanlah belum ada keberanian untuk meminjam uang di bank
atau koperasi, saya kira kita juga tidak perlu risau. Karena ada !ara untuk memulai bisnis, meski kita tidak
memiliki uang tunai sekalipun. ,ontohnya, kita bisa menjadi seorang perantara. Misalnya, menjadi perantara
jual beli rumah, jual beli motor dan lain-lain. Keuntungan yang kita dapat bisa dari komisi penjualan atau !ara
lain atas kesepakatan kita dengan pemilik produk. Saya yakin, kita pasti bisa melakukannya.
Kita bisa juga membuat usaha dengan !ara konsumen melakukan pembayaran di muka. #alam hal ini, kita bisa
men!ari bisnis dimana konsumen yang jadi sasaran bisnis kita itu mau membayar atau mengeluarkan uang dulu
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 11
sebelum proses bisnis, baik jasa maupun produk, itu terjadi. Misalnya bisa dilakukan pada bisnis jasa, seperti
industri jasa pendidikan. #imana, siswa diwajibkan membayar dulu didepan sebelum proses pendidikan itu
terjadi. Bisa juga misalnya, ada orang yang memesan barang pada kita, namun sebelum barang yang dipesan itu
jadi, pihak konsumen sudah memberikan uang muka dulu.
Artinya, itu sama saja kita telah diberi modal oleh konsumen.
Masih ada !ara lain memulai bisnis tanpa kita memiliki uang tunai. ,ontohnya, menggunakan sistem bagi hasil.
Biasanya, !ara bisnis model ini banyak diterapkan pada &umah Makan "adang. #imana kita sebagai orang yang
memiliki keahlian memasak, sementara patner bisnis kita sebagai pemilik modal uang.
Kita bekerjasama dan keuntungan yang didapat pun dibagi sesuai kesepakatan bersama. Atau kita mungkin ingin
!ara lain+ $entu masih ada. ,ontohnya, kita bisa melakukannya dengan sistem barter dengan pemasok, dan kita
pun jika memiliki keahlian tertentu, mengapa tidak saja menjadi seorang konsultan. Selain itu, bisa saja denagn
!ara kita mengambil dulu produk yang akan diperdagangkan, hanya untuk pembayarannya bisa kita lakukan
setelah produk tersebut terjual pada konsumen.
$entu, masih banyak !ara lain untuk kita memulai bisnis tanpa uang tunai.
leh karena itu, menurut saya, sebaiknya kita tidak perlu berke!il hati atau takut dipandang rendah, bila
ternyata kita memang tidak memiliki uang tunai namun berhasrat untuk memulai bisnis. Saya yakin, dengan kita
memiliki uang
tunai namun berhasrat untuk memulai bisnis. Saya yakin, dengan kita memiliki kemauan besar menjadi seorang
wirausahawan atau entrepreneur, maka setidaknya akan selalu ada jalan untuk memulai bisnis. 1yatanya, tidak
sedikit pengusaha yang telah meraih keberhasilan meski saat memulai bisnisnya dulu tanpa memiliki uang tunai.
(tu menunjukkan bahwa tidak benar kalau ada yang mengatakan 'Tak mungkin kita memulai bisnis tanpa memiliki
uang tunai.' Kun!inya sebetulnya terletak pada moti2asi dan keberanian kita memulai bisnis yang mengebu-
ngebu. %anya saja, untuk !epat meraih sukses - apalagi tanpa memiliki uang tunai - itu tidak semudah seperti
kita membalikkan telapak tangan. Semuanya membutuhkan perjuangan
Mitos %utang
Monday, 25 October 2004
Kalau bisnis kita ingin maju, maka hutang untuk perusahaan saya kira bukan masalah
Mitos atau anggapan '%utang itu Buruk', bisa benar bisa salah. Benar hutang itu buruk, apabila kita berhutang
terlalu banyak, hanya untuk keperluan konsumti-. $etapi apabila hutang itu kita man-aatkan untuk melakukan
bisnis atau usaha, maka anggapan hutang itu buruk adalah salah.
Saya sepakat, kalau kalau kita mempunyai hutang pribadi, sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan. Jangan
banyakbanyak. #an pastikan hutang kita itu ada yang bayar.
#alam berbisnis, kalau bisnis kita mulai berkembang, pasti sangat membutuhkan tambahan modal kerja maupun
in2estasi. Kalau kita mau maju, maka hutang untuk bisnis bukan suatu masalah, justru sangat perlu. Asal kita
bisa menggunakannya se!ara tepat, hal itu justru akan membuat bisnis kita lebih berkembang. Sebagai !ontoh
kita mempunyai modal &p. D; juta. #ari modal itu kita unntung >;C, maka keuntungan yang kita peroleh &p. >
juta. 1amun kalau dari &p. D; juta kita bisa mendatangkan tambahan modal &p. F; juta dari hutang, sehinga
modal menjadi &p. D;; juta, maka keuntungan kita yang >;C menjadi &p. >; juta. #ari sini kita bisa
membandingkan berapa keuntungan kita sebelum dan sesudah mendapatkan modal dari luar.
(tu hitungan sederhana. Banyak !ara untuk mendapatkan hutang.
Misalnya melalui bank. $etapi bank dalam memberikan pinjaman pasti melihat kredibilitas kita.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 12
Kalau bisnis kita baik, mengapa kita takut hutang. Karena dengan tambahnya modal, maka bisnis kita akan
menjadi lebih baik. Sehingga dengan berkembangnya bisnis kita, dampak positi-nya dapat membuka lapangan
kerja baru.
Kredit modal kerja adalah salah satu bentuk hutang yang bisa kita man-aatkan. #an modal itu bisa kita pakai
terus, karena sistemnya rekening koran, dimana kita membayar bunga dari saldo pinjaman yang kita pakai.
Setiap jatuh tempo kita diperpanjang. Bahkan kalau bisnis kita semakin maju, maka kita dapat mengajukan
tambahan kredit lagi sesuai kebutuhan. *ang penting dalam berhutang tidak ada sedikitpun pikiran atau niat
untuk ngemplang atau tidak membayar. Kita harus punya niat baik menepati perjanjian kredit dengan bank.
"erlu kita ketahui, pihak bank sendiri dalam operasionalnya selalu menggunakan -ungsi intermediasi, yakni
penyaluran dana dan menghimpun dana. Kedua -ungsi ini harus seimbang. #alam penyaluran kredit, pihak bank
mengharapkan adanya keuntungan demi kelan!aran operasional dan peningkatan kesejahteraan karyawan, serta
perkembangan bank itu sendiri. Sedang bagi kita yang meman-aatkan kredit sehingga bisnisnya berkembang,
maka dampak positi-nya, kesejahteraan karyawan akan meningkat. #isinilah perlunya, pihak bank dan
pengusaha saling kerjasama, saling memberikan dukungan.
Sebenarnya, seorang yang mempunyai !itra buruk dalam berhutang, pada dasarnya disebabkan orang tersebut
ingkar janji, tidak bisa membayar atau bahkan ngemplang tidak mau membayar. $etapi ada pula !itra buruk
di!iptakan oleh mereka yang tidak per!aya untuk mendapatkan hutang. Sehingga sebagai kompensasi
kejengkelannya, mereka menyebarkan isu, bahwa hutang itu buruk.
Anggapan seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi, karena apa yang kita lakukan itu demi kemajuan bisnis kita.
Sayangnya, sebagian besar masyarakat per!aya tentang hal itu. "adahal kalau kita mau eksis dan maju dalam
berbisnis, salah satu jurus yang kitu adalah harus mau dan mampu meman-aatkan dana dari pihak lain.
<ntuk melakukan itu memang dituntut keberanian dan rasa optimis. Bisa saja kita punya rasa optimis justru
dengan modal sendiri, walaupun ada yang mengatakan, bisnis dengan modal sendiri berarti kita egois, tidak
sosial, tidak mau bagi-bagi keuntungan. #an dari aspek spiritual, menurut saya, semakin banyak kita melibatkan
dana orang lain utnuk mengembangkan bisnis, maka semakin banyak pula orang ikut mendoakan bisnis kita.
Sebaliknya, kalau bisnis kita menggunakan modal sendiri, maka yang mendoakan bisnis kita hanya kita sendiri.
Berani men!oba+GGG
Berhutang (tu Mulia
Monday, 25 October 2004
Janganlah mudah per!aya pada mitos, yang mengatakan, bahwa usaha itu tak mungkin dimulai dengan modal
dengkul #alam sebuah program pelatihan entrepreneur yang diadakan "rima Enrepreneurship, beberapa waktu
lalu, saya ditanya peserta, 'Bagaimana !ara kita berwiraswasta namun tidak mempunyai modal+' Saya jawab
'Kun!inya, B#@7'. (tu singakatan) berani, optimis, duit, orang lain.
Maksudnya, bila kita berani menjadi wirausahawan atau entrepreneur, tentunya kita harus punya keberanian.
$ak hanya berani mimpi, tetapi juga berani men!oba, berani gagal dan berani sukses. Saya kira hal itu penting
dan harus kita miliki. Selain itu, kita juga harus optimis. Sebab dengan kita tetap optimis, maka kita akan selalu
yakin akan masa depan, yakin pada kemampuan, dan juga menghentikan alur pemikiran yang negati-. #an, kita
janganlah mudah per!aya pada mitos yang mengatakan, bahwa usaha itu tak mungkin dimulai dengan modal
dengkul berarti mulai ke!il-ke!ilan. Saya per!aya, bahwa kalau kita yakin akan bisnis yang kita lakukan, pastilah
bisa jalan. Kalaupun nanti di tengah jalan kesulitan modal, anggaplah itu wajar saja dalam bisnis. Sebab,
sesungguhnya, salah satu !iri usaha atau bisnis kita berkembang adalah selalu saja kekurangan modal. Bila bisnis
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 13
kita bertambah maju dan omset naik, maka tentu dituntut pula menyediakan modal tambahan. Singkatnya,
dengan omset naik, kita dihadapkan pada kesulitan modal. Kita butuh duit. #uit itu dapat dari mana+ Jika kita
punya warisan dan simpanan banyak tak masalah.
Jika tidak ada+ #uit itu bisa saja kita dapat dari duit orang lain atau hutang. Apalagi yang namanya modalnya
entrepreneur adalah dengkulnya. MAka tak punya dengkulpun, bisa meminjam dengkulnya orang lain. Atau
katakanlah, akhirnya hutang di bank, atau kita dapat hutang berarti kita membuktikan bahwa kita memang
diper!aya. ,redible.
Sehingga, semakin besar hutang kita pada bank dan tidak ma!et, maka semakin besar pula keper!ayaan bank
pada kita. Sehingga bona-iditas seorang entrepreneur diukur dari seberapa besar hutang yang didapatnya, dan
kita semakin dihormati. Sebab, bunga hutang kita itu pun digunakan untuk membiyayai operasional bank
tersebut, termasuk membayar gaji karyawannya dan bunga para penabung (ngat, bisnis
bank salah satu sumber pendapatannya dari bunga pinjaman. Bahwa dengan kita berhutang yang digunakan
untuk mengembangkan usaha, maka tentu saja hal itu tak mustahil akan men!iptakan lapangan kerja baru. (tu
sangat berman-aat. Apakah itu, namanya tidak mulia+
Bi!ara soal hutang, saya jadi teringat pada metabolisme tubuh manusia. Agar metabolisma tubuh kita berjalan
baik, tentu saja aliran darahnya juga harus baik dan stabil sesuai kebutuhan organ-organ tubuh kita. Kalau
kurang darah tentu saja perlu diatasi dengan !ara tambahan darah. 1ah, hutang itulah saya ibaratkan darahnya.
Memang yang namanya hutang di bank itu ada resikonya. $api semuanya itu dianggapnya perjuangan.
"erjuangan adalah hari-hari yang dijalani oleh seorang entrepreneur. Saya sendiri sangat merasakan hal itu.
$api anggaplah, resiko itu sesuatu yang harus senantiasa diperhitungkan, namun tidak perlu ditakuti. Asal saja,
hutang atau tambahan modal usaha itu betul-betuk digunakan untuk kepentingan bisnis dan bukan untuk
kepentingan konsumti-. Memang, kita dituntut pintar dan see-ekti- mungkin menggunakannya. Sehingga kita
dapat membayar hutang tepat waktu.
Saya dan anda, mungkin sama-sama yakin betul, bahwa seorang entrepreneur yang !erdas pasti bisa
meman-aatkan hutang itu sebaik mungkin. Alasannya adalah seorang pekerja keras, tekun, tak mudah puas,
berani bersaing, gerak langkahnya !enderung mengejar prestasi terbaik, dan berani mengambil resiko, termasuk
berhutang tadi. (tu sebabnya, mengapa dia lebih mampu menangkap dan meman-aatkan peluang apapun dengan
baik, termasuk tentunya kejeliannya dalam berhutang. Maka tak mustahil, kaslau seorang entrepreneur tidak
berhutang hidupnya pun terasa hampa. Karena, baginya, berhutang pun tetap mulia. *ah itulah entrepreneur.GGG
Jangan Jadi "engusaha Klien
Monday, 25 October 2004
Jadi pengusaha klien aman membuat kita repot, jadi pengusaha otonom akan membuat kita sukses.
Selama ini kita masih seringkali melihat, adanya pengusaha yang selalu 'repot-repot' dengan mengundang
pejabat tertentu untuk meresmikan pembukaan usahanya. Sementara, istri pejabat itu sambil tersenyum seraya
mengguntung pita. %adirin tepuk tangan.
(tu semua, tentu saja, selalu ada pamrihnya. Setidaknya, pengaruh pejabat itu akan
memuluskan usahanya kelak. 1amun, di era milenium ketiga ini, tampaknya hal-hal seperti itu tidak perlu
terjadi lagi. Artinya, kita tidak usah repot-repot seperti itu.
Sebaiknya, kita harus bebas dari pengaruh kekuasaan politik dan pemerintah, apalagi pejabat tertentu. Menurut
saya, justru yang sangat diperlukan dalam siatu sistem perekonomian terbuka sekarang ini, adalah
pengusaha yang kompetiti- dan otonom. "engusaha sema!am inilah adalah pengusaha yang tidak tergantung
pemerintah, tapi lebih tergantung mekanisme pasar.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 1.
Saya yakin, kehadiran pengusaha yang kompetiti- dan otonom akan merupakan satu elemen yang sangat penting
artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Sosok seperti ini, !enderung akan lebih mampu berperan
sebagai kekuatan utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
$api sayangnya, dinegara kita ini, golongan pengusaha yang kompetiti- dan otonom sema!am ini, ternyata
belum berkembang se!ara maksimal. Justru, yang saya lihat selama ini, yakni masih banyak mun!ulnya
kelompok-kelompok pengusaha swasta jenis lain yang biasa kita namakan pengusaha klien .!lient businessmen/.
#alam akti2itas bisnisnya, mereka memang banyak tergantung, dan menjadi kroni pejabat,
atau tergantung pada pengaruh kekuasaan politik atau pemerintah. #alam konteks inilah, saya kira sebaiknya
peranan pemerintah tidak diperbesar. Karena, ine-esiensi dalam birokrasi jelas sudah usang.
%al itu sudah tak !o!ok lagi dengan ke!epatan bisnis, apalagi di era milenium ketiga ini. #an, kita sendiri
sebagai pengusaha atau wiraswastawan juga perlu banyak belajar dari pengalaman, bahwa sesungguhnya
menjadi pengusaha klien nyata-nyata tidak membuat kita mandiri dalam bisnis.
Sebab, bagaimanapun juga, kalau kita menjadi pengusaha yang otonom, akan lebih mampu memperbaiki
kredibilitas negara kita. Bahkan, saya optimis, kita juga akan mampu membantu mengembalikan keper!ayaan
pada in2estor asing. Saya yakin, kalau pengusaha yang kompetiti- dan otonom ini berkembang dengan baik di
negara kita, diharapkan bisa pulih kembali. Agaknya, semua harapan ini masih termasuk wajar. %anya,
bagaimana pemerintah kita menyikapinya.
Kita sebagai pengusaha, memang dituntut untuk terus berusaha menjadi pengusaha otonom. #engan demikian,
kita akan lebih mampu menjadi pengusaha yang kompetiti-. Karena itu, menurut saya, sekarang ini bukan
waktunya lagi bagi kita untuk mengembangkan bisnis klien, yang dikenal sebagai bisnis lobi. Bisnis lobi karena
-aktor kedekatan dengan politikus maupun pemerintahan sema!am itu, dulu memang banyak berkembang di
negara kita. Sehingga, tak mengherankan kalau lantas banyak bermun!ulan kasus KK1.
Sementara, kita lihat pengusaha yang benar-benar otonom menjadi sulit berkembang.
"engertian otonom yang saya maksud disini, bukan lantas hubungan antar perusahaan, itu tidak penting.
%ubungan sinergi dalam bisnis itu, tentu saja tetap diperlukan. Begitupula hubungan kita dengan pemerintah,
juga harus tetap harmonis dan transparan.
%anya saja, tergantung pada pemerintah itu ganti atau partainya tidak lagi memerintah, akibatnya bisnis bisa
bangkrut atau han!ur. leh karena itulah, ada baiknya kita menjauhi saja bisnis lobi. #an, lebih baik kita
menggalakan bisnis yang berhubungan langsung dengan pasar. Sebab, bagaimanapun juga kita harus tetap
berusaha, bahwa dengan kondisi pasar yang terus bergerak, ternyata pasar tetap membutuhkan produk kita. (tu
lebih penting. Sebab, kalau seorang pengusaha berhasil menjalankan bisnis pasar, tentu dia akan memiliki
kredibilitas yang tinggi sebagai pengusaha otonom yang sukses.GGG
Belajar Bisnis Sambil Jalan
Monday, 25 October 2004
Untuk jadi pengusaha, kita tak harus punya pengalaman bisnis yang mumpuni dulu.
Saya sependapat kalau ada yang mengatakan, bahwa untuk meraih sukses bisnis, kita bisa meniru sukses orang
lain, apakah itu strateginya, atau pilihan usaha yang dilakukannya. Selain itu, saya ingin menambahkan, bahwa
untuk kita bisa menjadi pengusaha, sesungguhnya tidak harus punya pengalaman bisnis
yang mumpuni dulu. @ogikanya adalah, kalau kita menunggu sampai punya pengalaman bisnis yang mumpuni,
lantas kapan kita akan memulai usaha+ #ari pengalaman saya sendiri, maupun pengalaman
pengusaha Bob Sadino, juga pengalaman pengusaha-pengusaha lain, bahwa sesungguhnya pengalaman
bisnis yang mumpuni itu bisa kita raih sambil menjalankan bisnis kita. Maka, jika kita ingin memulai usaha,
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 1/
ada baiknya jangan banyak dipikirkan atau pakai ren!ana yang muluk-muluk. *akinlah,
bahwa semua itu dalam bisnis bisa saja berubah, dan itu bisa kita tangani sambil jalan.
%anya saja, mungkin ketakutan kita sementara ini justru karena kita terlalu siap, terlalu banyak yang dipikir,
bahkan terlalu takut dengan resiko bisnis.
"adahal, menurut saya, dalam praktek bisnis, yang terjadi sesungguhnya banyak berbeda dengan apa yang
pernah kita pikirkan.
Sehingga tak mengherankan kalau kita kemudian banyak menemukan jalan keluar utnuk mengatasi semua
kesulitan bisnis yang kita alami.
Jadi, sesungguhnya tidak ada alasan untuk kita untuk tidak memulai usaha, karena alasan pengalaman bisnis kita
terbatas. Katakanlah, dengan kita piawai menarik pelajaran dari setiap kejadian, saya yakin hal itu justru
membuat kita tambah piawai dalam bisnis.
#an, kalau kita lihat dilapangan,banyak usaha yang ternyata dimulai dengan modal nol. Misalnya, uang tidak
punya, itu bisa diatasi dengan pinjam orang lain.
Kemudian pengalaman bisnis tidak punya, bisa tanya pada orang lain.
Bahkan ide pun tak punya, bisa pakai ide orang lain. Begitu juga tempat usaha yang tak ada, dan masih banyak
lagi. Apa artinya semua itu+ Artinya, kita bisa lakukan dengan menggunakan 'kepunyaan' orang lain. Justru dari
Keadaan sema!am inilah, akan membuat kita mandapat banyak pelajaran dalam berbisnis. "emikiran itu
menurut saya hal yang paling penting untuk memulai bisnis.
leh karena itu, menurut saya, sesungguhnya belajar bisnis sambil jalan atau jalan sambil belajar, di dunia
usaha itu sama saja, yang penting kita telah berusaha dengan memulai usaha. Menurut Bob Sadino dengan
melangkah seperti itu, paling tidak kita sudah malangkah lebih maju dalam berbisnis.
Kita tidak lagi hanya berjalan di tempat, yang berarti kita tidak kemana-mana atau tidak melakukan bisnis
apapun. 'Saya sukses karena saya melangkah.
Bukan mengangan-angankan langkah', kata Bob Sadino yang memulai usaha dari nol.
$entu saya sependapat dengan Bob, yang kini memiliki banyak supermarket dalam grup Kem ,hi!k0s itu. Artinya,
dengan melangkah, maka ada kemungkinan kita sukses, disamping ada pula kemungkinan gagal. 1amun dengan
tidak melangkah, maka kita tidak pernah akan sukses. Maka tidak ada salahnya, kita belajar bisnis sambil
jalan.GGG
"roses Kreati- Berwirausaha
Monday, 25 October 2004
Kita berani berpikir kreatif, itu berarti kita sudah berani mengambil resiko.
Salah satu tugas kita sebagai pengusaha, selain memiliki keterampilan interpersonal, leadership, dan
managerial, juga harus mampui melakukan tugas kreati-. Saya yakin, selama pengusaha itu kreati-, maka
usahanya akan tetap eksis dan berkembang maju.
Jadi intinya, menjadi pengusaha itu memang harus kreati-. Seolah tiada hari tanpa kreati2itas. Karena itulah,
kini saatnya kita untuk terus kreati-. ataupun di negara lain.
(ni mengingatkan ma!am usaha di (ndonesia belum sebanyak di Amerika Serikat
#i Amerika Serikat misalnya, ada bisnis menyewakan pakaian dan perlengkapan bayi. Jadi sebenarnya banyak
ma!am usaha yang bisa kita kerjakan, asal kita mau kreati-.
#idalam kita memilih usaha juga harus kreati-. Begitu juga sewaktu kita menjalankan usaha juga harus kreati-.
Maka, tak ada salahnya kalau suasana di perusahaan itu harus di!iptakan iklim yang kondusi- untuk kita kreati-.
(de-ide kreati- yang semula tak pernah kita pikirkan, akan !enderung mun!ul.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 10
%anya saja memang krati- itu memerlukan proses, yakni proses kreati-. Jadi pada awalnya, untuk kreati- itu
perlu persiapan, meski se!ara tidak -ormal. $inggal, bagaimana kita sendiri membuat suasana kerja itu kreati-.
#alam prosesnya, ternyata kreati- itu juga membutuhkan konsentrasi kita. "adahal, yang mungkin terjadi pada
saat kita melakukan konsentrasi adalah menemui hambatan atau jalan buntu.
Sehingga akibatnya, kita tak bisa berbuat apa-apa, atau mengalami -rustasi.
#an, sebenarnya -rustasi itu merupakan bagian dari proses kreati- itu sendiri.
#alam kondisi inilah, menurut saya, sebaiknya kita tidak menyerah atau putus asa. Jangan berhenti sampai di
situ. $api, kita harus yakin, bahwa pada saatnya nanti wawasan atau iluminasi akan mun!ul. Kemudian, kita
Melewati proses kreati- berikutnya, yaitu inkubasi atau pengendapan masuk ke alam bawah sadar. "ada saatnya,
yaitu pada kondisi yang tidak disengaja, bisa saja mun!ul iluminasi.
(tu artinya ide kreati- kita telah kita temukan.
@antas yang perlu kita jalankan adalah mengolah atau menjalankan ide kreati- itu menjadi nyata, demi
kemajuan bisnis kita. Bahkan menurut saya, untuk memberikan kepuasan pada pelanggan, kita pun harus
menggunakan pendekatan yang kreati-. $ermasuk juga bagaimana kita men!ari modal atau dana untuk
pengembangan usaha, peningkatan kegiatan produksi, perbaikan desain, pemasaran, dan lain sebagainya. leh
karena itulah, orang kreati- itu sebenarnya adalah sama dengan orang yang berani mengambil resiko.
%anya tinggal seberapa besar sebenarnya kualitas kreati2itas itu akan mempengaruhi resiko usaha yang
dijalankan. 6ahan, sa$a '!#p!ndapa%, 'ah*a s!s!o#an" $an" '!#ani '!#pii# #!a%i7, '!#a#%i dia sudah
'!#ani m!n"am'il #!sio&
#an saya yakin, hanya pengusaha yang berani mengambil resiko itulah yang usahanya dapat berkembang maju,
baik untuk saat ini ataupun untuk masa depan.GGG
Gaya Berwirausaha
Monday, 25 October 2004
Ada 2 gaya berirausaha, yakni !manajerial! dan !kejuraganan!.
Tak ada salahnya kita memilihnya. Itu tergantung kemantapan kita, yang penting bisnis kita maju.
Sebagai pengusaha, saya banyak memjumpai teman-teman pengusaha yang menjalankan bisnis dengan gaya
yang berbeda-beda.
Ada teman pengusaha yang menggunakan manajemen atau yang kita sebut gaya berwirausaha
'manajerial'. $api ada juga yang menjalankan bisnisnya dengan menggunakan gaya 'kejuraganan'.
Saya kira, dengan gaya berwirausaha apapun yang kita terapkan dalam bisnis kita, yang penting bisnis kita tetap
bisa dijalankan dan maju. (tu semua memang tergantung pada diri kita masing-masing.
Asal kita mantap dengan gaya tersebut, ya lakukan saja. Sebab, kalau kita sudah mantap, maka bisnis
yang kita jalankan sekarang ini tentu akan semakin mantap meraih kesuksesan.
Sudah banyak terbukti, bahwa pengusaha yang menggunakan gaya berwirausaha 'kejuraganan' terbukti usahanya
sukses.
6aya ini menempatkan A -ungsi manajemen, yakni produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan,
terpusat pada pengusahanya. $eman saya sendiri sukses luar biasa dengan gaya tersebut.
"ara juragan biasanya lebih suka bekerja seperti karyawan saja, dan jangan heran kalau kita kemudian menjadi
sulit untuk membedakan perannya.
Bisa sewaktu-waktu menjadi pengusaha atau pemilik bisnis, bisa juga sebagai karyawan, sebagai keuangan, dan
lain sebagainya. (tu sekali lagi karena ke-A -ungsi manajemen dilakukannya sendiri.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 12
Sementara karyawannya yang bekerja di perusahaannya, hanya ber-ungsi melaksanakan tugas atau delegasi
teknis saja.
Sementara itu, ada teman saya yang lain asyik menjalankan bisnisnya dengan begitu gigih menggunakan gaya
berwirausaha 'manajerial'. Artinya ke-A -ungsi manajemen didelegasikan kepada manajer-manajernya di
perusahaannya. #an, ternyata gaya 'manajerial' ini pun sama-sama bisa berhasil meraih sukses.
8a$a mana(!#ial ini alau i%a ama%i m!man" c!nd!#un" m!m'ua% i%a l!'ih '!#ani m!nd!l!"asian
*!*!nan" dan %an""un" (a*a' pada mana(!# a%au a#$a*an i%a& -i%a (u"a l!'ih m!ndo#on" m!#!a un%u
m!m'!#ian p!luan" meningkatkan prestasi. "emberdayaan seperti ini memang tak ada pada gaya
'kejuraganan'.
Menghadapi > pilihan itu, akhirnya memang tergantung kita sendiri. Kita mau pilih gaya berwirausaha yang mana
yang kita suka. Apakah kita akan memilih yang 'manajerial', ataupun yan 'kejuraganan'+ *ang penting semua itu
tergantung kemantapan kita.GGG
Keberanian Entrepreneur Wanita
Monday, 25 October 2004
Entrepreneur anita "enderung lebih peka intuisi bisnisnya dari pada entrepreneur laki#laki
"eluang bisnis bagi wanita, sebenarnya sangat besar. Bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk saat yang
akan datang. Bahkan, peluang bisnis bagi entrepreneur wanita itu sebenarnya lebih besar dari pada
entrepreneur laki-laki.
(tu karena, dia punya kelebihan. Kelebihannya adalah terletak justru pada 'kewanitaanya'. #imana, sosok
entrepreneur wanita itu !enderung lebih unggul dalam negosiasi. (tu mungkin karena keluwesan atau
-leksibilitasnya. Atau istilah ,andida 6. Brush, asisten pro-esor dari Management "oli!y o- Boston <ni2ersity,
entrepreneur wanita labih kooperati-, in-ormal dan lebih mudah membangun kesepakatan dengan pihak lain.
Sebaliknya, entrepreneur laki-laki !enderung lebih kompetiti-, lebih terkesan -ormal, dan lebih suka berpikir
sistematik. Selain itu, menurut saya, entrepreneur wanita juga !enderung lebih peka instuisi bisnisnya.
Sehingga saya yakin, jika dia memang mampu mengembangkan kelebihannya itu, tentu bisnisnya juga akan
berkembang luar biasa.
Seperti kalau kita lihat, keberhasilan entrepreneur wanita seperti) #r. Martha $ilaar, Moeryati Soedibyo, "oppy
#harsono, #ewi Motik, dan 1yonya Suharti.
%anya saja, sayangnya saya melihat entrepreneur wanita umumnya dikenal terlalu hati-hati dalam berbisnis,
dan bahkan terlalu takut untuk mengambil resiko.
Sehingga, jika kelemahan itu tidak berhasil dikelola dengan baik, maka jelas akan mengakibatkan jumlah
entrepreneur wanita yang terjun ke dunia usaha saat sekarang ini, masih relati- ke!il.
,ontohnya, anggota (wapi .(katan 3anita "engusaha (ndonesia/ yang jumlahnya relati- lebih sedikit dari pada
kalau kita bandingkan dengan anggota Kadin atau %("M( atau organisasi serupa yang 'laki- laki'.
Mungkin hal itu bisa saja
karena kebanyakan bisnis yang dimiliki entrepreneur wanita, lebih sedikit dari pada jika mereka bekerja pada
suatu perusahaan.
Seperti yang diungkapkan oleh sebuah riset dari (nstitute -or 3omen0s "oli!y &esear!h di 3ashington #,.
Sementara, Marger @o2ero, direktur dari Entrepreneurial ,entre at Manattan!ile ,ollege mengatakan, bahwa
entrepreneur wanita itu sulit berkembang maju, juga karena mereka !enderung mempertahankan bisnis
ke!ilnya.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 13
Sebab, baginya selama ini yang terpenting bukan pada usaha bagaimana membuat bisnisnya menjadi besar, tapi
lebih pada keinginan untuk mem!oba men-support dirinya sendiri atau mandiri, membawa keseimbangan dan
9leksibilitas dalam mengatur waktu kesehariannya. $api kalau dia bekerja di perusahaan lain, -lesibilitas itu tak
didapatnya. #alam konteks inilah, barangkali ada baiknya sekarang ini bisnis di kalangan entrepreneur wanita,
perlu untuk terus didorong pada kegiatan bisnis industri rumah tangga, yang lebih memungkinkan bisnis atau
jiwa entrepreneurnya bisa terus berkembang.
leh karena itulah, saya kira meski keberanian wanita di dalam menekuni dunia usaha tidak sebesar keberanian
yang dilakukan entrepreneur laki-laki, namun jika entrepreneur wanita ingin berkembang bisnisnya, dia
semestinya harus berani mengambil resiko, dan lebih berani membentuk jaringan bisnis yang lebih luas lagi.GGG
Keberuntungan dan $iming
Monday, 25 October 2004
$ari ini bisa saja kita ambil peluang bisnis. %ika tidak, maka tak mustahil akan diambil orang lain.
#alam dialog bisnis yang diadakan oleh Assosiasi Manager (ndonesia .AMA/ *ogyakarta beberapa waktu lalu, ada
seorang peserta dialog yang menanyakan kepada saya, tentang bagaimana -aktor keberuntungan dan -aktor
timing menentukan keberhasilan dalam bisnis+
Seberapa penting -aktor keberuntungan itu bagi pengusaha+ rang-orang ,ina punya kebiasaan, jika ingin terjun
ke dalam bisnis, maka kita harus punya hoki atau keberuntungan yang besar.
Kalau tidak punya, maka bisnis kita akan bangkrut.
Kalau ternyata kita tidak punya keberuntungan, maka disarankan kita jangan mendirikan bisnis. "adahal,
menurut saya, yang namanya keberuntungan atau hoki itu sebenarnya adalah bagian dari hidup yang tidak dapat
kita kontrol. $idak dapat kita duga.
#an, sesungguhnya itulah hidup. Bagaimana kita tahu, bahwa kita punya keberuntungan, kalau
kita belum pernah men!obanya. Keberuntungan harus dibuktikan, bukan hanya diangan-angankan.
Saya berpendapat, bahwa bisa saja kita punya keberuntungan. %anya saja, oleh satu keadaan tertentu,
keberuntungan itu bisa saja lantas rugi. Berbeda dengan timing, dalam setiap kegiatan bisnis yang kita lakukan,
maka kita bisa mengontrolnya. Artinya, timing lebih sedikit bisa dikendalikan dari pada keberuntungan.
Karena itulah, menurut saya, memang mungkin saja bisnis itu bisa kita mulai atau kita ambil saat ini. $etapi
bisa saja, kalau kita mulai sejak lima tahun yang lalu, sehingga timing ini sedikit bisa kita kontrol.
Jelas, hal itu menunjukkan, bahwa peluang bisnis itu sesungguhnya datangnya tidak mengenal waktu.
%ari ini bisa saja saatnya kita mengambil peluang bisnis itu. #an, kalau ditunda, tak mustahil akan diambil orang
lain dan kita kehilangan peluang bisnis itu.
Saya kira, orang pertama yang menjual minuman aHua di (ndonesia, yakni $irto <tomo, juga membutuhkan
perjuangan sekitar I tahun untuk bisa eksis seperti sekarang ini.
Mungkin saja, waktu produk itu pertama kali dimun!ulkan, belum saatnya atau timing-nya kurang tepat. Sebab,
sebagian besar yang membeli produk aHua tersebut adalah orang asing. $api ternyata, dari waktu ke waktu,
orang (ndonesia mulai sangat menggemari minuman aHua itu. Sehingga, orang kemudian mengenal air putih
dengan menyebut 'aHua'.
Begitu juga pada teh botol, yang pertama kali diperkenalkan oleh "ak Sosro. #imana, pada saat itu $eh Sosro
masuk di pasar, juga bukan pada timing yang tepat. Sehingga, produk itu untuk bisa sampai dikenal dan
digemari masyarakat, membutuhkan perjuangan yang keras.
Jadi saya kira, ada atau tidaknya keberuntungan di dalam kita berbisnis, sebaiknya tidak terlalu kita pikirkan hal
itu, karena memang tidak bisa kita kontrol.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 14
$api sebaiknya dengan timing. %al tersebut bisa kita kontrol sebaik mungkin.
$inggal bagaimana timing itu tepat, dan mudah-mudahan itu sesuai dengan keberuntungan kita.GGG
Sukses (tu Bikin '"ede'
Monday, 25 October 2004
&ukses itu membuat kita per"aya diri
@owongan untuk menjadi pengusaha, saya kira sampai kapanpun masih terbuka luas, tidak terbatas. Artinya,
kapan saja, sekarang atau besok, kita bisa saja jadi pengusaha. Bahkan, kalau kita ingin !epat menjadi
pengusaha, bisa juga kita lakukan hari ini.
Misalnya, !ukup datang ke 1otaris, buat ,J atau "$, maka jadilah kita pengusaha sekaligus direktur di
perusahaan kita sendiri.
#an, tak perlu ada upa!ara pengangkatan segala, sebab siapa lagi yang mengangkat kita kalau bukan kita
sendiri.
1amun, !oba saja kalau kita bekerja pada perusahaan milik orang lain, maka untuk bisa menjadi direktur
membutuhkan waktu lama. (tupun masih sangat tergantung pada keputusan atasan kita. "adahal, menurut saya,
untuk menjadi pengusaha sekaligus direktur, tidak harus membutuhkan pengalaman kerja. Karena, pada
dasarnya, lowongan kita untuk menjadi pengusaha itu tidak terbatas.
Maka, semestinya kita harus 'jadi' dulu. (tu setidaknya, dengan kita sudah menjadi direktur di perusahaan
sendiri, merupakan langkah awal memulai bisnis.
#an, ternyata membuat bisnis itu lebih mudah dari pada kita men!ari pekerjaan.
Sehingga, dari 'sukses' itulah menjadikan kita tumbuh rasa per!aya diri. #an, setelah kita per!aya diri,
maka kita akan bisa melakukan sesuatu.
Banyak !ontoh di masyarakat, bahwa seseorang mendapat jabatan, baik itu di pemerintahan ataupun swasta,
padahal dia tidak punya pengalaman sebelumnya.
#an ternyata, dia bisa juga melaksanakan pekerjaan itu dengan baik.
Artinya, keper!ayaan diri atau '"ede' kita bertambah saat kita dapat kesusksesan. Meski, katakanlah bisnis yang
kita dirikan itu hanya meraih sukses-sukses ke!il. 1amun, itu bukanlah suatu masalah.
Justru, hal itu akan membuat kita lebih termoti2asi untuk bisa meraih sukses bisnis yang lebih besar.
Saya kira, kita memang sebaiknya jangan mengabaikan sukses-sukses ke!il itu. "er!ayalah, bahwa sesungguhnya
dari sukses-sukses ke!il itu akan menjadi kesuksesan yang luar biasa pada bisnis kita dimasa depan.
Memang, bagi kita yang terbiasa berpikir linier, pasti akan mengatakan, bahwa per!aya diri dulu baru kita
sukses. Kalau kita setuju dengan pendapat, per!aya diri dulu baru seseorang meraih sukses, lantas kapan kita
bisa menjadi pengusaha+GGG
&ejeki (tu Bisa #iren!anakan
Monday, 25 October 2004
'ejeki itu akan datang, sesuai pengambilan resiko bisnis kita.
&ejeki itu sebenarnya sudah ada yang mengatur-1ya. Saya kira, itu memang benar. #an, sebagian besar kita
berpendapat demikian. Karena sejak lahir setiap orang itu membawa rejeki sendiri- sendiri. $api, apakah kita
itu bisa meningkatkan rejeki kita sendiri+ #an, apakah kita bisa meren!anakannya+
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 25
Saya berpendapat, meski rejeki itu sudah ada yang mengatur-1ya, namun kita harus teap akti-
meren!anakannya. $anpa diren!ana, rejeki itu akan sulit kita raih. Saya kira, rejeki itu membutuhkan peluang
untuk mendatanginya.
Menurut saya, mana mungkin rejeki itu datang kalau setiap harinya kita tak punya akti2itas apa- apa. %anya
pasrah saja. #an, kita terlalu yakin, bahwa rejeki itu tak perlu dikejar, pasti akan datang sendiri. Saya tidak
Sependapat dengan prinsip ini. Sebab, bagaimanapun juga kalau pada diri kita tak ada gairah bekerja, dan
hanya selalu memimpikan rejeki itu datang, maka rejeki itu pun akan sulit datang atau justru malah menjauh.
$api sebaliknya, jika kita tekun bekerja, dan kreati- berwirausaha, saya yakin, pasti rejeki akan datang.
Bisnis kita pun akan lebih berkembang.
Apalagi, kalau kita berani memilih pro-esi seperti pengusaha, dokter, notaris, penga!ara, pelukis, seniman dan
lainlain. "ro-esi ini saya lihat sangat berpeluang mendatangkan rejeki yang relati- besar atau tidak linier.
Sebab, pro-esi ini berbeda dengan orang yang digaji atau seperti karyawan. Artinya, jika saat ini kita misalnya,
sedang menekuni dunia usaha atau sebagai pengusaha, maka jelas sangat memungkinkan sekali bagi kita untuk
datangkan rejeki yang relati- besar.
Sementara, kalau saja kita sekarang ini bekerja ikut orang lain atau setiap bulannya digaji tetap, maka
jelas peluang akan datangnya rejeki yang relati- besar, menjadi ke!il. leh karena itu, rejeki besar itu
datangnya men!ari tempat yang pas, dan ini bisa kita ren!anakan.
$inggal, kita berani atau tidak.
Bi!ara soal rejeki, saya jadi teringat pengalaman rekan saya. #ia seorang 1otaris. Saya lihat, dalam
menjalankan pro-esinya, dia hanya menggunakan motor. agar dia 'berani' ambil mobil baru se!ara kredit, dia
terkejut. @antas, ganti mobil. (tu pun mobil lama. 1amun, ketika saya sarankan
Apalagi, ketika saya sarankan mobil lamanya dijual saja, untuk bayar uang muka.
Setiap bulannya 0kan harus bayar angsuran+ itu pertanyaannya. Saya jawab, '1ah itulah rejeki akan mengikuti
ren!ana anda.
Kalau anda menggunakan mobil bagus pasti klien akan lebih per!aya. Karena per-orman!e atau penampilan
dibutuhkan dalam bisnis anda. Apalagi anda mau bekerja keras dan kreati- menjaring klien, saya yakin anda
pasti mampu membayar angsurannya. '&upanya, dia ikuti saran saya. Apa yang terjadi selanjutnya+ &ejeki
notaris itu ternyata mengalir deras.
Kliennya kian bertambah. Selain bisa bayar angsuran, dia pun masih punya kelebihan rejeki
itu. #an, keper!ayaan dirinya akan pro-esinya semakin mantap.
Kejadian ini, diantaranya yang membuat saya per!aya, bahwa rejeki itu sesungguhnya akan datang mengikuti
ren!ana hutang kita. &ejeki itu juga akan datang sesuai pengambilan resiko bisnis kita.
Sehingga, pada saat kita mengambil resiko bisnis yang ke!il, rejeki yang mengalir pun juga ke!il.
Sebaliknya, bila kita berani ambil resiko yang bear, maka rejeki yang menglir pun juga besar.GGG
Sukses (tu 6uru *ang Jelek
Monday, 25 October 2004
Kesuksesan akan menjerumuskan kita, kalau kita terlalu bangga.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 21
&BE&$ $. Kiyosaki dalam bukunya ',ash 9low Kuadrant' berpendapat, bahwa sebenarnya sukses itu guru yang
jelek. $api itu berlaku untuk diri kita sendiri. Artinya, sebagai entrepreneur, kita memang sebaiknya tidak
berguru pada kesuksesan kita sendiri. Sebab, hal ini akan membuat kita menjadi kurang bersemangat, menjadi
tidak kreati-, menjadikan kita lengah atau sombong, menjadikan kita lupa diri, bahkan tak menutup
kemungkinan kesuksesan yang kita raih akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.
Sukses itu, menurut saya, bukan berarti 'waktunya untuk menikmati'.
Memang, kesuksesan kita itu bisa menjerumuskan kita. Apalagi kalau kita terlalu membanggakan kesuksesan itu,
akan membuat kita lupa diri. leh karena itu, agar kesuksesan itu tidak menjadi bumerang bagi diri kita sendiri,
maka kita harus pandai-pandai mengelola kesuksesan kita. (tu boleh. Bahkan, itu bisa menjadikan kesuksesan
bisnis seseorang.
Sebab, pada dasarnya belajar dari kesuksesan orang-orang lain, itu memang bisa menjadi guru yang baik. Meski
kita sebetulnya juga bisa belajar pada orang yang gagal.
#alam konteks inilah, menurut saya, agar bisnis kita tetap langgeng bahkan bisa berkembang lebih baik di masa
mendatang, adakalanya kita harus menyadari hal ini. Atau lebih tepatnya, sebagai entrepreneur seharusnya
lebih menilai, bahwa kegagalan itu sebetulnya sebagai pelajaran yang terbaik. leh karena itulah, saya kira kita
sebaiknya janganlah takut dengan kegagalan.
Kita belajar paling banyak tentang diri kita ketika kita gagal, jadi jangan takut gagal. Sebab, kegagalan itu
sebenarnya adalah proses kita untuk menjadi sukses. Saya yakin, yang namanya entrepreneur itu sebetulnya
tidak bisa sukses tanpa mengalami kegagalan.
Maka, pada saat kita ingin memulai bisnis atau di saat bisnis kita mulai berkembang, tapi kemudian tiba- tiba
bangkrut atau mengalami kegagalan, saya kira hal itu janganlah membuat kita patah semangat.
Justru, disaat itulah jiwa entrepreneur kita harus bangkit kembali.
Sebab, menurut pengalaman saya dan rekan pengusaha lainnya, mereka baru sukses, setelah mereka pernah
mengalami kegagalan paling tidak sampai tujuh kali. kalau kita baru gagal dua atau tiga kali, saya kira itu
wajar-wajar saja bagi seorang entrepreneur&
Mestinya, entrepreneur tidak akan pernah mendapatkan pelajaran tanpa mendapatkan pelajaran tanpa
melakukan langkah-langkah yang berarti. Baik itu langkah yang gagal maupun sukses. @angkah-langkahnya
dimulai dari langkah ke!il sampai langkah besar. #engan perkataan lain, saya mengatakan, sebuah perjalanan
D;;; km itu sebenarnya dimulai dari langkah ke!il.
Kalau kita tidak berani memulai atau mengembangkan bisnis, kapan kita akan punya bisnis, atau kapan bisnis
kita berkembang. Saya menemukan kata-kata yang menarik buat kita renungkan bersama yaitu, 'Memulai itu
mengalahkan kita memulai.' Artinya, orang yang berani memulai atau mengembangkan bisnis, itu
lebih baik, dari pada orang yang sama sekali tidak berani memulai atau mengembangkan bisnis.GGG
Karir Entrepreneur
Monday, 25 October 2004
Jika bisnis kita ingin hidup, maka kualitas harus kita tingkatkan.
"E$E& 9. #ru!ker berpendapat, bahwa setiap orang dapat saja berkarir menjadi entrepreneur. '$idak ada yang
misterius,' begitu katanya. Meski, menjadi entrepreneur sekarang lain dengan entrepreneur dulu. Mungkin saja,
kehidupan entrepreneur itu lebih mudah beberapa tahun yang lalu. #imana, membuat tetangga menjadi
pelanggan begitu mudah. Begitu juga, saat kita mau mengembangkan produk lokal. $api saya rasa, sekarang
sudah beda. $untutan pasar semakin banyak, dan kualitas pun harus kita tingkatkan. Begitulah jika kita ingin
hidup. $api saya yakin, jika saat ini kita mau menekuni karir sebagai entrepreneur prospeknya sangat bagus dan
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 22
sangatlah luas. Artinya, kita bisa kapan saja memulai bisnis. #an, kita bisa jual produk atau jasa apa pun juga.
Sedang, berapa jenis usaha yang bisa kita lakukan, tentu saja juga tergantung kemampuan kita.
1amun, dari sebuah sur2ey mengungkapkan, bahwa rata-rata sekitar AAC entrepreneur yang terjun dalam dunia
bisnis selama lebih dari L tahun telah, memiliki beberapa jenis bisnis yang tidak saling berhubungan atau
tumpang tindih. Sementara B:C lagi entrepreneur hanya memiliki satu jenis bisnis, dan >DC lagi memiliki
beberapa jenis bisnis yang masih ada hubungan atau rangkaian.
@antas bagaimanakah agar kita bisa menjadi entrepreneur yang sukses+ #ari berbagai pengalaman, saya melihat,
bahwa ada A karakter seseorang bisa menjadi entrepreneur sukses, yaitu (ertama, adanya keinginan. #imana,
dia menggunakan keinginanya untuk membuat sesuatu yang besar dari hal yang ke!il. Selain itu, juga ada
keinginan sesuai dengan !ara yang ingin mereka lakukan.
Kedua, adanya intuisi. Kesempatan jadi entrepreneur adalah sama untuk semua orang. $idak ada tes (K.
Bahkan, jika kita tidak pintar pun tak menghalangi untuk jadi entrepreneur. Artinya, setiap entrepreneur yang
sukses adalah mereka yang telah belajar mengembangkan intuisinya.
Ketiga, dia punya kemampuan untuk terus hidup walau punya hutang. Jadi, semua entrepreneur telah bertahan
melewati karirnya yang naik turun. Mereka pernah sukses, pernah gagal. "ernah menghasilkan uang, atau
kehilangan uang, dan lain-lain. Bahkan, hutang pun selalau ada di setiap bisnisnya. Saya rasa, ini adalah
kenyataannya. Sebab, bagaimanapun juga, seorang entrepreneur harus belajar beradaptasi dengan hutang.
Keempat, selalu optimis. Misalnya saja, ada peluang bisnis, namun karena ada alasan yang lebih logis, peluang
itu tidak dikejarnya. Sebab, ia telah mempertimbangkan dengan instuisinya, dan menutupinya dengan
optimisme. Jadi, menurut saya, entrepreneur itu adalah pen!ipta dan sekaligus pelaku bisnis. #ia membuat
hidupnya dengan mengatasi berbagai alasan untuk tidak mengejar peluang bisnis, dan kemudian meyakinkan
orang lain untuk mengikuti !aranya.
leh karena itu, menurut saya, kalau kita memang ingin sukses berkarier sebagai entrepreneur, maka pastikan
saja kita mempunyai ke-A karakter tersebut. #an, sebaiknya jangan pernah kita merasa ragu untuk melangkah.
Anda berani men!oba+GGG
Bisnis Keluarga
Monday, 25 October 2004
)isnis keluarga sah#sah saja kita lakukan. Asal saja mereka yang terlibat dalam bisnis keluarga harus memiliki
jia entrepreneur.
Ada sebuah re-erensi menarik yang pernah saya ba!a, bahwa kebanyakan bisnis di negara barat, khususnya
Amerika adalah bisnis keluarga. %anya saja, bisnis sema!am itu bisa jadi besar atau jadi satu kekuatan ekonomi,
asal saja ada kekompakan dalam keluarga.
Selain itu, mereka juga harus memiliki jiwa entrepreneur. Memang tujuan paling urgent bagi bisnis keluarga
adalah dapat menghasilkan keuntungan, dan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Saya akui, memang ada kekuatan dan kelemahan dari bisnis keluarga. Kekuatannya, yaitu ada suatu
keper!ayaaan lebih pada keluarga itu sendiri dibandingkan orang lain. #an, jika pemilik atau anggota keluarga
bisa melayani langsung pada pelanggan atau konsumen tentu mereka akan merasakan pelayanan khusus.
Sementara, kelemahanya adalah bisnisnya akan terganggu jika ada masalah keluarga masuk dalam operasional
bisnis. Sebab, bagaimanapun juga yang namanya bisnis keluarga, tentu banyak berkaitan dengan emosi,
perlakuan, keamanan disamping soal produkti2itas, keuntungan dan pen!apaian tujuan bisnis itu sendiri.
,ontohnya, ada pasangan suami-istri jadi pengusaha. Maka, bisnis mereka akan berhasil jika mereka bisa jadi
partner bisnis yang baik. $api jika tidak, pengalaman yang menyakitkan akan mereka alami.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 23
Menurut pakar entrepreneurship, *harles Kuehl, kelemahan suami istri yang sama-sama pengusaha itu, yaitu
mereka akan terlalu sering bersama-sama. "erbin!angan di rumah kerap kali didominasi masalah bisnis. Jika
sampai terjadi per!eraian, mengakibatkan suramnya bisnis mereka.
Sedangkan keuntungannya adalah pasangan keluarga ini biasanya dapat bekerja lebih lama untuk bisa membuat
bisnisnya sukses. #an, mereka juga dapat berganti shi-t berjaga di rumah dan di kantor.
@antas bagaimana jika dalam bisnis tersebut anak-anak mereka juga ikut serta+ Saya rasa, hal itu sah- sah saja.
Karena hal itu sudah merupakan bagian dari hidup mereka. Meski ada juga pakar yang berpendapat, bahwa
bisnis seperti itu
Jika Anak (ngin Bisnis
Monday, >: !tober >;;A
Kita janganlah apriori, jika anak kita tiba-tiba menyatakan keinginannya meniru profesi kita sebagai
pengusaha. Yang terpenting adalah, carilah pembimbing yang benar-benar memiliki keterampilan mententor
anak kita.
Jika anak kita ingin bisnis seperti pro-esi yang digeluti orang tuanya, bagaimana sebaiknya sikap kita sebagai
orang tua menghadapi hal itu.
Apakah kita apriori atau ingin ikuti saja keinginannya. Saya rasa, kasus ini tak sedikit dialami
kalangan pengusaha, termasuk saya sendiri, yaitu ketika anak saya yang masih duduk di bangku SM" juga punya
keinginan jadi pengusaha 3arnet. Menurut saya, hal itu wajar terjadi, karena barangkali anak kita sudah
terbiasa dengan atmos-er bisnis. Meski, tak sedikit pula anak pengusaha yang sama sekali tidak ingin ber!ita-!ita
jadi pengusaha, karena dia tahu ayahnya sangat sibuk. Sedangkan, untuk mendidik sendiripun tidak mudah.
Masalahnya, adalah -aktor kedekatan emosional sangat besar, dan itu terkadang menjadi kendala perkembangan
anak itu dendiri.
Sementara itu, saya melihat belum adanya sekolah yang bisa menyiapkan seseorang jadi pengusaha. Sehingga,
jika anak kita ingin jadi pengusaha, maka dirasa perlu ada orang lain yang kita per!aya untuk menjadi
pembimbingnya atau mentor-nya.
%anya, di dalam kita melibatkan mentor dari luar keluarga, tetap harus diren!anakan dengan baik. #an, agar
berhasil, menurut Patricia Schiff Estess, kolumnis di Entrepreneur Maga8ine, kita harus memperhatikan -aktor-
-aktor dibawah ini.
9aktor pertama, kita harus tahu siapa orang yang menjadi mentornya. Memiliki keterampilan dan dapat
memberikan bimbingan, memang merupakan syarat utama. #an, kita sebagai orang tua, semestinya harus lebih
dulu per!aya sebelum mentor tersebut kita libatkan di dalam membimbing anak kita.
9aktor kedua, apa yang harus kita ketahui pada mentor, artinya, sebelum mentor dari luar keluarga itu
menentukan aturan-aturan dalam memberikan bimbingan, sebaiknya kita perlu menjelaskan pada mentor
tersebut, apa saja yang menjadi ruang geraknya, dan apa saja yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya saja,
dia harus dapat mendidik sikap disiplin pada anak kita.
9aktor ketiga, adalah apa saja yang tidak boleh dilakukan mentor. Misalnya, dia tidak semestinya men!oba
melakukan masukan bagi kemampuan anak kita di bidang bisnis.
Sehingga proses tersebut nantinya, akan menjadi anak kita lebih 'sabotage' pada proses mentoring itu sendiri.
Sebab, sebenarnya inti dari mentoring adalah bagaimana memberikan matang dalam bisnis.
leh karena itulah, saya kira, program mentoring sema!am itu sebaiknya kita ren!anakan untuk jangka waktu
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 2.
terbatas, : atau sampai D; tahun. Sebab, saat itulah, kita sebagai pengusaha akan pensiun atau istirahat.
Sementara, anak kita di saat itu telah siap menjadi pengusaha.GGG
Bodol, Botol, dan Bobol
Monday, 25 October 2004
Tak punya duit, tenaga, atau ide+ (akai jurus )odol, )otol, )obol
Ada satu pertanyaan yang menarik untuk kita simak dari seorang peserta Entrepreneur <ni2ersity angkatan
ketiga di Jakarta beberapa waktu lalu. 'Kenapa sih "ak, saya ini kok tak ada keberanian dalam berbisnis.
&asanya sulit sekali. Apala"i sa$a cuup pun$a dui%, !ahlian dan id! 'isnis& Apa mun"in sa$a 'isa
'!#'isnis9,1 u(a#n$a& Saya yang ditanya soal masalah yang satu ini, sambil ber!anda saya balik bertanya.
'Apakah bapak ketika masuk ke kamar mandi juga harus berpikir lebih dahulu satu atau dua jam sebelumnya+',
$anya saya. #ia agak terkejut mendengarnya.
"ikirnya kok aneh pertanyaan saya ini. 'Ah...nggak perlu satu atau dua jam sebelumnya. ,ah )apak
ini gimana sih.' jawabnya bersemangat. Mendengar jawaban spontan itu, serentak peserta yang sebagian besar
ibu rumah tangga, karyawan, pensiunan, dosen dan bahkan ada yang bergelar master serta doktor itu tertawa
lepas. '-ah seperti itulah, kalau kita mau berbisnis,!jaab saya singkat !nggak usah terlalu dipikir#pikir'
Saya berpendapat, kenapa energi kita habis hanya untuk berpikir dan berpikir terus mau bisnis apa, tapi tak ada
*u(udn$a& Sa$a i#a, alau i%a mau 'isnis sa(a sudah %!#lalu 'an$a dipii#, 'isa sa(a 'isnis i%u %ida aan
%!#*u(ud& Padahal mun"in i%a ada !in"inan (adi p!n"usaha& -a#!na i%ulah, i%a ha#us m!milii
!'!#anian m!mulai 'isnis apa pun $an" i%a in"inan& Misaln$a sa(a, !%ia i%a mau m!mulai apa pun
$an" i%a in"inan& Misaln$a sa(a, !%ia i%a mau memulai bisnis tapi menghadapi kendala tak punya modal.
1ggak usah bingung pakai saja jurus )./.0, apa itu Bodol+ Saya singkat dari kata ')erani, .ptimis, /uit, .rang,
0ain+.'maksud saya, dalam bisnis kita harus punya keberanian.
Kita harus ptimis. 1ah, kalau nggak punya duit, kita bisa 0pakai0 atau pinjam duitnya orang lain. Saya
yakin, asal bisnis kita jelas, dan punya prospek bagus, pasti ada saja orang yang meminjamkan duit atau modal
pada
kita. "injam duit pada orang lain untuk bisnis, saya kira sah-sah saja. Bahkan sering saya menyarankan,
walaupun punya duit sebaiknya jangan dipakai duit sendiri untuk bisnis.
-alau i%a pun$a dui% a%au modal, %api i%a %ida ahli di'idan" 'isnis $an" aan i%a (alanan, sa$a #asa i%a
'isa sa(a pakai jurus ).T.0. Singkatan apa pula ini+)erani, .ptimis, Tenaga, .rang, 0ain. Artinya, selain kita
tetap memiliki keberanian dan optimis, kita pun bisa memakai tenaga orang lain atau kita bisa men!ari orang
yang ahli dibidangnya, sehingga bisnis kita bisa jalan. "endeknya tak harus bisnis itu kita jalankan dengan
tenaga sendiri. Kalau ide bisnis pun ternyata pun juga tidak punya, maka jurus ).).0 bisa kita lakukan,
Singkatan )erani, .ptimis, )isnis, .rang, 0ain. Jadi, kita harus berani dan optimis dalam memulai bisnis dengan
meniru bisnis orang lain.
1ah, kenapa kita merasa sulit dan tak berani memulai bisnis, padahal setiap saat kita memiliki keberanian
masuk kamar mandi. Kita masuk kamar mandi tanpa banyak dipikir. Kalau lantas airnya kurang hangat atau
terlalu dingin, kita juga bisa mengaturnya.
Seperti halnya bisnis. Kalau bisnis yang kita jalankan kurang berkembang, kita bisa atur.
6isa i%a p!#'aii mana $an" u#an"& :an alaupun ia %a pun$a modal, %a pun$a !ahlian a%au %a pun$a
id!, maa bisa saja meman-aatkan kepunyaan orang lain. $api yang penting, bisnis kita tetap jalan. Justru
kekurangan bisnis kita disana sini akan membuat kita dewasa dalam berbisnis. Jiwa entrepreneur kita pun akan
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 2/
semakin berkembang. leh karena itu, bagi kita yang mau memulai bisnis tapi tak punya duit atau modal, atau
tak punya keahlian, atau mungkin juga tak punya ide bisnis, saya sarankan !oba saja kita menerapkan jurus
Bodol, Botol, dan Bobol. Anda berani men!oba+.GGG
Mau Bikin Apa @agi
Monday, 25 October 2004
Saya Selalu Bermimpi, Mau Membuat Bisnis Apalagi?
6isnis sup!#ma#!% a%au s*ala$an, m!man" saa% ini s!dan" %#!nd& 6an$a piha $an" m!nco'an$a&
6a#an"ali 'isnis ini menjanjikan untung besar. $api yang jelas, permintaan konsumen akan kebutuhan pangan
dan sandang terus meningkat dan belum bisa dipenuhi oleh swalayan yang ada.
Sebagai entrepreneur, saya ikut men!obanya. Saya beri nama "ro Market Swalayan. Saya gulirkan awal
#esember >;;D lalu. Sebenarnya, tujuan saya mendirikan "ro Market Swalayan bukan semata-mata men!ari
untung atau membuat diri saya 0kaya0 se!ara pribadi. Bukan itu.
$api, saya berharap kehadiran "ro Market Swalayan akan men!iptakan 0kekayaan0 baru, yaitu akan banyak
men!iptakan lapangan kerja baru. "ertimbangan lain adalah "ro Market Swalayan bukan semata-mata hanya
sebagai ritel saja, tapi juga bisnis properti.
Adanya "ro Market Swalayan juga akan menaikan harga property di sekitarnya.
Jadi ada dampak positi- pada lingkungannya. @ihat saja, ketika pagi
hari disekitar jalan #iponegoro sibuk dengan kegiatan perkantoran, perbankan dan bisnis lainnya, tapi begitu
malam
tak ada kegiatan bisnis sekalipun masih terlihat sejumlah pedagang kaki-lima.
Atas pertimbangan itulah, yang menguatkan tekad saya dan memberikan keyakinan bahwa saat sekarang inilah
saya perlu men!oba bisnis ritel ini. Apalagi, saya melihat, belum ada swalayan besar di sekitar jalan ".
#iponegoro *ogyakarta.
1ah begitu, saya buka "ro Market, ternyata suasana jalan ini di malam hari menjadi 0hidup0. Jalan
menjadi lebih ramai, dan saya yakin akan meman!ing pengusaha lain untuk ikut meramaikan dengan bisnis-
bisnis lainnya.
"eluang bisnis ritel ini memang masih menganga. Keuntungannya sangat menantang, tak kalah dibandingkan
dengan bisnis lainnya. $api, lantaran bisnis ini bagi saya masih relati- baru, maka ketimbang buntung, saya lebih
baik men!ari mitra bisnis yang pro-esional di bidangnya. Sebab, bagaimanapun juga, kalau bisnis dikelola se!ara
pro-esional tak mustahil akan menjadi !ore bisnis baru dalam kelompok bisnis grup "rimagama. Sekalipun
sesungguhnya bisnis ini tak mudah, namun berbekal optimisme saya yakin, "ro Market Swalayan akan
berkembang. $erus terang, optimisme itulah yang membuat saya yakin semakin per!aya diri. Semula saya tak
yakin bisnis baru ini mun!ul, karena saya memang tak punya pengalaman.
$api berbekal pengalaman saya membuka restoran "adang "rima &aja, yang juga sama sekali tak ada
pengalaman tapi akhirnya berhasil saya wujudkan, maka jiwa entrepreneur saya pun tergerak juga untuk
mewujudkan Swalayan ini. #an, akhirnya terwujud juga.
Sekalipun untuk suksesnya bisnis ini, waktu jualah yang akan membuktikannya.
Memang, seusai membuka bisnis ritel pertama ini saya sempat diledek oleh teman-teman pengusaha maupun
relasi lainnya. 'Mau bikin apalagi+' $anya mereka. Mendengar pertanyaan itu, saya tersenyum. $api yang jelas,
dalam benak saya sesungguhnya masih ada mimpi lain yang belum terwujud sampai sekarang ini.
Misalnya, ingin punya hotel. $api terkadang mun!ul keinginan lain lagi, yaitu punya lapangan gol-.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 20
$api itu semua memang baru mimpi, bolehkan+ Saya kira, begitu juga anda pasti punya mimpi yang tinggi.
1amun yang terpenting dari semua ini adalah sebagai pengusaha kita ingin men!iptakan banyak lapangan kerja
dengan kita mengembangkan bisnis.GGG
Bangun Bisnis, Beli "roperti
Monday, 25 October 2004
&aya membeli properti, untuk mendapatkan hutang.
Ada satu petuah bisnis menarik yang diajarkan &obert $. Kyosaki, penulis buku '&i!h #ad, "oor #ad', yang
menjadi best seller. "etuah itu bunyinya, 'Setelah kita sukses membangun bisnis maka jangan lupa beli properti.
Selain kita punya penghasilan dari bisnis yang kita jalankan, kita juga akan mendapat untung dari gain kenaikan
nilai properti itu.' Saya kira, Kyosaki benar. "etuah itu sebenarnya merupakan kata kun!i yang menjadi sebab,
mengapa orang kaya makin kaya. Karena orang kaya yang !erdas selalu membeli properti yang setiap waktu
akan terus berlipat nilainya, itulah yang membuatnya semakin kaya.
1amun, jauh sebelum memba!a buku itu, sebagai entrepreneur saya sudah mempraktekan ajaran itu sejak dulu.
Karena itu, ada petuah tambahan yang bisa saya berikan untuk anda dalam membeli properti, dari hasil
keuntungan dari sukses bisnis yang anda bangun.
#alil bisnisnya berbunyi, 'Kalau anda berniat membeli properti, janganlah sesuai kemampuan dana yang tersedia.
)ahkan lebih baik belilah properti dengan hutang )ank. Karena semakin sedikit uang anda keluarkan untuk
membeli properti, semakin besar kentungan anda.'
Jelasnya, kalau kita punya dana &p A;; juta janganlah membeli properti pas senilai dana yang kita punya.
Bukankah membeli properti tidak harus !ash. Bisa dengan !ara !redit. Jadi sebaliknya pe!ahlah &p A;; juta
anda untuk A properti, misalnya masing-masing seharga &p A;; juta,
dimana masing-masing !ukup anda bayar uang muka pembeliannya sebesar &p D;; juta, sisanya &p B;; juta dari
Bank. 1ah, kalau anda hanya membeli satu properti senilai &p A;; juta, maka lima tahun kemudian anda hanya
akan menerima keuntungan berlipatnya harga dari satu properti saja. $api kalau empat properti, lima tahun
kemudian satu property anda yang semula &p A;; juta telah berlipat menjadi &p > miliar. Sehingga A properti
menjadi I miliar.
Barangkali Anda bertanya, mengapa membeli properti dengan hutang lebih menguntungkan+ Ada baiknya kita
simak saran bisnis dari #ol- /e 'oos, konsultan ayah kaya &obert $. Kyosaki. #alam bukunya, '&eal Estate
&i!hes' #ol- menulis, '&aya tidak membeli properti untuk membeli tanahnya, karena itu tidak produktif. saya tidak
membeli properti untuk membangun gedung karena butuh maintenan"e. /an, saya tidak membeli properti untuk
diseakan karena butuh manajemen. Alasan terkuat saya membeli properti adalah untuk mendapatkan hutang.
Alasan sederhana, !%umlah hutang selalu sama, tapi nilai aset terus melambung.'
#engan memetik petuah bisnis tersebut, saran saya, kita sebaiknya jangan takut berhutang ke bank kalau untuk
membeli properti. <bahlah mindset, bahwa hutang akan mengundang masalah bagi anda. Memang untuk belajar
m!mupu p!#ca$a di#i dalam '!#hu%an" 'ol!hlah m!mulai d!n"an nilai !cil& Tapi, s!ali anda '!#hasil
'uan anda $an" m!nca#i hu%an" ! 'an, %api s!'alin$a 'an $an" (us%#u aan m!nca#i anda supa$a
m!n"am'il hu%an"& Ta salah alau lan%as muncul canda di alan"an !n%#!p#!n!u# 'ah*a, 1Kalau anda
hanya berani hutang 'p 12 juta, andalah yang punya masalah. Tapi kalau anda sudah berani
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 22
hutang 12 miliar, bank yang akan punya masalah. (er"ayalah, semakin sering kita berani
hutang, maka bank akan semakin per"aya pada bisnis kita&1 Anda '!#ani m!nco'a9;;;
Setelah "ensiun, Mau Apa+
Monday, 01 November 2004
3ikmatnya pensiun itu hanya tiga bulan, &elebihnya sumpek, jenuh, dan stress, maka
berbisnislah. &asanya memang bahagia, setelah kita sudah tahu bahwa kita pensiun dengan dapat uang
pensiunan. Apalagi kalau uang pensiunan kita itu gede jumlahnya.
Singkatnya, tidak bekerja pun kita dapat duit. Kita tinggal ambil bunga dari deposito yang kita miliki di Bank.
$api berdasarkan pengalaman teman-teman yang baru pensiun dan kini mengikuti pendidikan entrepreneursip
Entrepreneur <ni2ersity, katanya, pensiun itu enaknya hanya tiga bulan. Mengapa+ yah, karena kegiatan kita
setiap hari banyak dihabiskan dengan bangun-tidur, nonton $J, ber!anda dengan !u!u, dan lain-lain.
%abis mau apa lagi, karena memang tidak ada kegiatan. $anpa kerjapun kita nggak pusing, sementara duit
masih !ukup di bank. Semula pikirnya, duit adalah segala-galanya. 1amun ternyata yang banyak kita jumpai
dilapangan, mereka merasakan enaknya masa pensiunan itu hanya tiga bulan.
Setelah itu menurut pengakuannya, mereka jadi stres. Karena nggak ada kegiatan dan waktunya habis di rumah
untuk bersantai ria. "adahal, sebelumnya mereka terbiasa bekerja. Akibatnya setelah pensiun pikirannya jadi
sumpek, jenuh, dan stres.
Menurut saya, sebaiknya jika kita sudah pensiun, tak ada salahnya kita punya berbagai kegiatan. #iantaranya,
kita bisa akti- di organisasi sosial, akti- di organisasi keagamaan, terjun dalam dunia bisnis.
#an, mungkin justru di saat itulah kita belajar memulai usaha.
Kita bisa meniru semangat wirausaha Kolonel Sanders, yang di saat sudah usia L> tahun dia nekad buka usaha
Kentu!ky 9ried ,hi!ken. Artinya, -aktor usia itu bukanlah menjadikan masalah bagi kita untuk belajar memulai
usaha. <sia bukan penghalang untuk jadi lebih sukses, sekalipun sebelumnya kita sudah banyak pengalaman
menjadi karyawan atau sebagi pro-essional. "endeknya, para pensiunan belum terlambat untuk memulai
usaha. Memang ada pensiunan yang ber!erita pada saya, bahwa seusai ia menjalani pensiun, yang mun!ul dalam
benaknya hanyalah memikirkan akhirat saja. Saya kira wajar. $api, setelah mengikuti pendidikan Entrepreneur
<ni2ersity .E</ atau setelah terkena 2irus entrepreneur, dia tidak hanya berpikir akhirat saja, tapi kepentingan
dunia pun juga ikut dipikirkan, yaitu misalnya dengan jalan berwirausaha.
'Saya ikut kuliah sebenarnya juga untuk memberikan !ontoh pada anak saya, ini lho walaupun bapak sudah
pensiun tapi tetap mau belajar berwirausaha,' katanya. Bahkan tak hanya itu saja, menurut pengakuannya,
setelah kuliah lagi di E< semangat hidupnya kembali bergairah.
Apalagi masuk E< tak ada tes, dan tak ada ujian. '%idup saya ini betulbetul bergairah.
(tu karena sentuhan jiwa entrepreneur tidak punya usaha sama sekali, tapi kini setelah terkena 2irus
entrepreneur, dia sudah punya tiga unit usaha. Saya kira, masih banyak !ontoh para pensiunan yang semula tak
bersemangat lagi berakti2itas, kini saya lihat mereka sudah ada yang mulai akti- berwirausaha dengan membuka
rumah makan, bisnis warnet, bisnis jasa pendidikan, per!etakan, buka bisnis design gra-is, dll. leh karena
itulah, saya mengajak para pensiunan, yuk kita men!oba berani berwirausaha.'<sia boleh tua, tapi semangat
berwirausaha tetap muda'. Anda berani men!oba+GGG
Malu Memasak, Sesat #alam Berbisnis 7
Saturday, 0 November 2004
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 23
Kalau saja ada lembaga yang mau membuat polling dengan isu) bias gender dalam keahlian memasak.
%asilnya mungkin mudah ditebak. Boleh jadi, diantara D; pria (ndonesia, tak akan lebih dari > orang
yang bisa memasak. Memasak, dalam arti bukan sekedar men!eplok telur mata sapi atau merebus air7
$api men!iptakan makanan dengan memadukan ramuan bumbu dan bahan makanan yang
tepat sehingga menghasilkan makanan yang bukan hanya enak, gurih atau le8at dilidah banyak orang,
tapi juga sedap dipandang saat penyajiannya.
$ak keliru kalau keyword, sebuah iklan bumbu penyedap diklaim, 'rasa le8at bukan suatu
kebetulan 7'. $entu, dibutuhkan sebuah proses kreati- yang memerlukan 'ke!erdasan' tangan dan
lidah dalam meramu, memadukan ra!ikan bumbu dan bahan makanan, sehingga tersaji makanan yang sempurna
di lidah dan mata penikmatnya. Mungkin karena dirasa njelimet dan kurang melihat adanya tantangan, dalam
domain rumah tangga (ndonesia, bapak selalu tak bisa memasak, atau persisnya tak berani dan tak punya rasa
per!aya diri untuk men!oba memasak.
Karena itu kebanyakan, keahlian memasak selalu didominasi oleh ibu ketimbang bapak. Bahkan, tak sedikit pria
(ndonesia, malu memasak. Sebuah mindset yang keliru dan perlu diluruskan. Karena tidak 'pede' nya para pria
atau bapak rumah tangga (ndonesia untuk berani memasak umumnya bersumber pada masalah malas dan tidak
"er!aya diri, jadi bukan berarti masakan bapak selalu kalah enak dengan masakan ibu. "erlu bukti+
#alam konteks entrepreneurship, dengan mudah bisa kita lakukan sur2ei. %ampir semua warung atau gerai
makanan khas (ndonesia FFC yang bernama PAK, dan nyaris tak ada yang bernama BU.
#i Jogja ada Soto Pak Sholeh, 1asi 6oreng Kambing Cak Kandar, Soto Lenthok Pak Sadari, Bakmi Pak Manun,
Bakso Pak Kintel dan masih sederet panjang lagi nama warung makanan bernama awal Pak.
%anya 6udeg Mbok Amat dan Ayam 6oreng 1y Suharti yang menonjol di antara deret restoran makanan bernama
awal perempuan di Jogja. Apa artinya+ Bila !ukup per!aya diri dan mau berlatih dan tentu berani men!oba,
pria, tak selalu kalah piawai dalam memasak dibanding wanita.
Berani men!oba, mau gagal dan belajar dari kegagalan tak menyerah dan selalu men!oba lagi. (tu modal yang
dibutuhkan siapapun, tak hanya para pria untuk bisa piawai memasak. Siapa saja, karena tidak sedikit pula para
wanita dan ibu rumah tanga yang melempar tanggung jawab ke pembantu untuk urusan masakan. Modal itu pula
yang diperlukan seseorang untuk bisa terampil menjadi seorang pengusaha7
Jangan lupa, meramu sebuah bisnis yang jempol, dalam arti laku di pasaran, bahkan mampu men!ipta loyalitas
konsumen pada produk bisnis kita sehingga bisnis bukan hanya laku di pasar tapi juga tumbuh membesar,
memerlukan !pia*aian $an" 'u%uh la%ihan dan u(i n$ali&
Sekali seorang pengusaha berani men!oba membuka usaha, mestinya pantang baginya untuk takut gagal.
Andaipun gagal dalam bisnis, terjatuh dari usahanya, segeralah bangkit dan men!oba membuat temuan
ra!ikan menu bisnis baru yang terus disempurnakan demi konsumen. Kalau paduan ramuan bisnis kita sudah
sempurna, tak susah bagi seorang pengusaha untuk menjual produk bisnisnya.
Setiap kita melihat kesuksesan bisnis seorang pengusaha, umumnya kita jarang yang melihat bagaimana sang
pengusaha dahulu berjuang, jatuh bangun merintis usahanya hingga dipandang sukses oleh khalayak. Sei!hiro
"onda, pendiri %onda Motor Jepang, pernah bertamsil, 'rang sering silau oleh DC kesuksesan saya, tapi mereka
tak pernah melihat FFC kegagalan saya sebelumnya'.
#ari tamsil itu, jelas terba!a bahwa janganlah seseorang itu berani mem2onis dirinya gagal dalam bisnis,
hanya karena satu dua kali kegagalan dalam merintisnya, asal terus men!oba dan berani menghadapi kegagalan,
sukses, tentu akan terwujud.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 24
Salah satu uji nyali, yang penulis sarankan untuk di!oba oleh !alon-!alon pengusaha adalah dengan belajar
memasak. Saran ini berlaku baik buat pria maupun wanita. Ada banyak analogi yang sama antara belajar
memasak dan belajar membuat usaha.
Misalnya, dalam meramu masakan yang sedap kita tidak dilarang untuk men!ontoh bahkan
mengambil bahan yang sudah dibuktikan banyak lidah orang kalau rasanya enak.
Karena itu, kalau kita pengin bikin nasi goreng kambing tapi tak yakin nanti daging kambingnya bisa gurih
dengan bumbu yang meresap dalam daging, boleh saja, kita !omot kambing dari warung sate kambing atau sop
buntut yang sudah punya nama. Kita ambil daging dan pisahkan kuahnya, kita !ampurkan pada nasi goreng
dengan bumbu buatan kita.
Jadilah nasi goreng kambing kita lebih sedap dengan rada sop buntut bang <din langganan kita. Salah+ $entu
saja tidak. Justru kreati-itas kita itu telah melahirkan satu jenis makanan baru yang lebih le8at dan menggiurkan
lidah 7
Begitu juga dalam membuat bisnis, kalau kita tak !ukup yakin akan ide bisnis kita bakal laku dijual, kenapa
$idak men!ontoh bahkan mengambil utuh konsep bisnis orang lain yang terbukti punya !itra dan merk dagang
yang bagus.
#alam bisnis, kita bisa melakukan langkah tersebut dengan konsep -ran!hise, waralaba. Kita membeli, merek
dengan segala bentuk konsep layanan, penyajian dan ruang gerainya dari sebuah merk bisnis dan bisa kita
memilikinya dengan membayar royaltinya pada pemilik merk.
Meskipun demikian, bukan berarti kita tak boleh berkreasi dengan sajian ala merk itu. Kini kita men!atat
perkembangan, meski di sononya, orang makan ayam goreng Kentu!ky hanya dengan kentang goreng, karena
orang (ndonesia belum merasa makan kalau belum pakai nasi, maka kini Kentu!ky juga menyajikan teman
makan ayam gorengnya dengan nasi putih dan nasi goreng. Kini, kita bisa pula makan nasi $ortilla di resto "i88a
%ut yang ada di (ndonesia.
Jarian menu berbeda bisa pula di sajikan di outlet dua resto multinasional itu di negara lain. Semua
perubahan itu demi satu tujuan, disukai konsumen dan bisnis bisa berkembang.
Jadi, mari jadikan memasak sebagai sebuah kegiatan menantang yang menarik untuk menguji nyali kita dalam
menajamkan intuisi bisnis kita. Semakin piawai kita men!ipta masakan baru yang unik dan le8at, hampir pasti
semakin handal pula kita men!iptakan ragam bisnis baru yang menantang pula untuk dikembangkan sebagai
sebuah bisnis yang sukses7 "enulis justru kuatir, kalau rasa malu untuk memasak terus dipelihara dalam diri
anda, justru bisa membuat anda tersesat dalam berbisnis7
Karena ketajaman, rasa, selera dan kreati2itas untuk mengatasi masalah tak pernah terlatih dan teruji hasilnya.
Memasak merupakan latihan paling sederhana untuk membuktikannya. $ak perlu ditunda lagi.
Mulailah, besok pagi anda masak nasi goreng sarapan anda sendiri7
Jadi &aja "roperty #engan Jual &umah Sendiri
Sunday, 02 January 2005
0ebih baik di sini, rumah kita sendiri... &egala nikmat dan karunia yang kuasa... semuanya, ada di sini...
"esan lirik lagu 4&umah Kita5, yang ngetop lewat ro!ker A!hmad Albar itu memang tak keliru.
Memiliki rumah sendiri benar memberikan kenikmatan tersendiri. Apalagi, kalau di dalam
rumah itu semuanya serba ada. Serasa berat hati kita berpindah rumah. $ak heran sebagian
orang punya keyakinan, memiliki rumah itu --orang Jawa bilang-- 5pulung5. Artinya ada hoki
dan re8eki. Kalau belum hoki, memiliki rumah susahnya seperti men!ari jodoh, susah didapat.
Karena itu, tak heran jika sudah didapat rasanya berat dilepas.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 35
Mindset seperti itu, dalam pandangan kewirausahaan ternyata keliru besar. #alam seni
entrepreneur, segala sesuatu yang bisa dijual dan menghasilkan keuntungan halal, boleh
di(ual, %!#masu #umah mili i%a s!ndi#i& -alau #umah i%a saa% ini nilain$a nai, dan i%a dapa% s!lisih
!naian nilai #umah i%u un%u m!m'!li #umah la"i, !napa %ida dico'a9 -alau m!man" (ual sa%u 'isa '!li
dua a%au %i"a #umah baru, mengapa tidak dilepas saja rumah kita, meski -asilitas maupun nostalgia ada di sana+
1asihat bisnis &obert Kiyosaki mengajarkan, jualah -ran!hise belilah property, kalau ingin kaya raya. 1amun,
selagi kita belum punya merk usaha yang bisa dijual -ran!hisenya, kenapa kita tidak jual rumah kita untuk
memborong property yang lebih menguntungkan+
<ntuk mempro2okasi keberanian bisnis Anda, saya ingin mengulas !ontoh dari seorang siswa Entrepreneur
<ni2ersity. Sebut saja namanya 1omad. (a sudah mempraktikkan ide menjual rumah sendiri sejak > tahun lalu.
#alam tempo sesingkat itu, rumah pertama
1omad yang hanya berharga &p :; jutaan, karena ke!erdasan entrepreneur dan tentu
saja kemampuannya terus berpindah rumah dan men!ari rumah berprospek bagus, kini seharga lebih dari &p D
Milyar. @ebih dari lumayan bukan+
Saat saya tanyakan, apa modal utama yang diperlukan merintis ide menjual rumah tempat tinggal sendiri+
Jawabnya, sikap mental keluarga untuk siap pindah rumah setiap saat.
Bukan soal sederhana memang. "indah rumah bikin pusing, terutama bagi orang yang sudah berkeluarga. $api,
rupanya, si 1omad sukses mengubah mindset keluarganya, kalau pindah rumah bukan lagi hal merisaukan tapi
mengasyikkan. $ak heran, 1omad mengaku bukan hanya tiap tahun pindah rumah, tapi enam bahkan tiga bulan
harus pindah rumah lagi, karena rumah yang ditinggali diminati pembeli dengan harga yang aduhai7
Selain memiliki sikap mental yang kuat untuk siap pindah rumah setiap waktu, kita juga mesti jeli mengelola
keuntungan penjualan rumah. Keuntungannya bukan hanya untuk membeli rumah lagi, entah satu atau lebih,
atau setidaknya di lokasi yang lebih bagus. $api, tentu juga untuk biaya hidup keluarga, atau untuk
memper!atik rumah kita. *ang belum bertaman, dibuat taman !antik.
*ang belum berlantai keramik, dikeramik, dindingnya juga di!at
ulang atau di lapis batu alam yang lagi trend. Kalau dana memungkinkan, lengkapi -asilitas rumah agar semakin
nyaman dan berdaya jual jauh lebih tinggi. Misalnya, kamar diberi wasta-el dan a! yang sejuk. Bahkan, kalau
$oh, kini ada bisnis pembuatan kolam ada tanah dan dana memungkinkan, buatkan kolam renang di halaman
dalam. renang yang pembayarannya bisa di!i!il setelah kolam jadi.
(de bisnis ini bisa juga diterapkan dalam produk lain. Mobil bekas, misalnya. Kita beli barang yang kondisinya
serba minus, kita poles dengan warna !at baru yang kin!long, lengkapi -asilitasnya dan dijual lagi, pasti
untungnya lebih !iamik7
#alam dunia hobi, menjual koleksi sendiri bahkan merupakan hal sangat la8im. Seorang sta- saya yang sangat
hobi burung kenari, dalam waktu B bulan bisa memoles kenari yang dibelinya hanya &p >:; ribu. Setelah dua
tiga kali diikutkan kontes burung dan diganti sangkarnya dengan sangkar yang lebih bagus, bisa laku jutaan.
#engan dana itu, sta- saya itu bisa memborong bakalan kenari jantan baru yang lebih banyak, dan untungnya
tentu akan lebih berlipat.
-!m'ali ! soal m!n(ual #umah s!ndi#i& Sa%u unci p!n%in" $an" m!s%i i%a uasai adalah m!n"iu%i
p!#!m'an"an %a%a o%a& <iha%lah p#osp! p!#!m'an"an *ila$ah o%a %!mpa% %in""al i%a& 6idi dan
dapa%an loasi)loasi #umah, a%au 'isa (u"a #uo $an" '!#p#osp! 'a"us& Pol!slah, l!n"api 7asili%asn$a
dan di(ual la"i alau un%un" sudah didapa%& Jadi, (an"an %au% la"i m!n(ual #umah s!ndi#i&
Belajarlah jadi &aja "roperty dengan menjul rumah sendiri7 (tu lebih
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 31
baik daripada terus sekadar mimpi7 $ak salah, kalau berhasil, kita bisa memplesetkan lagunya A!hmad AlbarMM
0ebih baik begini, jual rumah sendiri4. &egala nikmat dan untung memang anugerah yang kuasa5 Tapi yang
pasti,
masuk kantong sendiri4.. 'umah Kita.
#aya <ngkit Bisnis
Tuesday, 11 January 2005
Kalau kita memulai bisnis dengan berpikir akan berhasil maka akan berhasil juga bisnis kitaN tapi
kalau yang kita pikir kegagalan, maka realitas yang akan kita hadapi juga kegagalan.
Akademi Manajemen #ian 1uswantoro Semarang awalnya tidak populer di kalangan remaja
(ndonesia. "aling tidak baru remaja Semarang dan sebagian Jawa $engah saja yang mengenal
perguruan tinggi milik (r. Edi 1oersasongko, M.Kom. $api Edi 1oersasongko tak kurang akal untuk
mengungkit pamor kampusnya, dipilihlah Basuki menjadi bintang iklan dengan key word) 4(ni
$oh, kampus Manajuminem #ian 1uswantoro5. Sekarang sejak istilah Manajemen dipelesetkan
sebagai Manajuminem oleh Basuki, perguruan tinggi itu malah jadi makin nge-top dan berkembang maju.
Men!iptakan daya ungkit bisnis adalah salah satu seni tersendiri bagi seorang entrepreneur dalam menjaga
stamina bisnisnya. <ntuk bisa sur2i2e dan berkembang, seorang pengusaha harus kreati- men!iptakan daya
ungkit dan menjaga nama besar perusahaannya. Seorang pengusaha pun dituntut untuk terus menerus menjaga
energinya,
bahkan seharusnya terus bertambah. Berkurangnya energi sang pengusaha bisa berdampak serius bagi usahanya,
bisa seret bahkan kalau -atal bisa membuat usaha kita bangkrut.
#aya ungkit dalam bisnis, dalam buku yang ditulis pakar entrepreneur dunia, &obert Kiyosaki, disebut sebagai
le2erage. Menurut &obert, dengan memiliki daya ungkit, maka apa yang kita pikir nyata itulah yang akan
menjadi realitas kita. Kalau kita memulai bisnis dan berpikir akan berhasil maka akan berhasil juga bisnis kita)
tapi kalau yang kita pikir kegagalan, maka realitas yang akan kita hadapi juga kegagalan.
Men!iptakan daya ungkit dengan trik-trik bisnis yang kreati- merupakan kiat yang e-ekti- ketimbang dua modus
lainnya yakni daya ungkit -isik dan daya ungkit -inan. Kalau daya ungkit lewat otak, kita harus memaksimalkan
lahirnya ide-ide kegiatan untuk mengungkit bisnis kita. Kita men!atat misalnya, usaha Es $eller EE yang dirintis
Sukiatno 1ugroho, sebelumnya belum dikenal, tapi diapun men!iptakan a!ara lomba membuat es teller se-
Jakarta yang diikuti banyak peserta. A!ara itu diliput media dan nama Es $eller EE sebagai penyelenggara makin
populer. Setelah ngetop, Sukiatno tidak membuat lomba es $eller lagi, karena lomba itu hanya dijadikan
le2erage bagi bisnisnya. #i kalangan pengusaha makanan tradisional, le2erage bisnis juga disadari artinya. $ak
aneh kalau di berbagai kota sadar kalau prestasi yang pernah mereka dapat bisa jadi le2erage bagi usahanya.
Konsumen tentu akan per!aya bahwa lotek atau gado-gadonya akan dijamin le8at karena sudah dapat juara.
Selain kreati- dengan ide-ide bisnis, daya ungkit -isik juga diperlukan dalam menjaga stamina bisnis kita.
Seorang peserta program Entrepreneur <ni2ersity, pernah ber!erita bahwa order per!etakannya meningkat
pesat sejak dia berani mengubah mobilnya menjadi lebih bagus. Mobil dan rumah atau tempat usaha yang bagus
memang memiliki daya ungkit se!ara -isik yang terbukti meningkatkan pamor bisnis kita.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 32
$ak ada salahnya sejak awal memulai bisnis, kita tak perlu alergi pada pameran mobil atau rumah mewah.
Jangan segan atau takut mendatangi a!ara pameran mobil atau pameran rumah. Kalau perlu tanyakan satu
persatu harga dan !ara pembeliannya.
Bukankah kedua barang itu selalu bisa dibeli dengan !ara men!i!ilnya+ #engan tahu harganya,
kita menjadi berani mengukur kemampuan atau setidaknya menjadi target untuk memilikinya. Keinginan untuk
memiliki itulah yang akan mema!u kita untuk bekerja keras memajukan usaha kita sehingga keinginan itu bisa
terwujud. Kalau telah berhasil mewujudkan keinginan se!ara -isik, jangan !epat berpuas diri atau merasa sudah
sukses. Jadikan !l!'ihan ha#%a $an" i%a s!'a"ai da$a un"i% 7inansial&
Bisa menjadi agunan ketika kita akan meminjam dana dari bank.
$idak dipungkiri, sampai saat ini, bona-id tidaknya bisnis kita masih sering dilihat oleh mitra bisnis dari
ka!amata -isik. Mulai penampilan pakaian, kendaraan sampai rumah tinggal kita. Jadi, !erdas-!erdaslah
memutar otak temukan ide-ide kegiatan bisnis yang mampu mengungkit nama baik usaha kita.
Jaga dan terus kembangkan aset yang kita miliki jangan sampai jatuh. Sekali kita jatuh, biasanya susah untuk
memulai lagi dari nol.
Jirus Entrepreneur
Wednesday, 2 January 2005
Beberapa hari yang lalu, saya diundang oleh peserta 'Entrepreneur <ni2ersity .E</'
untuk men!oba masakan di rumah makan yang baru saja di buka. &estoran yang
terletak di Jalan Kaliurang *ogyakarta ini memang milik dua orang peserta E<.
"adahal, sebelumnya mereka adalah pegawai negeri, sehingga mereka belum pernah bisnis.
Saya bangga setelah mereka ikut pendidikan entrepreneurship di
'Entrepreneur <ni2ersity' yang kebetulan saya dirikan itu, ternyata mereka telah
membuktikan, bahwa setelah terkena '2irus' entrepreneur ahirnya mereka berani buka usaha.
Kini, 'Jirus Entrepreneur' telah menjalar dimana-mana. $idak hanya menular dikalangan peserta 'Entrepreneur
<ni2ersity' saja, tapi orang-orang yang berada di sekitar sayapun juga terkena wabahnya. Mulai direktur,
manager dan para karyawan.
Mereka yang semula ogah-ogahan berwirausaha, kini mulai bisnis bengkel motor, bengkel mobil,
kolam peman!ingan, persewaan komputer, reparasi A,, -oto!opy, lembaga pendidikan, bahkan supermarket.
"endeknya, 2irus entrepreneur yang saya tularkan dari 'Entrepreneur <ni2ersity' benar-benar mewabah.
Bahkan, peserta E< yang baru saja buka rumah makan tersebut, tak lama lagi akan membuat bisnis baru, yaitu
"endidikan Komputer. Ada juga peserta lain, yang sudah punya peman!ingan, kini buka bisnis garmen !elana,
dan ada ren!ana bisnis jamur merang.
Ada juga, yang tadinya buka toko batik, kini akan buka mini market. Jadi, Jirus Entrepreneur benar-benar
merajalela. Saya kira itu semua positi-.
Apalagi, sekarang banyak pengangguran yang membutuhkan lapangan kerja. Sementara
i%a m!liha%, 'ah*a 'an$a dian%a#a i%a $an" s!'!lumn$a %ida pun$a modal, %ida pun$a p!n"alaman
'isnis dan !lua#"an$apun (u"a %ida m!ndo#on"n$a, %api %ida s!dii% $an" %!lah '!#hasil m!n(adi
*i#ausaha*an sus!s& Namun =i#us i%u, sa$a i#a 'uan =i#us $an" >m!ma%ian>& Tapi =i#us $an" 'ai, $an"
m!m'ua% i%a %!#o's!si un%u mandi#i& Vi#us ini s!ca#a p!#lahan, %api pas%i %!lah m!num'an"an pa#adi"ma
lama, $ai%u i%a ha#us ca#i !#(a a%au (adi a#$a*an&
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 33
Jadi, tidak ada dalam pikiran kita, bahwa kita harus men!iptakan bisnis, kita harus men!iptakan
banyak lapangan pekerjaan dan punya bisnis dimana-mana. 1amun, ternyata setelah kita terkena 2irus tersebut,
sikap dan prilaku kita berubah. Bagi yang kini sibuk kuliah, mulai bersemangat untuk bisnis. Bagi yang kini jadi
ahirnya terobsesi untuk belajar berwirausaha.
Saya kira, ini membuktikan bahwa 2irus entrepreneur telah mema!u Adrenalin kita, yaitu yang semula kita ragu
membuka bisnis, kini jadi bersemangat berwirausaha. *ang tadinya kita setuju dengan tiga syarat penting untuk
berwirausaha, yaitu harus ada dukungan keuangan yang memadai, harus memiliki pengalaman dan ada dorongan
keluarga, seperti yang dikatakan %ohn Kao, dalam bukunya !Entrepreneurship, *reativity and .rgani6ation!
ternyata kini terjungkir balikkan, bahwa tanpa modal uang, tanpa pengalaman dan tanpa dorongan keluarga,
ternyata setelah kita terkena 2irus entrepreneur, kini kita bisa berwirausaha.
leh karena itulah, bagi anda yang belum terkena 2irus tersebut, maka bersiap-siap saja terkena 2irus
entrepreneur. Saya yakin, 2irus entrepreneur akan membuat kita lebih bersemangat menjadi wirausahawan.
Jadi "engusaha $ak %arus "intar
Thursday, 03 !ebruary 2005
)erikut ini dipaparkan beberapa kutipan (urdi E *handra, pendiri (rimagama dan Entrepreneur University yang
menjadi pembi"ara utama dalam seminar yang mengangkat tema !gila!, maka setiap ungkapan yang
dikemukakan (urdi terasa !gila! dan membuat peserta tertaa.
Saya masuk kuliah di empat uni2ersitas tapi tidak selesaikan kuliah. $api saya juga heran
kenapa bisa dirikan "rimagama, sebuah lembaga bimbingan belajar terbesar di (ndonesia yang
!abangnya sampai ratusan. "adahal saya tidak terlalu pintar-pintar amat. Makanya saya berpikir kalau kita
terlalu pintar menyebabkan terlalu banyak pertimbangan, yang akhirnya tak ada sama sekali yang bisa
dikerjakan. Makanya mungkin alangkah baiknya anak kita jangan terlalu pintar .hadirin
tertawa/. Anak saya yang di SM" ranking DD langsung minta mobil. (ni sudah luar biasa
dibandingkan sebelumnya yang ranking >;-an. #ia juga mau jadi pengusaha. @ihat saja banyak
orang pintar tapi tidak mau kerja.
<ntuk mau menjadi pengusaha jangan terlalu banyak pertimbangan. @aksanakan saja niat itu dan tunggu
hasilnya. ,oba lihat pakar akuntansi tidak mau berusaha karena apa. *ah itu tadi karena mereka belum
berusaha sudah takut jadi pengusaha, karena mereka sudah mempelajari dulu hitung-hitungan menjadi
pengusaha yang mengerikan makanya mereka takut sebelum berusaha.
<alu !napa o#an" mau (adi p!n"usaha& Sa$a i#a Ja$a S!%ia'udi sudah m!mapa#an 'an$a %adi& Yah (adi
p!n"usaha itu misalnya gini, saya merasa tiap hari kerjanya apa. "aling kalau ada yang mau ditandatangani
baru mun!ul. Makanya yang perlu diketahui !alon pengusaha tidak usah muluk-muluk kalu sudah bisa tanda
tangan yah bagus-lah .hadirin tertawa/.
"engusaha itu tidak perlu tinggi-tinggi sekolah, karena yang mereka perlukan hanya tahu tanda tangan dan
mengingat bentuk tanda tangannya jangan sampai salah tanda tangan satu dengan lainnya.
Selain itu, pengusaha kebanyakan dari orang malas. Sebab orang yang sudah pintar itu diperebutkan sama
perusahaan untuk menjadi karyawan.
Makanya yang jadi pengusaha itu dulunya orang malas. rang malas sebenarnya bukan hal
yang negati- karena melihat pengalaman selama ini, kebanyakan mereka yang jadi pengusaha.
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 3.
1ah, orang pintar akan dibutuhkan pengusaha sebagai tulang punggung perusahaan. Misalnya, saya sebagi
#irektur, banyak pegawai saya adalah para doktor, sementara saya tamat kuliah juga tidak.
"aling saya membuat akademi perguruan tinggi dan memanggil para doktor mengajar di tempat saya dan gelar
saya dapat dari akademi saya sendiri.
&etelah berbi"ara baha seorang pengusaha tak harus pintar, pendiri lembaga pendidikan (rimagama dan
Entrepreneur University, (urdie E *handra, mengupas pembi"araan mengenai fungsi otak kanan sebagai salah
satu tips menjadi pengusaha, berikut beberapa petikannya.
<ntuk menjadi pengusaha memang harus sedikit 'gila'. @ebih gila lagi kalau teman-teman tidak mau jadi
pengusaha .hadirin tertawa/. <ntuk menjadi seorang pengusaha pakailah otak kanan Anda. Kalau perlu jangan
gunakan sama sekali otak kiri. Kenapa harus otak kanan+
(ni yang lu!u karena otak kanan mengajarkan kita hal yang tidak rasional. Berbeda dengan otak kiri, ia
memberitahukan sesuatu yang rasional, teratur, dan berurut-urut. Misalnya begini, murid S# disuruh kreati-
sama gurunya. (a disuruh membuat gambar pemandngan. Karena dari dulu gambar pemandangan yang ia tahu
hanya yang ada gunung lalu dibawahnya jalan raya dan sungai, maka sampai dia SM< pun hanya gambar itu yang
ia tahu. Ketika diperintahkan menggambar pemandangan.
(ni keteraturan tapi tidak ada kreati2itas. Kalau ada otak kanan maka ia akan memberitahukan sesuatu yang
lebih kreati-. @alu, apakah Anda mau dari dulu jadi karyawan terus menerus, tidak
kreati- ingin menjadi pengusaha dan punya karyawan.
Atau begini, anda bangun setiap pagi, mandi, naik angkot ke kantor, bekerja lalu menjelang sore pulang ke
rumah setelah itu tidur dan besoknya lagi ke kantor. (tu dijalani selama belasan tahun bahkan sampai kakek-
nenek. #an sama
sekali terbatas waktu yang sebanyak-banyaknya dengan orang luar yang lain dari yang dibayangkan.
(tulah keteraturan dan yang mengatur semua itu adalah otak kiri. Apakah Anda mau seprti itu seterusnya+
Makanya gunakanlah otak kanan. Mau jadi pengusaha biasakanlah otak kanan Anda yang bekerja.
#an Anda tak perlu setiap hari ke kantor dan pulang sore.
Kenapa tangan kanan kita selalu bergerak+ Karena yang menggerakan adalah otak kiri makanya teratur hasilnya.
@alu, apakah kita harus seperti anak S# terus yang hanya pintar menggambar pemandangan satu model yang
diajarkan gurunya+
tak kanan tidak banyak hitungan atau pertimbangan ma!am-ma!am. (a lebih banyak mengerjakan apa yang
dipikirkannya. Kalau mau usaha jangan terlalu banyak hitung-hitungan. 3aktu bikin banyak usaha saya tidak
banyak hi%un")hi%un"an dan Alhamdulillah sus!s& Sa$a i#a 'an$a p!n"usaha lain $an" s!p!#%i i%u& <iha%
sa(a '!'!#apa o#an" terkaya di dunia tidak sampai selesai kuliahnya, Bill 6ates misalnya bahkan dia menjadi
penyokong dana utama %ar2ard <ni2ersity .<ni2ersitas ternama dunia di Amerika/.
(baratkan kita mau jadi pengusaha itu sama seperti ketika hendak masuk kamar mandi. Kenapa+ Karena masuk
kamar mandi kita tidak berpikir-pikir....kalau kebelet....yah langsung masuk saja. $erserah di dalam kamar
mandi 'sukses' atau tidak itu urusan belakang. Kalau di dalam kamar mandi tidak ada sabun kan kita akhirnya
keluar juga dan ada upaya untuk men!ari.
rang terkadang akan men!ari sesuatu apapun yang menurutnya mendesak dengan berbagai
ca#a& -alau pun pada saa% i%u %ida ada sa'un di #umah ia aan '!#usaha un%u m!nca#i sa'un sampai dapa%&
Un%u la%ih o%a anan %ida p!#lu s!olah)s!olah %in""i& Ana sa$a $an" SMP s!a#an" alau 'uan
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 3/
a#!na %au% di%an$a !alon mertua kelak, mungkin dia sudah berhenti sampai SM" saja. Jangan sampai !alon
mertua nanti tanya, anaknya lulusan apa+ .peserta seminar tertawa/.
Kaya (tu Mimpi
Sunday, 20 March 2005
KA*A itu, saya kira, bukan bakat, dan juga tidak harus keturunan. $api, kaya itu
mimpi atau 2isi. Mimpi yang menjadi kenyataan. Artinya, kalau kita tidak berusaha
sama sekali untuk menjadi kaya, misalnya dengan jalan berwirausaha, maka mana
mungkin kekayaan itu kita dapat. $erlepas dari apakah Anda sepakat atau tidak dengan pendapat saya ini, tapi
yang jelas, semua orang pasti punya mimpi. Saya rasa, setiap kita menjalankan bisnis
apapun, sebenarnya yang kita !ari bukanlah semata-mata uang atau ingin kaya. $api,
karena adanya keinginan kita untuk mewujudkan mimpi tersebut. Sebagai
konsekuensi logis atas jerih payah kita adalah kita bisa mendapatkan keuntungan atau uang, dan bisa juga aset
kita yang semakin bertambah. %al itu seiring dengan kegigihan kita di dalam menjalankan bisnis.
Saya yakin, jika kita sebagai seorang entreprener atau wirausahawan, yang namanya mimpi-mimpi bisnis tak
akan ada habisnya. Seolah kita adalah sosok yang tak akan pernah kehabisan mimpi. Apalagi, kita termasuk
entreprener habisnya. Seolah kita adalah sosok yang tak akan pernah kehabisan mimpi. Apalagi, kita termasuk
entreprener yang kreati- dan ino2ati-. Bisnis yang satu maju pesat, bisnis yang lainnya ikut berkembang.
Sementara, bisnis yang lainnya la"i iu% '!#munculan& S!hin""a, %a %!#asa a%au 'a"aian s!'uah mimpi,
%!#n$a%a 'isnis i%a s!main 'an$a& As!% yang kita miliki juga semakin bertambah.
Kalau bisnis kita semakin maju, tentu akan ada per!epatan dalam penambahan aset. Bukan tak mungkin, kita
akan semakin pintar memutar bisnis kita, bahkan mampu mendatangkan dana dari luar yang nantinya juga akan
Menjadi aset kita. Saya kira, itu semua berjalan seiring dengan mimpi atau 2isi kita sebagai entreprener.
Katakanlah, yang semula kita dalam menjalankan bisnis, hanyalah bermodal dengkul, tapi karena kita punya
mimpi ingin jadi pengusaha sukses, ingin punya bisnis yang berkembang, dan ingin men!iptakan lapangan kerja,
maka tak mustahil mimpi itu akhirnya akan menjadi kenyataan.
#ulunya, kita masih kontrak rumah untuk bisnis, kini sudah punya kantor sendiri. Kalau dulu, kita naik sepeda
motor untuk menjalankan bisnis, kini sudah punya mobil sendiri, bahkan lebih dari satu mobil. #an, seterusnya
seiring dengan mimpi kita, maka kekayaan itu pun akan menyertai kita. $entunya, mimpi itu akan terwujud jika
jiwa entreprener melekat pada diri kita. "endeknya, tanpa jiwa entreprener mimpi itu tak mungkin terwujud.
Kekayaan itu tak mungkin kita dapat.
leh karena itulah, saya kira jika kita ingin menjadi entreprener sukses, maka kita harus pandai-pandai
merealisir mimpi kita sendiri. "er!ayalah, di saat mimpi kita jadi kenyataan, maka akan mun!ul mimpi-mimpi
baru. #ari satu mimpi !)mimpi '!#iu%n$a& :a#i sa%u 'isnis '!#!m'an" !)'isnis '!#iu%n$a& I'a#a%n$a,
pu%a#an 'ola sal(u, alau semakin !epat putarannya semakin besar bolanya. Anda berani mimpi+.
Belajar Mandiri #engan Buka <saha
Tuesday, 15 March 2005
(bu rumah tangga muda ini bernama Tuti Fat#awati$ A#d. #ia peserta E< angkatan (. Jauh-jauh
datang dari (ndramayu, Jawa Barat, ia relakan waktunya untuk ikut pendidikan di Entrepreneur
<ni2ersity di *ogya, karena ingin belajar mandiri dengan buka usaha.
'Kebetulan, suami saya 0kan asli orang *ogya',ujarnya. 'Setelah belajar di E< membuat saya
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 30
semakin berani untuk belajar membuka usaha, yang saya awali dengan buka usaha kelontong dan
distributor sembako. *ah, masih ke!il-ke!ilan sih7. $api, itu semua membuat saya semakin besar
keinginan untuk mengembangkan usaha', tambahnya bersemangat.
Kini ia merintis lagi usaha baru, yaitu kon2eksi. 'Mudah-mudahan dari kon2eksi ini akan berkembang menjadi
bisnis butik yang sejak lama memang saya idam-idamkan. Saya yakin, berkat bimbingan "ak "urdi, saya bisa
mewujudkannya di masa mendatang, dan saya tidak takut untuk gagal, dan saya pun siap untuk sukses', kata
$uti yang sebelum ikut Eu pernah mengatakan, takut memulai usaha karena takut gagal
Mochamad Muhaimin/MJT/APP, ENTREPRENEUR UNIVERSITY 32

Anda mungkin juga menyukai