Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kimia Analisis adalah bagian dari ilmu kimia yang bertujuan untuk mengetahui
komponen atau komposisi suatu zat atau senyawa anorganik, organik, hasil sintesis maupun
biosintesis di dalam campurannya. Kimia analisis dibagi dalam 2 bidang yaitu Analisa
Kualitatif dan Kuantitatif. Analisa kualitatif adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui jenis/ identitas sedangkan Analisa kuantitatif bertujuan untuk mengetahui
jumlah dan komposisi zat. (Harmita, 2006)
Berdasarkan pengukuran, analisa kuantitatif dibagi atas 3 bagian yaitu analisa titrimetri,
analisa gravimetrik dan analisa instrumental. Analisa titrimetri melibatkan pengukuran
volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang diperlukan untuk bereaksi
dengan analit.
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi pembentukan
garam diazonium. Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang
mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15C dalam senyawa asam.
Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis
bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara
mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam. (Harmita, 2006)
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitrimetri antara lain golongan
sulfonamida seperti sulfamerazin, sulfadiazin dan sulfanilamid. Senyawa-senyawa ini dalam
dunia farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamid sangat berguna sebagai obat
antimikroba. Selain senyawa-senyawa tersebut, pemanis buatan seperti natrium siklamat
2

bisa ditetapkan kadarnya menggunakan metode nitrimetri. Melihat kegunaannya maka
nitrimetri merupakan salah satu metode analisis yang diperlukan untuk menganalisis
senyawa-senyawa tersebut.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengenal metode analisis kuantitatif secara nitrimetri
2. Mengetahui persyaratan titrasi secara nitrimetri
3. Mengetahui prosedur kerja nitrimetri dalam penetapan kadar sulfonamida.
















3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nitrimetri
Nitrimetri adalah metode titrasi yang menggunakan NaNO
2
sebagai pentiter dalam
suasana asam. Pada suasana asam, NaNO
2
berubah menjadi HNO
2
(asam nitrit) yang akan
bereaksi dengan sampel yang dititrasi dan membentuk garam diazonium. Pembentukan
garam diazonium berjalan lambat, oleh karena itu untuk mempercepatnya dapat
ditambahkan KBr sebagai katalis. Reaksi pembentukan garam diazonium adalah sebagai
berikut :
NaNO
2
+ HCl NaCl + HONO
Ar-NH
2
+ HONO + HCl Ar-N
2
Cl (garam diazonium) + H
2
O


Gambar 1. Reaksi pembentukan garam diazonium pada amin aromatik primer

Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa
organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh
reaksi antara fenil amina primer (aromatik) dengan natrium nitrit dalam suasana asam yang
membentuk garam diazonium dan dikenal sebagai reaksi diazotasi. Untuk membuat suasana
asam umumnya digunakan asam klorida.
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena
1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam
4

diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk titrasi nitrimetri konsentrasi larutan baku sering
dinyatakan dengan molaritas, karena molaritasnya sama dengan normalitasnya.
Titrasi nitrimetri umum digunakan untuk penetapan sebagian besar obat sulfonamida
dalam Farmakope dan sediaannya, juga obat-obat lain jika titrasi nitrimetri ini sesuai untuk
digunakan.
B. Prinsip Nitrimetri
Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu :
1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin aromatik
sekunder dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik
primer adalah benzokain. Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatis sekunder
adalah parasetamol dan fenasetin. Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol.
2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh zat yang
mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat.
3. Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki gugus
hidrazida adalah INH.
4. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi dengan menggunakan
asam nitrit dalam suasana asam.
Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium yang terbentuk
mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi
dilakukan pada suhu dibawah 15C. Untuk mendapatkan suhu dibawah 15C dapat
dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel dalam bejana berisi batu es.




Gambar 2. Proses pendinginan sampel sebelum titrasi
Sampel
Asam (HCl)
Indikator dalam
Katalis (KBr)
Butiran es
5

C. Syarat-syarat Titrasi Nitrimetri
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :
1. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15 C, walaupun sebenarnya
pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-5 C.
Pada temperatur 5-15 C digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat
dilakukan pada suhu tinggi karena :
HNO
2
yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi
Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol
2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH 2 hal ini dibutuhkan untuk :
Mengubah NaNO
2
menjadi HNO
2

Pembentukan garam diazonium
3. Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka
titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi
tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang titik akhir menjadi 2
ml/menit. Untuk menentukan titik akhir nitrimetri dapat digunakan 2 macam indikator,
yaitu :
Indikator dalam
Yaitu indikator yang digunakan dengan cara memasukkan indikator tersebut
kedalam larutan yang akan dititrasi, contohnya tropeolin O.O dan metilen blue
(5:3).
Indikator Luar
Yaitu indikator yang dipakai tidak dengan memasukkan ke dalam larutan yang
dititrasi tetapi hanya dengan menggunakan larutan yang akan diperiksa pada
indikator ini pada saat titik akhir hampir dicapai. Contohnya pasta kanji Iodida.

D. Larutan Titer, Baku Primer dan Pembakuan
Sebelum menetapkan kadar karena NaNO
2
yang digunakan sebagai titran bahan baku
primer, maka perlu dilakukan pembakuan terhadap NaNO
2
terlebih dahulu. Sebagai bahan
6

baku primer untuk pembakuan NaNO
2
digunakan asam sulfanilat. Asam sulfanilat
ditimbang seksama sebanyak 50 mg, lalu dilarutkan dalam amonia 25% karena asam
sulfanilat sukar larut dalam air. Amonia disini hanya digunakan untuk melarutkan jangan
terlalu banyak, karena dapat mempengaruhi pH.
Untuk mengakali masalah ini, maka pada saat memasukkan asam sulfanilat kedalam
erlenmeyer usahakan terlokalisasi pada satu titik, agar tidak diperlukan banyak ammonia
untuk melarutkan. Setelah seluruh asam sulfanilat larut, larutan kemudian diasamkan
dengan HCl 25% sampai pH 2, karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam, kemudian
tambahkan KBr yang pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai :
1. Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat mengikat NO
2

membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan reaksi tautomerasi dari bentuk
keto dan langsung membentuk enol.
2. Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap.

Cara Kerja Pembakuan Natrium nitrit :
a. Timbang seksama 50 mg asam sulfanilat, masukkan kedalam labu erlenmeyer
100 ml
b. Tambahkan 1-2 tetes ammonia 25% kocok sampai larut
c. Tambahkan 20 ml air
d. Tambahkan 5 ml HCl P
e. Tambahkan 0,5 g serbuk KBr
f. Masukkan 5 tetes tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes metilen blue 0,1%
g. Titrasi dengan NaNO
2
0,1 M sambil diaduk kuat sampai terjadi perubahan warna
dari ungu kebiru (dengan indikator dalam) dan terjadi goresan warna biru pada
pasta kanji iodida yang terulang lagi setelah digunakan 1 menit kemudian (dengan
indikator luar).
Reaksi yang terjadi pada pembakuan NaNO
2
adalah
NaNO
2
+ HCl HNO
2
+ NaCl
H
2
O + HCl H
2
O
+
+ Cl
-

HNO
2
+ H
3
O + Br- N=O + 2H
2
O
Br
7

Setelah KBr ditambahkan lalu ditambahkan indikator dalam yang berupa campuran
treopilin OO dan metilen blue dengan perbandingan 5:3 digunakan campuran indikator,
karena perubahan warna tropeolin OO dari warna merah menjadi kuning. Karena warna
kuning tidak jelas, maka untuk memperoleh titik akhir diperlukan metilen blue agar pada
titik akhir terlihat warna biru. Sehingga dengan mencampur kedua indikator ini akan
terjadi perubahan warna dari violet menjadi biru.
Reaksi dari indikator adalah :



E. Indikator
Pada titrasi nitrimetri penetuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indikator luar, indikator
dalam dan secara potensiometri.
Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas,
adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dan dengan
adanya kanji atau amylum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida
8

ini peka terhadap kelebihan 0,05 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi
yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
NaNO
2
+ HCl HNO
2
+ NaCL
KI + HCL KCL + HI
2 HI + 2 HONO I
2
+ 2 NO + 2 H
2
O
I
2
+ kanji kanji iod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta
kanjiiodida atau kertas kanjiiodida akan terbentuk warna biru segera sebab warna biru
juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena
oksidasi iodida oleh udara (O
2
) menurut reaksi :
4 KI + 4 HCL + O
2
2H
2
O + 2 I
2
+4 KCL
I
2
+ kanji kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian
seperti diatas dilakukan lagi setelah dua menit. Dengan indikator luar, dengan pasta kanji-
KI mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :
a. Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas.
Kekurangan :
a. Cara kerja tidak praktis
b. Terlalu sering menguap menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang.
c. Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 15
0
C
d. Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila tidak, titrasi akan
berlangsung sangat lama yang berarti makin banyak larutan yang dititrasi hilang
(karena digoreskan pada pasta kanji iodida untuk mengetahui titik akhir titrasi).


9


Dengan Indikator Dalam (Visual)
Dengan indikator dalam, terdiri atas campuran tropeolin OO dan Metilen Blue.
Tropeolin OO merupakan indikator asambasa yang berwarna merah dalam suasana
asam dan berwarna kuning bila dioksidasikan oleh adanya kelebihan asam nitrit,
sedangkan metilen blue sebagai pengkontras titik akhir titrasi akan terjadi perubahan
warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru
sehingga hijau tergantung senyawa yang dititrasi.
Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu
sebgai berikut :
Kelebihan :
a. Cara kerja cepat dan praktis.
b. Dapat dilakukan pada suhu kamar.
Kekurangan :
a. Penggunaan terbatas hanya untuk beberapa zat saja, untuk beberapa zat lainnya
perubahannya tidak jelas.
b. Perubahan warna yang terjadi pada titik akhir titrasi berbeda-beda untuk sampel yang
berbeda.

Metode Potensiometri
Metode yang baik untuk menetapkan titik akhir titrasi nitrimetri adalah secara
potensiometri, dengan menggunakan elektroda platina yang dicelupkan kedalam larutan
titran. Pada saat tercapai titik akhir, akibat adanya asam nitrit yang bebas akan terjadi
depolarisasi elektroda sehingga terjadi perubahan-perubahan arus yang mendadak diamati
pada galvanometer.
Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi depolarisasi
elektroda sehingga akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar + 0,80 Volt
10

sampai + 0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sedian sirup
yang berwarna.

F. Sampel
Senyawa-senyawa yang dapat dianalisis menggunakan titrasi nitrimetri, antara lain :
1. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis primer
bebas seperti sulfanilamid.
2. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatik terikat dengan
gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol. Pada
penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatik yang terikat dengan
gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga
diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
3. Senyawa senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol.
Senyawa senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya secara nitrimetri setelah
direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer.
Kloramfenikol yang mempunyai gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahulu
dengan Zn / HCl untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang bebas yang
selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk membentuk garam diazonium.
Dalam Farmakope Indonesia, titrasi nitrimetri digunakan untuk menetapkan kadar :
benzokain; primakuin fosfat dan sediaan tabeltnya ; prokain HCl ; sulfasetamid ; natrium
sulfasetamid ; sulfametazin ; sulfadoksin ; sulfametoksazol ; tertrakain ; dan tetrakain HCl.




11

H. Prosedur Kerja/Skema Kerja
Prosedur Kerja
1. Timbang seksama lebih kurang 500 mg sulfonamid atau sejumlah tertera pada masing-
masing monografi
2. Masukkan kedalam gelas piala yang sesuai
3. Tambahkan 20 ml asam klorida P dan 50 ml air, aduk hingga larut, dinginkan hingga
suhu lebih kurang 15
0
C
4. Titrasi secara perlahan dengan natrium nitrit 0,1 M LV yang sebelumnya telah
dibakukan terhadap Sulfonamida BPFI
5. Tetapkan titik akhir secara elektrometrik menggunakan elektrode yang sesuai (Platina-
Kalomel atau Platina-Platina)
6. Tempatkan ujung buret dibawah permukaan larutan untuk menghindari oksidasi oleh
udara terhadap natrium nitrit dan aduk perlahan dan pertahankan suhu lebih kurang
15
0
C
Pada titrasi manual tambahkan titran hingga 1 ml mendekati titik akhir, kemudian
tambahkan setiap kali 0,1 ml titran dengan selang waktu tidak kurang dari 1 menit.










12

Skema Kerja Titrasi Nitrimetri :








Timbang seksama
500 mg sulfonamid
/sesuai yang tertera
pada monografi
Tambah 20 ml HCl P
+ 50 ml air --> aduk
hingga larut
Dinginkan pada suhu
15
0
C

Titrasi perlahan
dengan NaNO
2

0,1 M LV

Titik akhir ditetapkan
dengan elektrode
yang sesuai
(platinakalomel/
Platina-platina)
13

BAB III
PEMBAHASAN

Salah satu senyawa yang dapat ditetapkan kadarnya dengan metode nitrimetri adalah
natrium sulfasetamida (C
8
H
9
NO
3
S.H
2
O). Sulfasetamida adalah senyawa golongan
sulfonamide yang digunakan sebagai antibakteri.
Struktur kimianya dapat dilihat pada gambar berikut.


Gambar 3. Struktur kimia Sulfasetamida

Dari struktur kimianya, sulfasetamida memiliki gugus amin aromatik primer sehingga bisa
ditetapkan kadarnya menggunakan metode nitrimetri.
Proses penetapan kadar sulfasetamida menggunakan titrasi nitrimetri adalah sebagai
berikut :
1. Pembuatan larutan NaNO
2
0,1 N
Timbang seksama 7,5 g natrium nitrit P dalam air secukupnya hingga 1000,0 ml
2. Pembakuan larutan NaNO
2
0,1 N
Timbang saksama 500 mg sulfanilamida PK yang sebelumnya telah dikeringkan pada
suhu 105 selama 3 jam
Masukkan ke dalam gelas kimia, tambahkan 50 ml air dan 5 ml HCl P aduk hingga
larut.
Dinginkan hingga suhu 15, tambahkan 25 g pecahan es.
Titrasi perlahan-lahan dengan larutan NaNO
2
, aduk kuat-kuat hingga pengaduk kaca
yang dicelupkan ke dalam larutan tirasi dan disentuhkan pada kertas kanji iodide P
memberikan warna biru seketika.
14

Titik akhir dicapai jika larutan titrasi setelah dibiarkan selama 1 menit, dan pengaduk
kaca dimasukkan ke dalam larutan kemudian disentuhkan pada kertas kanji iodide P
memberikan warna biru seketika.
Hitung normalitas larutan.
1 ml natrium nitrit 0,1 N ~ 17, 22 mg sulfanilamida

3. Penyiapan sampel
Timbang saksama 500 mg
Larutkan dalam campuran 75 ml air dan 10 ml asam klorida P
Dinginkan hingga suhu 15

4. Titrasi dan Penetapan Titik Akhir
Titrasi perlahan-lahan dengan NaNO
2
0,1 N, aduk kuat
Menjelang titik akhir, celupkan pengaduk kaca ke dalam larutan titrasi
Sentuhkan/gores pengaduk pada kertas kanji iodida, terjadi warna biru seketika
Titik akhir dicapai apabila larutan titrasi setelah 1 menit dan pengaduk kaca dimasukkan
ke dalam larutan ketika disentuhkan pada kertas kanji iodida terjadi warna biru seketika
Kesetaraan : 1 ml NaNO
2
0,1 N ~ 23,62 mg Sulfasetamida











15

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Titrasi nitrimetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif dengan prinsip
pembentukan garam diazonium
2. Titrasi nitrimetri digunakan untuk menganalisis sampel senyawa amin primer
contohnya senyawa sulfonamida.
3. Titrasi nitrimetri harus dilakukan pada suhu dingin (15), suasana asam dan reaksinya
berlangsung lambat sehingga bisa ditambahkan katalisator berupa KBr
4. Titrasi nitrimetri menggunakan larutan NaNO
2
sebagai larutan pentiter dengan
indikator dalam tropeolin O.O dan metilen blue (5:3) dan indikator luar pasta kanji
iodida.

B. Saran
1. Sebaiknya ditambahkan reaksi antara sulfasetamida dengan natrium nitrit saat titrasi
2. Sebaiknya penjelasan tentang indikator menggunakan gambar atau skema agar lebih
jelas













16

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2005, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan (hal.68-85). Bumi
Aksara. Bandung.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta
Gandjar, I. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis (hal.164-167). Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I (hal 98-101).
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Jeffrey,G.dkk. 1989. Vogels : Textbook of quantitative chemical analysis Fifth edition.
Longman Scientific and Technical. New York.
Raymond,S. 2005. Frame of Chemical Analysis. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai