Anda di halaman 1dari 6

1.

Persiapan pre operasi anastesia


a. Identitas pasien harus lengkap dan sesuai.
b. Anamnesis: riwayat anastesi sebelumnya;apakah terdapat reaksi alergi, mual-muntah,
nyeri otot, gatal-gatal, atau sesak napas pasca bedah. Penting dinilai apakah termasuk
reaksi alergi atau efek samping obat......sisanya dapat teman2 tambahin sendiri...hehehe
c. Pemeriksaan fisik: pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar leher
pendek dan kaku penting diketahuipenyulit tindakan intubasi. Pemeriksaan rutin semua
sistem organ secara sistematis.
d. Pemeriksaan laboratorium: uji laboratorium yang dilakukan hendaknya atas indikasi yang
tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Uji laboratorium rutin,
urinalisis, EKG dan foto toraks pada pasien 50 tahunperlu dikaji ulang karena biaya
dan manfaat minimal.
e. Kebugaran untuk anastesia:pembedahan elektif dapat ditunda tanpa batas waktu
menyiapkan pasien dalam keadaan bugar,operasi sitohindari penundaan yang tidak
perlu.
f. Klasifikasi status fisiksoal no.2
g. Masukan oral:pasien dengan operasi elektif dengan anastesia harus dipuasakan selama
periode tertentu sebelum induksi anestesiuntuk meminimalkan regurgitasi isi lambung
karena refleks laring yang menurun selama anastesi.
h. Premedikasi:yaitu pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anastesi dengan tujuan untuk
memperlancar induksi, rumatan, dan bangun dari anastesia.
Tujuan premedikasi:
1) Meredakan kecemasan dan ketakutan
2) Memperlancar induksi anestesi
3) Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
4) Meminimalkan jumlah obat anestetik
5) Mengurangi mual-muntah pasca bedah
6) Menciptakan amnesia
7) Mengurangi isi cairan lambung
8) Mengurangi refleks yang membahayakan.
Sumber: BUKU HITAM(petunjuk praktis anestesiologi)

2. Menilai sumbatan jalan napas dengan indera
Tanda-tanda pada jalan nafas, dpt diketahui dgn cara:
a. Melihat:
1) pergerakan nafas ada / tdk
2) nafas pendek / panjang
3) frekuensi cepat / tdk
4) nafas dengan cuping hidung
5) nafas dalam / dangkal
6) nafas dengan otot-otot bantu nafas
7) nafas sesak / longgar
8) sulit bicara / sulit batuk
b. Mendengar:
1) suara nafas ada / tdk
2) choking
3) suara tambahan, crowing, wheezing, gurgling
4) batuk-batuk
c. Meraba: hawa nafas ada / tdk

2. Sebutkan jelaskan bgmn menilai status fisik pre operasi berdasarkan ASA!
Jawab: didapat dari anamnesa, pemeriksaan fisik, lab, EKG, EEG, Echo, USG, CT-Scan, dan
pemeriksaan penunjang lainnya
ASA I : Pasien normal (sehat)
ASA II : Pasien ada kelainan sistemisk ringan (missal Hb 9, Angka leukosit naik sedikit, ada
infeksi ringan)
ASA III : kelainan sistemik berat + capacitance (pasien DM, hipertensi tapi masih bisa duduk)
ASA IV : kelainan sistemis berat + incaoacitance (misalnya pasien dengan decomp cordis derajat
3 dan hanya bisa berbaring di tempat tidur saja
ASA V : dengan atau tanpa operasi diperkirakan meninggal dalam 24 jam

4. Pada pasien gawat darurat, kematian dini karena masalah jalan napas disebabkan oleh... Sebutkan!
Jawab:
Serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas, obstruksi jalan napas oleh benda
asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglotis, tercekik, trauma, dll


6. Berdasarkan tujuan terapi, cairan intravena ada 3 macam, sebutkan beserta contohnya?
Jawaban:
1. Cairan Kristaloid: cairan yang mengandung zat dengan berat molekul rendah (<
8000 Dalton) dengan atau tanpa glukosa, tekanan onkotik rendah, sehingga cepat
terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler.
Contoh: Ringer Laktat, Ringer, NaCl 0,9 % (Normal Saline), Dextrose 5% dan 10%,
Darrow, D5% dan D5%+1/4NS
2. Cairan Koloid: cairan yang mengandung zat dengan Berat Molekul tinggi (> 8000
Dalton),misal protein. Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar besar akan
tetap tinggal di ruang intravaskular.
Contoh: Albumin, Blood Product: RBC, Plasma protein fraction: plasmanat, koloid
sintetik (dextran, hetastarch)
3. Cairan Khusus: cairan yang digunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, seperti:
NaCl 3%, Natrium Bicarbonat, Mannitol.


NOMOR 8

KOMPLIKASI TRANSFUSI DARAH
Pada umumnya komplikasi transfusi ini dibagi menjadi :
I. Reaksi imunologi
II. Reaksi non imunologi
III. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah masif.
I. REAKSI IMUNOLOGI
A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK
Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat
pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.
1. Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa terjadi dengan cara :
a. Reaksi transfusi hemolitik segera
b. Reaksi transfusi hemolitik lambat.
2. Lisis sel resipien oleh antibodi darah transfusi secara masif.
Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah
memasang label atau membaca label pada botol darah.
Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan
vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi,
hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan
ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan memerlukan
perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-lain.
Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi, perdarahan yang
tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya hemoglobinemi dan hemoglobinuri. Urine
menjadi coklat kehitaman sampai hitam dan mungkin berisi hemoglobin dan butir darah
merah.
B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMILITIK
1. Reaksi transfusi febrile
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut :
Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk yang tidak produktif.
2. Reaksi alergi
a. Anaphylactoid
Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.
b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita
sembab.
Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop. Alergi yang berat
jarang terjadi dan ini kita sebut reaksi anafilaksis, dengan tanda-tanda sebagai berikut : sesak
nafas, hipotensi, edema larings, nyeri dada, dan shok. Reaksi anafilaksis ini disebabkan
karena transfusi IgA kepada penderita yang kekurangan IgA dan telah terbentuk anti IgA.
Tipe reaksi ini tidak termasuk tipe kerusakan sel darah merah, kejadiannya sangat cepat dan
biasanya terjadi sesudah mendapat transfusi darah atau plasma hanya beberapa ml. Penderita
yang menunjukkan tanda-tanda reaksi anafilaksis bila perlu mendapat darah, harus diberi sel
darah merah yang telah dibersihkan dari semua sisa donor IgA, atau dengan darah yang
sedikit mengandung protein IgA

II. REAKASI NON IMUNOLOGI
A. Reaksi transfusi Pseudohemolytic
Termasuk disini ialah lisis terhadap sel darah merah tanpa reaksi antigen-antibodi. Hemolisis
ini dapat terjadi akibat obat, macam-macam keadaan penyakit, trauma mekanik, penggunaan
cairan dextrosa hipotonis, panas yang berlebihan dan kontaminasi bakteri.
B. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
C. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
D. Virus hepatitis.
Risiko terkena hepatitis sesudah transfusi merupakan keadaan klinik yang penting. Tes untuk
HBV (Hepatitis B Virus), penyaringan untuk Non-A dan Non-B juga bisa mengurangi risiko
terkena transmisi penyakit tersebut (5,8,9).
E. Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis, virus CMG
dan virus Epstein-Barr parasit serta bakteri.
F. AIDS.


UJI REFLEKS BATANG OTAK
1. Tidak ada respon terhadap cahaya


2. Tidak ada respon kornea (tidak dalam kerusakan kornea)



3. Tidak ada respon motorik pada distribusi saraf cranial



4. Tidak ada refleks batuk (suction kateter dimasukkan melalui trakea hingga carina)
ATAU tidak ada refleks tersedak saat faring posterior distimulasi dengan spatula




5. Tidak ada respon vestibule-ocular Refleks eye dolls tidak muncul
a. Periksa keutuhan kedua gendang telinga
b. Tes kalori dengan air dingin/saline




Tes Apnea dilakukan terakhir, tidak pada saat refleks batang otak masih muncul.

6. Syok dan jenis-jenis syok
Syok Suatu keadaan gangguan perfusi ke jaringan yang menyeluruh sehingga tidak
terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan, dalam keadaan berat terjadi kerusakan
sel yang tidak dapat dipulihkan kembali.


9. Reaksi anafilaksis termasuk syok distributive.
Syok distributive disebabkan oleh hilangnya tonus arteri yang normal sehingga darah
tidak dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.
Mekanisme syok anafilaksis allergen yang dapat berupa makanan atau obat akan
berikatan dengan antibody. Ikatan antigen-antibodi ini akan menempel pada
reseptornya di sel mast. Sel mast akan bereaksi dengan mengeluarkan histamine yang
dapat meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga menurunkan venous return dan
tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai