Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji Dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Didunia yang semakin maju dan perputaran global yang
begitu cepat, banyak kalangan dan masyarat dan atlet yang tidak begitu mengerti
dan memahami secara mendalam tentang latihan kondisi fisik dan cara
pengmbangan latihan fisik, dan di butukan lulusan yang mengerti tentang Latihan
Kondisi Fisik, sudah saatnya Mata kuliah Pembinaan Kondisi Fisik dapat
dilibatkan dalam Pendidikan dan di masyarakat.
Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penuis mengucapkan banyak terima kasih kepada
:Bapak Yogi Akin, S.Pd., M.Pd, selaku dosen mata kuliah Pembinaan kondisi
Fisik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat berguna bagi kawan kawan
dan bagi para pembaca.
Penulis mengucapkan banyak limpa terimakasih atas perhatian dan partisi
pasi dari semua pihak.


Wanareja, April 2014



Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengertian Latihan. Secara sederhana latihan dapat dirumuskan yaitu
segala daya dan upaya untuk meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik
dengan proses yang sistematis dan berulang-ulang dengan kian hari kian
bertambah jumlah beban, waktu atau intensitasnya.Latihan adalah suatu proses
yang sistrematis secara berulang-ulang, secara tetap dengan selalu memberikan
peningkatan beban.Berbagai macam bentuk latihan / olah raga yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan kesegaran jasmani. Seperti :
Senam, berenang, bersepeda, berjalan atau lari dan lain-lain. Salah satu
macam latihan yang kita gunakan adalah latihan lari atau berjalan yang dewasa ini
amat populer dengan istilah aerobic. Aerobic artinya adalah hidup dengan udara (
oksigen) Karena latihannya mudah, murah dan manfaatnya bagi tubuh amat besar.
Tetapi seperti dijelaskan diatas bahwa unsur kesegaran ini ada beberapa macam.
Pada latihan lari unsur yang paling menonjol dilatih adalah Enndurance pada
jantung dan paru-paru. Untuk mencapai tingkat kesegaran menyeluruh (
Totalfitness ) maka perlu juga diberikan latihan-latihan seperti : Pull Ups, Push
Ups, Sit Ups, Squat-thrush, Vertical Jump atau bila memungkinkan latihan
dengan alat dalam bentuk Circuit-training.



B.

Tujuan latihan kondisi fisik
Tujuan pokok dari latihan adalah prestasi maksimal di samping kesehatan
serta kesegaran jasmani bagi atlet. Sesuai dengan tujuannya maka dapat diuraikan
penekanan latihan sebagai berikut :
1. Kekuatan (stregth)
2. Power
3. Daya tahan (endorance)











BAB II
PEMBAHASAN

A. KEKUATAN (STRENGTH)
Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna
membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Latihan yang sesuai untuk
mengembangkan kekuatan ialah melalui bentuk latihan tahanan (resistence
exercise). Kontraksi otot yang terjadi pada saat melakukan tahanan atau latihan
kekuatan terbagi dalam tiga kategori, yaitu (1) kontrkasi isometrik, (2) kontraksi
isotonik, dan (3) kontraksi isokinetik.
a. Kontraksi isometric (kontraksi statik) yaitu kontraksi sekelompok otot
untuk mengangkat atau mendorong beban yang tidak bergerak dengan
tanpa gerakan anggota tubuh, dan panjang otot tidak berubah. Seperti
mengangkat, mendorong, atau menarik suatu benda yang tidak dapat
digerakan (tembok, pohon, dsb). Lamanya perlakuan kira-kira 10 detik,
pengulangan 3 kali, dan istirahat 20 -30 detik. Namun dari hasil penelitian
Muller (Bowers dan Fox, 1992) menyarankan bahwa 5 -10 kontraksi
maksimal dengan ditahan selama 5 detik adalah yang terbaik dilihat dari
sudut pandang cara berlatih. Pada permulaan latihan, frekuensi latihan
kekuatan isometrik adalah 5 hari/minggu. Sebagai percobaan untuk
mendapatkan hasil yang baik bisa pula dilaksanakan dalam frekuensi
latihan 3 hari/minggu. Sedangkan lamanya latihan paling sedikit 4 -6
minggu.
b. Kontraksi isotonic (kontraksi dinamik) yaitu kontraksi sekelompok otot
yang bergerak dengan cara memanjang dan memendek, atau memendek
jika tensi dikembangkan. Latihan kontraksi isotonik dapat dilakukan
melalui latihan beban dalam yaitu beban tubuh sendiri, maupun melalui
beban luar seperti mengangkat barbel atau menggunakan sejenis
alat/mesin latihan kekuatan, dan sejenis lainnya. Salah satu bentuk latihan
kekuatan dengan kontraksi isotonik yang paling populer adalah melalui
program Weight Training.
Menurut Harsono (1988) weight training adalah latihan-latihan yang
sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan
terhadap kontraksi otot guna mencapai berbagai tujuan tertentu, seperti untuk
meningkatkan dan menjaga kondisi fisik,kesehatan, kekuatan atau prestasi dalam
suatu cabang olahraga tertentu.
Beberapa syarat dan prinsip penting yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan latihan weight training antara lain :Weight training harus didahului
oleh pemanasan yang menyeluruhPrinsip beban lebih (overload) harus diterapkan
membuat patokan atau kriteria dalam jumlah berat beban, pengulangan (repetisi),
set, dan istirahat untuk maksud latihan tertentu.
Seperti untuk latihan kekuatan, daya tahan, dan power patokan atau
kriterianya berbeda.Setiap mengangkat, mendorong atau menarik beban harus
dilaksanakan dengan teknik atau cara yang benar dan sungguh-sungguh. Repetisi
sedikit dengan beban maksimum akan membentuk kekuatan (strength), sedang
repetisi banyak (kira-kira 15 20 repetisi) degan beban ringan atau sedang akan
menghasilkan perkembangan daya tahan (endurance).
Kemudian repetisi sedang dengan beban sedang atau berat dalam jumlah
yang sedang atau rendah diikuti dengan percepatan ketika melakukannya, maka
akan menghasilkan power.Setiapbentuk latihan harus dilakukan dalam ruang
gerak seluas-luasnya.
Selama latihan atau mengangkat beban, pengaturan pernapasan harus
diperhatikan. Dalam pengaturan pernapasan sebaiknya dilakukan sebagai berikut :
(1) pada waktu mengangkat beban atau bagianterberat dari mengangkat beban
lakukan pengambilan napas (inhalasi), (2) pada waktu beban sudah mulai
diturunkan atau bagian ringan dari angkat beban lakukan pengeluaran napas
(exhalasi). Hati-hati, sekali-kali janganlah manahan napas ketika mengangkatatau
menurunkan beban.

Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam
keadaan lelah otot lokal dan berlangsung hanya untuk sementara.Latihan weight
training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu. Maksudnya adalah untuk
memberikan kesempatan kepada ometabolisme otot beristirahat diantara selingan
hari dalam seminggu tersebut.

B. POWER
Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal
dalam waktu yang sangat cepat. Power sangat penting untuk cabang-cabang
olahraga yang memerlukan eksplosif, seperti lari sprint, nomor-nomor lempar
dalam atletik, atau cabang-cabang olahraga yang gerakannya didominasi oleh
meloncat seperti dalam bola voli, dan juga pada bulutangkis, dan olahraga
sejenisnya.Menurut Bucher (Harsono, 1988) dikatakanbahwa seorang individu
yang mempunyai power adalah orang yang memiliki :
a) derajat kekuatan otot yang tinggi,
b) derajat kecepatan yang tinggi, dan
c) derajat yang tinggi dalam keterampilan mengabungkan kecepatan dan
kekuatan otot.
Beberapa bentuk latihan untuk mengembangkan power diantaranya adalah
dengan melakukan latihan beban/barbels (12 -16 RM), atau latihan kekuatan (8 -
12 RM) dan dilanjutkan dengan latihan kecepatan. Dapat pula melakukan latihan
pliometrik, yaitu latihan yang dilakukan dengan cara meregangkan
(memanjangkan) otot tertentu sebelum mengkontraksikannya (memendekan)
secara eksplosif.Jika ingin meningkatkan power pada kelompok otot tertentu kita
harus meregangkan kelompok otot tersebut kemudian secara eksplosif segera
memendekan otot tersebut.

Program latihan pliometrik biasanya lebih efektif bila dibandingkan
dengan latihan squats atau squatjump dalam hal mengembangkan daya ledak otot
tungkai. Namun latihan ini harus dilakukan dengan hati-hati, sebab jika ototnya
belum kuat akan mudah terkena cedera. Sebagai patokan saja apabila akan
melakukan latihan pliometrik pada tungkai, maka kekuatan otot tungkai harus
mampu mengangkat 1 1/2 berat badan.Beberapa bentuk latihan pliometrik khusus
untuk tungkai adalah sebagai berikut
a. Lompat kodok (frog leap); dari sikap jongkok menolak dengan kedua kaki
ke atas dan depan sejauh-jauhnya.
b. Jingkat; berjingkat-jingkat pada satu kaki dengan menekankan pada tinggi
dan jauhnya lompatan.
c. Hop; memantul-mantul sejauh mungkin dengan kedua kaki bergantian.
d. Lompat dari ketinggian (Depth jump); lompat dari atas bangku atau meja
dan mendarat dilantai dengan tungkai dibengkokan (mengeper).


C. DAYA TAHAN OTOT (ENDURANCE)
Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam
waktu yang relatif lama. Daya tahan terbagi atas :
a. Daya tahan otot (muscle endurance).
Daya tahan otot sangat ditentukan oleh dan berhubungan erat dengan
kekuatan otot. Oleh karenanya metode untuk mengembangkan daya tahan otot
sangat mirip dengan yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan. Dalam
latihan mengembangkan daya tahan otot, teknik isotonik dan isokinetik harus
dilaksanakan dalam tahanan (beban) yang lebih rendah dari pada latihan kekuatan
dan pengulangan yang lebih sering. Sebagai contoh, daya tahan otot dilakukan
kira-kira pada tingkat 20 -25 RM, dan tidak pada 8 -12 RM seperti yang
disarankan untuk mengembangkan kekuatan.

Sedangkan dalam mengembangkan daya tahan otot melalui teknik
isometrik, kontraksi yang kuat haruslah ditahan selama 10 -20 detik atau lebih.
b. Daya tahan jantung-pernapasan-peredaran darah (respiratori-cardio-
vasculatoir endurance).
Peningkatan daya tahan jantung-pernapasan-peredaran darah terutama
dapat dicapai melalui peningkatan tenaga aerobik maksimal (VO2 maks) dan
ambang anaerobik. Menurut Soekarman (1987) sebaiknya untuk meningkatkan
VO2maks dilakukan latihan anaerobik dengan interval istirahat. Maka dari itu,
pelaksanaan latihan daya tahan jantung-pernapasan-peredaran darah selalu terkait
dengan tenaga aerobik dan anaerobik, yang mana unsur tersebut selalu terkait pula
dengan sistem energi yang diperlukan.
Hal di atas tidak akan banyak dijelaskan disini oleh penulis, karena akan
dijelaskan dalam materi ilmu faal olahraga.Bentuk latihan daya tahan jantung-
pernapasan-peredaran darah dapat dilaksanakan melalui :
(1) Lari cepat sekali,
(2) Lari cepat yang kontinu,
(3) Lari lambat yang kontinu,
(4) Lari dengan interval,
(5) Latihan interval,
(6) Jogging,
(7) lari cepat ulang,
(8) Fartlek atau speed play
adalah suatu sistem latihan endurance yang maksudnya
untukmembangun, mengembalikan atau memulihkan kondisi tubuh seorang atlet.
Sedangkan latihan interval adalah suatu sistem latihan endurance yang maksudnya
untuk memperkembangkan stamina atlet. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan latihan interval adalah sebagai berikut :
(a) jarak ditentukan,
(b) jumlah repetisi ditentukan,
(c)kecepatan lari ditentukan,
(d) interval waktu istirahat atau pemulihan ditentukan.

Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan daya tahan secara umum yaitu :
Mempertinggi intensitas latihan daya tahan
Memperjauh jarak lari atau renang
Mempertinggi tempo (latihan kecepatan)
Memperkuat otot-otot untuk bekerja dalam jangka waktu yang lama.
Fartlek. Disebut juga speed play, yaitu suatu sistem latihan endurance
yang maksudnya adalah untuk membangun, mengembalikan, atau memelihara
kondisi tubuh seseorang. Diciptakan oleh Gosta Holmer dari Swedia. Fartlek
merupakan salah satu bentuk latihan yang sangat baik untuk mengembangkan
daya tahan hampir pada semua cabang olahraga, terutama cabang olahraga yang
memerlukan daya tahan. Menururt penciptanya, fartlek dilakukan dialam terbuka
yang ada bukit-bukit, belukar, tanah rumpt, tanah lembek dan sebagainya.
Maksudnya adalah bahwa fartlek tersebut bukan dilakukan pada jalan raya atau
trek yang pemandangannya membosankan.
Dalam melakukan fartlek, atlet dapat menentukan sendiri intensitas dan
lamanya latihan tergantung kepada kondisi atlet yang bersangkutan pada saat itu.
Olah karena itu, atlet bebas untuk bermain-main dengan kecepatannya sendiri
serta bebas membuat variasi kecepatan, jarak, dan rute yang akan
dilaluinya.Sebaiknya latihan fartlek dilakukan pada awal-awal musim latihan jauh
sebelum masa pertandingan atau preseason. Tetapi ada pula beberapa pelatih yang
memberikan latihan fartlek ini pada musim-musim peningkatan juara atau
menjelang pertandingan sebagai variasi latihan guna menghindari kejenuhan
dalam menghadapi latihan yang relatif padat

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selain berguna untuk meningkatkan kesegaran jasmani, latihan kondisi
fisik merupakan program pokok dalam pembinaan atlet untuk berprestasi dalam
suatu cabang olahraga. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik
akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya Bering terjadi jika
seseorang melakukan kerja fisik yang berat.
Kurangnya daya tahan, kelentukan persendian, kekuatan otot, dan
kelincahan merupakan penyebab utama timbulnya cedera olahraga. Hal ini
disebabkan program latihan kondisi fisik yangdilakukan seseorang ticlak
sempurna sebelum dia terjun mengikuti pertandingan atau melaksanakan kegiatan
fisik yang lebih berat.

B. SARAN
Untuk setiap atlet yang berkecimpung di bidang olahragamanapun di harap
kan agar bisa mningkatkan kondisi fisiknya masing masing, sehingga dalam
suatu prtandingan tidak mengalami kellahan ataupun cdera pada saat latihan, di
era yang kaya akan teknologi dan pngrtian dan pemahaman dalam peningkatan
fisik perlu peningkatan mutu gizi juga.
Setiap pelatih dalam setiap bidang olahraga haruskan mengrtidan memahami
cara pningkatan kualitas fisik atlEt dan bukan hanya fisik saja yang harus
dimengrti oleh seorang pelatih tetapi juga tentang kebutuhan gizi setiap atlet harus
diprhatikan oleh stiap pelatih. Agar kedepanya para pelatih dapat menciptakan
atlet yang mmpunyai kualitas fisik bagus dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Y. (2007) Latihan Mental Bagi Atlet
Dangsina Moeloek., (1994). Dasar Fisiologi Kesegaran Jasmani dan Latihan
Fisik. Kumpulan
Djoko P.I. (2000). Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman).
Yogyakarta: Lukman Offset.
M. Sajoto. (1995). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga.














MAKALAH

PEMBINAAN KONDISI FISIK



Makalah ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas UTS
mata kuliah pembinaan kondisi fisik










Oleh:
1. Aris Hariswanto 3KB 2124110174
2. Cecep Opa 3 KB 2124110299
3. Ijang Irpan 3 KB
4. Belly 3 KB 2124110
5. Agus G 3 KB 2124110




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDY PJKR UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2014



1. Memar
Cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan
kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke
jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau
kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang
terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan
sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan
kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka
sayat
Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut:
a) Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
b) Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-
jaringan lunak yang rusak.
c) Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya
4. Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada
tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
a) Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
b) Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang
keluar.
b) Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut:
olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan reposisi
oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu
olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan
untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.
Gejala yang timbul :
adanya ruda paksa
jari tidak dapat digerakkan
nyeri setempat dan makin bertambah bila digerakkan.
Hilangnya fungsi
Terdapat perubahan bentuk
Nyeri tekanan/ketok
Pertolongan :
atasi shock dan perdarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.
berusaha tetap tenang jangan panik, bila ada pendarahan akibat luka tutup dengan kain
steril.
Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita yang sehat
Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras
Massage/ diurut sama sekali dilarang
Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk perawatan lebih lanjut
5. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan
mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang
terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang
menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
Penyebab terjadinya kram:
a) Otot terlalu lelah pada waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang menghasilkan
sisa metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga
terjadi kram.
b) kurang pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).
c) Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang.
Kram yang mungkin terjadi yaitu:
a) Otot Perut (Abdominal)
b) Otot betis (Gastrocnenius)
c) Otot paha belakang (Hamstring)
d) Otot telapak kaki
Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto
Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
a) Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa
nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain,
dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu
karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
b) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama
artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat
menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot
dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri
6. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau
terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah pendarahan
pada hidung, mulut dan kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis
menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a) Pendarahan pada hidung
Penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam
posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Lakuka kurang lebih 5 menit dengan
jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut
Hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan
berhasil dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung. Sekitar
mata hingga pipi.
Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau
dibawa kerumah sakit.
Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini,
kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan
pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu
dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa
untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan
paru.
b) Pendarahan pada mulut
hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan
kompres dingin.
Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk
penanganan lebih lanjut.
c) Pendarahan pada kulit
Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik.
setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine,
apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek,
potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang
tidak melekat
7. Pingsan
Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat
sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal
merupakan akibat dari
a) Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara.
b) Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat.
c) Karena jatuh dan benturan.
Menururt Kartono Mohammad (2001: 96-99) ada beberapa macam penyebab pingsan yaitu:
a) Pingsan biasa (saimple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri berbaris diterik matahari, atau orang
yang anemia (kurang darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b) Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas.
Penanganan pingsan yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995: 36) sebagai berikut:
a) Menyadarkan olahragawan
b) Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi
terlentang dan kepala tanpa bantal.
c) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan
antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan tetapi
dalam keadaan gawat
8. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari
kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat
mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a) Luka lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit.
b) Lepuh: cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk
mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan
bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo
(1995:21) adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara
membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202)
3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium
permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-
obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan
betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b) Bila lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah
dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau letakkan
bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan
kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih

Anda mungkin juga menyukai