Anda di halaman 1dari 12

1

Evaluasi Prog0ram Pengawasan Sarana Air Bersih


di Wilayah Kerja Puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang
Periode Agustus 2013 Juli 2014

Siti Halimah Bt Mariani
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak

Abstrak
Air minum yang memenuhi syarat kesehatan sangat penting dalam mempertinggi derajat kesehatan
masyarakat. Pemerintah mencanangkan program kesehatan lingkungan karena lingkungan memberi
pengaruh yang paling besar kepada kesehatan, salah satunya cakupan pengawasan sarana air bersih,
sebagai program wajib. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan di daerah perkotaan
memiliki cakupan sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar 67,6 %.

Dari data
Riskesdas 2013, data hasil menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga
di Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar 24,1%,
dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%. Di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang menggunakan air
dari sumur pompa yaitu 32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar 28,6%, sedangkan di perdesaan lebih
banyak yang menggunakan sumur gali terlindung yaitu 32,7%. Karena itu dilakukan evaluasi program
pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Wanakerta periode Agustus 2013 sampai dengan Juli 2014
dengan menggunakan metode sistem didapatkan hasil yang masih belum optimal. Ditemukan beberapa
masalah didalam program tersebut yaitu tidak tercapainya target cakupan jumlah penduduk yang
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, tidak tercapainya target cakupan inspeksi sarana air
bersih, tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium), tidak dilakukan pemeriksaan
bakteriologis dan pemeriksaan kualitas sarana air bersih hanya dilakukan secara fisik saja, serta tidak
tercapainya target untuk SAB dengan perlindungan dari resiko pencemaran air.

Kata kunci: pengawasan sarana air bersih, sumur gali, sumur pompa

Latar Belakang
Banyak faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L.
Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan
kesehatan dan keturunan.
1
Status kesehatan
akan tercapai secara optimal bila keempat
faktor tersebut secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal pula.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang
paling besar terhadap derajat kesehatan
2

masyarakat. Faktor lingkungan meliputi
lingkungan fisik, lingkungan biologik, dan
lingkungan sosio kultural.
2
Hal ini
mendorong pemerintah untuk
mencanangkan program kesehatan wajib
seperti program upaya kesehatan lingkungan
yang salah satunya melalui cakupan
pengawasan sarana air bersih.
3
Unicef dan WHO memperkirakan,
Indonesia adalah salah satu kelompok dari
10 negara yang hampir dua pertiga dari
populasi tidak mempunyai akses ke sumber
air minum. World Bank Water Sanitation
Program (WSP) pada 2013 lalu
menyebutkan, Indonesia berada di urutan
kedua di dunia sebagai negara dengan
sumber air dan sanitasi buruk. Dari data
WHO,sekitar 10.000 penduduk di Negara
berkembang meninggal setiap harinya
karena penyakit yang disebabkan minimnya
air bersih.
1
Dari data Riskesdas 2010 diketahui
daerah perkotaan memiliki cakupan sumber
air bersih sebesar 90,1%, sedangkan
dipedesaan sebesar 67,6 %.
5-7
Dari data
Riskesdas 2013, data hasil menunjukkan
bahwa jenis sumber air untuk seluruh
kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada
umumnya adalah sumur gali terlindung
sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar
24,1%, dan air ledeng/PDAM sebesar
19,7%. Di perkotaan, lebih banyak rumah
tangga yang menggunakan air dari sumur
bor/pompa yaitu 32,9% dan air
ledeng/PDAM sebesar 28,6%, sedangkan di
perdesaan lebih banyak yang menggunakan
sumur gali terlindung yaitu 32,7%.
5-7

Pengelolaan sumber daya air yang
buruk mengakibatkan tidak meratanya
penyebaran air. Hal ini tentu saja berdampak
pada kemampuan masyarakat miskin untuk
menikmati pelayanan air bersih. Berbagai
masalah yang dihadapi dalam pengelolaan
sumber daya air yang buruk ini
menempatkan Indonesia pada peringkat
terendah bersama Banglades, Laos,
Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua
Niugini, dan Filipina dalam Laporan
Program Pembangunan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNDP) tentang MDGs
Asia Pasifik tahun 2006. Karena itu,
mengingat pentingnya masalah krisis air
bersih ini maka harus segera dicari
pemecahannya.
2
Di Indonesia penyediaan air minum
yang diusahakan pemerintah melalui
perusahaan daerah air minum sebagian besar
diperuntukkan masyarakat perkotaan
meliputi ibukota propinsi, ibukota
kabupaten, dan ibukota kecamatan. Untuk
daerah lainnya sebagian besar penduduk

3

mengupayakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari melalui berbagi cara dengan
memanfaatkan potensi sumber air yang ada
berupa air tanah, air permukaan, dan air
hujan.
Sementara itu, cakupan penduduk
yang menggunakan sarana air bersih angka
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Wanakerta pada tahun 2012 hanya mencapai
45.35%, dari target yaitu 75%. Dan cakupan
pengawasan sarana air bersih di Puskesmas
Kecamatan Wanakerta pada tahun 2012
hanya sebesar 20.83 % dengan target 75 %.

Tujuan umum
Untuk mengetahui seberapa tingkat
keberhasilan program pengawasan sarana air
bersih di wilayah kerja Puskesmas
Wanakerta, Kabupaten Karawang periode
Agustus 2013 sampai dengan Juli 2014.

Tujuan khusus
1. Diketahuinya cakupan penduduk
yang menggunakan sarana air bersih
untuk keperluan sehari-hari di
wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
periode Agustus 2013 sampai dengan
Juli 2014.
2. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi
program pengawasan sarana air
bersih di wilayah kerja Puskesmas
Wanakerta periode Agustus 2013
sampai dengan Juli 2014.
3. Diketahuinya cakupan pengambilan
sampel air di wilayah kerja
Puskesmas Wanakerta periode
Agustus 2013 sampai dengan Juli
2014.
4. Diketahuinya cakupan jumlah sarana
air bersih dengan kualitas
bakteriologi yang memenuhi syarat
kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Wanakerta periode
Agustus 2013 sampai dengan Juli
2014.
5. Diketahuinya cakupan jumlah sarana
air bersih dengan tingkat pencemaran
air yang rendah di wilayah kerja
Puskesmas Wanakerta periode
Agustus 2013 sampai dengan Juli
2014.

Materi dan Metode
Materi yang dievaluasi dalam program ini
terdiri dari beberapa program upaya
kesehatan lingkungan terutama sarana air
bersih periode Agustus 2013 sampai dengan
Juli 2014 di UPTD Puskesmas Wanakerta,
antara lain:
1. Pendataan jumlah sarana air bersih
yang ada.
4

2. Pendataan jenis sarana air bersih
yang ada.
3. Pendataan jumlah penduduk yang
menggunakan sarana air bersih.
4. Inspeksi sarana air bersih yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Wanakerta.
5. Pengambilan sampel air dari sarana
air bersih yang diinspeksi.
6. Pemeriksaan kualitas bakteriologis
pada sampel air bersih.
7. Pemeriksaan sarana air bersih yang
diinspeksi yang memenuhi syarat /
yang memiliki tingkat risiko
pencemaran rendah.
8. Pencatatan dan Pelaporan.
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan
pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data sehingga dapat digunakan
untuk menjawab permasalahan pelaksanaan
program yang terjadi, baik pada awal,
ditengah, maupun akhir program dengan
cara membandingkan cakupan program
upaya kesehatan lingkungan terutama sarana
air bersih di Puskesmas Wanakerta periode
Agustus 2013 sampai dengan Juli 2014
terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan
dan menemukan penyebab masalah dengan
menggunakan pendekatan sistem.

Hasil
Tabel 1: Variabel, tolak ukur, pencapaian dan masalah dalam program pengawasan sarana
air bersih Puskesmas Kutawaluya periode Januari hingga Desember 2013.

No Variabel Tolok Ukur
Target Total Provinsi Jawa
Barat
Pencapaian
Puskesmas Wanakerta
Masalah
1. Keluaran :
Cakupan Jumlah
penduduk yang
menggunakan air
dari sarana air
bersih
Cakupan Hasil
Inspeksi SAB
Cakupan SAB
yang diinspeksi

75 %




75 %

95 %


46.42%




23.68%

58.98%


(+);
38.11 %



(+);
68.42%
(+);
37.92%
5

yang mempunyai
tingkat resiko
pencemaran air
yang rendah
Cakupan
pengambilan
sampel air
Cakupan SAB
dengan kualitas
bakteriologis
yang memenuhi
syarat kesehatan






80 %


100 %




Tidak dilakukan


Tidak dilakukan




(+)


(+)
2.
















Masukan :
Tenaga (Man)







Dana (money)








Tersedianya minimal 2
orang sebagai koordinator
dan pelaksana program
pengawasan SAB yang
terampil dibidangnya



Tersedianya dana yang
cukup berasal dari APBD
dan APBN untuk petugas
sebesar Rp 25.000, tiap
RW.




1 orang tenaga kesling
yang merangkap sebagai
coordinator dan
pelaksana program yang
terampil di bidangnya.



Tidak ada laporan
penggunaan dana
operasional dan dana
yang diperoleh tidak
mencukupi serta tidak
memperoleh dana dari
APBN


(+)







(+)







6

































Sarana














Metode














Buku pedoman
pemeriksaan dan inspeksi
SAB
Checklist pemeriksaan
SAB
Botol steril,tas/kotak
pengepakan botol
Alat tulis
Alat pengukuran kualitas
air bersih (water test kit)
Formulir pengiriman
sampel
Sarana transportasi


1. Dilakukan pendataan
SAB
2. Dilakukan pemeriksaan
SAB
3. Dilakukan pengambilan
sampel
4. Dilakukan pemeriksaan
bakteriologis air
5. Dilakukan pemeriksaan
resiko pencemaran air





- Tidak ada botol
steril, tas/kotak
pengepakan botol
- Tidak ada alat
pengukur kualitas
air (water test kit)














- Pendataan Jumlah
dan jenis SAB
- Metode
pemeriksaan
kualitas air
dilakukan
berdasarkan kriteria
fisik saja
- Tidak dilakukan
pengambilan
sampel,
pemeriksaan
bakteriologis.



(+)














(+)














7


3.






























Proses
Pengorganisasian










Pelaksanaan


















Dibentuk struktur
organisasi, kepala
Puskesmas sebagai
penanggungjawab program,
melimpahkan kekuasaan
kepada koordinator
program (programmer),
kemudian melakukan
koordinasi dengan
pelaksana program.

Sesuai dgn rencana dan
metode yg telah
ditetapkan, dilaksanakan
secara berkala :
pengumpulan data
1x/tahun & pengawasan
kualitas air bersih
2x/tahun. Dilakukan
pengambilan sampel
sesuai dengan jenis sarana
air bersih, kemudian
dilakukan pemeriksaan
labarotorium untuk
menilai kandungan
bakteriologi/ kimia & serta
dilakukan pemeriksaan
risiko pencemaran air.
Dilakukan pemetaan
berdasarkan data SAB

Struktur organisasi
sudah ada dan jelas
namun koordinasi belum
optimal







Pendataan sudah baik.
Pengawasan kualitas air
1x/tahun. Tidak
dilakukan pengambilan
sampel, pemeriksaan
bakteriologi.















(+)










(+)

















8
















4.




Pengawasan










Lingkungan
Fisik














yang memenuhi syarat

Adanya pencatatan tiap
bulan / tahunan dan
pelaporan secara berkala
tentang kegiatan
pengawasan kualitas air ke
tingkat kabupaten minimal
3 bulan sekali dan apabila
terjadi KLB karena
penurunan kualitas air



1. Kondisi geografis dapat
mempengaruhi kualitas
air

















Pencatatan tiap bulan
dan tiap tahun dan
laporan hasil
pemeriksaan ke dinas
kesehatan tiap 3 bulan
sekali sudah dilakukan,
namun data yang
disajikan berbeda-beda
dengan hasil laporan
bulanan, 3 bulanan dan
tahunan (2012)

- Lokasi
mempengaruhi
sarana air bersih
karena terdapat
beberapa desa yang
sering mengalami
banjir apabila
musim hujan hingga
bisa mempengaruhi
kualitas air bersih.
- Iklim bisa
mempengaruhi SAB
karena apabila
terjadinya musim
kemarau/banjir bisa
mempengaruhi




(+)











(+)














9





Non Fisik



1. Keadaan sosial ekonomi
masyarakat dapat
mempengaruhi
keberhasilan program
2. Tingkat pendidikan
dapat mempengaruhi
keberhasilan program
3. Prilaku masyarakat
dalam menggunakan air
bersih dapat
mempengaruhi
keberhasilan program
kuantitas dan
kualitas air.

- Sebagian besar
penduduk serabutan
(67%) dan
penduduk miskin,
hal tersebut dapat
mempengaruhi
akses untuk
mendapatkan sarana
air bersih.
- Sebagian besar
penduduk tamatan
SD (36.8%),
pengetahuan tentang
kualitas air dan
sarana air bersih
masih kurang.
- Sebagian
masyarakat masih
menggunakan air
sungai untuk
keperluan harian.
Tidak terdapat data
penggunaan air
sungai sebagai
sumber air minum.





(+)








Pembahasan
10

a. Cakupan jumlah penduduk
menggunakan SAB 46,42 % dari
target 75 %. Besar masalah adalah
38,11%
b. Cakupan inspeksi SAB 23,68% dari
target 75%. Besar masalah adalah
68,42%.
c. Tidak dilakukannya pengambilan
sampel air
d. Tidak dilakukan pemeriksaan
bakteriologis.
e. Jumlah SAB dengan perlindungan
dari risiko pencemaran air 58,98%
dari target 95%. Besar masalah
adalah 37,92%

Prioritas masalah
Dari ke lima masalah diatas yang menjadi
prioritas masalah adalah cakupan
penggunaan sarana air bersih yang masih
rendah dan cakupan inspeksi sarana air
bersih yang kurang.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi Program
Pengawasan Sarana Air Bersih di
Puskesmas Wanakerta periode Agustus 2013
sampai dengan Juli 2014 adalah belum
berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur
keluaran yang belum seluruhnya mencapai
target yang ditentukan.
a. Cakupan penduduk yang
menggunakan air bersih
pencapaiannya 46.42% dari target
75% dengan besar masalah 38.11%.
b. Cakupan inspeksi sarana air bersih
pencapaiannya 23.68% dai target
75% dengan besar masalah 68.42%.
c. Tidak dilakukan pengambilan
sampel air (0% dari 80%)
d. Tidak dilakukan pemeriksaan
bakteriologis (0% dari 100%)
e. Cakupan sarana air bersih yang
diinspeksi yang memiliki tingkat
risiko pencemaran rendah
(memenuhi syarat) 58.98% dari
target 95% dengan besar masalah
37.92%.

Saran
Untuk mengatasi kendala pada tingkat
keberhasilan program Pengawasan Sarana
Air Bersih di Puskesmas Wanakerta, saya
harapkan saran saya kepada Kepala
Puskesmas dalam waktu sebulan ini dapat
diterima dan dijalankan secara benar.
a. Mengoptimalkan tenaga kesehatan
lingkungan pelaksana program di
Puskesmas
b. Alternatif lain dengan perekrutan
tenaga yang ahli dalam bidang
11

kesehatan lingkungan yang berasal
dari luar puskesmas
c. Mengusulkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Karawang
bekerja sama dengan Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten
Karawang untuk membuat sarana air
bersih lebih banyak lagi, terutama di
daerah yang penduduknya masih
kekurangan air bersih.
d. Dilakukannya penyuluhan yang
intensif oleh pihak promosi
kesehatan kepada orang yang masih
terbiasa menggunakan air yang tidak
bersih padahal di daerahnya sudah
terdapat sarana air bersih tentang
pentingnya penggunaan air bersih
untuk kepentingan sehari-hari.

Daftar Pustaka
1. Notoadmodjo S. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi
revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta.
2011
2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Barat. Buku Kumpulan Peraturan
dan Pedoman Teknis Kesehatan
Lingkungan. Propinsi Jawa Barat.
2004
3. Direktorat Penyehatan Air. Petunjuk
Pelaksanaan Pengawasan Kualitas
Air Perkotaan. Jakarta.1990
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Penggunaan dan Pemeliharaan
Sarana Penyediaan Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Jakarta.1990
5. Kementrian Kesehatan. Profil Data
Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI,
2012. Diunduh tanggal 22 Juli 2014
dari
http://depkes.go.id/download/profil_
data_kesehatan_indonesia_tahun_20
11.pdf
6. Trihono, Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Diunduh
tanggal 22 Juli 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.g
o.id/data/lapriskesdas.pdf
7. Trihono, Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Diunduh
tanggal 22 Juli 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.g
o.id/data/lapriskesdas.pdf
12

8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. Pedoman Instrumen Penilaian
Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa
Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006
9. Departemen Kesehatan. Pedoman
Manajemen Puskesmas. Jakarta.
2002
10. Wahid. I, Nurul. C. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Teori dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta. 2009

Anda mungkin juga menyukai