0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan2 halaman
Amuk massa terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan hukum HAM dan budaya "main hakim sendiri", seperti kasus pembunuhan tiga orang yang diduga dukun di Tapanuli Utara tahun 2010. Amuk massa dapat merusak fasilitas umum dan menyebabkan hilangnya nyawa, serta mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu, perlu meningkatkan pengetahuan tentang HAM dan menghindari tindakan
Amuk massa terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan hukum HAM dan budaya "main hakim sendiri", seperti kasus pembunuhan tiga orang yang diduga dukun di Tapanuli Utara tahun 2010. Amuk massa dapat merusak fasilitas umum dan menyebabkan hilangnya nyawa, serta mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu, perlu meningkatkan pengetahuan tentang HAM dan menghindari tindakan
Amuk massa terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan hukum HAM dan budaya "main hakim sendiri", seperti kasus pembunuhan tiga orang yang diduga dukun di Tapanuli Utara tahun 2010. Amuk massa dapat merusak fasilitas umum dan menyebabkan hilangnya nyawa, serta mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu, perlu meningkatkan pengetahuan tentang HAM dan menghindari tindakan
Pemicu : Amuk Massa di Indonesia Definisi Masalah : Kurangnya pengetahuan masyarakat akan hukum yang mengatur tentang HAM Data Publikasi : Buku Ajar 3 MPKT A, halaman 73-84.
Amuk massa merupakan sebuah tindakan anarkis yang dilakukan perorangan maupun kelompok yang dapat menyebabkan kerusakan fasilitas-fasilitas umum maupun hilangnya nyawa seseorang. Pada umumnya, amuk massa terjadi karena adanya penyampaian aspirasi yang anarkis. Selain itu, amuk massa juga bisa terjadi karena adanya provokator, perselisihan antar kelompok dan perorangan, serta kurangnya pengetahuan masyarakat akan hukum yang mengatur tentang HAM. Dalam UUD 1945 tercantum peraturan tentang HAM antara lain hak untuk hidup, hak untuk memperoleh keadilan, dan hak perlindungan dan bebas dari penyiksaan. Peraturan tersebut sangat jelas dan nyata keberadaannya, namun dalam implementasinya di kehidupan bermasyarakat masih sangat rendah. Sebagai contoh, kasus Begu Ganjang di Dusun Buntu Raja Desa Sitanggor, Tapanuli Utara pada tanggal 15 April 2010. Dalam kasus tersebut, tiga orang anggota keluarga yang diduga dukun Begu Ganjang tewas dianiaya dan dibakar massa. Kasus tersebut menunjukkan betapa masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan hukum, terutama hukum yang mengatur tentang HAM, serta budaya main hakim sendiri atau hukum rimba yang masih kental di masyarakat. Berdasarkan contoh kasus di atas, dapat kita simpulkan bahwa tindakan amuk massa merupakan tindakan yang tercela. Hal ini dikarenakan tindakan ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain. Dampak negatif tersebut dapat berupa rusaknya fasilitas-fasilitas umum akibat perusakan dan pembakaran, hilangnya nyawa seseorang, menciptakan suasana yang tidak kondusif, mengganggu ketertiban dan ketentraman umum, serta menghilangkan rasa persaudaraan antar masyarakat Indonesia. Kesimpulannya, tindakan amuk massa hanya dapat menimbulkan dampak negatif yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan pengetahuan kita akan hukum yang mengatur tentang HAM, jangan mudah terprovokasi dengan isu-isu yang belum pasti kebenarannya, jangan mudah tersulut emosi dalam menyampaikan aspirasi, dan menyadari bahwa tindakan amuk massa hanya membawa dampak buruk bagi kita dan orang lain.