A. IDENTITAS PONDOK PESANTREN Nama Lembaga : Madrasatul Mualimin Al-Islamiyah (MMI) Daar el-Qolam Alamat : Jl. Raya Serang KM. 35, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Kode Pos 15610 Nama Pendiri : K.H. Ahmad Rifai Arief Nama Pengasuh : K.H. Ahmad Syahiduddin
B. SEJARAH BERDIRINYA PESANTREN Madrasatul Muallimien al-Islamiyah (MMI) Pondok pesantren Daar el-Qolam tidak berdiri langsung dengan kemegahan dan fasilitas yang kita saksikan pada hari ini. Daar el-Qolam tumbuh dan berkembang selaras dengan perjuangan yang tidak kenal lelah, perjuangan yang didasarkan atas niat ibadah untuk mencerdaskan kehidupan manusia, manusia yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Beberapa tahun setelah kemerdekaan Republik Indonesia, H. Qasad Mansyur mendirikan sebuah lembaga pendidikan dasar yang diberi nama Madrasah Masyariqul Anwar (MMA). Dalam perjalanan selanjutnya, beliau berkeinginan agar alumninya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut, H. Qasad Mansyur bermaksud menyekolahkan putra pertamanya Ahmad Rifai Arif di Pondok Modern Darussalam Gontor. Meski keinginan tersebut banyak mendapat tantangan, agar Rifai Arif tidak perlu pergi jauh menuntut ilmu, tetapi dengan azam yang kuat, dan pertimbangan yang matang beliau tetap istiqomah dengan niatnya, karena itu pada tahun 1958, Ahmad Rifai Arif diberangkatkan ke Pondok Modern Darussalam Gontor, agar kelak ia bisa membuka lembaga pendidikan lebih tinggi dari yang didirikan ayahnya. Ahmad Rifai Arif lahir di Gintung, 30 Desember 1942, anak pertama dari 12 bersaudara dari pasangan H. Qasad Mansyur dan Hj. Mastufah. Sejak kecil beliau ingin menjadi kyai, karenanya ia tekun belajar kepada sang ayah, kemudian memasuki Sekolah Rakyat pada tahun 1952 di Sumur Bandung sampai kelas 3. Pada tahun 1954, melanjutkan pendidikan dasarnya di Caringin Labuan, dan belajar mengaji kepada K.H. Sihabuddin Makmun, juga di Madrasah Masyariqul Anwar (MMA). Di Gontor Ahmad Rifai Arif dikenal sebagai murid yang cerdas dan pandai berpidato. Pernah menjadi ketua umum Pelajar Islam Indonesia cabang Pondok Modern Gontor pada tahun 1963-1964. Sampai beliau menamatkan pendidikannya pada tahun 1964. Karena keilmuan dan loyalitasnya, beliau diminta mengajar di almamaternya sekaligus menjadi sekretaris pribadi gurunya K.H. Imam Zarkasyi selama 2 tahun. Setelah itu sang ayah memanggilnya untuk pulang ke kampung halaman. Daar el-Qolam direncanakan untuk berdiri pada tanggal 27 Ramadhan 1387 H bertepatan dengan tanggal 29 Desember 1968 M. Sedangkan awal dimulainya pendidikan pada hari Sabtu 19 Syawal 1387 H bertepatan dengan tanggal 20 Januari 1968 M. Dari sebuah dapur tua di atas 1 hektar tanah darat pemberian neneknya, Hj. Pengki kepada H. Qasad Mansyur. Ahmad Rifai Arief memulai kiprahnya membangun lembaga pendidikan Pondok Pesantren yang diberi nama Madrasatul Mualimin Al-Islamiyah (MMI) Daar el-Qolam. Kala itu, 22 orang menjadi santri pertamanya yang tak lain adalah saudara-saudaranya juga beberapa warga sekitar Desa Pasir Gintung. Romantika Daar el-Qolam pada masa silam adalah cerita airmata keprihatinan, perjuangan yang penuh dengan keterbatasan. Namun tidak menyurutkan niat untuk mengabdi dan menebar ilmu pengetahuan. Niat dan kemauan yang kuat itu menjadi modal untuk terus merayap penuh keyakinan disertai ketekunan dan kesabaran. Disamping itu keinginan untuk melahirkan kader pemimpin umat yang beriman, bertaqwa dan berpengetahuan, Daar el-Qolam terus berpacu, mengikuti irama dunia pendidikan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Selaras dengan fungsinya sebagai lembaga tafaquh fi diin, yang berprinsip sebagai lembaga pendidikan yang berdiri di atas dan untuk semua golongan. Sebagai lokomotif Ahmad Rifai Arief terus berjuang menghadang tantangan, menghalau segala cobaan yang datang. Tidak sedikit tekanan maupun beban perasaan yang ia rasakan. Namun, bendera telah ia tancapkan, layar telah ia kembangkan, pantang baginya untuk mundur surut ke belakang. Beragam peristiwa dengan selaksa keprihatinan ia rasakan, bermandikan peluh dan tetesan air mata. Bermodal keyakinan akan kekuasaan dan kekayaan Tuhan, ia terus berjalan menatap masa depan. Perkembangan Daar el-Qolam mulai tampak pada tahun 1982, ketika Daar el- Qolam mendapat bantuan dana sebesar Rp. 64.000.000,- dari Kerajaan Arab Saudi, melalui K.H. Muhammad Natsir seorang tokoh Islam yang sangat kharismatik. Bantuan tersebut digunakan untuk membangun asrama putra yang kemudian diberi nama gedung Saudi dan membeli tanah untuk memperluas pesantren. Kepedulian Ahmad Rifai Arief terhadap dunia pendidikan tidak hanya terbatas Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Pada tahun 1989 beliau mendirikan Pondok Pesantren La Tansa. Seiring dengan tuntutan zaman, Daar el-Qolam kembali melebarkan sayapnya dengan mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi La Tansa Mashira di Rangkasbitung, juga mendirikan Pondok Pesantren Wisata Sakinah La Lahwa di Pantai Kemuning, Labuan, Banten pada tahun 1996. Setelah Daar el-Qolam tumbuh berkembang sesuai dengan cita-cita H. Qasad Mansyur, Madrasah Masyarikul Anwar yang menjadi cikal bakal Daar el-Qolam, diserahkan pengelolaannya kepada K.H. Ahmad Syanwani. Allah SWT mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal soleh. Setelah lebih kurang 30 tahun berkiprah dalam dunia pendidikan, Ahmad Rifai Arief meninggal dunia dalam usia 55 tahun, pada hari Ahad 7 Safar 1418 H bertepatan dengan tanggal 15 Juni 1997 M. Suami tercinta dari Hj. Nenah Hasanah ini meninggalkan 3 orang putra, 3 orang putri dan seorang cucu. Dan tentunya meninggalkan ladang ilmu dan taman pengetahuan yang bernama Daar el-Qolam dan La Tansa Mashira. Kepergiannya dirasakan terlalu cepat bagi orang-orang yang ditinggalkannya. Namun, takdir tak dapat ditolak, ia pergi meninggalkan nama besar dengan keharumannya. Pada hari Senin, 8 Shafar 1418 H/16 Juni 1997 diadakan pertemuan keluarga untuk menentukan pengganti beliau. Pertemuan itu dihadiri oleh K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, Pimpinan Pondok Modern Gontor yang juga sahabat karib K.H. Ahmad Rifai Arief. Beliau menyampaikan pesan almarhum bahwa yang kelak menggantikannya adalah adiknya, Ahmad Syahiduddin dan putra beliau Adrian Mafatihullah Karim. Dalam pertemuan itu juga disepakati untuk mengangkat Hj, Enah Huwaenah untuk turut memimpin Daar el-Qolam. Pada hari Selasa 9 Shafar 1418 H/17 Juni 1997 M disertai derasnya hujan dan gemuruh petir yang menggelegar, ditetapkan K.H. Ahmad Syahiduddin, Hj. Enah Huwaenah dan K.H. Adrian Mafatihullah Karim sebagai pimpinan selanjutnya. Mereka bertiga mengemban amanat dan tanggung jawab besar untuk merawat, melestarikan dan mengembangkan Daar el-Qolam dan yang lainnya. Di samping, mewujudkan cita-cita almarhum yang ingin memiliki 4 buah pesantren. Sebagai wujud pertanggungjawaban amanat almarhum, pada tahun 2003 kepemimpinan Pondok Pesantren La Tansa diserahkan kepada putra-putri beliau. Kini pada usianya yang ke 46 Daar el-Qolam terbagi menjadi 3. Daar el-Qolam 1 dan 2 berdiri di atas tanah lebih kurang 30 hektar dengan beragam fasilitas yang ada di dalamnya. Sedangkan Daar el-Qolam 3 berdiri di atas 12 hektar tanah yang dikhususkan untuk memenuhi impian beliau memiliki pesantren dengan masa belajar 3 tahun. Begitu juga 5 hektar tanah yang direncanakan untuk membangun Universitas Daar el-Qolam. Pada tahun 2009 sebagai langkah kaderisasi dan suksesi kepemimpinan pesantren pada masa yang akan datang, maka Daar el-Qolam 1 diserahkan kepemimpinannya kepada KH. Nahrul Ilmi Arief, Daar el-Qolam 2 kepada K.H. Odi Rosihuddin dan al- Ustadz Zahid Purna Wibawa untuk memimpin Daar el-Qolam 3. Semua itu terwujud dengan berpijak kepada prinsip-prinsip dasar yang telah dibuat oleh Ahmad Rifai Arief, disertai kebersamaan, komitmen dan kerja keras semua elemen yang ada di dalamnya. Daar el-Qolam tidak boleh terkenal karena kyainya, Daar el-Qolam harus terkenal karena sistem yang ada di dalamnya. Begitulah pesan almarhum yang sering ia ucapkan semasa hidupnya. Apa yang dihasilkan Daar el-Qolam saat ini adalah buah dari perjuangan yang tak kenal lelah dan kesungguhan yang tak pernah kendur dan tentunya anugerah, karunia, dan barakah Allah SWT. Jangan mencari banyak, tetapi carilah barakah Allah. Demikian pula Ahmad Rifai Arief berpesan semasa hidupnya. Setelah 17 tahun ditinggal pendirinya, Daar el-Qolam dan yang lainnya tetap eksis mengemban misinya, Daar el-Qolam terus berpacu dengan waktu, membawa amanat dan kepercayaan umat. 46 tahun silam menjadi refleksi perjalanan panjang Daar el-Qolam, perjalanan yang dibalut suka dan duka yang menjadi cerita dan romantika yang tetap terpatri di kedalaman hati, perjalanan yang akan terkenang selama hayat di kandung badan.
C. KONDISI LINGKUNGAN PESANTREN Pondok pesantren Daar el-Qolam berdiri di tengah-tengah desa Pasir Gintung. Desa pasir gintung memiliki penduduk dengan mayoritas pekerjaan petani. Masyarakat di sekitar pondok pesantren memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Oleh sebab itu pondok pesantren berusaha membantu ekonomi penduduk sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan di berbagai bidang bagi penduduk sekitar pondok pesantren. Pihak pondok pesantren juga memiliki kebijakan untuk membantu penduduk sekitar yang ingin menempuh pendidikan di pondok pesantren Daar el-Qolam dengan cara mengratiskan seluruh biaya santri dari kalangan penduduk sekitar sampai mereka lulus.
D. PROFIL PESANTREN 1. Pimpinan/Kyai Drs. K.H. Ahmad Syahiduddin (lahir 15 Maret 1956) adalah pemimpin dan pengasuh Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Gintung, Jayanti, Tangerang. Ia merupakan putra dari H. Qasad Mansyur bin Markai Mansyur dan Hj. Hindun Masthufah binti Rubama, juga adik dari pendiri pesantren, Drs. K.H. Ahmad Rifa'i Arief (Alm). Ahmad Syahiduddin secara tidak langsung disiapkan oleh kakaknya memimpin pesantren. Alasan mungkin karena ia dalam peringkat keluarga merupakan adik laki-laki Ahmad Rifai Arief yang pertama. Alasan lain mungkin karena karakter dan watak Syahiduddin yang selalu punya keinginan kuat, tegas, cerdas dan pandai beretorika. Sekitar tahun 1995-1997 setiap pagi ba'da Shubuh, kakaknya selalu datang ke rumahnya. Membicarakan banyak hal tentang perkembangan Daar el-Qolam. Tidak jarang ia menjadi sopir kakaknya atau menggantikan tugas-tugas kakaknya itu baik di dalam pesantren maupun di luar pesantren. Seperti pada tahun 1984 ia diutus oleh kakaknya mengikuti penelitian dan study banding para ulama dan pimpinan pondok pesantren se- Indonesia ke Sarvodaya Institute yaitu Lembaga Pendidikan Agama Budha untuk para biksu di Srilanka. Kemudian dilanjutkan ke Pusat Aliran Darul Arqam di Malaysia dan melihat perkembangan Islam dan masjid di Singapura. Kegiatan ini disponsori oleh Departemen Agama RI. Selain mengajar tugas utamanya ialah membangun fasilitas pesantren. Menggambar, mengawasi tukang dan sebagainya. Mayoritas bangunan yang ada di Daar el-Qolam adalah hasil kerjanya. Begitu pun ketika K.H. Rifai membangun pondok pesantren La Tansa di Lebak, Banten, pembangunan fasilitas di La Tansa diserahkan kepada Syahiduddin. Setiap hari usai salat Shubuh ia berangkat ke La Tansa yang jaraknya kurang lebih 50 Km dari Gintung. Pekerjaannya itu dilakukan selama 3 tahun pulang pergi antara Gintung dan Cipanas, Rangkasbitung. Begitu pun ketika sang kakak ingin membangun pesantren wisata di Labuan. Ia juga yang ditugaskan membangun pesantren itu. Selama 1,5 tahun ia juga bolak-balik Gintung-Labuan. Itu semua dilakukan tidak lain hanya karena ingin patuh dan taat kepada kakak yang juga gurunya. Ketika La Tansa selesai dan resmi dibuka pada tahun 1992 Kyai Rifai tidak menunjuk Syahiuddin untuk tinggal dan memimpin di La Tansa. Justru sang Kakak menunjuk adiknya yang lain Odhy Rosyhuddin sebagai pimpinan di sana. Bagi Syahiduddin ia tidak pernah terdetik dalam hatinya untuk mengharap jabatan. Karena ia merasa tidak pantas memimpin. 2. Santri Santri Daar el-Qolam berjumlah sekita 5000 santri dari seluruh Indonesia dan juga dari negara-negara tetangga.
3. Musholla/Mesjid Masjid (dengan nama Masjid as-Syifa untuk santriwan dan Masjid ar-Rahmah untuk santriwati). Aula tempat pertemuan (tiga unit). Dua unit ditempatkan di Program Excellent Class sebagai gedung serba guna dan mushalla dengan nama "Ulul `Irfan" dan "Ulul `Izzah". 4. Asrama Asrama putra: Gedung Saudi ( ) Gedung Indonesia Gedung Ibn Rusyd ( ) Gedung Ibn Sina ( ) Gedung al-Jamarat ( ) Gedung al-Fatah ( ) Gedung an-Najah ( ) Gedung Bait al-Arqam ( ) Gedung Bait al-Ridha ( ) Gedung Ashab al-Kahfi ( ) Gedung H. Muhammad Natsir Gedung Ulul Abrar Gedung Ulul Albab Gedung al-Manaf Asrama putri: Gedung an-Nashr Gedung Masyithah I Gedung Masyithah II Gedung Masyithah III Gedung Fatimah Gedung Rifa`i I Gedung Rifa`i II Gedung Rifa`i III Gedung Rifa`i IV Gedung Rifa`i V Gedung al-Farabi Gedung Habibah Gedung Mastufah I Gedung Mastufah II Gedung Ummul-Mu'minin Gedung Khadijah Gedung Rabiatul Adawiyah Gedung Ulul Izzah Gedung ISMI Putri Asrama Guru/Asatidz: Gedung as-Syahid Gedung as-Shafa Gedung al-Marwah Gedung Perumahan Guru blok I Gedung Perumahan Guru blok II Gedung Perumahan Guru blok III Gedung Perumahan Guru blok IV Asrama lain-lain: Wisma wali santriwan (terdapat 16 ruangan) Wisma wali santriwati (terdapat 8 ruangan)
5. Pengajian Kitab Kuning Pengajian kitab kuning dilakukan setiap hari bada subuh. Pengajian kitab kuning dilakukan sesuai dengan tingkat pendidikan dengan berbagai macam kitab. 6. Aktivitas Pendidikan Kurikulum yang diterapkan dalam Pondok Pesantren Daar el-Qolam mencakup pelajaran agama dan pelajaran umum yang terintegrasi. Setiap hari santri mendapatkan pelajaran 7 jam pelajaran, yang masing-masing berdurasi 45 menit, diselai oleh 25 menit istirahat, yang berkisar dari pukul 7:00 waktu setempat hingga pukul 15:00 waktu setempat. Di luar jam formal tersebut, santri juga mendapatkan pengajaran al- Quran, kitab kuning, dan kursus-kursus yang bisa diikuti sesuai dengan minat dan kemampuan santri itu sendiri, seperti kursus Bahasa Inggris, kursus Bahasa Arab, kursus komputer, kursus bela diri, dan lain sebagainya. Integrasi sistem itu juga memudahkan para santri untuk melanjutkan pendidikannya pada tingkat pendidikan tinggi, khususnya ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang memang diperuntukkan untuk para lulusan madrasah dan pesantren. Bekal bahasa Arab dan Inggris yang telah diberikan semasa belajar di pondok, memudahkan para santri untuk memahami kurikulum pada IAIN. Beberapa santri Daar el-Qolam yang menjadi mahasiswa berprestasi di IAIN antara lain Ihsan Ali Fauzi, Muhammad Wahyuni Nafis, Nanang Tahqiq, Ismatu Rofi, dan Siti Nafsiah, yang menjadi mahasiswa unggulan di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Karena memang di dalam kelas mereka juga belajar pelajaran ilmu umum, maka para santri juga akan dibimbing pelajaran umum dengan komposisi yang sama dengan pelajaran ilmu agama. Hal ini dilakukan agar para santri nanti setelah keluar dari pondok dapat melanjutkan ke lembaga pendidikan tinggi umum seperti kedokteran, teknologi dan lain sebagainya. Tujuan ini bermisi agar umat Islam nantinya dapat mengisi ruang-ruang sosial yang lebih beragam, tidak hanya dalam bidang kegamaan saja. Mulai tahun ajaran 2007/2008, Pondok Daar el-Qolam mencanangkan program kelas unggulan, yang disebut dengan Program Excellent Class. Di dalam program itu, semua siswa yang telah lolos kualifikasi dari segi nilai rata-rata saat kenaikan kelas dan kelakukan bisa merasakan pengalaman yang sedikit berbeda dengan kelas biasa. Di masing-masing kelas, yang terdapat 25 kelas itu, terdapat proyektor berteknologi Digital Light Processing (DLP) dan juga diizinkannya mereka untuk membawa dan menggunakanInternet melalui komputer atau notebook milik sendiri (dengan skema Bring Your Own Device/BYOD) di luar jam pelajaran formal (seperti waktu istirahat dan malam hari), tentu saja untuk menunjang pembelajaran. 7. Aktivitas Ekonomi Pondok pesantren memiliki koperasi untuk menunjang ekonomi pesantren. Koperasi beranggotakan oleh para ustadz dan ustadzah sehingga mampu memperbaiki ekonomi mereka.
E. POTENSI PENGEMBANGAN Pondok Pesantren Daar el-Qolam memiliki banyak potensi, terutama melalui banyaknya alumni-alumni yang peduli dan memiliki banyak sekali pemikiran-pemikiran inovatif. Dengan jumlah santri yang mencapai 5000 orang, Daar el-Qolam memiliki 9 klinik kesehatan di dalam lingkungan pondok yang dibina oleh beberapa dokter.