Anda di halaman 1dari 2

AN

AK-anak adalah makhluk kompleks seperti orang dewasa, tapi bedanya mereka sulit
menyatakan perasaannya. Namun melalui bermain, mereka bisa memverbalisasikan
perasaan mereka, toh memang itu dunia mereka. Bermain juga bisa dijadikan sebagai
terapi emosional mereka. Jika biasanya, terapi bermain dilakukan untuk anak-anak autis
dan keterbelakangan mental, ini sedikit berbeda karena diperuntukkan bagi anak-anak
normal.

Hal tersebut dinyatakan oleh dra. Mayke S. Tedjasaputra seorang psikolog anak dan
terapis bermain. "Anak-anak normal yang tak mengalami keterbelakangan mental, juga
bisa terkena gangguan emosional. Misalnya seorang anak yang orangtuanya bercerai, si
anak ini sering dikecewakan ayahnya yang jarang menjemputnya. Hal ini bisa terlihat
saat anak bermain dengan menggunakan miniatur binatang. Tapi si anak bisa
menunjukkan dengan memilih tokoh binatang yang berperan sebagai ayah dan anak,
anaknya mencari bapaknya, tetapi bapaknya tidak datang-datang, sehingga anaknya
kecewa. Dari permainan ini, terapis bisa mengetahui perasan si anak dan dapat
ditanggulangi dengan metode yang tepat," ungkap Tedjasaputra dalam sebuah wawancara
ekslusif Gizi Seimbang Bagi Pertumbuhan Anak.

Terapi bermain ini sudah diperkenalkan sejak jaman Plato yang terkenal dengan
pernyataanya "you can discover more about a person in an hour of play than in a year of
conversation." (Anda bisa mengetahui tentang seseorang dalam waktu sejam dengan
bermain bersamanya daripada menghabiskan berbicara selama setahun). Setelah Plato
bermunculan para ahli yang terus mengembangkannya hingga sampai di Indonesia seperti
saat ini.

Namanya saja terapi bermain, jadi alat yang digunakan pun tak jauh-jauh dari permainan
anak-anak, seperti rumah boneka dan perlengkapannya, boneka tangan, lempar tanah
yang aman dan lainnya. Memang tidak bisa dikatakan ada permainan khusus untuk terapi
bermain tapi ada alat-alat yang tidak diperjualbelikan di toko anak-anak biasa. Dalam
terapi bermain, metode yang digunakan adalah metode kognitif, yaitu pengungkapan
masalah dengan bercerita, yang tentunya dibantu dengan alat-alat permainan tadi.

Kegunaan dari terapi bermain sendiri adalah membantu anak yang memiliki masalah
emosional, kecemasan karena stress, tekanan atau depresi. Sehingga perasaan-perasaan
tadi bisa berkurang dan anak-anak diharapkan bisa mengatasi masalahnya sendiri.
Seorang anak yang mampu mengatasi permasalahan emosinya diharapkan menjadi
individu yang lebih percaya diri, tahu kelemahan dan kelebihan sehingga mereka siap
menghadapi tantangan di jamannya.

Mereka yang menjadi subjek dari terapi bermain adalah anak-anak normal yang
mengalami masalah emosional usia dua hingga sepuluh tahun yang sudah mengerti
bahasa dan bermain. Masalah emosional yang terjadi pada anak biasanya karena perasaan
diacuhkan dan tidak dihiraukan oleh orangtuanya, atau merasa tertekan dengan berbagai
tuntutan dari orangtua.

Dalam hal ini, terapi bermain tidak bisa secara langsung dilakukan oleh orangtua tanpa
bimbingan dari terapis bermain sebelumnya. Tapi juga tidak bisa dilakukan oleh terapis
bermain saja tanpa kehadiran orangtua. Justru terapi bermain sengaja dibuat untuk
mendekatkan dan mempererat kembai hubungan antara orangtua dan anak.

Menurut Tedjasaputra, saat orangtua menyediakan waktu untuk bermain bersama anak-
anak mereka, saat itulah anak-anak merasa dihargai. Selain itu orangtua juga bisa
mengetahui kestabilan emosi mereka yang diungkapkan dalam permainan.

Anda mungkin juga menyukai