Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Teknologi pascapanen Hortikultura

PENGENALAN GAS KROMATOGRAFI






Oleh :

Nama : Baihaqi
NRP : F152130221








PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Kromatografi adalah suatu cara pemisahan lain yang penting di dalam
analisis kimia. Didalam kromatografi diperlukan adanya dua fase yang tidak
saling menyampur, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diamnya disini dapat
berupa suatu zat padat yang ditempatkan di dalam kolom. Fase geraknya dapat
berupa gas (gas pembawa) atau cairan. Campuran yang akan dipisahkan
komponen-komponennya, dimasukkan ke dalam kolom yang mengandung fasa
diam. Dengan bantuan fase gerak, komponen-komponen campuran itu kemudian
dibawa bergerak melalui fase diam di dalam kolom. Perbedaan antaraksi atau
afinitas antara komponen-komponen campuran itu dengan kedua fase,
menyebabkan komponen-komponen itu bergerak dengan kecepatan berbeda
melalui kolom. Akibat adanya perbedaan kecepatan (differential migration),
komponen-komponen itu terpisah satu sama lain. Syarat suatu sampel untuk
dianalisis di kromatografi gas yaitu sampel harus dalam fase uap/ gas. Sampel
yang berupa cairan diinjeksikan ke injektor. Di dalam injektor ada program suhu/
temperatur. Temperatur diset 10
0
C dibandingkan titik didih cairan.
Kromatografi Gas adalah metode kromatografi pertama yang
dikembangkan pada jaman instrument dan elektronika yang telah merevolusikan
keilmuan selama lebih dari 30 tahun. Kromatografi gas adalah salah satu metode
pemisahan kromatografi yang digunakan untuk memisahkan semua zat yang
berbentuk uap/gas atau dapat diuapkan, tanpa mengalami penguraian dan
menggunakan gas sebagai fase geraknya. Prinsip kerja dari metode kromatografi
gas adalah dengan menyuntikkan contoh ke dalam ujung kolom kromatografi gas,
lalu contoh tersebut diuapkan dan dielusi oleh gas inert yang digunakan sebagai
fase geraknya.
Kromatografi gas merupakan salah satu jenis teknik analisis yang semakin
banyak diamati, karena terbukti dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai
masalah analisis. Pada awalnya (GC) hanya digunakan untuk analisis gas saja.
Akan tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, akhirnya (GC) dapat digunakan
untuk analisis bahan cair dan padat termasuk bahan polimer. Sekarang ini,
kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu
campuran senyawa. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi
dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase
bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada
permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau terbagi
kedalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di dalam pori.
Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam bidang:
industri, farmasi, kimia, klinik, forensik, makanan, dll. (Himawan, 2009).
Kromatografi gas juga merupakan metode yang tepat dan cepat untuk
memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam,
mulai dari beberapa detik utnuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk
campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Komponen campuran dapat
diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas
pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa
lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari jejak
pencatat pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat dalam KCKT dan
Rf dalam KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas) komponen
campuran dapat pula diukur secara teliti . kekurangan utama KG adalah bahwa ia
tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar.
Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat
g mungkin dilakukan; tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar
dilakukan kecuali jika tidak ada metode lain. (Puspita, 2007).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Prinsip Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah suatu metode analisis yang didasarkan pemisahan
fisik zat organic atau anorganik yang stabil pada pemanasan dan mudah diuapkan.
Pada umumnya kegunaan kromatografi gas adalah untuk melakukan pemisahan
dan identifikasi senyawa yang mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis
kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam campuran. Dalam kromatografi gas, fase
bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai
dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan
dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat
penunjangnya.
GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya. Ada 2 jenis
kromatografi gas, yaitu :
1. Kromatografi gascair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang
diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
2. Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan
kadang-kadang berupa polimerik.
Prinsip kromatografi gas: Pada dasarnya prinsip yang digunakan pada
kromatografi gas dan HPLC secara garis besar adalah sama karena sama-sama
menggunakan kolom, hanya saja pada kromatografi gas, sampel yang diinjeksikan
harus yang tahan panas karena menggunakan gas pembakar. Disamping itu pada
kromatografi gas, selain oleh afinitasnya terhadap fase diam maupun fase gerak,
pemisahannya juga ditentukan oleh titik didih keatsirian dari sampel.
Fase Diam Dan Fase Gerak Pada Kromatografi Gas
1) Fase Diam
Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan.
Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar.
Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar
pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.
Fase diam pada Kromatografi Gas biasanya berupa cairan yang disaputkan pada
bahan penyangga padat yang lembab, bukan senyawa padat yang berfungsi
sebagai permukaan yang menyerap (kromatografi gas-padat). Sistem gas-padat
telah dipakai secara luas dalam pemurnian gas dan penghilangan asap, tetapi
kurang kegunaannya dalam kromatografi. Pemakaian fase cair memungkinkan
kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan
memisahkan hampir segala macam campuran.
2) Fase Gerak
Disebut juga sebagai gas pembawa. Fungsi utamanya adalah untuk membawa uap
analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi dengan komponen-
komponen sampel.
Adapun syarat-syarat fase gerak pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut::
- Tidak reaktif
- Murni (agar tidak mempengaruhi detector)
- Dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Biasanya mengandung gas
helium, nitrogen, hydrogen, atau campuran argon dan metana
- Pemilihan gas pembawa yang digunakan tergantung dari detektor apa yang
digunakan
B. Komponen dalam Kromatografi Gas
Adapun komponen-komponen dari kromatografi gas yaitu sebagai berikut :

Gambar 1. Komponen-komponen Gas kromatografi
1. Gas Pembawa

Gambar 2. Tabung gas pembawa
Pada pengamatan ini, terlihat tiga tabung gas yang memiliki warna yang
berbeda. Pada tabung 1, berisi gas tekan; tabung 2, berisi gas Nitrogen (N
2
) dan
pada tabung 3, berisi gas Hidrogen (H
2
).
Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi dengan
cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder baja bertekanan
tinggi sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas
yang cepat inilah maka pemisahan dengan kromatografi gas berlangsung hanya
dalam beberapa menit saja.
Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas argon, helium, hidrogen
dan nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang lambat (10 cm/detik)
untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan HETP (High Eficiency
Theoretical Plate) minimum. Sementara hidrogen dan helium dapat dialirkan lebih
cepat untuk mencapai efisiensi optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan
25 cm/detik untuk helium. Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang
sedikir demi sedikit sedangkan kinerja nitrogen berkurang secara drastis.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa gerak
maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang cepat membantu
mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa tersebut, sehingga efisiensinya
meningkat (HETP nya menurun). Pada kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih
cepat melalui hidrogen dan helium daripada melalui nitrogen. Hal inilah yang
menyebabkan hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada
nitrogen. Hidrogen memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya perubahan
kecepatan alir. Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak dengan
udara. Biasanya, helium banyak digunakan sebagai penggantinya. Kotoran yang
terdapat dalam carrier gas dapat bereaksi dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas
yang digunakan sebagai gas pembawa yang relatif kecil sehingga tidak akan
merusak kolom. Biasanya terdapat saringan (molecular saeive) untuk
menghilangkan kotoran yang berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa .
Pemilihan gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis detektor.
2. Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus mudah
menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50-300 C). Injektor
berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor biasanya
50 C di atas titik didih cuplikan. Jumlah cuplikan yang diinjeksikan sekitar 5 L.
Tempat pemasukkan cuplikan cair pada kolom pak biasanya terbuat dari tabung
gelas di dalam blok logam panas. Injeksi sampel menggunakan semprit kecil.
Jarum semprit menembus lempengan karet tebal disebut septum yang mana akan
mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar.
Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan menggunakan alat
suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-sampling valve). Alat pemasukan
cuplikan untuk kolom terbuka dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu injeksi
split (split injection) dan injeksi splitless (splitless injection). Injeksi split
dimaksudkan untuk mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan
yang masuk biasanya hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1-2 L, sementara sisanya
dibuang.

3. Kolom
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang dapat
terbuat dari gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan cuplikan yang
mengandung komponen yang dapat terurai jika kontak dengan logam. Diameter
kolom yang digunakan biasanya 3 mm 6 mm dengan panjang antara 2-3 m.
kolom dibentuk melingkar agar dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam oven (
thermostat ).



Gambar 3. Injeksi port dan bagiannya



Gambar 4. Kolom paking
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen yang
terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam yang dapat berupa
cairan, wax, atau padatan dengan titik didih rendah. Fasa diam ini harus sukar
menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik didihnya tinggi (minimal 100 C di
atas suhu operasi kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam ini melekat pada
adsorben. Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan
cukup kuat agar tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben
biasanya terbuat dari celite yang berasal dari bahan diatomae. Cairan yang
digunakan sebagai fasa diam di antaranya adalah hidrokarbon bertitik didih tinggi,
silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida. (The Techniques). Pemilihan
fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan. Untuk
sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar. Begitupun
untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar pemisahan
dapat berlangsung lebih sempurna.
Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas, yaitu kolom
pak (packed column) dan kolom terbuka (open tubular column).
- Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas Pyrex. Gelas Pyrex digunakan
jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat labil secara termal. Diameter kolom
pak berkisar antara 3 6 mm dengan panjang 1 5 m. kolom diisi dengan zat
padat halus sebagai zat pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang
melekat pada zat pendukung. Kolom pak dapat menampung jumlah cuplikan yang
banyak sehingga disukai untuk tujuan preparatif. Kolom yang terbuat dari
stainless steel biasa dicuci dengan HCl terlarut, kemudian ditambah dengan air
diikuti dengan methanol, aseton, metilen diklorida dan n-heksana. Proses
pencucian ini untuk menghilangkan karat dan noda yang berasal dari agen
pelumas yang digunakan saat membuat kolom. Kolom pak diisi dengan 5%
polyethylene glycol adipate dengan efisiensi kolom sebesar 40,000 theoretical
plates


- Kolom terbuka (open tubular column)
Kolom terbuka terbuat dari stainless steel atau quartz. Berdiameter antara
0,1 0,7 mm dengan panjang berkisar antara 15 - 100 m. semakin panjang kolom
maka akan efisiensinya semakin besar dan perbedaan waktu retensi antara
komponen satu dengan komponen lain semakin besar dan akan meningkatkan
selektivitas. Penggunaan kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi
daripada kolom pak. Tidak seperti pada kolom pak, pada kolom terbuka fasa
geraknya tidak mengalami hambatan ketika melewati kolom sehingga waktu
analisis menggunakan kolom ini lebih singkat daripada jika menggunakan kolom
paking.

4. Termostat (Oven)
Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom harus
dikontrol. Temperatur kolom bervariasi antara 50C - 250C. Suhu injektor lebih
rendah dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah daripada suhu detektor.
Suhu kolom optimum bergantung pada titik didih cuplikan dan derajat pemisahan
yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram. Analisis yang
dilakukan secara isotermal digunakan untuk memisahkan cuplikan yang
komponen-komponen penyusunnya memiliki perbedaan titik didih yang dekat,
sedangkan sistem terprogram digunakan untuk memisahkan cuplikan yang
perbedaan titik didihnya jauh.

5. Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang
menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data
yang menyajikan hasil kromatogram secara grafik. Detektor menunjukkan dan
mengukur jumlah komponen yang dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan
mengubah analit yang telah terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi
sinyal listrik yang proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan
respon terhadap gas pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan.
Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar bahang
(DHB), detektor ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan lain sebagainya.
Detektor adalah bagian untuk mendeteksi komponen-komponen yang
keluar dari kolom. Detektor ini akan mengirimkan isyarat listrik ke alat pencatat
(rekorder).
Detektor pada alat kromatografi gas ada beberapa macam, di antaranya adalah :
FID ( Flame Ionisasion Detector )
Secara ringkas prinsip kerja FID adalah mula-mula dialirkan udara dan
hidrogen maka akan timbul pembakaran yang menimbulakan energi. Energi akan
mengionisasi komponen-komponen yang nantinya akan keluar dari kolom.
Molekul-molekul kolom tersebut berubah menjadi ion. Ion-ion positif akan
tertarik ke elektroda negatif sehingga arus bertambah. Arus mengalir melalui
tahanan dan menimbulkan selisih tegangan. Penurunan tegangan yang terjadi
disalurkan melalui amplifier dan masuk ke dalam suatu rekorder (integrator). Bila
suatu saat kromatografi gas menggunakan FID sebaiknya digunakan N2 sebagai
gas pembawa.
TCD
Detektor ini bekerja berdasarkan pada prinsip bahwa benda panas akan
kehilangan laju yang bergantung pada susunan gas di sekitarnya. TCD biasanya
terdiri atas suatu blok logam. Di dalam blok logam tersebut ditempatkan kawat
hantar tipis yang berfungsi sebagai tahanan listrik dan merupakan dua tangan dari
rangakaian jembetan weatstone (R1 dan R2). Bila ada komponen dari keluar dari
kolom dan melalui kawat tahanan, maka suhu R1 dan R2 akan berubah, begitu
pula tahanannya.
Hal ini menyebabkan jembatan wheatstone menjadi tidak seimbang dan
menimbulkan isyarat listrik. Isyarat listrik tersebut akan diteruskan ke rekorder.
Rekorder akan mencatat isyarat ini dalam bentuk kromatogram. Bila suatu alat
kromatografi gas menggunakan TCD sebagai detector, sebaiknya digunakan He
sebagai gas pembawa.


6. Rekorder
Fungsi recorder sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan pada sebuah
kertas yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak grafik). Hasil akan
direkam sebagai urutan puncak-puncak; setiap puncak mewakili satu senyawa
dalam campuran yang melalui detektor. Sepanjang anda mengontrol secara hati-
hati kondisi dalam kolom, anda dapat menggunakan waktu retensi untuk
membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak-tentu saja anda atau seseorang
lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai senyawa pada kondisi yang
sama.

Gambar 5. kromatogram

Area dibawah puncak sebanding dengan jumlah setiap senyawa yang telah
melewati detektor, dan area ini dapat dihitung secara otomatis melalui komputer
yang dihubungkan dengan monitor. Area yang akan diukur tampak sebagai bagian
yang berwarna hijau dalam gambar yang disederhanakan. Perlu dicatat bahwa
tinggi puncak tidak merupakan masalah, tetapi total area dibawah puncak. Dalam
beberapa contoh tertentu, bagian kiri gambar adalah puncak tertinggi dan
memiliki area yang paling luas. Hal ini tidak selalu merupakan hal seharusnya..
Mungkin saja sejumlah besar satu senyawa dapat tampak, tetapi dapat terbukti
dari kolom dalam jumlah relatif sedikit melalui jumlah yang lama. Pengukuran
area selain tinggi puncak dapat dipergunakan dalam hal ini.
Waktu retensi
Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui
kolom menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi. Waktu ini diukur
berdasarkan waktu dari saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan
menunujukkan tinggi puncak maksimum untuk senyawa itu.
Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk senyawa
tertentu, waktu retensi sangat bervariasi dan bergantung pada: Titik didih
senyawa. Senyawa yang mendidih pada temperatur yang lebih tinggi daripada
temperatur kolom, akan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk
berkondensasi sebagai cairan pada awal kolom. Dengan demikian, titik didih yang
tinggi akan memiliki waktu retensi yang lama.
Kelarutan dalam fase cair. Senyawa yang lebih mudah larut dalam fase
cair, akan mempunyai waktu lebih singkat untuk dibawa oleh gas pembawa..
Kelarutan yang tinggi dalam fase cair berarti memiiki waktu retensi yang lama.
Temperatur kolom. Temperatur tinggi menyebakan pergerakan molekul-molekul
dalam fase gas; baik karena molekul-molekul lebih mudah menguap, atau karena
energi atraksi yang tinggi cairan dan oleh karena itu tidak lama tertambatkan.
Temperatur kolom yang tinggi mempersingkat waktu retensi untuk segala
sesuatunya di dalam kolom.
Untuk memberikan sampel dan kolom, tidak ada banyak yang bisa
dikerjakan menggunakan titik didih senyawa atau kelarutannya dalam fase cair,
tetapi anda dapat mempunyai pengatur temperatur.
Semakin rendah temperatur kolom semakin baik pemisahan yang akan anda
dapatkan, tetapi akan memakan waktu yang lama untuk mendapatkan senyawa
karena kondensasi yang lama pada bagian awal kolom.
Dengan kata lain, menggunakan temperatur tinggi, segala sesuatunya akan
melalui kolom lebih cepat, tetapi pemisihannya kurang baik. Jika segala
sesuatunya melalui kolom dalam waktu yang sangat singkat, tidak akan terdapat
jarak antara puncak-puncak dalam kromatogram. Jawabannya dimulai dengan
kolom dengan suhu yang rendah kemudian perlahan-lahan secara teratur
temperaturnya dinaikkan.
Pada awalnya, senyawa yang menghabiskan lebih banyak waktunya dalam
fase gas akan melalui kolom secara cepat dan dapat dideteksi. Dengan adanya
sedikit pertambahan temperatur akan memperjelas perlekatan senyawa.
Peningkatan temperatur masih dapat lebih `melekatan` molekul-molekul fase
diam melalui kolom.
C. PRINSIP KERJA KROMATOGRAFI GAS
Kromatografi merupakan medan yang bergerak cepat karena sangat
pentingnya dalam praktek dalam banyak bidang penelitian. Usaha-uasaha
berlanjut sepanjang banyak jalur, beberapa diantaranya adalah : detektor yang
lebih baik, bahan kemasan kolom yang baru, hubungan dengan instrument lain
(seperti spectrometer massa) yang dapat membantu untuk mengidentifikasi
komponen-komponen yang dipisahkan.
Adapun mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut :
gas bertekanan tinggi dialirkan ke dalam kolom yang berisi fasa diam,
kemudian sampel berupa n-Heksana diinjeksikan ke dalam aliran gas dan ikut
terbawa oleh gas ke dalam kolom. Di dalam kolom akan terjadi proses pemisahan
dari n-Heksana menjadi komponen-komponen penyusunnya. Komponen-
komponen tersebut satu per satu akan keluar kolom dan mencapai detektor yang
diletakkan di ujung akhirkolom. Hasil pendeteksian direkam oleh rekorder dan
dikenal sebagai kromatogram. Jumlah peak pada kromatogram menyatakan
jumlah komponen yang terdapat dalam cuplikan dan kuantitas suatu komponen
ditentukan berdasarkan luas peaknya.
Berikut adalah skema dari instrumen GC:

Gambar 6. Diagram kromatografi gas
Cara Menjalankan alat GC
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui tahap-tahap
dalam menjalankan alat GC tersebut. Yaitu:
1. Mengaktifkan dan melakukan pemanasan terhadap alat sebelum
dipergunakan dengan cara menekan tombol power dan mendiamkan
selama 15 menit.
2. Mengalirkan gas menuju injektor dengan cara memutar knop yang
terdapat pada tabung gas.
3. Melakukan pengaturan suhu pada detektor dengan cara menekan tombol
DET lalu mengatur suhu sebesar 100
o
C kemudian menekan tombol OK.
4. Melakukan pengaturan suhu pada injektor dengan cara menekan tombol
INJ lalu mengatur suhu sebesar 150
o
C kemudian menekan tombol OK.
5. Melakukan pengaturan suhu pada kolom dengan cara menekan tombol
COL lalu mengatur suhu sebesar 200
o
C kemudian menekan tombol OK.
6. Mengaktifkan Detektor apabila telah tercapai suhu yang dikehendaki. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan api ke dalam lubang
detektor.
7. Melakukan pengujian terhadap detektor untuk mengetahui proses
pembakaran telah berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara
menempelkan sebuah pada lubang bagian atas dan mengamati apakah
terdapat butiran embun atau tidak. Apabila terdapat butiran embun maka
alat detektor sudah siap digunakan.
8. Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam injektor dengan
bantuan alat syringe.
9. Menekan tombol spasi pada alat komputerisasi bersamaan dengan
memasukkan sampel, kemudian melihat hasil kromatografi.
10. Mengamati kromatogram dan menetukan waktu retensi (tR) sampel.

F. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode pemisahan
berdasarkan kromatografi gas (GC) yaitu sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.
Kekurangan:
1. Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Prinsip dasar metode kromatografi gas adalah pemisahan komponen-
komponen dalam suatu campuran berdasarkan kepolarannya. Dimana
komponen yang memiliki kedekatan polaritas dengan fasa diam maka akan
tertahan di kolom, sedangkan komponen yang memiliki kedekatan polaritas
dengan fasa gerak akan terelusi keluar dari kolom (keluar duluan).
2. Komponen-komponen utama instrumen GC yaitu: Gas Pembawa, Detektor,
Kolom, Injektor, Rekorder dan Komputer (Penampil Kromatogram).
3. Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode pemisahan
menggunakan kromatografi gas yaitu sebagai berikut:
- Kelebihan:
a. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
b. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
c. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
d. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
e. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam
yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.
- Kekurangan:
a. Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
b. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar.
c. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Kromatografi Gas-Cair.
http://www.chem-is-try.org/kromatografi_gas_cair.html. Diunduh 18
November 2013.

Day, Jr dan Underwood, A.L. 1991. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Puspita, Dewi. 2007. Kromatografi Gas.
http://the_doctor.blogspot.com/kromatografi_gas.html. Diunduh 18
November 2013.

Sastrohamodjojo, 1985. Kromatografi. IPB Press. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai