Anda di halaman 1dari 171

DIKLAT UJIAN PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT

TINGKAT VI
MATERI POKOK
TUGAS, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI
DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KEUANGAN
DISUSUN OLEH
TIM PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
JAKARTA
2011
i
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Keuangan Nomor ST-
xxx/PP.2/20xx tentang Penyusunan Modul Tahun Anggaran 20xx. Sdr. Totok
Soeprijanto, S.H. ditunjuk sebagai penyusun modul Tugas Pokok, Fungsi,
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan pada Jenis Diklat
Ujian Penyesuaian Kenaikan pangkat Tingkat VI. Modul ini adalah
penyempurnaan dari modul sebelumnya dengan judul yang sama.
Penunjukan ini sangat beralasan karena yang bersangkutan adalah
Widyaiswara yang antara lain ditugaskan mengajar dan mengasuh mata
pelajaran ini. Pengalaman mengajar yang cukup lama memungkinkan yang
bersangkutan memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan yang sama
yang disusun oleh yang bersangkutan. Modul ini terdiri dari 6 (enam) Kegiatan
Belajar (KB) yang merupakan satu kesatuan.
Hasil penyempurnaan modul ini telah dipresentasikan di hadapan forum
Widyaiswara serta pejabat struktural terkait di lingkungan Pusdiklat
Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK).
Pada kesempatan ini, kami mengharapkan kepada para pembaca agar
bersedia memberikan saran dan kritik demi penyempurnaan modul ini. Kami
akan sangat menghargai setiap saran dan kritik yang membangun.
Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, Januari 2011
Kepala Pusat
ttd
Tony Rooswiyanto
NIP 19560404 198203 1 001
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
I. Pendahuluan 1
A. Deskripsi Singkat 1
B. Prasayarat Kompentensi 2
C. Standar Kompentensi dan Kompentensi Dasar 3
D. Relevansi Modul 4
II. Kegiatan Belajar 1
ORGANISASI, BUDAYA KERJA, DAN REFORMASI BIROKRASI 5
A. Indikator Keberhasilan 5
B. Uraian dan Contoh 5
B.1. Organisasi 5
a. Definisi dan Prinsip-Prinsip (Asas-Asas) Organisasi 8
b. Struktur Organisasi 12
c. Bentuk-Bentuk Organisasi 14
d. Desain Organisasi 16
B.2. Manajemen 18
a. Definisi Manajemen 19
B.3. Budaya Organisasi 22
a. Pengertian Budaya Organisasi 22
b. Karakteristik Budaya Organisasi 24
c. Manfaat Budaya Organisasi 25
d. Cara Pekerja Mempelajari Budaya Organisasi 25
B.4. Reformasi Birokrasi 26
a. Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan 32
C. Latihan 1 36
D. Rangkuman 37
E. Tes Formatif 1 40
F. Kunci JawabanTes Formatif 1 42
III. Kegiatan Belajar 2
ORGANISASI KEMENTERIAN 43
A. Indikator Keberhasilan 43
B. Uraian dan Contoh 43
B.1. Kementerian Koordinator 45
a. Tugas 45
b. Fungsi 45
c. Susunan Organisasi 45
d. Pelaksana 47
e. Pengawas 48
f. Staf Ahli 48
B.2. Kementerian yang membidangi urusan tertentu 49
a. Tugas 49
b. Fungsi 49
c. Susunan Organisasi 49
d. Pelaksana 51
ii
e. Pengawas 52
f. Pendukung 53
g. Staf Ahli 55
h. Penajaman, Koordinasi, dan Sinkronisasi Program 56
B.3. Wakil Menteri dan Staf Khusus Menteri 57
a. Wakil Menteri 57
b. Staf Khusus Menteri 57
B.4. Tata Kerja Kementerian 58
B.5. Ketentuan Khusus 59
C. Latihan 2 61
D. Rangkuman 62
E. Tes Formatif 2 63
F. Kunci JawabanTes Formatif 2 67
IV. Kegiatan Belajar 3
SEKRETARIAT JENDERAL, DIREKTORAT JENDERAL, DAN
INSPEKTORAT JENDERAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KEUANGAN 68
A. Indikator Keberhasilan 68
B. Uraian dan Contoh 68
B.1. Visi dan Misi Kementerian Keuangan 70
a. Visi 70
b. Misi 72
B.2. Sekretariat Jenderal 76
B.3. Direktorat Jenderal Anggaran 77
B.4. Direktorat Jenderal Pajak 79
B.5. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 82
B.6. Direktorat Jenderal Perbendaharaan 83
B.7. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara 85
B.8. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 86
B.9. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang 87
B.10. Inspektorat Jenderal 88
C. Latihan 3 90
D. Rangkuman 90
E. Tes Formatif 3 95
F. Kunci JawabanTes Formatif 1 99
V. Kegiatan Belajar 4
BADAN, STAF AHLI MENTERI, DAN PUSAT-PUSAT DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN 100
A. Indikator Keberhasilan 100
B. Uraian dan Contoh 100
B.1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 101
B.2. Badan Kebijakan Fiskal 103
B.3. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan 104
B.4. Staf Ahli Kementerian Keuangan 105
B.5. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan 106
B.6. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai 108
B.7. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan 109
B.8. Pusat Layanan Pengadaan secara Elektronik 111
iii
B.9. Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai 112
B.10. Pusat Investigasi Pemerintah 114
B.11. Ketentuan Lain-Lain 115
C. Latihan 4 117
D. Rangkuman 117
E. Tes Formatif 4 119
F. Kunci JawabanTes Formatif 4 123
VI. Kegiatan Belajar 5
INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN KEUANGAN 124
A. Indikator Keberhasilan 124
B. Uraian dan Contoh 124
B.1. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak 126
B.2. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 127
B.3. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan 129
B.4. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara 130
C. Latihan 5 131
D. Rangkuman 132
E. Tes Formatif 5 133
F. Kunci JawabanTes Formatif 5 136
VII. Kegiatan Belajar 6
UNIT PELAKSANA TEKNIS KEMENTERIAN KEUANGAN 137
A. Indikator Keberhasilan 137
B. Uraian dan Contoh 137
B.1. Unit Pelaksana Teknis 137
a. Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai 138
b. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang 139
c. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan 139
B.2. Tata Kerja 140
B.3. Pola Nomenklatur dan Titelatur 141
a. Kantor Pusat 141
b. Kantor Instansi Vertikal 143
c. Unit Pelaksana Teknis 144
C. Latihan 6 148
D. Rangkuman 149
E. Tes Formatif 6 149
F. Kunci JawabanTes Formatif 6 151
TES SUMATIF 152
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF 161
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT 162
DAFTAR PUSTAKA 163
1
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Penyelenggara negara mempunyai peran yang penting dalam
mewujudkan tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Menurut Pasal 17 UUD 1945 bahwa
kekuasaan presiden tidak tak terbatas karena dikehendaki setiap
pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara haruslah
berdasarkan undang-undang.
Saat ini sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 17, telah ditetapkan
Undang-Undang (UU) 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Namun,
sesuai dengan rumusan BAB VIII Ketentuan Peralihan Pasal 27 UU 39
Tahun 2008, bahwa kementerian yang sudah ada pada saat berlakunya
Undang-Undang ini tetap menjalankan tugasnya sampai dengan
terbentuknya kementerian berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi Kementerian
yang dirumuskan oleh UU 39 Tahun 2008 akan diatur dengan Peraturan
Presiden No. 24 Tahun 2010.
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar teori organisasi
dan manajemen menyimpulkan secara umum bahwa keberhasilan suatu
organisasi dalam pencapaian sasaran dan tujuannya dituntut untuk
mempertimbangkan tersedianya faktor budaya di dalam organisasi itu sendiri,
contoh hasil penelitian oleh McKinsey & Company dengan McKinsey 7-S
Framework-nya.
Untuk melaksanakan tugas organisasi kementerian dalam pencapaian
sasaran atau tujuannya, yang telah ditetapkan dalam rencana strategisnya,
maka perlu disusun struktur dan desain organisasi pelaksanan dengan tetap
memperhatikan prinsip dan asas-asas umum organisasi. Organisasi
kementerian pemerintah umumnya adalah organisasi berdesain birokrasi
dengan model mekanistik. Apabila bentuk dan struktur organisasi sudah
tersusun, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan dan mengelola
organisasi tersebut secara efektif dan efisien oleh manajer yang profesional
melalui proses dan fungsi manajemen.
2
Pada era globalisasi perekonomian dunia yang sangat kompetitif seperti
saat ini, manajemen menghadapi beberapa tantangan sehingga mereka
dituntut perlu memiliki visi, etika, keberagaman budaya, dan pelatihan.
Manajemen juga harus mampu menciptakan budaya organisasi yang kuat di
dalam organisasi jika mereka menginginkan organisasinya memperoleh
sukses dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Budaya organisasi
menjadi suatu konsep penting dalam dunia manajemen/pengelolaan
organisasi, untuk dapat memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan
dalam suatu organisasi.
Mantan Menteri Keuangan, Dr. Sri Mulyani Indrawati, menggarisbawahi
bahwa penyebab krisis finansial Indonesia dan global disebabkan oleh
gagalnya transparansi dan akuntabilitas yang dijalankan oleh dunia usaha
maupun pemerintahan. Asas pemerintahan yang baik atau good governance
perlu dilaksanakan oleh aparatur pemerintahan sebagai tujuan reformasi
birokrasi. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk
melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek
kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber
daya manusia aparatur.
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan
berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbarui. Reformasi birokrasi
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance), dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah
strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan
berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional (Sri Mulyani Indrawati, 2009).
B. Prasyarat Kompetensi
Peserta yang akan ditunjuk untuk mengikuti Diklat UPKP Tk. VI adalah
PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan
pengangkatan untuk menjadi PNS golongan III/b, antara lain mampu
menjelaskan posisi, peran, tugas dan fungsi dan kewenangan instansi asal
peserta dan organisasi kementerian pada umumnya. Titik berat materi pada
3
pemahaman, aplikasi, analisis dan kesimpulan berkaitan pelaksanaan tugas
sehari-hari.
C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
a. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar
sepanjang hayat yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Berdasarkan
pengertian tersebut, peserta diklat diharapkan memahami dan
menjelaskan konsep organisasi secara umum, peraturan perundang-
undangan yang melandasi pembentukan organisasi kementerian,
pedoman penataan organisasi, dan pengaruh budaya organisasi dalam
hubungannya dengan pencapaian tujuan bernegara serta mampu
memahami tugas, fungsi, dan susunan organisasi Kementerian
Keuangan.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah tujuan yang ingin dicapai setelah
mempelajari modul yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi.
Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari modul ini, peserta
diklat diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tentang makna konsep suatu organisasi secara umum,
peraturan perundang-undangan yang melandasi pembentukan
organisasi kementerian, latar belakang reformasi birokrasi yang
menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaan (business process),
sumber daya manusia aparatur, dan pedoman penataan organisasi di
lingkungan kementerian keuangan, serta dapat menjelaskan tugas dan
fungsi serta susunan organisasi kementerian;
b. Membedakan antara tugas, fungsi, dan kewenangan dan susunan
organisasi Kementerian Keuangan;
c. Menerangkan tugas, fungsi, dan susunan organisasi serta
menggambarkan bagan Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal
Anggaran, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
4
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Inspektorat Jenderal, Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Badan Kebijakan
Fiskal, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Staf Ahli Menteri
dibanding unit kementerian yang lain, Pusat Informasi dan Teknologi
Keuangan, Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, Pusat Analisis
dan Harmonisasi Kebijakan, Pusat Layanan Pengadaan Secara
Elektronik, Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai;
d. menjelaskan secara umum instansi vertikal dan unit pelaksana teknis
yang ada di lingkungan Kementerian Keuangan;
e. memahami tata kerja Kementerian Keuangan;
f. membedakan pola nomenklatur dan titelatur pada semua unit instansi
Kementerian Keuangan.
D. Relevansi Modul
Dengan memahami materi modul ini, diharapkan peserta diklat mendapat
manfaat sebagai berikut:
1. Memperoleh tambahan pemahaman tentang konsep-konsep organisasi
secara umum, budaya organisasi, dan pokok-pokok reformasi birokrasi di
lingkungan Kementerian Keuangan;
2. Memahami lebih jauh tentang visi, misi Kementerian Keuangan, latar
belakang dan pedoman pengusulan organisasi serta tugas pokok, fungsi,
dan susunan organisasi Kementerian Keuangan;
3. Memperoleh tambahan pemahaman tentang tugas, fungsi, dan
kewenangan dan susunan organisasi Kementerian Keuangan tingkat
pusat;
4. Memperoleh tambahan pemahaman tentang konsep-konsep organisasi
intansi vertikal kementerian secara umum, pola nomenklatur dan
titelaturnya.
5
II. Kegiatan Belajar 1
ORGANISASI, BUDAYA KERJA,
DAN REFORMASI BIROKRASI
A. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini peserta diklat diharapkan
mampu menjelaskan tentang tujuan negara, peraturan perundang-undangan
yang melandasi pembentukan organisasi kementerian, makna konsep suatu
organisasi secara umum, budaya kerja, dan reformasi birokrasi.
B. Uraian dan Contoh
B.1. Organisasi
Penyelenggara negara mempunyai peran yang penting dalam
mewujudkan tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tujuan negara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Oleh karena itu, sejak proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, Pemerintah Negara Republik Indonesia bertekad
menjalankan fungsi pemerintahan negara ke arah tujuan yang dicita-
citakan.
Pasal 4 UUD Tahun 1945 menegaskan bahwa Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Dalam
menjalankan kekuasaan pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-
menteri negara yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Menteri-menteri negara tersebut membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan yang pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 UUD 1945. Pasal 17 ini menegaskan bahwa kekuasaan
Presiden tidak tak terbatas karenanya dikehendaki setiap pembentukan,
6
pengubahan, dan pembubaran Kementerian Negara haruslah berdasarkan
Undang-Undang.
Saat ini sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 17, telah ditetapkan
Undang-Undang (UU) 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
Namun sesuai dengan rumusan BAB VIII Ketentuan Peralihan Pasal 27
UU 39 Tahun 2008, bahwa kementerian yang sudah ada pada saat
berlakunya Undang-Undang ini tetap menjalankan tugasnya sampai
dengan terbentuknya Kementerian berdasarkan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.
Dengan demikian, untuk saat ini kedudukan, tugas, fungsi, dan
susunan organisasi dan tata kerja Kementerian RI (sebagaimana amanat
konstitusi UUD 1945, yang menyebutkannya sebagai kementerian)
berdasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009, yang
didalamnya nomenklatur kementerian Negara disebut sebagai Organisasi
Kementerian. Di dalam modul ini nomenklaturnya juga mengikuti
peraturan-peraturan Presiden tersebut, yakni Kementerian dipimpin oleh
Menteri Negara yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden (Pasal 24 Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009).
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi
Kementerian yang dirumuskan oleh UU 39 Tahun 2008 akan diatur
dengan Peraturan Presiden. Sesuai dengan Pasal 16 UU 39 Tahun 2008
dimaksud pembentukan Kementerian paling lama 14 (empat belas) hari
kerja sejak presiden mengucapkan sumpah/janji.
Sebelum pembahasan lebih lanjut mengenai organisasi kementerian,
perlu dipahami terlebih dahulu hasil penelitian yang dilakukan oleh
beberapa pakar teori organisasi dan manajemen. Pakar-pakar tersebut
menyimpulkan secara umum bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam
pencapaian sasaran dan tujuan tidaklah cukup hanya ditentukan semata-
mata oleh faktor adanya rencana strategis organisasi (bagian dari
perencanaan yang mencakup: visi, misi, program, proyek, dan kebijakan),
dan dukungan struktur organisasi (bagian dari pengorganisasian) yang
telah disesuaikan dengan rencana strategis tersebut, namun dituntut pula
untuk mempertimbangkan tersedianya faktor budaya di dalam organisasi
7
itu sendiri, yaitu nilai-nilai budaya yang berkembang dalam organisasi dan
dapat dijadikan sebagai suatu pedoman perilaku dan gaya kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh perusahaan/lembaga riset
terkemuka McKinsey & Company, dalam Peters dan Waterman (1984:10-
11) menyatakan bahwa ada 7 (tujuh) variabel yang berpengaruh terhadap
kesuksesan suatu organisasi, yang dikenal sebagai McKinsey 7-S
Framework (Kerangka 7-S McKinsey & Company), dan salah satu variabel
tersebut adalah shared values (budaya organisasi). Ketujuh variabel
tersebut adalah:
1. Structure (struktur organisasi);
2. Strategy (rencana strategis organisasi);
3. Style (gaya manajemen organisasi);
4. Systems (sistem, prosedur, serta pedoman kerja organisasi);
5. Staff (sumberdaya manusia organisasi);
6. Skills (kemampuan dan keterampilan SDM); dan
7. Shared values (budaya organisasi).
Struktur dan strategi disebut sebagai perangkat kerasnya (hardware)
organisasi, sementara style, staff, skills, dan shared values disebut
sebagai perangkat lunaknya (software) organisasi, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. McKinsey 7-S Framework
Sumber: Peters & Robert, 1984
Lebih lanjut Moeljono (2005: 54) mengemukakan bahwa berdasarkan
kesimpulan pada Simposium Cultural Values and Human Progress,
STRUCTURE
SYSTEMS
STYLE
STRATEGY
SKILLS
STAFF
SHARED
VALUES
8
American Academy of Arts and Sciences, Cambridge, 23-25 April 1999,
(yang diselenggarakan oleh Harvard Academy for International and Area
Studies) dinyatakan bahwa Budaya menentukan kemajuan dari setiap
masyarakat, negara, dan bangsa di seluruh dunia, baik ditinjau dari sisi
politik, sosial, maupun ekonomi, tanpa kecuali. Simposium ini
menghadirkan temuan budaya dari seluruh dunia, dan dirangkum dalam
sebuah buku berjudul Culture Matters: How Values Shape Human
Progress, yang disunting oleh Lawrence E. Harrison dan Samuel P.
Huntington. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan budaya
organisasi sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan suatu
organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Untuk dapat lebih memahami konsep-konsep dasar organisasi,
manajemen, serta budaya organisasi, berikut ini akan diberikan uraian
secara ringkasnya.
a. Definisi dan Prinsip-Prinsip (Asas-Asas) Organisasi
Sejumlah ahli memberikan perumusan/definisi organisasi antara
lain sebagai berikut:
1) Chester I. Barnard dalam Kreitner dan Kinicki (2007:545)
menyatakan bahwa Organisasi adalah suatu sistem kegiatan
terkoordinasi secara sadar (koordinasi atas hal-hal, seperti: upaya-
upaya yang dilakukan, terhadap suatu tujuan bersama, pembagian
kerja, dan hirarki kewenangan), atau merupakan kekuatan dari dua
atau lebih orang. (An organization is a system of consciously
coordinated activities or forces of two or more persons).
2) Jones (1999: 4) menyatakan bahwa Organisasi adalah suatu
alat/wadah yang digunakan oleh orang-orang untuk
mengkoordinasikan kegiatan mereka dalam rangka memperoleh
sesuatu hal yang diinginkan atau yang memiliki nilai, yakni
mencapai sasaran/tujuan mereka (Organization is a tool used by
people to coordinate their actions to obtain something they desire or
value, which is to achieve their goals).
3) Gibson, et al (1991: 5) menyatakan bahwa Organisasi adalah
wadah yang digunakan oleh masyarakat sehingga memungkinkan
mereka untuk melaksanakan pencapaian maksud/tujuan mereka,
9
yang tidak mungkin dapat dicapai oleh seorang individu secara
sendiri (Organisations are entities that enable society to pursue
accomplishments that cannot be achieved by individuals acting
alone). Lebih jauh Gibson, et al menyatakan pula bahwa organisasi
tersebut mencakup dimensi orang, proses, dan struktur.
Selanjutnya, Henry Fayol dengan teori organisasi klasiknya,
sebagaimana dikutip dalam Atmosudirdjo (1973: 93) mengemukakan
adanya empat belas prinsip-prinsip atau asas-asas utama organisasi,
yakni:
1. La division du travail (division of work), atau asas pembagian kerja.
Semakin orang menjadi spesialis maka semakin efisien orang
tersebut dalam mengerjakan tugasnya.
2. Lautorite/Responsabilite (authority and responsibility), atau asas
kekuasaan (kewenangan dan tanggung jawab). Harus ada
kekuasaan untuk memberi perintah dan kekuasaan untuk membuat
dirinya ditaati. Fayol membedakan kewenangan antara lautorite
statutaire, kewenangan karena jabatannya dan lautorite personelle,
kewenangan karena kepandaian, kecerdasan, pengalaman,
wibawa dan nilai moral, dan sebagainya. Tidak ada kekuasaan
tanpa tanggung jawab dan sebaliknya.
3. La discipline (discipline), yaitu asas lobeissance (ketaatan),
lassiduite (kesungguhan hati dan keseksamaan), lactivite
(kerajinan, kesigapan), la tenue (sikap dan tingkah laku), les signes
exterieurs de respect (bukti sikap nyata menghormati) terhadap
segalanya yang menjadi conventions (peraturan, perjanjian,
persetujuan, kebiasaan, tatakrama) antara organisasi dengan
karyawannya.
4. Lunite de commandement (unity of command), atau kesatuan
pimpinan, yaitu bahwa hanya ada satu pemimpin yang memberikan
perintah untuk setiap orang.
5. Lunite de direction (unity of direction), atau asas kesatuan gerak.
Satu pemimpin dan satu program untuk seluruh gerak operasi
organisasi menuju ke satu tujuan. Misalnya kementerian personalia
10
tidak boleh mempunyai dua direktur, dengan kebijakan rekrutmen
yang masing-masing berbeda.
6. La subordination des interests particuliersa a linterests general,
(subordination of individual interest to general interest), atau asas
yang menjelaskan bahwa kepentingan pribadi di dalam organisasi
harus berada di bawah kepentingan umum organisasi.
7. La remuneration (renumeration/pay of personnel), yaitu asas bahwa
karyawan harus mendapat penghargaan yang setimpal dengan
jasa-jasa mereka kepada organisasi. Penghargaan itu harus adil,
dan sedapat-dapatnya memberikan kepuasan kepada
karyawan/pegawai dan organisasi, baik bagi manajer maupun
pegawai secara keseluruhan.
8. La centralisation/decentralisation (centralization/decentralization)
yaitu asas yang menyatakan derajat pengambilan keputusan
(terpusat atau tidak terpusat). Jangan dilihat dari segi baik atau
buruknya, melainkan dari segi apa untung atau ruginya.
9. Hierarchie (scalar chain), yaitu garis wewenang dalam organisasi
dan sering digambarkan dalam bentuk kotak-kotak dan garis pada
bagan organisasi berjalan menurut peringkat dari manajemen
puncak ke tingkat paling bawah di dalam organisasi. Hierarki ini
diperlukan untuk menjamin kelancaran komunikasi dan kesatuan
pimpinan.
10. Lordre (order), atau asas yang menyatakan bahwa dalam setiap
organisasi itu harus ada tertib (ordre). Setiap organisasi harus
menyediakan tempat (jabatan) untuk setiap orang pegawai, dan
setiap orang pegawai harus berada di tempat yang ditugaskan
kepadanya. Fayol menyatakan bahwa setiap orang harus berada
di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat (the right man in
the right place).
11. Lequite (equity), atau asas kewajaran, yaitu para pegawai harus
diperlakukan secara bersahabat dan adil oleh manajernya.
12. La stabilite du personnel (stability of tenure of personnel), adalah
asas yang menyatakan bahwa dalam organisasi jangan terlalu
sering diadakan mutasi atau reorganisasi, karena menurut Fayol
11
diperlukan waktu bagi seseorang pegawai untuk menyesuaikan diri
dengan jabatan (fungsinya) yang baru agar dapat mencapai tingkat
penunaian tugas yang baik. Jikalau seorang pegawai sebelum
mencapai tingkat penyesuaian diri yang cukup, atau justeru pada
waktu dia telah mencapai tingkat penyesuaian diri yang cukup
dalam suatu jabatan lalu dipindah, maka dia tidak akan pernah
memperoleh kesempatan untuk menunjukkan karyanya dan pada
gilirannya dia tidak akan mencapai kepuasan dalam karirnya.
13. Linitiative (initiative), atau asas yang menyatakan bahwa manajer
harus pintar memberikan prakarsa (inisiatif) kepada bawahannya,
yaitu kesempatan untuk memikirkan, merencanakan sendiri suatu
karya, mengusulkannya kepada manajer, dan kemudian diberikan
kesempatan untuk melaksanakannya sendiri. Dengan demikian si
pegawai merasa puas dan bangga dalam pekerjaannya dan hal ini
sangat menguntungkan bagi organisasi.
14. Lunion du personnel (esprit de corps), Fayol merumuskannya
sebagai, Lharmonie, Lunion dans le personnel d une entreprise
est une grande force dans cette entreprise, (harmoni, persatuan
atau kerukunan pada personil sesuatu badan usaha merupakan
suatu kekuatan besar bagi badan usaha tersebut).
Dari rumusan organisasi dan asas-asas tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa organisasi adalah merupakan alat untuk mencapai
tujuan organisasi dan dalam setiap usaha pengorganisasian suatu
kegiatan, prinsip-prinsip atau asas-asas organisasi perlu selalu tetap
diperhatikan dan diterapkan dengan baik.
Organisasi itu sendiri bisa berbentuk formal atau tidak formal,
namun apakah bentuknya formal atau tidak formal suatu organisasi
pastilah memiliki sasaran atau tujuan. Jadi, elemen yang amat
mendasar dalam organisasi adalah sasaran atau tujuan tersebut.
Setiap organisasi juga mempunyai beberapa program atau metode
untuk mencapai sasaran atau tujuan, yang sesuai dengan visi dan misi
organisasi, yang dinamakan rencana (planning) serta harus memiliki
dan mengalokasikan sumber daya yang perlu (seperti tempat, uang,
12
peralatan, dan sebagainya) untuk mencapai sasaran tersebut melalui
proses manajemen.
Berikut ini diberikan ulasan singkat mengenai struktur, bentuk, dan
desain organisasi.
b. Struktur Organisasi
Robbins (2003: 585) mengemukakan bahwa Sruktur Organisasi
merumuskan cara bagaimana tugas/pekerjaan itu dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Oleh sebab itu,
dalam penyusunan struktur organisasi itu sudah semestinya
mempertimbangkan 6 (enam) unsur kunci perancangan struktur
organisasi, yaitu: a) spesialisasi kerja; b) departementalisasi; c)
rantai komando; d) rentang kendali; e) sentralisasi dan
desentralisasi; serta f) formalisasi.
a) Spesialisasi Kerja
Sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah
menjadi pekerjaan yang terpisah-pisah. Hakikat spesialisasi
kerja adalah bahwa seluruh pekerjaan itu dipecah-pecah
menjadi sejumlah langkah dan tiap langkah diselesaikan oleh
individu yang berlainan, bukannya keseluruhan pekerjaan
dilakukan oleh satu individu.
b) Departementalisasi
Setelah pekerjaan dibagi-bagi melalui spesialisasi kerja,
maka perlu dilakukan pengelompokan pekerjaan tersebut
sehingga tugas yang sama/mirip dapat dikoordinasikan. Dasar
yang digunakan untuk pengelompokan ini, disebut
departementalisasi. Departementalisasi pekerjaan dapat
dilakukan menurut fungsinya (akuntansi, personalia,
manufaktur, riset & pengembangan), pelanggan, jenis produk,
geografis/teritori, dan prosesnya.
c) Rantai Komando
Rantai komando merupakan garis wewenang yang tidak
terputus-putus, yang terentang dari puncak organisasi ke eselon
terbawah dan memperjelas siapa melapor kepada siapa. Ada
13
dua konsep komplementer yang perlu dipahami tentang rantai
komando tersebut, yakni Wewenang (hak-hak yang melekat
dalam posisi manajerial untuk memberi perintah dan
mengharapkan perintah itu dipatuhi), dan Kesatuan Komando
(bawahan seharusnya memiliki satu atasan kepada siapa
bawahan tersebut bertanggung jawab langsung).
d) Rentang Kendali
Rentang kendali berkaitan dengan jumlah bawahan yang
dapat dikendalikan oleh seorang manajer secara efisien dan
efektif.
e) Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi/desentralisasi mengacu pada tingkat di mana
pengambilan keputusan dipusatkan pada satu titik tunggal
dalam organisasi. Jika manajemen mengambil keputusan utama
organisasi dengan sedikit atau tanpa masukan dari personil di
tingkat lebih bawah, maka keputusan organisasi tersebut
dinamakan tersentralisasikan, dan sebaliknya jika makin banyak
personil pada tingkat lebih bawah diberi keleluasaan untuk
mengambil keputusan, maka disebut pengambilan keputusan
dalam organisasi tersebut didesentralisasikan.
f) Formalisasi
Formalisasi mengacu pada tingkat di mana pekerjaan di
dalam suatu organisasi itu dibakukan. Jika pekerjaan sangat
diformalkan, pelaksana pekerjaan itu mempunyai kuantitas
keleluasaan yang minimum mengenai; apa yang harus
dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan bagaimana seharusnya
ia mengerjakannya. Pada organisasi dengan formalisasi yang
tinggi, terdapat uraian jabatan dalam bentuk tertulis, banyak
aturan organisasi dan prosedur yang terdefinisikan dengan jelas
mengenai proses kerja dalam organisasi. Sementara pada
organisasi dengan formalisasi rendah, perilaku kerja relatif tidak
terprogram dan para karyawan mempunyai banyak keleluasaan
dalam menjalankan pekerjaannya.
14
c. Bentuk-Bentuk Organisasi
Menurut Appleby (1969: 45) secara garis besar bentuk/struktur
organisasi terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu organisasi lini, staff,
fungsional, dan tim/komite. Dalam praktiknya struktur/bentuk
organisasi sering merupakan kombinasi dari beberapa bentuk
organisasi tersebut di atas.
a) Organisasi lini, yaitu suatu struktur organisasi yang di dalamnya
terdapat garis hubungan vertikal langsung antara atasan dan
bawahan. Garis hubungan ini adalah merupakan saluran arus
wewenang dari sumbernya menuju titik-titik kegiatan (points of
action). Jenis struktur ini membentuk kerangka dasar dari
organisasi secara keseluruhan. Jika organisasinya kecil
(sehingga pemimpin dapat dengan mudah mengendalikan dan
mengawasi semua fungsi yang ada), maka organisasi bentuk
lini ini sering digunakan.
b) Organisasi staf. Jika organisasi telah berkembang, maka
sebagian fungsi yang ada akan diserahkan kepada beberapa
spesialis, yang memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu
dengan menerapkan konsep 1) staff, atau 2) fungsional. Bentuk
staf muncul dalam 2 (dua) jenis, yakni staf pembantu (staff
assistant) dan spesialis (specialist). Staf pembantu
melaksanakan pekerjaannya berdasarkan persetujuan
pimpinan, dan mereka tidak memiliki kewenangan formal untuk
mengeluarkan perintah dan bertindak atas nama atasannya.
Staf spesialis adalah modifikasi dari struktur lini. Struktur terdiri
dari departmen yang diisi oleh staf spesialis dan bertugas
membantu staf lini mereka.
c) Organisasi fungsional. Struktur ini adalah suatu metode yang
menghubungkan spesialis dengan organisasi lini, dan sering
diterapkan pada sistem di mana manajer fungsional
bertanggung jawab atas kegiatan tertentu dan diberikan
kewenangan substantif terbatas untuk melakukan
pekerjaannya. Hubungan fungsional muncul waktu seorang
spesialis (sering disebut pejabat fungsional) memberikan
15
kontribusi jasa kepada manajer lini (yang merupakan eksekutif
organisasi).
d) Tim/komite adalah suatu alat yang kontroversial pada suatu
organisasi. Terdiri dari sejumlah orang yang diberikan tugas
tertentu. Sebagian melaksanakan fungsi manajemen, seperti
penyusunan kebijakan; sementara sebagian tidak, misalnya
komite peneyelenggaraan (operating committees). Ada yang
ikut membuat keputusan, sementara ada yang tidak turut serta
mengambil keputusan, ada yang memiliki kewenangan untuk
membuat rekomendasi kepada atasan, namun ada pula yang
murni hanya menerima informasi tanpa memberikan
rekomendasi atau memutuskan. Komite Ad Hoc juga biasanya
bersifat sementara, karena hanya dibentuk untuk menangani
tugas tertentu saja, atau hanya untuk mengatasi permasalahan
jangka pendek dari organisasi. Ada beberapa keuntungan dari
komite, yaitu: a) ide dan tindakan yang berhubungan dengan
unit organisasi dapat dikoordinasikan; b) komunikasi dapat
diperbaiki; c) penilaian dan eksekutif inti di kumpulkan dan
semua dibuat secara khusus; dan d) tanggung jawab atas
keputusan yang diambil dibagi rata, dan tidak merupakan satu
orang saja, sementara kelemahan dari komite adalah 1)
mereka sering membuang waktu dan sumber daya (terutama
jika terdapat kompromi yang tidak memuaskan atau
penangguhan oleh sebagian anggota), 2) eksekutif bisa
berlindung di belakang keputusan komite dan menghindari
tanggung jawab pribadinya. Ada beberapa contoh dari komite,
seperti dewan direksi, komite kerja, komite anggaran, dan
sebagainya.
Bentuk-bentuk organisasi yang diuraikan di atas adalah
merupakan bentuk umum dari organisasi.
16
d. Desain Organisasi
Jones (1999:12) mengemukakan bahwa desain organisasi
adalah suatu proses di mana manajer memilih dan mengelola aspek
struktur dan budaya organisasi sehingga organisasi mampu
mengendalikan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam rangka
pencapaian tujuan organisasinya (Organizational design is the
process by which managers select and manage aspects of structure
and culture so that an organization can control the activities
necessary to achieve its goals).
Robbins (2003:595) mengemukakan beberapa desain organisasi
yang sudah banyak dikenal saat ini, yaitu:
1) Struktur Sederhana
Struktur yang memiliki ciri-ciri departementalisasi dengan
derajat yang rendah, rentang kendali yang luas, otoritas
terpusat pada satu orang, dan sedikit formalisasi.
2) Birokrasi
Struktur dengan tugas-tugas yang sangat rutin, yang dicapai
lewat spesialisasi, aturan dan pengaturan yang sangat formal,
tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam kementerian-
kementerian fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali
yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai
komando. Kekuatan utama birokrasi terletak pada
kemampuannya untuk menjalankan kegiatan terbakukan secara
sangat efisien, sementara kelemahannya adalah perhatian yang
berlebihan terhadap pematuhan aturan-aturan.
3) Struktur Matriks
Struktur yang menciptakan dua garis wewenang, yaitu
gabungan departementalisasi produk dan fungsional. Kekuatan
utama struktur ini terletak pada penempatan para spesialis yang
serupa secara bersama, yang dapat meminimalkan jumlah yang
diperlukan, sementara memungkinkan pengumpulan dan
penggunaan bersama sumber daya khusus untuk semua
produk. Kelemahannya adalah kesulitan dalam
mengkoordinasikan tugas spesialis fungsi yang beragam agar
17
aktivitas mereka selesai pada waktunya dan sesuai dengan
anggaran.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, ternyata desain struktur
organisasi juga mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman, terutama karena adanya perkembangan
teknologi sehingga muncul beberapa desain struktur organisasi
alternatif.
Ada tiga desain struktural baru yang dapat lebih mampu
membantu organisasi dalam mencapai tujuannya secara efektif,
yakni:
a) Struktur Tim
Penggunaan tim-tim sebagai perangkat utama koordinasi
aktivitas pekerjaan. Karakteristik utama struktur tim adalah
bahwa struktur itu memecah-mecah penghalang departemental
dan melaksanakan desentralisasi pengambilan keputusan
sampai pada tingkat tim. Pada organisasi-organisasi besar,
struktur tim saling melengkapi dengan birokrasi, sehingga
memungkinkan organisasi itu mencapai efisiensi yang ada pada
birokrasi standar, sambil sekaligus mendapatkan keluwesan
dari apa yang diberikan oleh tim.
b) Organisasi Virtual
Organisasi inti kecil yang melalukan outsourcing fungsi-fungsi
utamanya (disebut juga sebagai organisasi jaringan, atau
organisasi modular). Organisasi ini bersifat sangat
tersentralisasi, dengan sedikit atau tanpa departementalisasi.
Hakikat utama dari organisasi virtual ini adalah Mengapa harus
memiliki, jika dimungkinkan untuk menyewa? Organisasi Tanpa
Tapal Batas.
Organisasi yang menghapuskan rantai perintah, mempunyai
rentang kendali yang tidak terbatas, dan mengganti
kementerian dengan tim yang diberdayakan. Disebut juga
sebagai organisasi T-form (atau berbasis teknologi). Salah satu
pengait teknologis bersama yang memungkinkan munculnya
18
organisasi tanpa tapal batas ini adalah jaringan komputer, yang
memungkinkan orang-orang berkomunikasi melintasi batas
intra-organisasi dan inter-organisasi
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa
masing-masing organisasi memiliki pertimbangan pilihan desain
yang sesuai dan diinginkannya. Robbins (2003: 605)
menggambarkan bahwa semua hal ini berkisar antara birokrasi yang
sangat terstruktur dan terbakukan hingga organisasi tanpa tapal
batas yang longgar dan cenderung tanpa bentuk, atau disebut juga
antara dua model ekstrim desain organisasi yaitu, model birokrasi
mekanistik (seperti, kementerian pemerintahan) dan model organik
(seperti, universitas) yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri
sebagai berikut.
Tabel 1
Dua Model Ekstrim Desain Organisasi
Mekanistik Organik
o Spesialisasi tinggi
o Departementalisasi kaku
o Rantai perintah yang jelas
o Rentang kendali yang sempit
o Sentralisasi
o Formalisasi tinggi
o Tim lintas fungsional
o Tim lintas hierarki
o Arus informasi yang bebas
o Rentang kendali yang lebar
o Desentralisasi
o Formalisasi rendah
Dengan memperhatikan kedua model tersebut, muncul
pertanyaan mengapa ada organisasi terstruktur berdasar garis yang
lebih mekanistik, sementara organisasi lainnya berkarakteristik
organik?
B.2. Manajemen
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa organisasi itu perlu
dijalankan dan dikendalikan sedemikian rupa dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi. Siapa yang akan melaksanakannya? Semua organisasi
mempunyai orang yang bertanggung jawab terhadap organisasi dalam
pencapaian sasarannya, yang disebut manajer.
19
a. Definisi Manajemen
1) Mary Parker Follett, sebagaimana dikutip oleh Wibowo (2006: 9)
menyatakan bahwa manajemen adalah suatu seni untuk
mengerjakan sesuatu melalui orang lain (the art of getting things
done through the other people),
2) Peter Drucker, sebagaimana dikutip oleh Wibowo (2006: 9)
memandang bahwa manajemen merupakan praktek spesifik yang
mengubah sekumpulan orang menjadi kelompok efektif, berorientasi
pada tujuan, dan produktif,
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah proses penggunaan sumber daya organisasi dengan
menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien dan efektif. Menurut Gibson (1991: 28) bahwa dalam konteks
melaksanakan manajemen suatu organisasi maka hubungan antara
lima komponen, yakni: produksi, efisiensi, kepuasan, penyesuaian
(adaptiveness), dan pengembangan (development); yang sering pula
disebutkan sebagai efektfitas dari suatu organisasi adalah sangat
penting, dan Gibson (1991:40) menggambarkan perspektif para
manajer terhadap efektifitas ini mencakup 3 (tiga) tingkatan, yakni
masing-masing; efektifitas individu, efektifitas kelompok, dan efektifitas
organisasi, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Perspektif Manajemen Terhadap Efektifitas

Sumber: Gibson, 1991
EFEKTIVITAS
INDIVIDU
EFEKTIVITAS
KELOMPOK
EFEKTIFITAS
ORGANISASI
P
E
N
Y
E
B
A
B
1. Kemampuan
2. Keterampilan
3. Pengetahuan
4. Sikap
5. Motivasi
6. Stress
1. Keakraban
2. Kepemimpinan
3. Struktur
4. Status
5. Peran
6. Norma
1. Lingkungan
2. Teknologi
3. Pilihan Strategis
4. Struktur
5. Proses
6. Budaya
20
Sedangkan kontribusi manajemen terhadap efektivitas tersebut
dapat digambarkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Kontribusi Manajemen terhadap Efektivitas
Sumber: Gibson, 1991.
Terry (1968: 20) membagi fungsi manajemen dalam terminologi
planning, organizing, actuating, dan controlling. Stoner dan Freeman
(1992: 8), Robbins (2003: 4), serta Dubrin (1990: 14) menggunakan
pengertian actuating menjadi leading. Perbedaan di antara keduanya
lebih bersifat penekanan pada titik beratnya, bukan merupakan
perbedaan yang bersifat kontradiktif. Actuating lebih menekankan pada
bagaimana pekerjaan dilakukan, sedangkan leading lebih berorientasi
pada bagaimana memimpin dan mengarahkan pelaksanaannya.
Pengertian dari masing-masing fungsi manajemen pada intinya dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Planning
Planning mencakup pendefinisian tujuan organisasi, pengembangan
strategi menyeluruh untuk mencapai tujuan, dan pengembangan
hierarki komprehensif dari rencana untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan kegiatan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
2) Organizing
Organizing merupakan tanggung jawab manajer untuk mendesain
struktur organisasi dan mengatur pembagian pekerjaan, termasuk
mempertimbangkan apa tugas yang harus dilaksanakan, siapa
melakukannya, bagaimana tugas dikelompokkan, siapa melapor
kepada siapa, dan di mana keputusan harus dibuat. Organizing yang
Manajemen
melaksanakan
fungsi:
Perencanaan
Pengorganisasian
Kepemimpinan
Pengawasan
Untuk mencapai:
Produksi
Efisiensi
Kepuasan
Penyesuaian
Pengembangan
Bertahan survive
Umpan Balik
Mengkoordinasikan
perilaku dari:
Individu
Kelompok
Organisasi
21
dilakukan ini merupakan persiapan sebelum pekerjaan sebenarnya
dimulai.
3) Staffing
Staffing merupakan pekerjaan manajer untuk mengisi jabatan yang
tersedia dalam organisasi. Kinerja seorang manajer sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dari orang-orang yang membantunya.
Oleh karena itu, manajer harus cermat dalam memilih orang untuk
ditempatkan dalam suatu jabatan agar dapat membantu dalam
pencapaian tujuan organisasi.
4) Leading
Leading atau memimpin merupakan fungsi manajer untuk
mengarahkan dan mengkoordinasikan orang dalam menjalankan
pekerjaan agar tujuan dapat dicapai. Manajer memotivasi pekerja,
mengarahkan aktivitas orang lain, memilih saluran komunikasi yang
efektif, atau menyelesaikan konflik di antara anggota organisasi, dan
mereka terikat untuk memimpin bawahan untuk mewujudkan tujuan
organisasi.
5) Actuating
Actuating berkenaan dengan fungsi manajer untuk menjalankan
tindakan dan melaksanakan pekerjaan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Actuating
merupakan implementasi dari apa yang telah direncanakan dalam
fungsi planning dengan memanfaatkan persiapan yang sudah
dilakukan dalam organizing.
6) Controlling
Controlling merupakan aktivitas untuk meyakinkan bahwa semua hal
berjalan sebagaimana mestinya dan memonitor kinerja organisasi.
Kinerja aktual harus dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, dan jika terdapat penyimpangan signifikan,
maka harus dilakukan tindakan koreksi ke jalur yang tepat.
Dalam mengelola organisasi, di samping melaksanakan fungsi
manajemen para manajer juga menjalankan berbagai peran, dan
menuntut para manajer untuk terampil. Disamping itu para manajer juga
22
menghadapi berbagai macam tantangan penting, yang menurut Stoner
dan Freeman (1992:16) ada empat jenis tantangan, yaitu: a) adanya visi
(the need for vision); b) perlunya etika (the need for ethics); c) perlunya
keberagaman budaya (the need for cultural diversity); dan d) perlunya
pelatihan (the need for training).
Walaupun suatu organisasi telah memiliki rencana strategi yang
baik, struktur dan desain organisasinya telah disesuaikan dengan
pilihan strateginya, serta memiliki manajemen yang andal, ternyata
sukses organisasi tersebut pada era globalisasi perekonomian saat ini
(yang ditandai dengan tingkat persaingan yang sangat ketat) masih
sangat ditentukan pula oleh berbagai faktor lain, seperti perilaku
manajemen menghadapi tantangan arus globalisasi dan ada tidaknya
budaya organisasi yang tumbuh di dalam organisasinya.
B.3. Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Beberapa pengertian tentang budaya organisasi, yaitu:
1) Menurut Robbins (2003: 721) budaya organisasi adalah sistem
makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi,
yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain.
2) Moeljono (2003: 15) menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah
sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang
dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat
dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam beberapa dekade belakangan ini konsep budaya organisasi
telah diperluas dan merupakan konsep baru yang berkembang dari ilmu
manajemen dan ilmu psikologi industri & organisasi. Bidang-bidang ilmu
tersebut mencoba mengupas lebih dalam penggunaan konsep-konsep
budaya untuk menjelaskan banyak hal yang terjadi di dalam organisasi,
terutama yang berkaitan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja
organisasi.
23
Moeljono (2003: 77) mengemukakan bahwa walaupun beberapa
aspek budaya organisasi dapat terlihat dengan jelas, sebenarnya masih
banyak aspek lain yang tidak begitu nyata terlihat sehingga budaya
organisasi itu sering dibandingkan dengan sebuah gunung es, bagian
yang tampak adalah skill dan knowledge. Akan tetapi, bagian ini
bukanlah yang menyebabkan organisasi menjadi kuat. Sementara,
bagian yang tidak tampak (dan lebih besar) yaitu attitude berada di
bawah permukaan laut. Jika bagian bawah ini lapisannya tipis, maka
gunung es bisa dibawa air laut, ke mana saja, namun kalau attitude
kuat, kondisi ini akan mendukung kesuksesan organisasi.
Kotter dan Heskett, peneliti dari Harvard Business School (1992: 5)
mencoba menentukan faktor mana yang membuat beberapa budaya
organisasi lebih sukses dari pada yang lain. Mereka beralasan bahwa
jika faktor sukses bisa diisolasi, maka organisasi akan dapat membuat
program untuk mengubah budaya organisasi menjadi lebih sukses.
Mereka mengidentifikasikan dua tingkat budaya, yaitu yang terlihat dan
yang tidak terlihat, seperti dilukiskan pada gambar 2.4.
24
Gambar 2.4. Budaya dalam Sebuah Organisasi
Sumber: John P. Kotter dan James L. Haskett, 1992
b. Karakteristik Budaya Organisasi
Karakteristik budaya organisasi menurut Robbins (2003: 721)
adalah:
1). Inovasi dan pengambilan risiko, yaitu sejauhmana para karyawan
didorong agar inovatif dan berani mengambil risiko;
2). Perhatian terhadap detail, yaitu sejauh mana para karyawan
diharapkan dapat memperlihatkan kecermatan (akurasi), mampu
menganalisis, dan penuh perhatian terhadap detail pekerjaan;
3). Orientasi hasil, yatu sejauhmana manajemen memusatkan
perhatian pada hasil dan bukan pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil tersebut;
4). Orientasi orang, yaitu sejauhmana keputusan manajemen telah
memperhitungkan dampak dari hasil pada orang-orang di dalam
organisasi;
BUDAYA DALAM SEBUAH ORGANISASI
NILAI-NILAI YANG DIMILIKI BERSAMA
Pemikiran penting dan sasaran yang dimiliki oleh
sebagian besar orang dalam sebuah kelompok,
yang cenderung membentuk tingkah laku
kelompok, dan yang sering menetap dalam
jangka waktu panjang bahkan dengan perubahan
dalam keanggotaan kelompok
NORMA TINGKAH LAKU KELOMPOK
Cara yang biasa atau mudah menyebar untuk
bertindak yang dijumpai dalam sebuah kelompok
dan yang menetap karena anggota kelompok
cenderung bertingkah laku dalam cara yang
mengajarkan kebiasaan ini (disamping nilai-nilai
milik bersama) kepada orang baru, memberi
imbalan mereka yang sesuai dan memberi sanksi
kepada mereka yang tidak sesuai.
.
TIDAK
TAMPAK
TAMPAK
SEMAKIN
MUDAH
DIUBAH
SEMAKIN
SULIT
DIUBAH
25
5). Orientasi tim, yaitu sejauh mana kegiatan kerja telah
diorganisasikan berdasarkan tim, bukannya berdasarkan individu;
6). Keagresifan, yaitu sejauh mana orang-orang itu agresif dan
kompetitif, dan bukannya santai-santai saja; dan
7). Kemantapan, yaitu sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dan bukannya suatu pertumbuhan.
c. Manfaat Budaya Organisasi
Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia
pada pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi, meningkatkan
kekompakan tim antar berbagai kementerian, divisi atau unit dalam
organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang
dalam organisasi, dan memperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya
manusia sehingga mereka dapat meningkatkan kinerjanya dan pada
gilirannya meningkatkan kinerja organisasi dalam pencapaian tujuan
organisasi. Budaya organisasi akan meningkatkan motivasi
pekerja/karyawan dengan memberi mereka perasaan memiliki,
kesetiaan, kepercayaan, dan nilai-nilai, serta mendorong mereka
berpikir positif tentang diri mereka sendiri dan terhadap organisasi
tempat mereka bekerja.
d. Cara Pekerja Mempelajari Budaya Organisasi
Budaya organisasi menurut Robbins (2003: 735) dapat diteruskan
kepada seluruh karyawan/pekerja dalam sejumlah bentuk, seperti
cerita, ritual, lambang-lambang yang bersifat kebendaan, dan bahasa.
Berdasarkan uraian-uraian di atas tampak bahwa hubungan antara teori
organisasi dengan struktur & desain organisasi (yang diturunkan dari
strategic planning organisasi dalam bentuk visi dan misi organisasi),
peran manajemen, dan budaya organisasi sangatlah erat kaitannya dan
saling mempengaruhi dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan
organisasi (tidak terkecuali organisasi kementerian), sebagaimana
ditunjukkan oleh Jones (1999: 11) pada gambar 2.5.
26
Gambar 2.5. Hubungan antara teori organisasi dengan struktur,
budaya, dan desain organisasi
Sumber: Jones, Gareth R., 1999.
B.4. Reformasi Birokrasi
Bahasan reformasi birokrasi akan relevan apabila diawali dengan
melihat kondisi umum saat ini. Sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang, hasil pembangunan nasional yang telah
dilaksanakan telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat. Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai,
TEORI ORGANISASI
Studi tentang apa fungsi organisasi dan bagaimana organisasi itu bisa mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan di mana organisasi itu beroperasi
STRUKTUR
ORGANISASI
Sistim formal dari
hubungan antara
tugas dan
kewenangan, yang
mengendalikan
bagaimana orang
bekerjasama dan
menggunakan
sumber daya, dalam
mencapai tujuan
organisasi
Melakukan kontrol,
koordinasi dan
motivasi: perilaku
orang dan
organisasi
Apakah cukup
tanggap terhadap
perubahan;
termasuk
lingkungan,
tehnologi, dan
SDM?
Berkembang
sejalan dengan
pertumbuhan dan
perbedaan
organisasi
Dapat dikelola dan
diubah melalui
proses desain
organisasi
DESAIN ORGANISASI
Adalah proses
yang digunakan
oleh manajer untuk
menyeleksi dan
mengelola berbagai
dimensi dan
komponen struktur
organisasi dan
budayanya,
sehingga organisasi
dapat
mengendalikan
kegiatan-kegiatan
yang diperlukan
untuk pencapaian
tujuan organisasi.
Menyeimbangkan
kebutuhan
organisasi untuk
mengendalikan
tekanan eksternal
dan internal
organisasi,
sehingga organisasi
dapat eksis dalam
jangka waktu
panjang.
BUDAYA ORGANISASI
Sekumpulan nilai
dan norma bersama
yang
mengendalikan
interaksi di antara
para anggota
organisasi dan
orang/pihak lain di
luar organisasi.
Melakukan kontrol,
koordinasi dan
motivasi: perilaku
orang dan
organisasi
Apakah ini
mempertajam
perilaku orang,
etika, dan struktur
organisasi?
Berkembang
sejalan dengan
pertumbuhan dan
perbedaan
organisasi
Dapat dikelola dan
diubah melalui
proses desain
organisasi
27
sesungguhnya masih banyak tantangan atau masalah yang belum
sepenuhnya terselesaikan. Untuk itu, kedepan masih diperlukan upaya-
upaya untuk mengatasinya.
Selanjutnya dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 20052025 dinyatakan
bahwa secara umum saat ini, pelaksanaan program pembangunan
aparatur negara masih menghadapi berbagai permasalahan dalam
penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Permasalahan tersebut,
antara lain masih terjadinya praktik-praktik penyalahgunaan kewenangan
dalam bentuk praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) serta belum
terwujudnya harapan masyarakat atas pelayanan yang cepat, murah,
manusiawi, dan berkualitas. Upaya yang sungguh-sungguh untuk
memberantas KKN dan meningkatkan kualitas pelayanan publik
sebenarnya telah banyak dilakukan. Meskipun demikian, hasil yang
dicapai belum cukup menggembirakan. Kelembagaan pemerintah, masih
belum terlihat efektif dalam membantu pelaksanaan tugas. Sistem
manajemen pemerintahan juga belum efisien dalam menghasilkan dan
menggunakan sumber-sumber daya. Upaya-upaya untuk meningkatkan
profesionalisme birokrasi masih belum teratasi
Sebagai tantangan ke depan dan sebagai arah pembangunan jangka
panjang, agar bangsa ini mempunyai daya saing yang tinggi serta siap
menghadapi tantangan global, maka dalam UU Nomor 17 Tahun 2007
disebutkan bahwa, pembangunan nasional jangka panjang di bidang
hukum dan pendayagunaan aparatur diarahkan untuk melakukan
reformasi di bidang hukum dan aparatur (UU Nomor 17 Tahun 2007).
Sementara itu UU Nomor 37 Tahun 2008 menyatakan bahwa masih
terjadinya praktik mal administrasi yaitu perilaku atau perbuatan
melampaui wewenang, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban
hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
penyelenggara Negara. Oleh karena itu, perlu dipandang dilaksanakan
reformasi birokrasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan demi
terwujudnya penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan
efisien, jujur, bersih, terbuka serta bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Lebih lanjut, dikatakan dalam UU Nomor 37 Tahun 2008
28
bahwa penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya
dapat tercapai dengan peningkatan mutu aparatur penyelenggara negara
dan pemerintahan dan penegakan asas-asas pemerintahan umum yang
baik.
Aspek penyelenggaraan pelayanan publik juga masih dihadapkan
pada kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidaksiapan untuk menanggapi
terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai
masalah pembangunan yang kompleks. Pada sisi yang lain, masyarakat
Indonesia dihadapkan pada harapan dan tantangan global. Kondisi dan
perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi
secara bijak melalui langkah kegiatan yang berkesinambungan dalam
berbagai aspek pembangunan untuk membangun kepercayaan
masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk itu,
diperlukan. konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi acuan perilaku
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945
sehingga masyarakat memperoleh pelayanan sesuai dengan harapan
dan cita-cita tujuan nasional (UU Nomor 25 Tahun 2009).
Dilihat dari aspek kelembagaan, terbitnya UU Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara merupakan momentum untuk memperbaiki
kondisi birokrasi melalui penataan kembali keseluruhan kelembagaan
pemerintahan, baik kementerian negara, LPND, maupun instansi
pemerintahan lain, termasuk lembaga non struktural. Undang-undang ini,
menurut Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, harus
dijadikan acuan dalam menata kelembagaan instansi pemerintah.
Dengan demikian, setiap kelembagaan harus selaras dan tidak
bertabrakan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang
Kementerian Negara. Sudah saatnya kita mewujudkan kelembagaan
pemerintahan yang lebih proporsional, efisien dan efektif melalui langkah-
langkah konkret reformasi birokrasi.
Akhir-akhir ini terjadi kecenderungan, dalam penyusunan undang-
undang sektoral yang mengamanatkan pembentukan suatu kelembagaan
baru, sehingga organisasi menjadi semakin tambun. Namun
29
demikian,pengaturan kelembagaan dalam undang-undang sektoral sering
kurang sinkron, dan dapat menimbulkan kesulitan dalam tahap
implementasinya. Menurut Menpan saat ini terdapat lebih dari 70
lembaga non struktural, melebihi jumlah kementerian dan LPND.
Lembaga itu, kebanyakan lahir sebagai pelaksanaan amanat undang-
undang sektoral. Tidak jarang lembaga itu menduplikasi tugas dan fungsi
kelembagaan pemerintah yang telah ada sehingga mengakibatkan friksi
dan tarik menarik kewenangan, atau bahkan menciptakan birokratisasi
baru, karena itu masalah tersebut segera dicarikan jalan keluar.
Fenomena ini hendaknya menjadi perhatian kita semua, agar ke depan
bisa mewujudkan kelembagaan pemerintahan yang lebih efisien dan
efektif melalui harmonisasi peraturan perundang-undangan. Bahwa
hambatan reformasi birokrasi seringkali datang dari dalam birokrasi itu
sendiri, baik karena lemahnya kemampuan atau rendahnya kemampuan.
Padahal, secara formal reformasi birokrasi telah mendapatkan dukungan
dari semua elemen institusi kenegaraan. Komitmen dan upaya
implementasi secara konsisten, termasuk di dalamnya perubahan
kelembagaan birokrasi/organisasi, akan menjadi penentu keberhasilan
reformasi birokrasi. Di sinilah peran strategis Undang-undang Nomor. 39
Tahun 2008 dalam membuka gerbang penataan kelembagaan birokrasi
secara komprehensif dan sistematis. Pemimpin harus memelihara
semangat para pegawai dan memberikan harapan kepada mereka, ketika
ada tuntutan perbaikan dalam pelayanan publik, ketika tuntutan
organisasi yang terlalu tambun harus dirampingkan, atau ketika jabatan
yang tidak efisien harus dihapus. Diharapkan hal itu dapat diperankan
oleh setiap pimpinan puncak birokrasi (Majalah Layanan Publik).
Reformasi birokrasi dilatarbelakangi oleh:
a. Praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang masih
berlangsung sampai saat ini;
b. Tingkat pelayanan publik yang belum mampu memenuhi harapan
publik;
c. Tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang belum optimal dari
birokrasi pemerintahan ;
30
d. Tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan yang
masih rendah
e. Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai yang masih rendah (Peraturan
Menpan Nomor PER/15/M.PAN/7/2008).
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk
melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek
kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan
sumber daya manusia aparatur.
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak
akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperharui. Reformasi
birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain, reformasi
birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara
agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas
umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu, dengan
sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan
komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi
pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, harus segera diambil langkah-
langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistematik sehingga
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif
dan efisien. Reformasi di sini merupakan proses pembaharuan yang
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Mantan menteri Keuangan, Dr. Sri Mulyani Indrawati, dalam orasi
ilmiah Dies Natalis ke-63 PTIK, menyatakan bahwa:
Pada masa ini, di mana saja di negeri ini, ketika berbicara tentang
transparansi dan akuntabilitas, maka itu merupakan bagian dari wacana
mengenai asas pemerintahan yang baik, atau good governance.
Sedangkan soal perlunya asas pemerintahan yang baik itu adalah bagian
dari tujuan suatu reformasi aparatur pemerintahan, yang sekarang dikenal
luas sebagai reformasi birokrasi.
31
Selanjutnya beliau menyatakan, Reformasi birokrasi menyarankan
suatu gagasan tentang kehendak untuk perubahan dan perbaikan dalam
birokrasi negara. Saran yang dipancarkan tentang perubahan dan
perbaikan tentu didahului dengan pengakuan dan kesadaran akan
keadaan yang perlu diubah dan diperbaiki. Sebelum berangkat
meluncurkan suatu usaha reformasi, kita dituntut untuk tahu persis
mengenai kegagalan, keburukan, dan kesalahan apa saja yang perlu
dibetulkan, dan kekurangan apa yang perlu disempurnakan. Kesadaran
ini telah dipunyai oleh pemerintah yang terbukti dari munculnya program
reformasi birokrasi sebagai salah satu program pemerintah yang utama,
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 20042009.
Tujuan umum reformasi birokrasi adalah membangun/membentuk
profil dan perilaku aparatur negara dengan:
a. Integritas tinggi, yaitu perilaku aparatur negara yang dalam bekerja
senantiasa menjaga sikap profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai
moralitas (kejujuran, kesetiaan, komitmen) serta menjaga keutuhan
pribadi;
b. Produktivitas tinggi dan bertanggung jawab, yaitu hasil optimal yang
dicapai oleh aparatur negara dari serangkaian program kegiatan yang
inovatif, efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya yang ada
serta ditunjang oleh dedikasi dan etos kerja yang tinggi;
c. Kemampuan memberikan pelayanan yang prima, yaitu kepuasan yang
dirasakan oleh publik sebagai dampak dari hasil kerja birokrasi yang
profesional, berdedikasi dan memiliki standar nilai moral yang tinggi
dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat, utamanya dalam memberikan pelayanan yang prima
kepada publik dengan sepenuh hati dan rasa tanggungjawab.
Sebagai tujuan khusus reformasi birokrasi adalah
membangun/membentuk:
a. Birokrasi yang bersih, adalah birokrasi yang sistem dan aparaturnya
bekerja atas dasar aturan dan koridor nilai-nilai yang dapat mencegah
timbulnya berbagai tindak penyimpangan dan perbuatan tercela (mal-
administrasi) seperti korupsi, kolusi dan nepotisme;
32
b. Birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, adalah birokrasi yang
mampu memberikan dampak kerja yang positif (manfaat) kepada
masyarakat dan mampu menjalankan tugas dengan tepat, cermat,
berdayaguna dan tepat guna (hemat waktu, tenaga, dan biaya). Selain
itu birokrasi yang memiliki kinerja maksimum untuk mengelola
kekuatan dan peluang yang ada serta meminimalisir kelemahan dan
ancaman demi mencapai hasil yang optimal.
c. Birokrasi yang transparan, adalah birokrasi yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan
tidak diskriminatif dengan tetap memperhatikan perlindungan hak
asasi pribadi, golongan dan rahasia negara. Inti dari transparansi disini
ialah sebuah kejujuran dalam pengelolaan birokrasi utamanya yang
menyangkut hajat hidup masyarakat banyak;
d. Birokrasi yang melayani masyarakat adalah birokrasi yang tidak minta
dilayani masyarakat, tetapi birokrasi yang memberikan pelayanan
prima kepada publik;
e. Birokrasi yang akuntabel adalah birokrasi yang bertanggung jawab
setiap proses dan kinerja atau hasil akhir dari program maupun
kegiatan, sehubungan dengan pengelolaan dan pengendalian sumber
daya dan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan. Hal ini
dilakukan secara periodik melalui media pertanggung jawaban yang
telah ditetapkan kepada Negara dan masyarakat sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(Peraturan Menpan Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008)
a. Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan
Reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan merupakan tuntutan
dari reformasi yang dilaksanakan pemerintah di bidang keuangan negara
pada tahun 2003 yang ditandai dengan lahirnya UU Nomor 17 Tahun
2003 Tentang Keuangan Negara; UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara; dan UU Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Ketiga UU tersebut merupakan reformasi dari peraturan warisan kolonial
yaitu ICW dan IAR.
33
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010
Tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 20102014,
Reformasi birokrasi yang dilaksanakan Kementerian Keuangan diarahkan
untuk mencapai beberapa sasaran, yakni meningkatkan Good
Governance, meningkatkan kinerja aparat, dan meningkatkan pelayanan
kepada publik.
Meningkatkan Good Governance
Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan diarahkan untuk
membentuk birokrasi yang memiliki integritas tinggi yang menjunjung
prinsip-prinsip good governance. Perilaku aparatur dalam konteks
reformasi birokrasi diwujudkan dengan menjaga sikap profesional dan
menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas (kejujuran, kesetiaan, komitmen)
serta menjaga keutuhan pribadi.
Meningkatkan Kinerja Birokrasi
Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan menuntut tercapainya
produktivitas kerja yang optimal. Hasil kinerja optimal tersebut diperoleh
dari serangkaian program kegiatan yang inovatif, efektif, dan efisien
dalam mengelola sumber daya yang ada serta ditunjang oleh dedikasi
dan etos kerja yang tinggi.
Meningkatkan Pelayanan Publik
Implementasi utama Reformasi Birokrasi yang berdampak
langsung pada masyarakat adalah meningkatnya kemampuan
Kementerian Keuangan dalam memberikan pelayanan publik yang prima.
Standar pelayanan publik dalam konteks reformasi birokrasi adalah
kepuasan yang dirasakan oleh publik sebagai dampak dari hasil kerja
birokrasi yang profesional, berdedikasi, dan memiliki standar nilai moral
yang tinggi dalam menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati dan rasa
tanggung jawab.
Dalam rangka mencapai ketiga sasaran tersebut, Menteri
Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK 01/2007
telah mencanangkan tiga pilar reformasi birokrasi di Kementerian
Keuangan, yaitu penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, dan
peningkatan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
34
Penataan Organisasi
Kementerian Keuangan telah memulai proses organization
reinventing dalam bentuk penataan organisasi sejak 2002 dan terus
berjalan hingga hari ini. Penataan organisasi tersebut meliputi
modernisasi, pemisahan, penggabungan, dan penajaman fungsi.
Modernisasi diawali dengan pembentukan Kantor Wilayah (Kanwil)
Modern dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Modern Direktorat Jenderal
Pajak, Kantor Pelayanan Utama (KPU) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC), dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Percontohan.
Penyempurnaan Proses Bisnis
Proses bisnis yang telah dilaksanakan Kementerian Keuangan
menuntut dilakukannya penyempurnaan yang difokuskan dan diarahkan
pada upaya meningkatkan layanan publik. Kementerian Keuangan
berusaha mengubah citra dari proses yang cenderung kurang memberi
kepastian menuju proses yang pasti pada setiap tahapannya, sehingga
dapat mengubah persepsi publik terhadap minimnya kualitas pelayanan
dan rumitnya proses birokrasi. Dalam rangka menyempurnakan proses
bisnis, Kementerian Keuangan melakukan analisis dan evaluasi jabatan
untuk memperoleh gambaran rinci mengenai tugas yang dilakukan setiap
jabatan, menyusun Standard Operating Procedures (SOP) yang rinci dan
dapat menggambarkan setiap jenis keluaran pekerjaan secara
komprehensif, serta melakukan analisis beban kerja untuk dapat
memperoleh informasi mengenai waktu dan jumlah pejabat yang
dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Analisis dan evaluasi jabatan berkontribusi dalam penyempurnaan
proses bisnis dengan menghasilkan uraian jabatan dari setiap jabatan
yang tersedia sehingga setiap individu yang menjabat dapat
menghasilkan kinerja yang lebih terukur sesuai dengan tugas yang
diembannya. SOP sebagai standar prosedur kerja dibuat agar dapat
menciptakan pola kerja yang efektif dan cepat, serta proses bisnis yang
transparan dan tidak berbelit-belit. Sedangkan analisis beban kerja
diharapkan juga mampu mewujudkan efektivitas kerja dan efisiensi
tenaga kerja yang dibutuhkan dalam sebuah proses bisnis Kementerian
35
Keuangan. Dengan ketiga alat tersebut, Kementerian Keuangan dapat
memberikan layanan prima kepada publik, yaitu layanan yang terukur dan
pasti dalam hal waktu penyelesaian, persyaratan administrasi yang harus
dipenuhi, dan biaya yang harus dikeluarkan. Masing-masing hal tersebut
diarahkan untuk menghasilkan proses bisnis yang akuntabel dan
transparan, serta mempunyai kinerja yang cepat dan ringkas.
Peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia
Perubahan paradigma kepegawaian di Kementerian Keuangan
dimulai pada akhir Tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai
penajaman fungsi Biro Kepegawaian sebagai unit yang melaksanakan
pengelolaan dan pembinaan kepegawaian. Kajian meliputi perbaikan
mekanisme kerja dan desain struktur organisasi untuk
mengoptimalisasikan fungsi berupa: perencanaan sumber daya manusia
dan rekrutmen, pembangunan pola mutasi, pembangunan system
assessment center, pembangunan sistem informasi kepegawaian yang
terintegrasi, peningkatan akuntabilitas, dan peningkatan koordinasi serta
kolaborasi dengan unit pembina kepegawaian dan unit teknis terkait.
Prinsip peningkatan manajemen SDM meliputi peningkatan
kualitas, penempatan SDM yang kompeten pada tempat dan waktu yang
sesuai, sistem pola karir yang jelas dan terukur, pengelolaan SDM
berbasis kompetensi, serta keakuratan dan kecepatan penyajian
informasi SDM sesuai kebutuhan manajemen. Program manajemen SDM
berbasis kompetensi dilaksanakan melalui pembangunan assessment
center, penyusunan pola mutasi, pendidikan berbasis kompetensi,
peningkatan disiplin, dan pengintegrasian Sistem Informasi Pegawai
(SIMPEG).
Rekrutmen di Kementerian Keuangan telah ditingkatkan kualitas
pelaksanaannya sejak awal Tahun 1980-an. Reformasi Birokrasi di
bidang rekrutmen pegawai saat ini lebih ditekankan pada penggunaan
teknologi informasi yang berbasis online (e-recruitment). Hasil positif yang
telah dicapai adalah rekrutmen yang dilaksanakan Kementerian
Keuangan selama ini telah berjalanbersih dari praktik KKN dan memiliki
sistem seleksi yang lebih unggul.
(Renstra Kementerian Keuangan 20102014)
36
Seluruh kegiatan tersebut merupakan bagian integral dari program
perencanaan dan pengembangan SDM sehingga Kementerian
Keuangan ke depan akan memiliki SDM yang lebih profesional dan
bertanggung jawab yang akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelayanan kepada masyarakat.
Prinsip peningkatan manajemen SDM meliputi peningkatan kualitas,
penempatan SDM yang kompeten pada tempat dan waktu yang sesuai,
sistem pola karir yang jelas dan terukur, pengelolaan SDM berbasis
kompetensi, serta keakuratan dan kecepatan penyajian informasi SDM
sesuai kebutuhan manajemen.
Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan
pembenahan sistem pembinaan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Keuangan, khususnya dalam perpindahan jabatan karier
yang lebih memperhatikan kebutuhan organisasi. (Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 39/PMK.01/2009).
C. Latihan 1
Jawablah soal-soal di bawah ini, kemudian cocokkan kembali dengan
materi Kegiatan Belajar 1!
1. Apakah yang dimaksud dengan organisasi? Jelaskan!
2. Organisasi kementerian pemerintahan adalah organisasi mekanistik
atau organik? Jelaskan jawaban Anda!
3. Dalam proses pembentukan organisasi dikenal beberapa asas/prinsip
organisasi. Sebutkan dan jelaskan!
4. Apakah yang dimaksud dengan organisasi virtual dan apa pula yang
dimaksud dengan organisasi tanpa tapal batas?
5. Sebutkan peran manajemen profesional, serta keterampilan-
keterampilan yang mutlak diperlukan oleh manajemen modern saat ini
untuk dapat mengelola organisasi secara efektif!
6. Budaya organisasi menjadi suatu konsep yang penting dalam dunia
manajemen organisasi. Mengapa? Berikan penjelasan!
37
7. Sebutkan tantangan yang harus dihadapi oleh manajemen modern saat
ini?
8. Sebutkan faktor-faktor determinan yang meyebabkan struktur suatu
organisasi berbeda dengan struktur organisasi lainnya?
9. Apa yang Anda ketahui mengenai analisis jabatan di Kementerian
Keuangan?
10. Jelaskan mengenai latar belakang reformasi birokrasi ?
D. Rangkuman
Pasal 4 UUD Tahun 1945 menegaskan bahwa Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Dalam
menjalankan kekuasaan pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-
menteri negara yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Menteri-menteri negara tersebut membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan yang pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 UUD1945. Pasal 17 ini menegaskan bahwa kekuasaan Presiden
tidak tak terbatas karenanya dikehendaki setiap pembentukan, pengubahan,
dan pembubaran kementerian Negara haruslah berdasarkan undang-
undang.
Saat ini sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 17, telah ditetapkan
Undang-Undang (UU) 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Sesuai
dengan rumusan BAB VIII Ketentuan Peralihan Pasal 27 UU 39 Tahun 2008,
Kementerian yang sudah ada pada saat berlakunya Undang-Undang ini
tetap menjalankan tugasnya sampai dengan terbentuknya Kementerian
berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Dengan demikian, untuk saat ini kedudukan, tugas dan fungsi
Kementerian Negara serta susunan organisasi, tugas, dan fungsi eselon I
Kementerian Negara berdasarkan peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
dan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 yang berisi tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar teori organisasi
dan manajemen menyimpulkan secara umum bahwa keberhasilan suatu
organisasi dalam pencapaian sasaran dan tujuannya tidaklah cukup hanya
38
ditentukan semata-mata oleh faktor adanya rencana strategis organisasi
(yaitu bagian dari perencanaan yang mencakup; visi, misi, program, proyek,
dan kebijakan) serta didukung oleh struktur organisasi (yaitu yang
merupakan bagian dari pengorganisasian) yang telah disesuaikan dengan
rencana strategis tersebut, namun dituntut pula untuk mempertimbangkan
tersedianya faktor budaya di dalam organisasi itu sendiri, contoh hasil
penelitian oleh McKinsey & Company dengan McKinsey 7-S Framework-nya,
yakni 7 (tujuh) variabel utama yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu
organisasi juga mempertimbangkan faktor budaya organisasi (shared values)
sebagai salah satu variabel. Budaya menentukan kemajuan dari setiap
masyarakat, negara, bangsa di seluruh dunia, baik ditinjau dari sisi politik,
sosial mapun ekonomi, tanpa kecuali, demikian kesimpulan dari Simposium
Cultural Values and Human Progress, di Cambridge tanggal 2325 April
1999.
Untuk melaksanakan tugas organisasi kementerian dalam pencapaian
sasaran atau tujuannya, yang telah ditetapkan dalam rencana strategisnya,
maka perlu disusun struktur dan desain organisasi pelaksananya dengan
tetap memperhatikan prinsip dan asas-asas umum organisasi Henry Fayol
yaitu 14 (empat belas) prinsip-prinsip utama. Pilihan bentuk organisasi dapat
berupa; a) organisasi lini, b) organisasi staf, c) organisasi fungsional, d)
organisasi matriks, atau e) kombinasinya, sedangkan pilihan desain
organisasi untuk organisasi besar seperti kementerian tersebut adalah
antara birokratik mekanistik, atau organik walaupun ada beberapa beberapa
desain pilihan lainnya yang tersedia, seperti a) struktur sederhana, b)
struktur matriks, c) struktur tim, d) struktur organisasi virtual, dan e) struktur
organisasi tanpa tapal batas. Perbedaan pilihan desain organisasi ditentukan
oleh beberapa faktor, seperti 1) Strategi organisasi itu sendiri, 2) ukuran
organisasi, 3) teknologi, dan 4) lingkungannya.
Organisasi kementerian pemerintah umumnya adalah organisasi
berdesain birokrasi dengan model Mekanistik, dengan ciri-ciri; pembakuan
struktur dengan tugas-tugas operasional yang dicapai lewat spesialisasi,
aturan dan peraturan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan
ke dalam kementerian-kementerian (atau direktorat-direktorat jenderal)
39
fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan proses
pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando
Apabila bentuk dan struktur organisasi sudah tersusun, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan dan mengelola organisasi tersebut secara
efektif dan efisien oleh manajer yang profesional melalui proses dan fungsi
manajemen (planning, organizing, staffing, leading, actuating, dan
controlling).
Budaya organisasi menjadi suatu konsep penting dalam dunia
manajemen/pengelolaan organisasi, untuk dapat memberikan penjelasan
apa yang harus dilakukan dalam suatu organisasi. Dengan memahami
strategi (perencanaan yang dituangkan dalam visi dan misi organisasi), dan
struktur organisasi (bagian dari pengorganisasian) saja tenyata tidaklah
cukup. Perlu dipahami pula nilai-nilai budaya yang berkembang dalam
organisasi, yang dapat dijadikan sebagai suatu pedoman perilaku dan
gaya/cara kerja pada organisasi tersebut dalam rangka mencapai sasaran
atau tujuan organisasi..
Penyempurnaan organisasi kementerian pemerintah mutlak diperlukan
dalam menghadapi pengaruh arus globalisasi yang membawa perubahan
secara dinamis dan dalam waktu yang cepat seperti yang terjadi saat ini. Di
samping pengelolaan organisasi harus profesional (dengan memberdayakan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
pengelolaan organisasi) budaya organisasi mutlak harus dikembangkan pula
di dalam organisasi sehingga dengan demikian pencapaian sasaran atau
tujuan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur.
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan
berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperharui. Reformasi birokrasi
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah
strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan
40
berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional.
E. Tes Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Organisasi adalah wadah yang digunakan oleh masyarakat sehingga
memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan, yang tidak mungkin
dicapai secara sendiri. Definisi tersebut dikemukakan oleh
a. Henry Fayol
b. Gibson
c. Chester I. Barnard
d. Jones
2. Para pegawai dalam sebuah organisasi harus diperlakukan secara
bersahabat dan adil oleh manajernya, merupakan inti dari asas...
a. renumeration/pay of personnel
b. order
c. equity
d. esprit de corps
3. Berikut ini yang bukan merupakan unsur dari definisi organisasi adalah...
a. persekutuan sekelompok orang
b. adanya tujuan yang hendak dicapai
c. adanya kerjasama
d. kemandirian
4. Untuk sebuah organisasi perusahaan yang baru dimulai/dibentuk dengan
jumlah anggota/pegawai masih sedikit, bentuk organisasi yang paling
sesuai diterapkan adalah...
a. organisasi staf
b. organisasi fungsional
c. organisasi tim/komite
d. organisasi lini
5. Dalam sebuah organisasi, tugas/ pekerjaan harus dibagi, dikelompokkan
dan dikoordinasikan secara formal. Pekerjaan yang sama/ mirip dapat
41
dikelompokkan untuk mempermudah koordinasi. Pernyataan di atas
merupakan kandungan dari unsur struktur organisasi...
a. formalisasi
b. departementalisasi
c. spesialisasi kerja
d. rantai komando
6. Garis wewenang dalam organisasi sering digambarkan dalam bentuk
kotak-kotak pada bagan organisasi, berjalan menurut peringkat dari
manajemen puncak ke tingkat paling bawah di dalam organisasi. Prinsip
organisasi ini adalah prinsip...
a. Unity of Command
b. Order
c. Scalar Chain
d. Centralization
7. Menurut Marry Parker Follet, manajemen mengandung arti...
a. suatu proses menggunakan sumber daya organisai untuk mencapai
tujuan organisasi melalui fungsi planning and decision making,
organizing, leading dan controlling
b. suatu proses membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan
efektif dengan/ dan melalui orang lain
c. suatu seni untuk mengerjakan sesuatu melalui orang lain
d. proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi
pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan
secara jelas
8. Fungsi manajemen menurut G.R. Terry adalah ....
a. planning, organizing, actuating, leading
b. planning, organizing, actuating, controlling
c. planning, organizing, actuating, staffing, leading
d. planning, organizing, actuating,staffing, controlling
9. Pernyataan dibawah adalah manfaat dari Standard Operating Procedures,
kecuali...
a. Standardisasi cara yang harus dilakukan dalam menyelesaikan
pekerjaan akan mengurangi kesalahan/kelalaian;
42
b. Menjamin proses yang telah ditetapkan dan dijadwalkan dapat
berlangsung sebagaimana mestinya;
c. Menjamin tersedianya data untuk penyempurnaan proses;
d. Menjamin penyempurnaan proses perampingan organisasi;
10. Salah satu tujuan khusus reformasi birokrasi adalah...
a. Integritas tinggi,
b. Birokrasi yang efisien, efektif dan produktif
c. Produktivitas tinggi dan bertanggung jawab,
d. Kemampuan memberikan pelayanan yang prima,
F. Kunci Jawaban Tes Formatif 1
1. A
2. C
3. D
4. D
5. B
6. C
7. C
8 B
9. D
10. B
43
III. KEGIATAN BELAJAR 2
ORGANISASI KEMENTERIAN
A. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini peserta diklat diharapkan
mampu menjelaskan tentang kedudukan, tugas pokok dan fungsi serta
susunan organisasi Kementerian.
B. Uraian dan Contoh
Kedudukan, tugas pokok, fungsi dan struktur Organisasi Kementrian
Negara Republik Indonesia saat ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.
Hal tersebut juga ditegaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 24 tahun
2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eseleon I Kementerian Negara.
Adapun dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tersebut, digunakan untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2008 terutama pasal 11 yang menyebutkan Ketentuan lebih lanjut
mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi Kementerian diatur
dengan Peraturan Presiden. serta pasal 16 yang menyebutkan
Pembentukan Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
Pasal 13, dan Pasal 14 paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
Presiden mengucapkan sumpah/janji. Hal tersebut dilakukan dalam
rangka kelancaran penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdaya
guna dana berhasil guna. Berdasarkan Peraturan Presiden ini, Kementrian
Negara terbagi dari:
1. Kementerian Koordinator, yang terdiri atas:
a. Kementrian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
b. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian
c. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
44
2. Kementerian yang membidangi Urusan tertentu dalam Pemerintahan,
yaitu:
a. Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementriannya secara tegas
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 dan ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, yang terdiri atas 20 Kementrian,
yaitu: Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pertahanan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Kementerian Keuangan, Kementerian Keuangan,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian,
Kementerian Kehutanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementrian Pekerjaan Umum, Kementrian Kesehatan,
Kementrian Pendidikan Nasional, Kementrian Sosial, Kementerian
Agama, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata serta Kementerian
Komunikasi dan Informatika.
b. Urusan Pemerintahan dalam rangka Penajaman, Koordinasi, dan
Sinkronisasi Program Pemerintah, yang terdiri dari 11 Kementerian,
yaitu: Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Riset dan
Teknologi, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional, Kementerian Badan Usaha Milik Negara,
Kementerian Perumahan Rakyat, serta Kementerian Pemuda dan
Olahraga.
Kedudukan dari Kementerian Koordinator dan Kementerian yang
membidangi urusan tertentu dalam Pemerintahan tidaklah berbeda hal ini
diungkapkan dalam pasal 5, pasal 24, serta pasal 48 Peraturan Presiden
tersebut yang pada intinya Kedudukan Kementerian tersebut berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Akan tetapi Tugas, Fungsi
45
dan Susunan Organisasinya sangatlah berbeda. Hal ini dapat dilihat dalam
uraian sebagai berikut:
B.1. Kementerian Koordinator
a. Tugas
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, Kementerian Koordinator
bertugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan
mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan
kebijakan di bidangnya.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut kementerian koordinator
menyelenggarakan fungsi:
1) Sinkronisasi perencanaan, penyusunan,dan pelaksanaan
kebijakan di bidangnya;
2) Koordinasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan
kebijakan di bidangnya;
3) Pengendalian penyelenggaraan urusan Kementerian (dalam
Sinkronisasi dan Koordinasi);
4) Pengelolaan barang milik/Kekayaan Negara yang menjadi
tanggung jawabnya;
5) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
6) Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden;
c. Susunan Organisasi
Dalam Penyelenggaraan Fungsinya Kementerian Koordinator
mempunyai organisasi sebagai berikut:
1) Pemimpin
Dalam Kementerian Koordinator, pemimpin yang dimaksud
adalah Menteri Koordinator.
2) Pembantu Pemimpin
Pembantu Pemimpin adalah Sekretariat Kementrian Koordinator,
yang kedudukannya di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Koordinator. Adapun Sekretariat Kementerian
Koordinator ini dipimpin oleh Sekretaris Kementerian
Koordinator.
46
Tugas dari Sekretariat Kementerian Koordinator ini adalah
melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan
Kementerian Koordinator.
Fungsi dari Sekretariat Kementerian Koordinator adalah koordinasi
kegiatan kementerian koordinator, koordinasi dan penyusunan rencana dan
program Kementerian Koordinator, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,
kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi Kementerian Koordinator,
pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja sama,
dan hubungan masyarakat, koordinasi dan penyusunan peraturan
perundang-undangan dan bantuan hukum, penyelenggaraan pengelolaan
barang milik/kekayaan negara dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Menteri Koordinator.
Dalam Sekretariat Kementerian Koordinator di dalamnya paling banyak
terdiri atas 3 (tiga) biro. Biro tersebut paling banyak terdiri atas 5 (lima)
Bagian, yang kemudian dibagi atas 3 (tiga) subbagian. Khusus bagian yang
menangani urusan Tata Usaha, pimpinan terdiri atas sejumlah subbagian
sesuai dengan kebutuhan.
Bagan susunan organisasi Sekretariat Kementerian Koordinator seperti
yang terlihat berikut ini:
Gambar 3.1: Susunan Organisasi Sekretariat Kementerian Koordinator
sekretariat
kementerian
koordinator
biro biro
Bagian Bagian Bagian
Subbagian Subbagian Subbagian
Bagian Bagian
biro
47
d. Pelaksana
Unsur Pelaksana dalam Kementerian Koordinator adalah Deputi
Kementerian Koordinator yang dipimpin oleh Deputi dan kedudukannya
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator. Tugas
dari Deputi Kementerian Koordinator adalah menyiapkan sinkronisasi
dan koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
dibidangnya. Adapun pelaksanaan tugas ini perlu dikoordinasikan
kepada Sekretaris Kementerian Koordinator.
Pelaksanaan Tugas Deputi Kementerian Koordinator merupakan
penyelenggaraan atas fungsi:
o sinkronisasi dan penyiapan koordinasi dalam perencanaan,
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya,
o pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang masalah
atau kegiatan sesuai dengan bidangnya
o pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kementerian Koodinator
sesuai dengan bidangnya
Jumlah Deputi Kementerian Koordinator ditentukan sesuai dengan
kebutuhan dan beban kerja. Dalam suatu Deputi paling banyak
mempunyai 5 (lima) asisten Deputi. Asisten tersebut paling banyak
mempunyai 4 Bidang dengan masing-masing 2 subbidang. Gambar 3.2
menunjukkan susunan organisasi Deputi Kementerian Koordinator.
Gambar 3.2: Susunan Organisasi Deputi Kementerian Koordinator
Deputi
Kementrian
Koordinator
Asisten Deputi Asisten Deputi Asisten Deputi
Bidang Bidang
SubBidang SubBidang
Bidang Bidang
Asisten Deputi Asisten Deputi
48
e. Pengawas
Unsur Pengawas dalam Kementerian koordinator dilakukan oleh
Inspektorat yang kedudukannya di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Koordinator. Inspektorat dipimpin oleh seorang
Inspektur. Inspektorat Bertugas melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Koordinator yang secara administratif
dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator. Pelaksanaan
Tugas Inspektorat tersebut adalah untuk penyelenggaraan fungsi:
o Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan
o Pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya
o Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri Koordinator
o Penyusunan Laporan hasil pengawasan
o Pelaksanaan administrasi Inspektorat
Dalam susunan Organisasinya Inspektorat membawahi 1 (satu)
Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
f. Staf Ahli
Staf Ahli dalam Kementerian Koordinator merupakan satu kesatuan
dalam susunan organisasi. Staf ahli ini berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator serta secara
administratif berkoordinasi dengan sekretaris kementerian koordinator.
Staf Ahli ini berjumlah paling banyak 7 (tujuh) orang dan tugasnya
memberikan telaahan kepada Menteri Koordinator mengenai masalah
tertentu sesuai bidang keahliannya.
49
B.2. Kementerian yang Membidangi Urusan Tertentu dalam Pemerintahan
Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 dan ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945
a. Tugas
Tugas Kementerian urusan pemerintah yang Nomenklatur dan yang
ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah
menyelengggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan Pemerintahan Negara.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian ini secara umum untuk
menyelenggarakan Fungsi yang berupa:
o Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di
bidangnya
o Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya
o Pengawasan atas pelaksanaan tugas dibidangnya.
Khusus untuk Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri,
dan Kementerian Pertahanan selain untuk menyelenggarakan fungsi
tersebut menyelenggarakan fungsi pelaksanaan kegiatan teknis dari
pusat sampai ke daerah. Sedangkan Kementerian yang lain dalam hal ini
menyelenggarakan juga fungsi pelaksanaan bimbingan teknis dan
supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah serta
pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
c. Susunan Organisasi
Dalam penyelenggaraan fungsinya Kementerian Urusan Nomenklatur
dan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945 ini, mempunyai susunan Organisasi yang
mencakup:
1) Pemimpin
Pemimpin dalam Kementerian adalah Menteri sesuai dengan
bidang tugasnya.
50
2) Pembantu Pemimpin
Pembantu pimpinan Kementerian dalam hal ini adalah Sekretariat
Jenderal, yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. Sekretaris Jenderal
adalah jabatan eselon Ia. Kedudukan Sekretariat Jenderal ini berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Sekretariat Jenderal
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit di
lingkungan Kementerian.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Sekretariat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
(1) koordinasi kegiatan Kementerian;
(2) koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian;
(3) pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip
dan dokumentasi Kementerian;
(4) pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana,
kerja sama, dan hubungan masyarakat;
(5) koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan
bantuan hukum;
(6) penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan
(7) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.
Sekretariat Jenderal terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima) Biro.
Setiap Biro terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) Bagian dan
masing-masing Bagian dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga)
Subbagian. Gambar 3.3 menunjukkan susunan organisasi dalam
Sekretariat Jenderal Kementerian.
51
Gambar 3.3: Susunan Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian
d. Pelaksana
Unsur Pelaksana Kementerian dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal
yang dipimpin oleh Direktur Jenderal. Adapun Kedudukan Direktur Jenderal
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri. Direktorat
Jenderal mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidangnya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
1) penyiapan perumusan kebijakan Kementerian di bidangnya;
2) pelaksanaan kebijakan dibidangnya;
3) penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di
bidangnya;
4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;
5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
Jumlah Direktorat Jenderal ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan
beban kerja. Direktorat Jenderal terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal
dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) Direktorat. Sekretariat Direktorat
Jenderal terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) Bagian, dan masing-
masing Bagian terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Subbagian.
Direktorat terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima) Subdirektorat, dan 1
Sekretariat
Jenderal
Biro Biro
Bagian Bagian Bagian
Subbagian Subbagian Subbagian
Bagian
Biro Biro Biro
52
(satu) Subbagian Tasta Usaha. Pada setiap Subdirektorat dapat dibentuk
sebanyak-banyaknya 2 (dua) seksi. Gambar 3.4 menunjukkan susunan
organisasi dalam Direktorat Jenderal Kementerian.
Gambar 3.4: Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Kementerian
e. Pengawas
Inspektorat Jenderal adalah unsur pengawas, yang dipimpin oleh
Inspektur Jenderal. Kedudukan Inspektur Jenderal berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Menteri. Inspektur Jenderal mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan Intern di lingkungan kementerian. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
1) penyiapan perumusan kebijakan pengawasan;
2) pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lainnya;
3) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri;
Direktorat
Jenderal
Direktorat Direktorat
Subdirektorat Subdirektorat subdirektorat
Seksi Seksi
subdirektorat subdirektorat
Subbagian
Tata Usaha
Direktorat Direktorat Direktorat
Sekretariat
Jenderal
Bagian Bagian Bagian
Subbagian Subbagian
Subbagian
Bagian
53
4) penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
5) pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.
Inspektorat Jenderal terdiri dari Sekretariat Inspektorat Jenderal, dan
sebanyak-banyaknya 5 (lima) Inspektorat. Sekretariat Inspektorat Jenderal
terdiri dari paling banyak 4 (empat) Bagian, dan Bagian terdiri dari 2 (dua)
Subbagian. Inspektorat membawahkan Subbagian Tata Usaha dan
Kelompok Jabatan Fungsional. Gambar 3.5 menunjukkan susunan
organisasi dalam Inspektorat Jenderal Kementerian.
Gambar 3.5: Susunan Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian
f. Pendukung
Unsur pendukung yang dimaksud adalah Badan dan/atau Pusat.
Badan dan/atau Pusat ini mempunyai tugas melaksanakan penelitian
dan pengembangan dibidangnya dan/atau pengembangan sumberdaya
manusia dan/atau pengolahan data dan informasi dan/atau kegiatan lain
dala rangka pemberian dukungan pemikiran dan rekomendasi, serta
peningkatan kapasitas sumberdaya di lingkungan kementerian. Adapun
Kedudukan Badan dan Pusat cenderung relatif berbeda mengingat
bahwa Badan Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri,
sedangkan Pusat perlu melalui Sekretaris Jenderal meskipun berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri.
Dalam pelaksanaan tugasnya Badan dan/atau Pusat
menyelenggarakan fungsi:
Inspektorat
Jenderal
Inspektorat Inspektorat
Subbagian Tata
Usaha
Kelompok Jabatan
Fungsional auditor
Inspektorat Inspektorat Inspektorat
sekretariat
Inspektorat
jenderal
bagian bagian bagian bagian
subbagian subbagian
54
o Penyusunan Kebijakan teknis, rencana dan program di
bidangnya
o Pelaksanaan tugas di bidangnya
o Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di
bidangnya
o Pelaksanaan administrasi Badan dan/atau Pusat.
Badan terdiri dari Sekretariat Badan dan paling banyak 4 (empat)
Pusat/Biro. Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 4 (empat)
Bagian, dan setiap Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian. Pusat/Biro terdiri dari kelompok jabatan fungsional
dan/atau dapat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang/Bagian, dan
masing-masing Bidang/Bagian terdiri dari 2 (dua)
Subbidang/Subbagian. Pusat yang tempat kedudukannya tidak satu
lokasi dengan tempat kedudukan Sekretariat Badan terdiri dari
Subbagian Tata Usaha atau Bagian Tata Usaha yang terdiri dari 2
(dua) Subbagian. Gambar 3.6 menunjukkan susunan organisasi
Badan.
Gambar 3.6: Susunan Organisasi Badan
Badan
pusat/biro pusat/biro
bidang/bagian
bidang/bagian
bidang/bagian
kelompok
jabatan
fungsional
pusat/biro pusat/biro
Sekretariat
Badan
bagian bagian
subbagian subbagian
bagian bagian
55
Sementara Pusat terdiri dari Bagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Bidang. Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbidang. Bagian Tata
Usaha terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian. Gambar 3.7
menunjukkan susunan organisasi Pusat.
Gambar 3.7: Susunan Organisasi Pusat
g. Staf Ahli
Selain Unsur-Unsur diatas didalam Kementrian terdapat Staf Ahli
yang merupakan satu kesatuan Kementrian, Yang kedudukannya
dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri dan secara
Administrasi dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal. Adapun Staf
Ahli ini paling banyak berjumlah 5 (lima) Staf Ahli, yang tugasnya
memberikan telaahan kepada Menteri mengenai masalah tertentu
sesuai bidang Keahliannya.
Pusat
bidang bidang bidang
subbidang
subbidang
subbidang
Bagian Tata
Usaha
Subbagian
Subbagian
subbagian
56
h. Penajaman, Koordinasi, dan Sinkronisasi Program
Kementerian dalam urusan tertentu pada prinsipnya mempunyai
kedudukan dan tugas yang sama dengan Kementerian yang mengurus
masalah nomenklatur dan yang ruang lingkupnya terdapat dalam
Undang-undang Dasar 1945. Namun, dalam hal fungsi dan susunan
organisasi cenderung mencakup hal yang berbeda. Fungsi dari
Kementerian dengan urusan Pemerintahan dalam rangka penajaman
koordinasi dan sinkronisasi adalah
o perumusan dan penetapan kebijakan dibidangnya,
o koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dibidangnya
o pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggungjawbnya
o pengawasan atas pelaksanaan tugas dibidangnya.
Pada prinsipnya susunan organisasi pada Kementerian urusan
tertentu sama dengan susunan Kementerian Koordinator. Namun,
mencakup 3 perbedaan utama, yaitu:
1. Mengenai istilah penyebutan nama, pada kementeriaan koordinator
terdapat kata Koordinator yang terdapat dalam nama susunan
organisasi, sedangkan pada Kementerian ini disebutkan:
a. Pemimpin, yaitu Menteri;
b. Pembantu Pemimpin, yaitu Sekretariat Kementerian
c. Pelaksana, yaitu Deputi Kementrian;
d. Pengawas, yaitu Inspektorat Kementerian.
2. Mengenai tugas Deputi Kementerian yaitu menyiapkan perumusan
kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidangnya,
sedangkan deputi pada kementerian koordinator tugasnya
menyiapkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan,penyusunan
dan pelaksanaan di bidangnya.
3. Jumlah staf ahli dalam Kementerian urusan pemerintahan dalam
rangka penajaman, koordinasi dan sinkronisasi (paling banyak 5 staf
ahli) sama dengan kementerian yang mengurus hal nomenklatur dan
yang ruang lingkupnya disebutkan dalam undang-undang (paling
57
banyak 5 staf ahli), berbeda dengan kementerian koordinator (paling
banyak 7 staf ahli).
Selain susunan organisasi tersebut kementerian-kementerian yang
disebut di atas dapat mempunyai:
a. Instansi vertikal sebagai pelaksana tugas pokok di daerah, terutama
bagi Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian pertahanan.
b. Perwakilan luar negeri sebagai pelaksana tugas pokok di luar negeri.
c. Unit pelaksana teknis untuk kementerian yang menangani urusan
pemerintahan yang nomenklatur dan yang ruang lingkupnya
disebutkan dalam undang-undang, digunakan untuk melaksanakan
tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang tertentu. Unit
pelaksana ini ditetapkan oleh kementerian yang bersangkutan setelah
mendapat persetujuan secara tertulis dari menteri yang membidangi
urusan pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi,
dengan berpedoman pada pedoman yang ditetapkannya.
B.3. Wakil Menteri dan Staf Khusus Menteri
a. Wakil Menteri
Wakil menteri merupakan jabatan yang tugasnya membantu menteri
dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian, dalam hal beban kerja
yang membutuhkan penanganan secara khusus. Kedudukan wakil
menteri ini berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri oleh
karena wakil menteri bukanlah anggota kabinet, melainkan pejabat karir
(pegawai negeri yang telah menduduki jabatan struktural eselon Ia).
b. Staf Khusus Menteri
Selain terdapat Staf Ahli, di dalam Kementerian terdapat pula Staf
Khusus Menteri yang diangkat dan bertanggung jawab ke Menteri, paling
banyak 3 (tiga) orang Staf Khusus. Pengangkatan staf khusus tersebut
ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Staf khusus mempunyai tugas
memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri sesuai penugasan
Menteri dan bukan merupakan bidang tugas dari unsur-unsur organisasi
kementerian. Dalam melaksanakan tugasnya, staf khusus wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi yang baik
58
dengan unit organisasi di lingkungan kementerian. Mengenai tata kerja
staf khusus diatur oleh Sekretaris Kementerian Koordinator atau
Sekretaris Jenderal atau Sekretaris Kementerian, selain itu perlu
mendapat dukungan administrasinya.
Staf khusus ini dapat berasal dari pegawai negeri (Pegawai Negeri
Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia) maupun bukan pegawai negeri. Untuk Staf
Khusus yang berasal dari pegawai negeri, maka diberhentikan dari
jabatan organiknya selama menjadi staf khusus tanpa kehilangan
statusnya sebagai pegawai negeri. Oleh karena hal itu, pegawai negeri
tersebut tetap menerima gaji sebagai pegawai negeri dan pangkatnya
dinaikan setiap kali setingkat lebih tinggi tanpa terikat jenjang pangkat,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Masa bakti staf khusus ini paling lama sama dengan masa jabatan
menteri yang bersangkutan. Untuk staf khusus yang berasal dari pegawai
negeri, ketika masa baktinya berhenti dan berakhir maka diaktifkan
kembali sebagai pegawai negeri sesuai dengan perundang-undangan.
Namun, apabila telah mencapai batas masa usia pensiun, maka dapat
diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak-hak kepegawaiannya
sesuai dengan perundang-undangan. Hak keuangan dan fasilitas staf
khusus ini diberikan setinggi-tingginya setingkat jabatan struktural eselon
Ib. Apabila berhenti atau masa bakti staf khusus tersebut telah berakhir,
maka tidak diberikan pensiun ataupun pesangon sebagai staf khusus.
Adapun segala biaya bagi pelaksanaan tugas staf khusus dibebankan
kepada APBN.
B.4. Tata Kerja Kementerian
Menteri koordinator dan menteri yang menangani urusan tertentu
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya wajib berkerjasama di bawah
Presiden dan wajib menerapkan sistem akuntabilitas kinerja aparatur.
Menteri koordinator sebagai pelaksana koordinasi secara berkala dan
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan melaksanakan koordinasi (dapat
meminta menteri diluar bidang koordinasi untuk hadir dalam rapat-rapat
koordinasi kementrian keuangan) melalui:
59
Rapat koordinasi menteri koordinator atau rapat koordinasi
gabungan menteri koordinator.
Rapat-rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh menteri
koordinator sesuai dengan kebutuhan;
Forum-forum koordinasi yang sudah ada sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
Konsultasi langsung dengan para menteri dan pimpinan lembaga
lain yang terkait.
Hasil dari pelaksanaan koordinasi tersebut dilaporkan kepada
Presiden, dan ditindaklanjuti oleh menteri koordinator baik sendiri maupun
bersama-sama dengan menteri dan/atau pimpinan lembaga lain yang
terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Semua unsur di lingkungan kementrian dalam melaksanakan
tugasnya wajib menerapkan sistem pengendalian intern dilingkungan
masing-masing serta wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan kementerian sendiri maupun dala
hubungan anatar kementerian dengan lembaga lain yang terkait.
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan
pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan serta
mempunyai kewajiban:
mengikuti, mematuhi petunjuk, dan bertanggung jawab kepada
atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat
pada waktunya;
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan
organisasi di bawahnya.
Setiap Kementerian juga menyelenggarakan pembinaan dan
pengolahan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
kearsipan, dokumentasi, dan persandian, dan segala pembiayaan yang
diperlukan dalam hal tersebut dibebankan kepada APBN.
B.5. Ketentuan Khusus
Pola susunan organisasi Kementerian seperti yang telah
disebutkan di atas adalah berlaku secara umum pada Kementerian yang
60
diatur dalam Perpres Nomor 47 Tahun 2009. Namun khusus bagi
Kementerian-kementerian yang membidangi urusan luar negeri,
pertahanan, hukum, hak asasi manusia, keuangan dan agama. Sebagai
contoh, susunan dan jumlah unit organisasi Kementerian Keuangan
ditetapkan sebagai berikut:
(a) Sekretariat Jenderal, dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 8 (delapan)
Biro, masing-masing Biro dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
Bagian, dan setiap Bagian dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 4
(empat) Subbagian.
(b) Inspektorat Jenderal, terdiri dari Sekretariat Itjen dan Inspektorat-
inspektorat:
1) Sekretariat Itjen, dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
Bagian, dan setiap Bagian dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya
4 (empat) Subbagian
2) Inspektorat, sebanyak-banyaknya 8 (delapan) Inspektorat dan
masing masing Inspektorat membawahi Kelompok Jabatan
Fungsional.
(c) Direktorat Jenderal, terdiri dari Sekretariat Ditjen dan Direktorat-
direktorat:
1) Sekretariat Ditjen, dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
Bagian, dan setiap Bagian terdiri dari sebanyak-banyaknya 4
(empat) Subbagian.
2) Direktorat, terdiri dari sebanyak-banyaknya 8 (delapan)
Direktorat, setiap Direktorat dapat terdiri dari sebanyak-
banyaknya 6 (enam) Subdirektorat dan setiap Subdirektorat
dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) Seksi.
3) Khusus Direktorat Jenderal Pajak terdiri paling banyak 12 (dua
belas) Direktorat.
(d) Badan, terdiri atas:
1) Sekretariat Badan, dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 5
(lima) Bagian, dan setiap Bagian dapat terdiri dari sebanyak-
banyaknya 4 (empat) Subbagian.
2) Pusat, terdiri dari sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) Pusat, dan
setiap Pusat dapat terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima)
61
Bidang, dan setiap Bidang dapat terdiri dari sebanyak-banyakya
4 (empat) Subbidang.
3) Khusus Bapepam-LK, paling banyak 12 (dua belas) Biro,
masing-masing Biro paling banyak 5 (lima) Bagian dan masing-
masing Bagian paling banyak 4 (empat) Subbagian.
(e) Pusat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
menteri terdiri atas:
1) Bagian tata usaha yang terdiri atas paling banyak 3 (tiga)
subbagian
2) Kelompok jabatan fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling
banyak 4(empat) bidang, masing-masing bidang terdiri atas
paling banyak 4(empat)subbidang.
C. Latihan 2
Jawablah soal-soal di bawah ini, kemudian cocokkan kembali dengan materi
Kegiatan Belajar 2!
1. Uraikan kedudukan Kementerian dalam pemerintahan negara
berdasarkan Perpres Nomor 47 tahun 2009?
2. Apakah tugas Kementerian Koordinator menurut Perpres Nomor 47
tahun 2009?
3. Sebutkan pola susunan organisasi Kementerian Yang Menangani Urusan
Pemerintahan!
4. Jelaskan fungsi dari Kementerian Yang Menangani Urusan Tertentu
dalam Pemerintahan!
5. Gambarkan bagan organisasi Direktorar Jenderal dan uraikan rentang
kendalinya!
6. Gambarkan bagan organisasi Sekretariat Jenderal dan uraikan rentang
kendalinya!
7. Sebutkan susunan organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan!
8. Jelaskan tugas antara Deputi Kementerian dan Deputi Kementerian
Koordinator!
9. Apa yang saudara ketahui mengenai persamaan dan perbedaan antara
Direktorat Jenderal dan Badan dalam lingkungan kementerian?
62
10. Sebutkan jumlah unit organisasi Direktorat Jenderal Kementerian
Keuangan.
D. Rangkuman
Kedudukan, Tugas pokok, Fungsi Struktur Organisasi Kementrian Negara
Republik Indonesia saat ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementrian Negara, sebagai
pengganti Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2008 yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Di dalam Ketentuan Peraturan Presiden ini, Kementerian terdir atas:
1. Kementerian Koordinator
2. Kementerian yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan yang
terdiri atas:
c. Urusan pemerintah yang nomenklatur kementeriannya secara tegas
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
d. Urusan pemerintah yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
e. Urusan Pemerintah dalam rangka penajaman, koordinasi,dan sinkronisasi
program pemerintah.
Adapun susunan Organisasi dalam Kementerian Koordinator dengan
Kementerian, sangatlah berbeda namanya meskipun sama-sama berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Koordinator dan
Kementerian mempunyai tugas membantu Presiden dalam melaksanakan
sebagian tugas pemerintahan di bidang masing-masing. Pola susunan organisasi
kementerian Koordinator terdiri dari Menteri Koordinator, Sekretariat Kementerian
Koordinator, Deputi Kementerian Koordinator, Inspektorat, dan Staf Ahli. Pola
susunan Organisasi Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang
nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 serta yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang
dasar tersebut, terdiri dari Menteri, Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal,
Inspektorat Jenderal, Badan/Pusat, untuk Kementerian Dalam Negeri,
63
Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Pertahanan terdapat pelaksana
tugas pokok didaerah dan/atau perwakilan luar negeri sesuai peraturan
perundang-undangan serta terdapat staf ahli. Sedangkan Pola susunan
Organisasi Kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka
penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah adalah Menteri,
Sekretariat Kementerian, Deputi Kementerian, Inspektorat Kementerian, dan Staf
Ahli. Selain itu dalam Kementerian untuk membantu tugas Menteri dapat
mengangkat Wakil Menteri serta Staf khusus yang memberikan saran dan
pertimbangan.
Menteri Koordinator dan Menteri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
wajib berkerjasama dibawah Presiden dan wajib menerapkan sistem
akuntabilitas kinerja aparatur. Menteri koordinator sebagai pelaksana koordinasi
secara berkala dan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan melaksanakan koordinasi
(dapat meminta menteri diluar bidang koordinasi untuk hadir dalam rapat-rapat
koordinasi kementrian keuangan).
E. Tes formatif 2
Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan dan susunan organisasi
Kementerian Negara diatur dalam bentuk...
a. Peraturan Pemerintah
b. Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang
c. Penetapan Presiden
d. Peraturan Presiden
2. Kedudukan kementerian dalam pemerintahan negara adalah...
a. Merupakan unsur pembantu pemerintah. Kementerian dipimpin oleh
Menteri Negara yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden
b. Merupakan unsur pembantu pimpinan, yang dipimpin oleh Menteri
Negara yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden
c. Merupakan unsur pengawasan pimpinan, yang dipimpin oleh Menteri
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
64
d. merupakan unsur pelaksana pemerintah. yang dipimpin oleh Menteri
Negara yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden
3. Di bawah ini, manakah yang merupakan fungsi dari setiap kementerian?
a. membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas
pemerintahan di bidang kementeriannya masing-masing;
b. perumusan kebijakan nasional, kebijakan umum dan kebijakan
pengawasan di bidangnya;
c. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan
teknis di bidangnya;
d. koordinasi kegiatan kementerian dan penyelenggaraan hubungan
kerja di bidang administrasi dengan kementerian, dan lembaga lain
yang terkait;
4. koordinasi dan penyusunanperaturan perundang-undangan dan bantuan
hukum adalah...
a. fungsi sekretariat jenderal
b. tugas dan fungsi Kementerian
c. kewenangan Menteri
d. susunan organisasi kementerian
5. Pola susunan organisasi kementerian menurut Perpres Nomor 47 tahun
2009, yaitu:
a. Menteri; Sekretariat Jenderal; Direktorat Jenderal; Inspektorat
Jenderal; Badan dan/atau Pusat; Staf Ahli, Kantor Wilayah
Kementerian
b. Menteri; Sekretariat Jenderal; Direktorat Jenderal; Inspektorat
Jenderal; Badan dan/atau Pusat; Deputi dan Staf Ahli
c. Menteri; Sekretariat Menteri; Direktorat Jenderal; Inspektorat
Jenderal; Badan dan/atau Pusat; Deputi
d. Menteri; Sekretariat Jenderal; Direktorat Jenderal; Inspektorat
Jenderal; Badan dan/atau Pusat; Pelaksana Tugas di Daerah
dan/atau Perwakilan Luar Negeri
6. Tugas Sekretariat Jenderal pada setiap kementerian adalah...
a. penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi dengan
Kementerian Koordinator
65
b. melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, serta pembinaan dan
pemberian dukungan administrasi kementerian
c. merumuskan, melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis serta
menyelenggarakan penyiapan perumusan kebijakan kementerian;
d. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di
bidangnya
7. Di bawah ini manakah pernyataan yang paling tepat mengenai kedudukan
dan tugas di lingkungan Direktorat Jenderal?
a. Direktorat Jenderal dipimpin oleh Direktur Jenderal, dengan tugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidangnya.
b. Direktur Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri. Tugas Direktorat Jenderal adalah merumuskan dan
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangnya
c. Direktur Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri. Tugas Direktorat Jenderal adalah merumuskan dan
melaksanakan kebijakan pelaksanaan di bidangnya
d. Direktorat Jenderal dipimpin oleh Direktur Jenderal yang bertanggung
jawab langsung kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Tugas
Direktorat Jenderal adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidangnya
8. Di bawah ini manakah pernyataan yang paling tepat mengenai fungsi dan
eselonisasi Inspektorat Jenderal?
a. Inspektorat Jenderal antara lain mempunyai fungsi penyiapan
perumusan kebijakan pengawasan dan pelaksanaan pengawasan
kinerja dan keuangan, serta pengawasan untuk tujuan tertentu atas
petunjuk Menteri; Inspektur Jenderal adalah jabatan struktural eselon
Ia
b. Fungsi Inspektorat Jenderal adalah merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidangnya yang dipimpin
Inspektur Jenderal, dengan jenjang jabatan fungsional auditor utama
yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri
c. Inspektorat Jenderal antara lain mempunyai fungsi penyiapan
perumusan kebijakan Kementerian di bidang pengawasan dan
66
pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan, serta pengawasan
untuk tujuan tertentu atas petunjuk Menteri; Inspektur Jenderal adalah
jabatan struktural eselon Ia yang bertanggung jawab langsung kepada
Menteri melalui Sekretaris Jenderal
d. Inspektorat Jenderal antara lain mempunyai fungsi penyiapan
perumusan kebijakan umum pengawasan dan penyusunan standar,
norma, pedoman, kriteria pelaksanaan pengawasan kinerja,
keuangan, serta pengawasan untuk tujuan tertentu atas petunjuk
Menteri; Inspektur Jenderal adalah jabatan struktural eselon Ia
9. Di bawah ini manakah pernyataan yang paling tepat mengenai kedudukan
dan pembentukkan Badan di lingkungan Kementerian?
a. Badan adalah unsur pelaksana tugas pokok kementerian apabila tidak
dapat dilaksanakan oleh organisasi setingkat Pusat. Badan dipimpin
Kepala Badan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri. Badan ditetapkan oleh Menteri dengan persetujuan Menpan.
b. Badan adalah unsur pembantu pimpinan dalam melaksanakan tugas
pokok kementerian yang tidak dapat dilaksanakan oleh organisasi
setingkat Pusat. Badan dipimpin Kepala Badan berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri. Badan ditetapkan oleh Presiden
dengan pertimbangan Menpan.
c. Badan adalah unsur penunjang tugas kementerian apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh organisasi setingkat Pusat. Kepala Badan berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dengan jabatan
eselon I/a. Badan ditetapkan oleh Presiden.
d. Badan adalah unsur pengawasan tugas kementerian apabila tidak
dapat dilaksanakan oleh organisasi setingkat Direktorat. Kepala
Badan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Badan ditetapkan oleh Presiden.
10. Di bawah ini, manakah pernyataan yang paling tepat mengenai tugas
dan jumlah Staf Ahli Menteri?
a. Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah
tertentu sesuai bidang tugasnya. Staf Ahli dalam melaksanakan
tugasnya, secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris
67
Jenderal. Jumlahnya staf ahli sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
b. Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah
tertentu sesuai bidang tugasnya. Menteri dalam melaksanakan
tugasnya dapat dibantu oleh sebanyak-banyaknya 8 (delapan) orang
Staf Ahli. Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris Jenderal
c. Staf Ahli mempunyai tugas merumuskan kebijakan pelaksanaan
tertentu sesuai bidang tugasnya, Staf Ahli dalam melaksanakan
tugasnya, secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris
Jenderal. Jumlah Staf Ahli sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang. Staf
Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
melalui Sekretaris Jenderal
d. Staf Ahli mempunyai tugas memberikan dukungan keahlian dan
perumusan kebijakan mengenai masalah tertentu sesuai bidang
tugasnya. Jumlah staf Ahli sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
dengan kedudukan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri
F. Kunci Jawaban Tes Formatif 2
1. B
2. D
3. C
4. A
5. D
6. B
7. B
8. A
9. C
10. A
68
IV. KEGIATAN BELAJAR 3
SEKRETARIAT JENDERAL, DIREKTORAT JENDERAL,
DAN INSPEKTORAT JENDERAL
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
.
A. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada kegiatan belajar 3 adalah peserta diklat
mampu menjelaskan tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi
Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal
Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, dan
Inspektorat Jenderal.
B. Uraian dan Contoh
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Presiden
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara; yang kemudian diikuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Nomor 184/PMK.01/2010, maka sesuai dengan pasal 2 peraturan Menteri
Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tersebut Kementerian Keuangan
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang keuangan dan
kekayaan negara dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Selanjutnya, dalam pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, Kementerian
Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan
dan kekayaan negara;
b. Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Keuangan;
69
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Keuangan;
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Keuangan di daerah;
e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan
f. Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
Pasal 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Keuangan Negara
adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara, sesuai dengan Pasal 6 UU
Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 tersebut dikuasakan kepada
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan oleh Presiden selaku Kepala
Pemerintahan.
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal tersebut,
sesuai dengan Pasal 8 UU No 17 Tahun 2003 Menteri Keuangan
mempunyai tugas: a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka makro
ekonomi; b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; d) melakukan perjanjian
internasional di bidang keuangan; e) melaksanakan pemungutan
pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang; f)
melaksanakan fungsi bendahara umum negara; g) menyusun laporan
keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN; h)
melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan
ketentuan Undang-Undang.
Dalam menghimpun dana, Kementerian Keuangan melaksanakan
kegiatan yang berkaitan dengan usaha menghimpun penerimaan negara
yang berasal dari penerimaan minyak dan gas alam, pajak penghasilan,
pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, bea masuk, cukai,
pungutan ekspor, pajak-pajak lainnya dan penerimaan bukan pajak. Selain
70
itu, Kementerian Keuangan juga melaksanakan kegiatan yang berkaitan
dengan dana bantuan luar negeri serta pengurusan piutang negara macet
dan lelang.
Sementara dalam hal pengalokasian dana, Kementerian Keuangan
melakukan pula perencanaan bagi pengeluaran-pengeluaran untuk
pembiayaan penyelenggaraan seluruh tugas umum pemerintahan dan
pembangunan, baik untuk pengeluaran rutin, seperti belanja pegawai,
belanja barang, bunga dan cicilan hutang dan lain-lain, maupun untuk
pengeluaran pembangunan. Selain kegiatan tersebut, Kementerian
Keuangan juga melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengarahan
dan pengerahan dana melalui kebijaksanaan di bidang lembaga keuangan
bukan bank, perasuransian, dan pasar modal.
Dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut termasuk pula kegiatan yang
berhubungan dengan penyusunan perimbangan keuangan Pusat dan
Daerah dan penyusunan Perhitungan Anggaran Negara.
Selain itu setiap tahun Kementerian Keuangan mewakili Pemerintah
melakukan penyusunan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (RAPBN), laporan pelaksanaan APBN,
mempersiapkan dan memberikan jawaban pemerintah atas pemandangan
umum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tentang Nota Keuangan dan
RAPBN tersebut, melaksanakan rapat kerja dengan DPR dalam rangka
perubahan APBN dan Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta
pembicaraan pendahuluan mengenai APBN. Pengertian keuangan yang
dilihat dari geraknya inilah yang dijabarkan dalam susunan organisasi
Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan bersifat holding company
karena direktorat jenderal-direktorat jenderalnya mempunyai ruang lingkup
dan sifat tugas yang berbeda-beda.
1. Visi dan Misi Kementerian Keuangan
a. Visi
Untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keuangan dan
kekayaan negara, cita-cita yang akan diwujudkan di masa depan atau
visi Kementerian Keuangan adalah menjadi pengelola keuangan dan
kekayaan negara bertaraf Internasional yang dipercaya dan
71
dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi
bangsa menuju masyarakat adil dan makmur dan berperadaban tinggi.
Dalam era globalisasi sekarang ini setiap insan Kementerian
Keuangan harus berpandangan jauh ke depan, berupaya
meningkatkan kualitas dirinya agar semakin profesional sehingga
mampu bersaing di percaturan global. Terkait dengan hal itu, aparat
Kementerian Keuangan harus terdorong agar meningkatkan integritas
dan kredibilitasnya sehingga dipercaya dan dibanggakan masyarakat
serta bekerja secara profesional dan efisien untuk mendukung
tercapainya masyarakat adil dan makmur serta berperadaban tinggi
(masyarakat madani).
Menyangkut ungkapan pengelola keuangan dan kekayaan
negara dalam visi di atas adalah sebagai lembaga/institusi yang
mempunyai tugas menghimpun dan mengalokasikan keuangan
negara, yaitu semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang. Bertaraf Internasional dalam visi di atas artinya tidak
berbeda dengan lembaga/institusi yang ada di negara lain, yang
didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan berorientasi
pada pelayanan prima. Sementara, yang dimaksud dengan ungkapan
dipercaya dan dibanggakan masyarakat adalah bahwa dalam
pengelolaan keuangan negara harus dilakukan secara transparan yang
berarti seluruhnya dilakukan melalui APBN, baik melalui sumber-
sumber penerimaan negara maupun pengeluarannya. Selain itu, juga
memberikan informasi secara terbuka kepada masyarakat mengenai
perkembangan indikator besaran ekonomi makro (PDB) yang terbaru,
perkembangan moneter, yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat. Dalam kebijakan mikro adalah menginformasikan secara
terbuka kepada masyarakat mengenai keadaan sesungguhnya dari
perusahaan (swasta/BUMN), mengembangkan mekanisme yang
transparan dalam bidang investasi, menyederhanakan mekanisme
perizinan, serta keterbukaan terhadap keuangan perusahaan
pemerintah, swasta, dan perbankan (selaras dengan Undang-Undang
Perbankan) mengembangkan transparansi dalam pengambilan
kebijakan, baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
72
b. Misi
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi
merupakan pernyataan dan penetapan tujuan instansi pemerintah,
sasaran yang ingin dicapai serta mengarahkan bidang kegiatan yang
akan dilaksanakan. Visi tersebut dituangkan ke dalam misi yang
meliputi misi di bidang fiskal, ekonomi, politik, sosial budaya, dan
kelembagaan yang selengkapnya diuraikan sebagai berikut:
1) Misi Fiskal
Misi fiskal Kementerian Keuangan adalah mengembangkan
kebijakan fiskal yang sehat, terpercaya, dan berkesinambungan
serta mengelola kekayaan negara dan hutang negara secara hati-
hati (prudent) bertanggung jawab dan transparan.
Krisis moneter yang menyebar ke berbagai sektor ekonomi
dipicu oleh krisis kepercayaan terhadap mata uang rupiah. Krisis
ekonomi tersebut telah memperburuk kinerja dan prospek ekonomi
nasional sehingga menuntut adanya pengelolaan kebijaksanaan
fiskal yang efisien, transparan, dan akuntabel untuk dapat
mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional serta untuk
melindungi rakyat yang kondisinya sangat parah sebagai akibat
krisis yang berkepanjangan tersebut. Kebijaksanaan fiskal yang
efisien, transparan, dan akuntabel dapat mempercepat proses
pemulihan ekonomi nasional serta untuk melindungi rakyat yang
kondisinya sangat parah sebagai akibat dari krisis yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, kebijakan fiskal diarahkan kepada
usaha-usaha stabilisasi dan penggerakkan perekonomian serta
pemberdayaan dan mengembangkan ekonomi rakyat dengan fiscal
sustainability.
Dalam pengelolaan kebijakan fiskal juga diupayakan untuk tetap
melaksanakan good governance, antara lain dengan meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi serta bersinergi dengan berbagai
kebijakan di bidang lain, seperti moneter, perdagangan, luar negeri,
neraca pembayaran, nilai tukar, dan lalu lintas devisa.
73
2) Misi Bidang Ekonomi
Misi di bidang ekonomi yaitu mengatasi masalah ekonomi
bangsa. Mengatasi ekonomi bangsa berarti secara proaktif
senantiasa mengambil peran strategis dan upaya membangun
ekonomi bangsa, yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia
menuju masyarakat yang dicita-citakan konstitusi. Dengan demikian
Kementerian Keuangan harus mampu mengatasi masalah ekonomi
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dengan
sumber daya yang dimiliki serta dengan optimisme untuk
mewujudkan kemandirian ekonomi yang akan membawa
masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang adil dan makmur.
3) Misi Sosial Budaya
Misi Sosial Budaya Kementerian Keuangan adalah
mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan
modern.
Misi ini dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat di bidang finansial yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Misi Politik
Misi politik Kementerian Keuangan adalah Mendorong proses
demokratisasi fiskal dan ekonomi serta meningkatkan kesadaran
pertanggungjawaban publik dan transparansi baik di bidang fiskal
maupun ekonomi.
Makna misi ini adalah penyiapan peraturan dan perundang-
undangan baik fiskal maupun ekonomi sesuai dengan/mendukung
demokrasi.
5) Misi Kelembagaan
Misi kelembagaan Kementerian Keuangan adalah senantiasa
memperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi
masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan dan
administrasi publik.
74
Misi kelembagaan ini mengandung makna bahwa pembenahan
dan pembangunan kelembagaan di bidang keuangan yang baik dan
kuat akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksanaan yang
nasional dan adil. Upaya ini juga perlu didukung oleh peaksana
yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi. Institusi-
institusi yang berfungsi dengan baik akan meningkatkan daya saing
nasional yang pada gilirannya akan meningkatkan ketahanan
nasional.
Kementerian Keuangan sebagai kementerian yang bertugas
melaksanakan tugas umum pemerintahan di bidang keuangan
negara berartimenjadi pengelola keuangan negara sekaligus
mengelola kekayaan negara.
Dalam pengelolaan keuangan negara berbagai sasaran yang
akan dicapai antara lain penyempurnaan peraturan perundang-
undangan di bidang pengelolaan keuangan negara, pengelolaan
keuangan negara secara transparan (seluruhnya melalui APBN),
penyusunan APBN yang realistis, percepatan proses privatisasi,
dan penjualan asset BUMN, meningkatkan likuiditas pasar sekunder
obligasi pemerintah. Di bidang pengelolaan kekayaan negara
sasaran yang dituju antara lain adalah tersusunnya pedoman
manajemen aset negara yang kredibel, terwujudnya pemulihan dan
penjualan aset negara, terlaksananya implementasi Sistem
Akuntansi Pemerintah.
Sasaran-sasaran tersebut baik di bidang pengelolan keuangan
negara maupun kekayaan negara, semuanya ditugaskan dalam
upaya mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri,
meningkatkan derajat kebebasan dalam menggunakan APBN serta
meningkatkan dan menciptakan disiplin anggaran.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, organisasi
Kementerian Keuangan terdiri dari:
1. Wakil Menteri Keuangan;
2. Sekretariat Jenderal;
75
3. Direktorat Jenderal Anggaran;
4. Direktorat Jenderal Pajak;
5. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
6. Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
7. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
8. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan;
9. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;
10. Inspektorat Jenderal;
11. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;
12. Badan Kebijakan Fiskal;
13. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;
14. Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara;
15. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara;
16. Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional;
17. Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar
Modal;
18. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi;
19. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan;
20. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai;
21. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan;
22. Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik; dan
23. Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan bertujuan
untuk meningkatkan efektivitas dan kinerja organisasi Kementerian
Keuangan.
Pada kegiatan belajar 3 ini, akan diuraikan satu persatu tentang unit
organisasi; Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat
Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
dan Inspektorat Jenderal, yang mempunyai tugas membantu Menteri
76
Keuangan dalam pelaksanaan tugasnya selaku pengelola fiskal dan
pemegang kuasa atas pengelolaan keuangan negara.
B.2. Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal berdasarkan Pasal 6 Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan
Kementerian Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal 7
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Keuangan;
b. koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian
Keuangan;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip, dan
dokumentasi Kementerian Keuangan;
d. pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja
sama, dan hubungan masyarakat;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan
bantuan hukum;
f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Sekretariat
Jenderal terdiri atas:
a. Biro Perencanaan dan Keuangan;
b. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan;
c. Biro Hukum;
d. Biro Bantuan Hukum;
e. Biro Sumber Daya Manusia;
f. Biro Komunikasi dan Layanan Informasi;
77
g. Biro Perlengkapan;
h. Biro Umum.
Bagan Organisasi Sekretariat Jenderal adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Bagan Organisasi Sekretariat Jenderal
Selain delapan Biro di atas, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 184/PMK.01/2010, terdapat beberapa Pusat yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris
Jenderal, yaitu Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
(Pusintek), Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP), serta
Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (Pushaka). Pusat Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSEP). Keterangan lebih lanjut mengenai
PUSINTEK, PPAJP, PUSHAKA dan Pusat LPSE akan dijelaskan dalam
Kegiatan Belajar 4.
Dilingkungan Sekretariat Jenderal juga terdapat 3 jabatan Tenaga
Pengkaji setingkat eselon II b yang dalam pelaksanaan tugasnya berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Jenderal.
B.3. Direktorat Jenderal Anggaran
Direktorat Jenderal Anggaran berdasarkan Pasal 179 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang penganggaran sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
SEKRETARIAT
JENDERAL
BIRO
PERENCA-
NAAN DAN
KEUANGAN
BIRO
ORGANISASI
DAN KETATA-
LAKSANAAN
BIRO
HUKUM
BIRO
BANTUAN
HUKUM
BIRO
SUMBER
DAYA
MANUSIA
Biro
Komunika
si dan
Layanan
Informasi
BIRO
PERLENG
KAPAN
BIRO
UMUM
78
Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal 180
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Direktorat
Jenderal Anggaran menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang penganggaran;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penganggaran;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Anggaran.
Berdasarkan Pasal 181 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Direktorat
Jenderal Anggaran terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Direktorat Anggaran I;
d. Direktorat Anggaran II;
e. Direktorat Anggaran III;
f. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak;
g. Direktorat Sistem Penganggaran;
h. Direktorat Harmonisasi Peraturan Penganggaran
Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Anggaran adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.2. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Anggaran
79
B.4. Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Pasal 365 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
perpajakan.
Direktorat Jenderal Pajak secara operasional mengemban misi
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain sesuai dengan
undang-undang yang berlaku. Cara pemungutan pajak dilakukan dengan
self assement system, kecuali Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang
masih menganut campuran antara self assesment system dan official
assesment system, yaitu wajib pajak diwajibkan memberitahukan objek
pajak dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
kemudian jumlah pajak yang terhutang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak dalam bentuk Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
(SPPT.) Wajib Pajak baru akan membayar pajaknya setelah menerima
SPPT.
Direktorat
Harmonisasi
Peraturan
Penganggaran
DIREKTORAT
JENDERAL
ANGGARAN
Direktorat
Penyusunan
APBN
Direktorat
Anggaran I
Direktorat
Anggaran II
DIREKTORAT
Direktorat
Anggaran III
Direktorat
Sistem
Penganggaran
SEKRETARI
AT
DIREKTOR
AT
Direktorat
Penerimaan
Negara bukan
Pajak
80
Secara operasional, self assement system memerlukan kegiatan-
kegiatan berikut ini:
a. Penyuluhan, yaitu memberikan penerangan kepada lapisan
masyarakat tentang perpajakan, mulai dari arti pajak bagi bangsa dan
negara, kewajiban pajak apa yang harus dipenuhi, bagaimana cara
memenuhi kewajiban pajak, dan sanksi apa saja yang timbul jika
melalaikan kewajiban pajak tersebut, sampai kepada bagaimana
menyelesaikan permasalahan jika timbul sengketa perpajakan antara
wajib pajak dengan Direktorat Jenderal Pajak;
b. Pelayanan, yaitu memberikan pelayanan kepada wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya, meliputi pemberian nomor
identitas (identification number) berupa Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), penyediaan formulir-formulir, memberi petunjuk
pengisiannya, menyediakan fasilitas tempat pembayaran pajak,
termasuk menyelesaikan sengketa perpajakan yang terjadi antara WP
dengan Direktorat Jenderal Pajak melalui prosedur yang mudah,
sederhana, dan cepat;
c. Pengawasan, yaitu melakukan pengawasan untuk menjamin agar
pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan wajib pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. Penegakan peraturan (law enforcement), yaitu tindakan untuk
memaksa agar wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya
dengan benar, termasuk pengenaan sanksi mulai sanksi administratif
sampai penuntutan pidana.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal 366
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008, sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010
Direktorat Jenderal Pajak menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang perpajakan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
perpajakan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan;
81
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan Pasal 367 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Direktorat
Jenderal Pajak terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Peraturan Perpajakan I;
c. Direktorat Peraturan Perpajakan II;
d. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan;
e. Direktorat Intelijen dan Penyidikan;
f. Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian;
g. Direktorat Keberatan dan Banding;
h. Dirtektorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan;
i. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat;
j. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan;
k. Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya
Aparatur;
l. Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi;
m. Direktorat Transformasi Proses Bisnis.
Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut.
Gambar 4.3. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Pajak
Dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak juga terdapat 4 jabatan
Tenaga Pengkaji setingkat eselon II b yang dalam pelaksanaan tugasnya
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal.
Direktorat
Transformasi
Proses
Bisnis
DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK
Direktorat
Peraturan
Perpajakan
II
Direktorat.
Pemeriksa-
an &
Penagihan
Direktorat
Intelijen
&
Penyidikan
Direktorat
Ekstensifikasi
&
Penilaian
Direktorat
Keberatan
&
Banding
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
Direktorat
Teknologi
Informasi
Perpajakan
Direktorat
Penyuluhan,
Pelayanan, &
Hubungan
Masyarakat
Direktorat
Potensi,
Kepatuhan,
&
Penerimaan
Direktorat
Kepatuhan
Internal dan
Transformasi
SDA
Direktorat
Peraturan
Perpajakan I
Dirrektorat
Transformasi
Teknologi
Komunikasi &
Informasi
82
B.5. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Pajak berdasarkan Pasal 641
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Secara operasional Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengemban
misi mengatur pola dan memperlancar arus lalu-lintas barang impor yang
dapat mendorong peningkatan ekspor, pengembangan industri dalam
negeri dan menciptakan lapangan kerja, serta tugas-tugas pengawasan
dan pengamanan terhadap kemungkinan adanya penyalahgunaan di
bidang impor/ekspor yang merugikan negara baik dari segi penerimaan
fiskal maupun yang merugikan kepentingan di bidang ekonomi, sosial,
budaya dan hankam.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal 642
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan Kementerian Keuangan di bidang kepabeanan
dan cukai;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
kepabeanan dan cukai;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kepabeanan dan
cukai;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Berdasarkan Pasal 643 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai terdiri dari:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Teknis Kepabeanan;
c. Direktorat Fasilitas Kepabeanan;
d. Direktorat Cukai;
83
e. Direktorat Penindakan dan Penyidikan;
f. Direktorat Audit;
g. Direktorat Kepabeanan Internasional;
h. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai;
i. Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai.
Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.4. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Dilingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga terdapat 3
jabatan Tenaga Pengkaji setingkat eselon II b yang dalam pelaksanaan
tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur
Jenderal.
B.6. Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Pasal 821
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang perbendaharaan negara sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
DIREKTORAT
TEKNIS
KEPABEANAN
DIREKTORAT
JENDERAL BEA DAN
CUKAI
DIREKTORAT
FASILITAS
KEPABEANAN
DIREKTORAT
CUKAI
DIREKTORAT
PENINDAKAN
DAN
PENYIDIKAN
DIREKTORAT
AUDIT
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
KEPABEANAN
INTERNASION
AL
DIREKTORAT
PENERIMAAN
DAN
PERATURAN
KEPABEANAN
DAN CUKAI
DIREKTORAT
INFORMASI
KEPABEANAN
DAN CUKAI
84
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal 822
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Direktorat
Jenderal Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan Kementerian Keuangan di bidang
perbendaharaan negara;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perbendaharaan negara;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
perbendaharaan negara;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbendaharaan
negara;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Berdasarkan Pasal 823 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Direktorat
Jenderal Perbendaharaan terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Pelaksanaan Anggaran;
c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara;
d. Direktorat Sistem Manajemen Investasi;
e. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
f. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan;
g. Direktorat Sistem Perbendaharaan;
h. Direktorat Transformasi Perbendaharaan
Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Perbendaharan sebagai
berikut:
Gambar 2.5. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DIREKTORAT
JENDERAL
PERBENDAHARAAN
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
PELAKSANAAN
ANGGARAN
DIREKTORAT
PENGELOLAAN
KAS NEGARA
DIREKTORAT
SISTEM
MANAJEMEN
INVESTASI
DIREKTORAT
TRANSFORMASI
PERBENDAHARA-
AN
DIREKTORAT
PEMBINAAN
PENGELOLAAN
KEUANGAN
BADAN LAYANAN
UMUM
DIREKTORAT
AKUNTANSI
DAN
PELAPORAN
KEUANGAN
DIREKTORAT
SISTEM
PERBENDAHA
RAAN
85
B.7. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara berdasarkan Pasal 1037
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, sesuai dengan Pasal 1038
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan Kementerian Keuangan di bidang kekayaan
negara, piutang negara, dan lelang;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan negara, piutang negara,
dan lelang;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang kekayaan
negara, piutang negara, dan lelang;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kekayaan negara,
piutang negara, dan lelang;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Berdasarkan Pasal 1039 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara terdiri dari:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Barang Milik Negara;
c. Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan;
d. Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-Lain;
e. Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi;
f. Direktorat Penilaian;
g. Direktorat Lelang;
h. Direktorat Hukum dan Hubungan Masyarakat.
Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara adalah
sebagai berikut:
86
Gambar 4.6. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
B.8. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan berdasarkan Pasal 1183
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang perimbangan keuangan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal
1184 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang perimbangan keuangan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perimbangan keuangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
perimbangan keuangan;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perimbangan
keuangan;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Berdasarkan Pasal 1185 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Dana Perimbangan;
c. Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
DIREKTORAT JENDERAL
KEKAYAAN NEGARA
DIREKTORAT
BARANG MILIK
NEGARA
DIREKTORAT
KEKAYAAN
NEGARA
DIPISAHKAN
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
PIUTANG NEGARA
DAN KEKAYAAN
NEGARA LAIN-LAIN
DIREKTORAT
PENGELOLAAN
KEKAYAAN NEGARA
DAN SISTEM
INFORMASI
DIREKTORAT
PENILAIAN
DIREKTORAT
LELANG
DIREKTORAT
HUKUM DAN
HUBUNGAN
MASYARAKAT
87
d. Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah;
e. Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah.
Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dapat
dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
2. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang berdasarkan Pasal 1307
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi di bidang
pengelolaan utang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal
1308 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengelolaan utang;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan utang;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
pengelolaan utang;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan
utang;
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
Berdasarkan Pasal 1309 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
100/PMK.01/2008 sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri
DIREKTORAT JENDERAL
PERIMBANGAN
KEUANGAN
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
PAJAK DAERAH
DAN RETRIBUSI
DAERAH
DIREKTORAT
DANA
PERIMBANGAN
DIT PEMBIAYAAN
DAN KAPASITAS
DAERAH
DIT EVALUASI
PENDANAAN DAN
INFORMASI KEUANGAN
DAERAH
88
Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan
organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Pinjaman dan Hibah;
c. Direktorat Surat Utang Negara;
d. Direktorat Pembiayaan Syariah;
e. Direktorat Strategi dan Portofolio Utang;
f. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen.
Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.8. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
B.10. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal berdasarkan Pasal 1435 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal
1436 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Inspektorat
Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Keuangan;
DIREKTORAT JENDERAL
PENGELOLAAN UTANG
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
PINJAMAN DAN
HIBAH
DIREKTORAT
SURAT UTANG
NEGARA
DIREKTORAT
PEMBIAYAAN
SYARIAH
DIREKTORAT
STRATEGI DAN
PORTOFOLIO
UTANG
DIREKTORAT
EVALUASI,
AKUNTANSI DAN
SETELMEN
89
b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Keuangan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri Keuangan;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian
Keuangan; dan
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.
Berdasarkan Pasal 1437 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Inspektorat
Jenderal terdiri dari:
a. Sekretariat Inspektorat Jenderal;
b. Inspektorat I;
c. Inspektorat II;
d. Inspektorat III;
e. Inspektorat IV;
f. Inspektorat V;
g. Inspektorat VI;
h. Inspektorat VII;
i. Inspektorat Bidang Investigasi.
Bagan organisasi Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut:
Gambar 4.9. Bagan Organisasi Inspektorat Jenderal
INSPEKTORAT
JENDERAL
INSPEKTORAT I INSPEKTORAT
II
INSPEKTORAT
III
INSPEKTORAT
IV
INSPEKTORAT
V
SEKRETARIAT
INSPEKTORAT
JENDERAL
INSPEKTORAT
VI
INSPEKTORAT
BIDANG
INVESTIGASI
INSPEKTORAT
VII
90
C. Latihan 3
Jawablah soal-soal di bawah ini, kemudian cocokkan kembali jawaban
Anda dengan materi Kegiatan Belajar 3!
1. Dalam hubungannya dengan penciptaan budaya organisasi di
lingkungan Kementerian Keuangan, hal-hal apakah yang telah ditempuh
oleh Kementerian Keuangan sejauh ini? Jelaskan jawaban Anda!
2. Apakah kegunaan dari Standard Operating Procedure (SOP) itu bagi
suatu organisasi seperti Kementerian Keuangan?
3. Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan terdiri dari 8 biro, selain itu
di lingkungan Sekretariat Jenderal terdapat unit organisasi lain.
Sebutkan nama unit beserta tugas pokoknya!
4. Untuk menyelenggarakan tugasnya, Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan mempunyai berbagai fungsi. Jelaskan fungsi-fungsi tersebut!
5. Apakah tugas dari Direktorat Jenderal Anggaran?
6. Apakah tugas Direktorat Jenderal Pajak?
7. Sebutkan Direktorat-Direktorat yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak!
8. Apakah tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?
9. Sebutkan Direktorat-Direktorat yang ada di DJBC!
10. Apakah tugas Direktorat Jenderal Kekayaan Negara?
11. Apakah tugas Direktorat Jenderal Perbendaharaan?
12. Apakah tugas Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang?
D. Rangkuman
Dasar hukum penyempurnaan organisasi di lingkungan Kementerian
Keuangan adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan yang mengacu
kepada:
1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara, dan
2. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
91
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2006 (perubahan
keempat Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005), maka Kementerian
Keuangan yang semula terdiri atas sepuluh unit Eselon I berubah menjadi
dua belas unit Eselon I, yaitu;
1. Sekretariat Jenderal,
2. Direktorat Jenderal Anggaran,
3. Direktorat Jenderal Pajak,
4. Direktoat Jenderal Bea dan Cukai,
5. Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
6. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara,
7. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
8. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang,
9. Inspektorat Jenderal;
10. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,
11. Badan Kebijakan Fiskal, dan
12. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Perubahan tersebut adalah merupakan tindak lanjut dari kebijakan untuk
melaksanakan reformasi birokrasi dalam bentuk langkah-langkah penataan
di lingkungan Kementerian Keuangan, baik di bidang kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian.
Di bidang kelembagaan telah dilakukan perubahan susunan organisasi
Kementerian Keuangan, yakni berkaitan dengan adanya pengalihan tugas
dan penajaman fungsi juga merupakan konsolidasi tugas-tugas unit Eselon II
yang tersebar di beberapa unit Eselon I sebelumnya. Sedangkan latar
belakang pembentukan beberapa unit Eselon I tersebut didasarkan pada
beberapa pertimbangan, terutama:
1. Pembagian wewenang pengelolaan keuangan negara yang meliputi
pengkajian kebijakan ekonomi, keuangan dan fiskal, penyusunan
kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, perencanaan
dan penyusunan APBN, serta pelaksanaan dan pertanggungjawaban
APBN yang semakin luas.
2. Penajaman tugas dan fungsi unit eselon I agar tidak overlapping,
menerapkan norma di bidang penataan organisasi, pembagian beban
92
kerja yang seimbang mungkin antar unit eselon I, dan untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan stakeholder.
3. Peningkatan tugas-tugas di bidang pengelolaan utang negara, baik yang
berasal dari Surat Utang Negara maupun pinjaman dan hibah luar negeri,
mulai dari analisis ekonomi dan pasar keuangan, perencanaan,
kebijakan, dan manajemen risiko sampai dengan cara pembayaran,
akuntansi, dan sistem informasinya.
4. Pemberdayaan tugas-tugas di bidang pengelolaan barang milik/kekayaan
negara mulai dari inventarisasi, penilaian, pengawasan,
pertanggungjawaban, laporan, akuntansi, dan pembuatan neraca barang
milik/kekayaan negara.
5. Optimalisasi tugas-tugas di bidang perimbangan keuangan pusat dan
daerah agar lebih efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
6. Peningkatan kualitas kebijakan di bidang makro ekonomi, pendapatan
dan belanja negara, sektor jasa keuangan dan kekayaan negara.
Di bidang ketatalaksanaan telah ditempuh langkah-langkah peningkatan
pelayanan kepada masyarakat dan langkah-langkah reformasi di bidang
pengelolaan keuangan negara, berupa ditetapkannya paket undang-undang
di bidang keuangan negara meliputi: (1) Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara; (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara; dan (3) Undang-undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, serta berbagai peraturan pelaksanaannya. Paket perundangan
dimaksud memuat berbagai ketentuan baru, yang merupakan
penyempurnaan dan perubahan yang bersifat mendasar terhadap berbagai
ketentuan-ketentuan dan tata cara dalam pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara. Penyempurnaan dan perubahan
tersebut sejalan dengan upaya penerapan kaidah-kaidah pengelolaan
keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan dan sekaligus
dimaksudkan untuk mengantisipasi perubahan standar akuntansi
pemerintahan yang mengacu kepada standar akuntansi pemerintahan yang
berlaku secara internasional.
Di bidang kepegawaian juga ditandai dengan semakin besarnya
tantangan, baik dari sisi internal maupun eksternal, terutama sebagai
93
konsekuensi dari upaya reformasi di berbagai bidang dalam tata kehidupan
berbangsa dan bernegara yang memunculkan semakin tingginya harapan
masyarakat (sebagai external customers) untuk mendapatkan pelayanan
prima dari aparatur negara. Tantangan tersebut hanya dapat diatasi apabila
organisasi birokrasi dapat mentransformasikan diri menjadi birokrasi yang
efektif dan efisien, serta mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan
masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
29/PMK.01/2007 tanggal 13 Maret 2007 telah ditetapkan Pedoman
peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kementerian
Keuangan, yang betujuan untuk meningkatkan disiplin pegawai dalam
rangka untuk mewujudkan aparat pemerintah yang bersih, berwibawa dan
bertanggung jawab, serta untuk meningkatkan kompetensi, tansparansi dan
integritas pegawai. Hal ini berkaitan dengan keinginan untuk menciptakan
budaya organisasi yang kuat di lingkungan Kementerian Keuangan.
Peraturan tersebut mengamanatkan bahwa setiap unit Eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan wajib menyusun Kode Etik di lingkungan
unitnya masing-masing.
Aparatur negara sebagai kerangka dasar birokrasi pemerintah perlu untuk
selalu ditingkatkan kualitasnya dan hal ini tidak cukup dilakukan hanya
dengan seleksi penerimaan yang ketat, penempatan jabatan sesuai
keahlian, pengiriman pegawai ke diklat teknis/umum, kebijakan penggajian,
dan pembinaan disiplin saja, tetapi pegawai juga dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan prima dari dalam birokrasi itu sendiri. Dalam lingkup
pembinaan SDM aparatur negara, upaya peningkatan kualitas pelayanan
terhadap pegawai sebagai internal customers salah satunya adalah dengan
otomatisasi kantor (office automation) yang dapat meningkatkan keakuratan,
kecepatan, kehandalan, dan transparansi pelayanan, misalnya dalam hal
rekrutmen pegawai, administrasi kenaikan pangkat, administrasi mutasi,
pembinaan disiplin dan pengembangan karier melalui assessment center.
Teknologi informasi memungkinkan pimpinan untuk dapat melakukan
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian secara teliti dan
komprehensif terhadap aktivitas pelayanan terhadap pegawai yang pada
gilirannya akan meningkatkan pelayanan terhadap pegawai di dalam
birokrasi. Apabila aparatur di dalam birokrasi telah dilayani dengan baik,
94
maka diharapkan dedikasi, loyalitas, dan moralnya akan meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan kualitas birokrasi pemerintah secara
menyeluruh.
Selain itu, untuk mewujudkan penyelenggaraan tata kepemerintahan
(good governance) yang baik, serta untuk menunjang pelaksanaan tugas
umum pemerintahan di bidang pengelolaan keuangan dan kekayaan negara
agar efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, maka diperlukan suatu
proses kinerja unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang
tertata dengan baik. Untuk maksud tersebut Menteri Keuangan telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.01/2006
tanggal 29 Desember 2006 tentang Pedoman penyusunan standar prosedur
operasi (standard operating procedures).
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan sebagai unsur pembantu
pimpinan bertugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta
pembinaan dan pemberian dukungan administratif kepada semua unsur di
lingkungan Kementerian Keuangan, baik kepada Menteri, Inspektorat
Jenderal, Direktorat Jenderal dan unit organisasi lainnya.
Sebagai unsur pengawasan di lingkungan Kementerian Keuangan,
Inspektorat Jenderal bertugas melakukan penyiapan perumusan kebijakan
Kementerian di bidang pengawasan, melakukan pengawasan kinerja,
pengawasan keuangan, pengawasan untuk tujuan tertentu, dan partisipasi
dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan kejahatan keuangan.
Di bidang anggaran penerimaan negara yang berasal dari pajak,
kepabeanan dan cukai, penerimaan bukan pajak, dan penerimaan negara
bukan pajak, penerimaan negara lainnya (misalnya dari piutang negara dan
penerimaan hasil lelang negara) masing-masing dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat
Jenderal Anggaran, dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Sementara
anggaran belanja negara dilaksanakan oleh masing-masing Direktorat
Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan. Khusus untuk pengelolaan utang negara
(baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri) dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
95
E. Tes Formatif 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Yang merupakan susunan organisasi Direktorat Jenderal Anggaran
adalah...
a. Dit Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Dit
Anggaran I; Dit Anggaran II; Dit Anggaran III; Dit Penerimaan Negara
Bukan Pajak; Dit Sistem Penganggaran
b. Sekretariat Direktorat Jenderal; Dit Anggaran I; Dit Anggaran dan
Perimbangan Keuangan II
c. Dit Anggaran Lain-lain; Dit Penyusunan Asumsi Makro; Dit
Penerimaan Negara Bukan Pajak
d. Dit Penyusunan Asumsi Makro; Dit Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara; Dit Tata Usaha Anggaran
2. Susunan organisasi Direktorat Jenderal Pajak antara lain:
a. Dit Peraturan Perpajakan II; Dit Pemeriksaan dan Penagihan; Dit
Intelijen dan Penyidikan; Dit Ekstensifikasi dan Penilaian; Dit
Keberatan dan Banding
b. Dit Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan; Dit Perpajakan Internasional;
Dit Pajak Penghasilan; Dit Pajak Pertambahan Nilai; Dit Pajak Bumi
dan Bangunan
c. Dit Penyuluhan Perpajakan; Dit Pengolahan Data dan Informasi
Perpajakan; Dit Pemeriksaan Pajak; Dit Keberatan dan Banding
d. Dit Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat; Dit Teknologi Informasi
dan Transformasi Perpajakan; Dit Kepatuhan Internal dan
Transformasi Sumber Daya Aparatur; Dit Transformasi Teknologi
Komunikasi dan Informasi; Dit Reformasi dan Transformasi Proses
Bisnis
3. Di bawah ini, susunan organisasi Kementerian Keuangan yang paling
tepat adalah...
a. Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Anggaran; Direktorat
Jenderal Pajak; Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Direktorat
Jenderal Perbendaharaan; Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah; Bapepam
96
b. Direktorat Jenderal Anggaran; Direktorat Jenderal Pajak; Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai; Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
Direktorat Jenderal piutang dan Lelang Negara; Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan Daerah, Direktorat Jenderal Pengelolaan
Utang dan Piutang Negara
c. Kementerian Keuangan antara lain terdiri dari Sekretariat Jenderal,
Direktorat Jenderal Anggaran; Direktorat Jenderal Pajak; Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai; Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan Daerah, Direktorat Jenderal Piutang dan
Lelang Negara
d. Sekretariat Jenderal; Ditjen Anggaran; Ditjen Pajak; Ditjen Bea dan
Cukai; Ditjen Perbendaharaan; Ditjen Kekayaan Negara; Ditjen
Perimbangan Keuangan; Ditjen Pengelolaan Utang; Inspektorat
Jenderal
4. Latar belakang pembentukan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
dimaksudkan untuk...
a. Mendukung pelaksanaan otonomi daerah yang bertanggung jawab
dan sentralisasi fiskal dengan penyelenggaraan pemerintahan yang
lebih efektif, transparan, dan akuntabel
b. Diperlukan adanya pengelolaan utang yang komprehensif untuk
meminimalkan beban dan risiko fiskal
c. Mewujudkan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang lebih harmonis, dengan pengurusan
perimbangan keuangan yang lebih demokratis, proporsional, adil, dan
transparan
d. Perlu optimalisasi tugas pengelolaan barang milik/kekayaan negara
yang meliputi kegiatan perencanaan, inventarisasi, penilaian,
pertanggungjawaban, pelaporan, akuntansi dan penyusunan neraca
barang milik/kekayaan negara
5. Yang merupakan susunan organisasi organisasi Ditjen Bea dan Cukai
adalah...
97
a. Set. Direktorat Jenderal; Pusat Pengolahan Data Teknis Kepabeanan;
Dit. Sarana Perhubungan Bea dan Cukai; Dit. Fasilitas Kepabeanan;
Dit. Cukai; Dit. Penindakan dan Penyidikan; Dit. Audit
b. Dit. Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur; Dit.
Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi; Dit. Transformasi
Proses Bisnis
c. Dit. Peraturan Cukai; Dit Teknis Kepabeanan; Dit Fasilitas
Kepabeanan; Direktorat Cukai; Dit.Pemberantasan Penyelundupan;
Dit. Audit; Dit. Hubungan Internasional
d. Set Direktorat Jenderal; Dit.Teknis Kepabeanan; Dit. Fasilitas
Kepabeanan; Dit. Cukai; Dit. Penindakan dan Penyidikan; Dit. Audit;
Dit. Kepabeanan Internasional
6. Manakah yang merupakan fungsi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara?
a. pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan negara dan perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
b. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di
bidang piutang dan lelang , kekayaan negara , dan perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
c. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
d. penyiapan perumusan kebijakan Kementerian Keuangan di bidang
kekayaan negara, piutang negara, dan lelang
7. Manakah yang merupakan susunan organisasi Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan?
a. Sekretariat Direktorat Jenderal; Dit Dana Perimbangan; Dit Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah;Dit Pembiayaan dan Kapasitas Daerah
b. Dit Pinjaman dan Hibah; Dit Surat Utang Negara; Dit Pembiayaan
Syariah; Dit Strategi dan Portofolio Utang
c. Dit Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; Dit
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan; Dit Sistem Perbendaharaan; Dit
Transformasi Perbendaharaan
d. Setditjen; Dit Pelaksanaan Anggaran; Dit Pengelolaan Kas Negara;
Dit Sistem Manajemen Investasi
98
Pilihan Ganda Asosiasi
Pilih A, bila jawaban 1, 2, 3 Benar
Pilih B, bila jawaban 2, 4 Benar
Pilih C, bila jawaban 1, 3 Benar
Pilih D, bila jawaban 1, 2, 3, 4 Benar
8. Susunan Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan antara
lain:
a. Biro Perencanaan dan Keuangan; Biro Hukum; Biro Bantuan Hukum;
Biro Sumber Daya Manusia; Biro Hubungan Masyarakat; Biro
Perlengkapan
b. Biro Perencanaan dan Keuangan; Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan; Biro Hukum; Biro Sumber Daya Manusia; Biro
Perlengkapan; Biro Umum
c. Biro Hubungan Masyarakat; Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan;
Biro Hukum; Biro Sumber Daya Manusia; Biro Perlengkapan; Biro
Umum
d. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan; Biro Hukum; Biro Sumber
Daya Manusia; Biro Perlengkapan; Biro Umum; Biro Bantuan Hukum
9. Pembentukan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, dimaksudkan untuk:
a. Dengan semakin kompleks dan rumitnya pembiayaan APBN dan
terbatasnya sumber-sumber pembiayaan konvensional, maka
diperlukan adanya strategi baru untuk melakukan inovasi dan
eksplorasi terhadap sumber-sumber pembiayaan baru dan pasar
keuangan
b. Diperlukan adanya pengelolaan utang yang komprehensif untuk
meminimalkan beban dan resiko fiskal, mengingat struktur jatuh tempo
utang yang tidak seimbang sehingga dapat mengganggu
keseninambungan fiskal
c. Pengelolaan utang selama ini dilakukan secara terpisah oleh masing-
masing unit eselon II, sehingga diperlukan integrasi agar proses
pengambilan keputusan yang terpadu dapat dilakukan secara lebih
efisien dan efektif dengan mengedepankan prinsip transparansi dan
akuntabilitas
99
d. Perlu penyatuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
perbendaharaan yang secara efektif dapat mendukung APBN guna
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan terwujudnya sistem
pengelolaaan keuangan negara yang komprehensif dan terintegrasi
10. Perubahan nomenklatur struktur organisasi Direktorat Jenderal Piutang
dan Lelang Negara menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara,
antara lain dimaksudkan untuk:
a. Pengelolaan kekayaan negara merupakan kegiatan yang sangat
strategis untuk mewujudkan pelestarian dan peningkatan kekayaan
negara yang makin besar sebagai hasil-hasil pembangunan selama ini
b. Optimalisasi tugas pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
meliputi kegiatan perencanaan, inventarisasi, penilaian,
pertanggungjawaban, pelaporan, akuntansi dan penyusunan neraca
barang milik/kekayaan negara yang akurat
c. Dalam rangka penyatuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
kekayaan negara yang secara efektif, terwujudnya sistem
pengelolaaan kekayaan negara yang komprehensif serta terwujudnya
efisiensi dan efektivitas pemanfaatan dan pemberdayaan kekayaan
negara
d. Diperlukan adanya strategi baru untuk melakukan inovasi dan
eksplorasi terhadap sumber-sumber pembiayaan baru dan pasar
keuangan
F. KUNCI JAWABAN FORMATIF 3
1. A 6. D
2. A 7. A
3. D 8. D
4. C 9. A
5. D 10. A
100
V. KEGIATAN BELAJAR 4
BADAN, STAF AHLI MENTERI, DAN PUSAT-PUSAT DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
A. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada kegiatan belajar 4 adalah peserta diklat
mampu menjelaskan tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK); Badan
Kebijakan Fiskal (BKF); Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK);
Staf Ahli Menteri; Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan; Pusat
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, Pusat Analisis dan Harmonisasi
Kebijakan; Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik (Pusat LPSE);
Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai.
B. Uraian dan Contoh
Selain Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, dan Inspektorat
Jenderal, Menteri Keuangan dibantu pula oleh Staf Ahli, Badan-Badan, dan
Pusat-Pusat dalam lingkungan Kementerian sesuai kebutuhan, dan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Badan-Badan di
lingkungan Kementerian dibentuk untuk menangani tugas dan fungsi unsur
penunjang tugas Kementerian yang tidak dapat dilaksanakan oleh organisasi
setingkat Pusat. Jadi Badan bersifat penunjang pelaksanaan tugas pokok
Kementerian, sedangkan Direktorat Jenderal bersifat pelaksana utama tugas
operasional Kementerian Keuangan.
Pada Kegiatan Belajar 4 ini, akan dijelaskan satu persatu organisasi
Badan, Staf Ahli Menteri, dan Pusat di lingkungan Kementerian Keuangan,
yaitu:
1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK);
2. Badan Kebijakan Fiskal (BKF);
3. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK);
4. Staf Ahli Menteri;
5. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan;
101
6. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai;
7. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan;
8. Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik (Pusat LPSE); dan
10.Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai.
B.1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK) berdasarkan Pasal 1495 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 mempunyai tugas membina, mengatur, dan mengawasi
kegiatan sehari-hari pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan, sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal 1496
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Bapepam-LK
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan peraturan di bidang pasar modal;
b. penegakan peraturan di bidang pasar modal;
c. pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin
usaha, persetujuan, pendaftaran badan dan pihak lain yang bergerak di
pasar modal;
d. penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten dan
Perusahaan Publik;
e. penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan
sanksi oleh Bursa Efek, Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian;
f. penetapan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal;
g. penyiapan perumusan kebijakan di bidang lembaga keuangan;
h. pelaksanaan kebijakan di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
i. perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang
lembaga keuangan;
j. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga
keuangan;
102
k. pelaksanaan administrasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan.
Berdasarkan Pasal 1497 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) terdiri atas:
a. Sekretariat Badan;
b. Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum;
c. Biro Riset dan Teknologi Informasi;
d. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan;
e. Biro Pengelolaan Investasi;
f. Biro Transaksi dan Lembaga Efek;
g. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa;
h. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil;
i. Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan;
j. Biro Pembiayaan, dan Penjaminan;
k. Biro Perasuransian;
l. Biro Dana Pensiun.
m. Biro Kepatuhan Internal
Bagan organisasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1. Bagan Organisasi Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan

Di lingkungan Bapepam-LK juga terdapat 3 jabatan Tenaga Pengkaji
setingkat eselon II b yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah
dan bertanggungjawab kepada Ketua Bapepam-LK.
BIRO RiSET
DAN
TEKNOLOGI
INFORMA-SI
BIRO
PEMERIKSA-AN
DAN
PENYIDIKAN
BIRO
PENGELO-
LAAN
INVESTASI
BADAN PENGAWAS
PASAR MODAL LEMBAGA
KEUANGAN
BIRO
PERUNDANG-
UNDANGAN DAN
BANTUAN
HUKUM
SEKRETARIAT
BADAN
BIRO
TRANSAKSI DAN
LEMBAGA EFEK
BIRO
PENILAIAN
KEUANGAN
PERUSaHAAN
SEKTOR JASA
BIRO
PENILAIAN
KEUANGAN
PERUSAHAAN
SEKTOR
RIIL
BIRO
STANDAR
AKUNTANSI
DAN
KETERBUKA-
AN
BIRO
PEMBIAYA
AN,
DAN
PENJAMIN
AN
BIRO
PER-
ASURAN-
SIAN
BIRO
DANA
PENSIUN
BIRO
KEPATU-
HAN
INTERNAL
103
B.2. Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) berdasarkan Pasal 1783 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai tugas
melaksanakan analisis di bidang kebijakan fiskal sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal 1784
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010,
Badan Kebijakan Fiskal menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program analisis di bidang
kebijakan fiskal;
b. pelaksanaan analisis dan pemberian rekomendasi di bidang kebijakan
fiskal;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan analisis di bidang
kebijakan fiskal; dan
d. pelaksanaan administrasi Badan Kebijakan Fiskal.
Berdasarkan Pasal 1785 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Badan Kebijakan
Fiskal (BKF) terdiri atas:
a. Sekretariat Badan;
b. Pusat Kebijakan Pendapatan Negara;
c. Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
d. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro;
e. Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal;
f. Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral; dan
g. Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral.
Bagan organisasi Badan Kebijakan Fiskal adalah sebagai berikut.
Gambar 5.2. Bagan Organisasi Badan Kebijakan Fiskal
104
B.3. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) berdasarkan
Pasal 1937 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010
mempunyai tugas melaksanakan melaksanakan pendidikan dan pelatihan
di bidang keuangan negara, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka sesuai dengan Pasal 1938
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan (BPPK) menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pendidikan dan
pelatihan di bidang keuangan negara;
b. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan di bidang keuangan negara; dan
d. pelaksanaan administrasi Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Berdasarkan Pasal 1939 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Badan
Pendidikan dan Latihan Keuangan (BPPK) terdiri atas:
a. Sekretariat Badan;
b. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya
Manusia;
c. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anggaran dan Perbendaharaan;
d. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pajak;
BADAN KEBIJAKAN
FISKAL
SEKRETARIAT
BADAN
PUSAT
KEBIJAKAN
PENDAPATAN
NEGARA
PUSAT
KEBIJAKAN
ANGGARAN
PENDAPATAN
DAN BELANJA
NEGARA
PUSAT
KEBIJAKAN
EKONOMI
MAKRO
PUSAT
PENGELOLAA
N RISIKO
FSIKAL
PUSAT
KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN
PERUBAHAN
IKLIM DAN
MULTILATERA
L
PUSAT
KEBIJAKAN
REGIONAL
DAN
BILATERAL
105
e. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai;
f. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kekayaan Negara dan Perimbangan
Keuangan;
g. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Umum.
Bagan organisasi Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)
dapat dilihat pada gambar 5.3.
Gambar 5.3. Bagan Organisasi Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan
B.4. Staf Ahli Menteri Keuangan
Berdasarkan Pasal 2079 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 dinyatakan bahwa Staf Ahli Menteri adalah Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan, yang dalam
pelaksanaan kegiatan sehari-hari didukung oleh Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan.
Sesuai dengan Pasal 2080 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan
mengenai masalah-masalah di bidang penerimaan negara, pengeluaran
negara, makro ekonomi dan keuangan internasional, kebijakan dan
regulasi jasa keuangan dan pasar modal, dan organisasi, birokrasi, dan
teknologi informasi secara keahlian, dan memberikan penalaran
pemecahan konsepsional atas petunjuk Menteri.
BADAN PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KEUANGAN
SEKRETARIAT
BADAN
PUSDIKLAT
PENGEMBANGAN
SDM
PUSDIKLAT
ANGGARAN DAN
PERBENDAHARA-AN
PUSDIKLAT
PAJAK
PUSDIKLAT
BEA DAN
CUKAI
PUSDIKLAT KEKAYAAN
NEGARA DAN
PERIMBANGAN
KEUANGAN
PUSDIKLAT
KEUANGAN
UMUM
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
106
Dalam melaksanakan tugas tersebut pada Pasal 2038 tersebut, maka
sesuai dengan Pasal 2077, Staf Ahli menyelenggarakan fungsi:
a. pengolahan dan penelaahan masalah-masalah di bidang penerimaan
negara, pengeluaran negara, makro ekonomi dan keuangan
internasional, kebijakan dan regulasi jasa keuangan dan pasar modal,
dan organisasi, birokrasi, dan teknologi informasi, serta penyiapan
penalaran secara konsepsional;
b. penalaran konsepsional suatu masalah di bidang keahliannya atas
inisiatif sendiri dan pemecahan persoalan secara mendasar dan
terpadu untuk bahan kebijakan Menteri sebagai penelaahan Staf;
c. pemberian bantuan kepada Menteri dalam penyiapan bahan untuk
keperluan rapat, seminar, dan lain-lain yang dihadiri oleh Menteri;
d. pelaksanaan tugas-tugas lain atas petunjuk Menteri.
Berdasarkan Pasal 2082 dan Pasal 2041 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan Staf Ahli, terdiri atas:
a. Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara;
b. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara;
c. Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional;
d. Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar
Modal;
e. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi.
B.5. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan (PUSINTEK)
Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan (PUSINTEK)
berdasarkan Pasal 2084 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 mempunyai tugas melaksanakan pengkoordinasian
penyusunan rencana strategis, kebijakan, dan standarisasi teknologi
informasi dan komunikasi, pengembangan sistem informasi dan teknologi
keuangan, pengelolaan operasional layanan teknologi informasi dan
komunikasi, dan pengelolaan Jabatan Fungsional Pranata Komputer.
Dalam melaksanakan tugasnya Pusintek berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris Jenderal.
107
Sesuai dengan Pasal 2085 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
(PUSINTEK) menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan rencana strategis teknologi informasi dan
komunikasi;
b. koordinasi dan pembinaan pengembangan arsitektur teknologi
informasi dan komunikasi;
c. koordinasi penyusunan kebijakan dan standarisasi tata kelola teknologi
informasi dan komunikasi;
d. koordinasi pelaksanaan manajemen program;
e. pembinaan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi tata kelola
teknologi informasi dan komunikasi dan manajemen risiko teknologi
informasi dan komunikasi;
f. pelayanan pengembangan sistem informasi;
g. koordinasi pertukaran data dan pengelolaan basis data;
h. pengelolaan operasional layanan teknologi informasi dan komunikasi ;
i. pembinaan Jabatan Fungsional Pranata Komputer; dan
j. pelaksanaan administrasi pusat.
Berdasarkan Pasal 2086 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Pusat Sistem
Informasi dan Teknologi Keuangan (PUSINTEK) terdiri dari:
a. Bagian Tata Usaha;
b. Bidang Perencanaan dan Kebijakan Teknologi Informasi dan
Komunikasi;
c. Bidang Pengembangan Sistem Informasi;
d. Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi;
e. Bidang Operasional Teknologi Informasi dan Komunikasi; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional Pranata Komputer.

108
Bagan organisasi Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
(PUSINTEK) adalah sebagai berikut:
Gambar 5.4. Bagan Organisasi PUSINTEK
B.7. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP)
Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) berdasarkan
Pasal 2109 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010
mempunyai tugas menyiapkan rumusan kebijakan di bidang pembinaan
profesi akuntan publik dan penilai publik, pengembangan dan pengawasan
jasa akuntan publik dan jasa penilai publik, serta penyajian informasi
akuntan dan penilai publik, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Pembinaan Akuntan dan
Jasa Penilai (PPAJP) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Keuangan melalui Sekretaris Jenderal.
Sesuai dengan Pasal 2110 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP)
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan pembinaan profesi akuntan
publik dan penilai publik, register akuntan, perizinan, dan
pengembangan jasa akuntan dan jasa penilai;
PUSAT SISTEM INFORMASI DAN
TEKNOLOGI KEUANGAN
BIDANG PERENCANAAN
DAN KEBIJAKAN
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
BIDANG
PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI
BIDANG PENGELOLAAN
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
BIDANG OPERASIONAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
PRANATA KOMPUTER
BAG TATA USAHA
109
b. penyiapan dan pelaksanaan program pemantauan kegiatan serta
pemeriksaan akuntan publik dan penilai publik;
c. penyajian informasi akuntan dan penilai publik.
Berdasarkan Pasal 2111 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Pusat Pembinaan
Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha;
b. Bidang Pembinaan Usaha dan Akuntan Publik;
c. Bidang Pembinaan Usaha dan Penilai Publik;
d. Bidang Pemeriksaan Usaha dan Akuntan Publik;
e. Bidang Pemeriksaan Usaha dan Penilai Publik;
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagan organisasi Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai
(PPAJP) adalah sebagai berikut.
Gambar 5.5. Bagan Organisasi PPAJP
B.7. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (PUSHAKA)
Pusat Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (PUSHAKA)
berdasarkan Pasal 2134 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 mempunyai tugas melaksanakan analisis dan
harmonisasi serta sinergi kebijakan atas pelaksanaan program dan
kegiatan Menteri Keuangan, pengelolaan program dan kegiatan Menteri
BIDANG
PEMERIKSAAN
USAHA DAN PENILAI
PUBLIK
PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN
DAN JASA PENILAI
BIDANG PEMBINAAN
USAHA DAN
AKUNTAN PUBLIK
BIDANG PEMBINAAN
USAHA DAN PENILAI
PUBLIK
BIDANG
PEMERIKSAAN
USAHA DAN
AKUNTAN PUBLIK
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN TATA
USAHA
110
Keuangan, dan pengelolaan indikator kinerja utama Kementerian, sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugasnya, Pushaka berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris Jenderal.
Sesuai dengan Pasal 2135 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (PUSHAKA)
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan analisis, harmonisasi, dan sinergi kebijakan, program dan
kegiatan Menteri Keuangan di bidang pendapatan negara, pembiayaan
negara, pasar modal dan lembaga keuangan serta program dan
kegiatan pendukung lainnya;
b. pelaksanaan analisis, harmonisasi, dan sinergi kebijakan, program dan
kegiatan Menteri Keuangan di bidang belanja negara dan kekayaan
negara;
c. pelaksanaan pengelolaan program dan kegiatan Menteri Keuangan
dan Wakil Menteri Keuangan;
d. pelaksanaan pengelolaan indikator kinerja utama Kementerian
Keuangan; dan
e. pelaksanaan administrasi pusat.
Berdasarkan Pasal 2136 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 ditetapkan bahwa susunan organisasi Pusat Analisis
dan Harmonisasi Kebijakan (PUSHAKA) terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha;
b. Bidang Program dan Kegiatan I;
c. Bidang Program dan Kegiatan II;
d. Bidang Program dan Kegiatan III;
e. Bidang Program dan Kegiatan IV;
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagan organisasi Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
(PUSHAKA) adalah sebagai berikut.
111
Gambar 5.6. Bagan Organisasi PUSHAKA
B.8. Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik (Pusat LPSE)
berdasarkan Pasal 2159 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 mempunyai tugas menyiapkan rumusan kebijakan di
bidang pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik, pembinaan
dan pengawasan pelaksanaan pengadaan Kementerian Keuangan,
pengelolaan sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik serta
memberikan pelayanan pengadaan secara elektronik
Kementerian/Lembaga. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat LPSE
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui
Sekretaris Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas Pusat LPSE menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan regulasi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah
secara elektronik di lingkungan Kementerian Keuangan;
b. pelayanan pengadaan secara elektronik kepada Panitia
Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan Kementerian Keuangan serta
Kementerian/Lembaga /Komisi;
c. pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan secara elektronik
di lingkungan Kementerian Keuangan;
d. pelaksanaan administrasi Pusat.
PUSAT ANALISIS DAN
HARMONISASI KEBIJAKAN
BIDANG PROGRAM
DAN KEGIATAN II
BIDANG PROGRAM
DAN KEGIATAN III
BIDANG PROGRAM
DAN KEGIATAN IV
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN TATA
USAHA
BIDANG PROGRAM
DAN KEGIATAN I
112
Berdasarkan Pasal 2161 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 susunan organisasi Pusat LPSE terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha;
b. Bidang Registrasi dan Verifikasi;
c. Bidang Layanan Teknis Pengguna;
d. Bidang Kebijakan dan Pengelolaan Sistem;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagan organisasi Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah
sebagai berikut.
Gambar 5.7. Bagan Organisasi Pusat LPSE
B.9. Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai
Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai Berdasarkan Pasal
2180 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mempunyai
tugas menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, dan evaluasi pelaksanaan kepatuhan pelaksanaan tugas, evaluasi
kinerja, analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal, serta pelaksanaan
pengawasan kepatuhan internal, pemberian rekomendasi peningkatan
pelaksanaan tugas dan penyusunan rencana kerja, rencana strategis, dan
laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan
dan Cukai berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri yang
karena sifat tugasnya secara teknis operasional dan administratif
bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
PUSAT LPSE
BIDANG
REGISTRASI DAN
VERIVIKASI
BID LAYANAN
TEKNIS
PENGGUNA
BID KEBIJAKAN
DAN
PENGELOLAAN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
BAG TATA USAHA
113
Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Kepatuhan Internal
Kepabeanan dan Cukai menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan
evaluasi pelaksanaan kepatuhan pelaksanaan tugas;
b. perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan
evaluasi pelaksanaan evaluasi kinerja;
c. perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, dan
evaluasi pelaksanaan analisis dan tindak lanjut kepatuhan internal;
d. pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas seluruh unsur di
lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
e. evaluasi kinerja seluruh unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai;
f. penelitian, pemeriksaan, serta penyiapan bahan tanggapan dan tindak
lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan
masyarakat;
g. investigasi internal atas pelanggaran kode etik dan pelanggaran
disiplin pegawai;
h. pemberian rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas;
i. koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan
akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
j. pelaksanaan urusan tata usaha Pusat.
Berdasarkan Pasal 2182 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.01/2010 Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai terdiri
atas:
a. Bidang Penegakan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas;
b. Bidang Evaluasi Kinerja;
c. Bidang Analisis dan Tindak Lanjut Kepatuhan Internal;
d. Subbagian Tata Usaha;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagan organisasi Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai
adalah sebagai berikut.
114
Gambar 5.8. Bagan organisasi Pusat Kepatuhan Internal
Kepabeanan dan Cukai
B.10. Pusat Investasi Pemerintah
a. Tugas dan Fungsi
Pusat Investasi Pemerintah berada di bawah dan bertanggug
jawab kepada Menteri Keuangan yang pembinaan teknis dilakukan
oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dan pembinaan administratif
dilakukan oleh Sekretaris Jenderal.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
52/PMK.01/2007, Pusat Investasi Pemerintah merupakan instansi
pemerintah pada Kementerian Keuangan yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Pusat Investasi Pemerintah mempunyai tugas melaksanakan
kewenangan operasional dalam mengelola investasi Pemerintah
Pusat sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Investasi Pemerintah
menyelenggarakan fungsi:
1) pengelolaan Rekening Induk Dana Investasi;
2) penyusunan rencana strategis bisnis;
3) penyusunan rencana bisnis dan anggaran (RBA) tahunan;
Pusat Kepatuhan Internal
Kepabeanan Dan Cukai
Bidang Penegakan
Kepatuhan Pelaksanaan
Tugas
Bidang Evaluasi
Kinerja;
Bid Analisis dan Tindak
Lanjut Kepatuhan
Internal
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Subbagian Tata
Usaha
115
4) penilaian kelayakan, manajemen resiko, divestasi, pengembangan
instrumen, pengendalian pembiayaan, dan masalah hukum dan
perjanjian investasi Pemerintah Pusat;
5) penyusunan dan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan
pelaporan;
6) pemeriksaan intern atas pelaksanaan tugas Pusat Investasi
Pemerintah;
7) pelaksanaan urusan umum.
b. Susunan Organisasi
Pusat Investasi Pemerintah terdiri dari:
1) Divisi Portofolio Investasi I;
2) Divisi Portofolio Investasi II;
3) Divisi Keuangan dan Umum;
4) Satuan Pemeriksaan Intern;
5) Kelompok Jabatan Fungsional.
Gambar 5.9. Bagan Organisasi Pusat Investasi Pemerintah
1. Ketentuan Lain-Lain
Dalam Bab XX KETENTUAN LAIN-LAIN Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 100/PMK.01/2008 terdapat beberapa pasal khusus yakni; masing-
masing Pasal 2120, Pasal 2121, Pasal 2122, dan Pasal 2126 sebagai
berikut:
PUSAT INVESTASI
PEMERINTAH
DIVISI PORTOFOLIO
INVESTASI I
DIVISI PORTOFOLIO
INVESTASI II
DIVISI KEUANGAN
DAN UMUM
SATUAN
PEMERIK
SAAN
INTERN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

116
a. Pasal 2120
Direktur Jenderal Pajak dan Direktur Peraturan Perpajakan II bertindak
sebagai competent tax authority berdasarkan penugasan dan petunjuk
Menteri Keuangan.
b. Pasal 2121
Kepala Biro Hubungan Masyarakat bertindak sebagai Juru Bicara
Kementerian Keuangan berdasarkan penugasan dan petunjuk Menteri
Keuangan. Pasal ini diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 184/PMK.01/2010 pasal 2208 menjadi Kepala Biro Komunikasi
dan Layanan Informasi bertindak sebagai Juru Bicara Kementerian
Keuangan berdasarkan penugasan dan petunjuk Menteri Keuangan.
c. Pasal 2122
Kepala Pushaka bertindak sebagai koordinator pelaksanaan program
dan kegiatan Menteri Keuangan berdasarkan penugasan dan petunjuk
Menteri Keuangan.
d. Pasal 2126
(1) Dalam rangka mengoptimalkan harmonisasi pelaksanaan program
dan kegiatan Menteri Keuangan, setiap unit eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan wajib menyampaikan program, kegiatan,
data dan informasi kepada Menteri Keuangan, dengan tembusan
kepada Kepala Pushaka.
(2) Pushaka dapat meminta data dan informasi yang diperlukan
kepada unit organisasi terkait di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(3) Sebagai pelaksanaan ayat (1) dan ayat (2), setiap eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan agar menunjuk Pejabat
setingkat eselon II sebagai penghubung (liaison officer) dengan
Pushaka.
Pasal-pasal tersebut di atas, diperlukan dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas khusus di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai dengan
penugasan dan petunjuk Menteri Keuangan.
117
C. Latihan 4
Jawablah soal-soal di bawah ini, kemudian cocokkan kembali jawaban
Anda dengan Kegiatan Belajar 4!
1. Sebutkan unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang lembaga keuangan!
2. Menteri dapat membentuk suatu Badan atau Pusat dalam lingkungan
Kementerian atas alasan tertentu. Jelaskan!
3. Sebutkan Badan-Badan yang ada di lingkungan Kementerian Keuangan
saat ini!
4. Apakah tugas Bapepam-LK?
5. Apakah tugas dan fungsi Badan Kebijakan Fiskal?
6. Sebutkan unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang
mempunyai fungsi pengkajian kebijakan ekonomi, keuangan, dan fiskal!
7. Sebutkan unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang
mempunyai fungsi penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan!
8. BPPK terdiri dari lima Pusat. Sebutkan!
9. Menteri Keuangan dalam menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh Staf
Ahli. Sebutkan Staf Ahli yang ada di Kementerian Keuangan!
10. Apakah tugas seorang Staf Ahli Menteri?
D. Rangkuman
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
bertugas sebagai unit yang melaksanakan fungsi di bidang pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal serta
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang
lembaga keuangan. Tujuan pembentukan Bapepam-LK ini adalah untuk
mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan
efisien, dan pengawasan operasional lembaga keuangan bukan bank
(seperti, lembaga pengelola dana pensiun, industri perasuransian,
perusahaan reksa dana, serta perusahaan/lembaga pembiayaan lainnya)
demi melindungi kepentingan masyarakat.
118
Unit organisasi yang bertugas melaksanakan perumusan pokok-pokok
kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro serta proyeksinya adalah
Badan Kebijakan Fiskal. Badan tersebut juga melakukan pengkajian
kebijakan ekonomi, keuangan, dan fiskal; analisis, perumusan rekomendasi,,
dan evaluasi kebijakan pendapatan dan belanja negara; analisis, perumusan
rekomendasi, dan evaluasi pengelolaan risiko ekonomi & keuangan, risiko
BUMN, dan risiko dukungan pemerintah, serta penyiapan bahan
penyusunan Nota Keuangan & APBN dan mempersiapkan jawaban
pemerintah atas pertanyaan DPR di bidang ekonomi makro, pendapatan
negara, belanja negara, dan risiko fiskal.
Dalam melaksanakan tugas di bidang pendidikan dan pelatihan di bidang
keuangan negara, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
menyelenggarakan antara lain fungsi perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi
kebijakan Menteri Keuangan di bidang pendidikan, pelatihan, dan penataran
keuangan negara dalam kaitannya dengan pembinaan sumber daya
manusia Kementerian Keuangan.
Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pelayanan
serta pengembangan sistem informasi dan teknologi keuangan. Pusat
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai bertugas menyiapkan rumusan
kebijakan di bidang pembinaan profesi akuntan publik dan penilai publik,
pengembangan dan pengawasan jasa akuntan publik dan jasa penilai publik,
serta penyajian informasi akuntan dan penilai publik.
Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan bertugas melaksanakan
analisis dan harmonisasi serta mensinergikan kebijakan pelaksanaan
program dan kegiatan Menteri Keuangan, baik di bidang penerimaan &
pembiayaan negara, di bidang belanja negara, maupun di bidang kekayaan
negara, pasar modal, lembaga keuangan, sumber daya aparatur, media, dan
pengawasan.
119
E. Tes Formatif 4
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Manakah yang merupakan fungsi dari Bapepam dan Lembaga
Keuangan?
a. penyiapan bahan penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN, Laporan
Semester I dan Prognosa Semester II pelaksanaan APBN, RAPBN
Perubahan, bahan Pidato dan Lampiran Pidato Presiden, Jawaban
Pemerintah atas pertanyaan DPR dan DPD, jawaban pertanyaan dan
bahan konsultasi dengan Lembaga Internasional dan Regional;
b. analisis, perumusan rekomendasi dan pelaksanaan kerja sama
ekonomi dan keuangan internasional serta pemantauan dini
perkembangan ekonomi;
c. penyusunan peraturan di bidang pasar modal; penegakan peraturan di
bidang pasar modal;dan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak
yang memperoleh izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Badan
dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal;
d. analisis, perumusan rekomendasi dan evaluasi kebijakan pendapatan
negara, belanja negara, dan ekonomi dan keuangan;
2. Di bawah ini, yang merupakan susunan organisasi Badan Kebijakan
Fiskal adalah...
a. Pusat Kebijakan Pendapatan Negara; Pusat Kebijakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara; Pusat Kebijakan Ekonomi Makro;
Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal; Pusat Kebijakan Kerja Sama
Internasional;
b. Biro Standar Akuntasi dan Keterbukaan; Biro Pembiayaan dan
Penjaminan; Biro Perasuransian; Biro Dana Pensiun; Biro Kepatuhan
Internal;
c. Pusat Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional; Pusat Penerimaan
Negara; Pusat Pengeluaran Negara; Pusat Pengembangan Pasar
Modal; Pusat Pembinaan Umum Pengelolaan Kekayaan Negara;
d. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai; Pusat Analisis dan
Harmonisasi Kebijakan; Pusat Investasi Pemerintah.
120
3. Di bawah ini, manakah pusat di lingkungan Kementerian Keuangan yang
dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Keuangan?
a. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai;
b. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan;
c. Pusat Pengolahan Data dan Informasi Keuangan;
d. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keuangan.
4. Yang merupakan fungsi Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
adalah...
a. penilaian kelayakan, manajemen resiko, divestasi, pengembangan
instrumen, pengendalian pembiayaan, dan masalah hukum
Pemerintah Pusat
b. Pelaksanaan analisis, harmonisasi dan sinergi kebijakan, program dan
kegiatan Menteri Keuangan di bidang penerimaan dan pembiayaan
negara;
c. memberikan telaahan mengenai masalah di bidang pembinaan umum
pengelolaan kekayaan negara.
d. Pembinaan organisasi dan kepegawaian Kementerian.
5. Di manakah kedudukan Pusat Sistem Informasi dan Teknologi
Keuangan?
a. Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Pajak;
b. Menteri Keuangan;
c. Bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal Kementerian
Keuangan;
d. Bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris
Jenderal Kementerian Keuangan.
6. Apa saja yang termasuk dalam staf ahli di lingkungan Kementerian
Keuangan?
a. Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional; Bidang
Penerimaan Negara; Bidang Pengeluaran Negara; Bidang
Pengembangan Pasar Modal; Bidang Pembinaan Umum Pengelolaan
Kekayaan Negara;
121
b. Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Regional; Bidang
Penerimaan Negara; Bidang Pengeluaran Negara; Bidang
Pengembangan Pasar Modal; Bidang Pembinaan Umum Pengelolaan
Kekayaan Negara;
c. Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional; Staf Ahli
Bidang Penerimaan Negara; Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara;
Staf Ahli Bidang Pengembangan Pasar Modal; Staf Ahli Bidang
Pembinaan Umum dan Bea dan Cukai;
d. Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Multinasional; Bidang
Penerimaan Negara; Bidang Pengeluaran Negara; Bidang
Pengembangan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; Bidang
Pembinaan Umum Pengelolaan Kekayaan Negara.
7. Adanya perubahan nomenklatur Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan
dan Kerja sama Internasional menjadi Badan Kebijakan Fiskal
dimaksudkan untuk...
a. Tantangan ekonomi makro yang semakin kompleks memerlukan
adanya suatu kebijakan fiskal yang independen dan sinkron dengan
kebijakan moneter;
b. Mewujudkan APBN yang lebih efektif, berhasil guna, berdaya guna,
akuntabel, dan transparan;
c. Menyeimbangkan beban kerja pada unit kerja baik antar unit eselon I
yang melaksanakan tugas di bidang anggaran, dan antar unit eselon II;
d. Mengurangi kesenjangan antar daerah dalam kemampuannya untuk
membiayai tanggung jawab otonominya dan memberikan kepastian
sumber keuangan.
8. Terjadinya penggabungan Bapepam dan DJLK dimaksudkan untuk...
a. meningkatkan efektivitas sistem pembinaan dan pengawasan pasar
modal dan sektor jasa keuangan, sehingga dapat dihindarkan
terjadinya duplikasi dan overlapping fungsi antar unit-unit di bawahnya;
b. Meningkatkan pengelolaan (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan pertanggungjawaban) dana investasi dan keuangan Badan
Layanan Umum agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, akuntabel,
dan transparan;
122
c. Kejelasan pembagian wewenang dalam pengelolaan keuangan negara
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna serta check and
balances pelaksanaan pasar modal;
d. Menyeimbangkan beban kerja pada unit kerja baik antar unit eselon I.
9. Manakah yang merupakan fungsi dari Badan Kebijakan Fiskal?
a. perumusan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
serta proyeksi ekonomi makro;
b. penyiapan bahan penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN, Laporan
Semester I dan Prognosa Semester II pelaksanaan APBN, RAPBN
Perubahan, bahan Pidato dan Lampiran Pidato Presiden, Jawaban
Pemerintah atas pertanyaan MPR, DPRD, jawaban pertanyaan dan
bahan konsultasi dengan Lembaga Internasional dan Regional di
bidang ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara dan risiko
fiskal;
c. analisis, perumusan rekomendasi dan evaluasi kebijakan perdagangan
luar negeri;
d. analisis, perumusan rekomendasi dan evaluasi pengelolaan risiko
ekonomi dan keuangan, risiko BUMD, dan risiko Bank Pemerintah.
10. Fungsi dari Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) adalah...
a. perumusan kebijakan Menteri Keuangan di bidang hubungan ekonomi
keuangan internasional, penerimaan negara, pengeluaran negara,
pengembangan pasar modal;
b. penalaran konsepsional suatu masalah di bidang keahliannya atas
inisiatif sendiri dan pemecahan persoalan secara mendasar dan
terpadu untuk bahan kebijakan Menteri;
c. penelaahan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
pendidikan, pelatihan dan penataran keuangan negara dalam rangka
pembinaan sumber daya manusia Kementerian Keuangan;
d. pengkajian dan pengembangan penilitian keuangan dan kekayaan
negara.
123
F. KUNCI JAWABAN FORMATIF 4
1. C
2. A
3. B
4. B
5. D
6. A
7. A
8. A
9. A
10. C
124
VI. KEGIATAN BELAJAR 5
INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN KEUANGAN
A. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada kegiatan belajar 5 ini antara lain:
1. mampu membedakan tipologi instansi vertikal Kementerian keuangan;
2. mampu membedakan antara instansi vertikal dengan unit pelaksana
teknis;
3. mampu menjelaskan instansi vertikal yang ada di lingkungan
Kementerian Keuangan;
4. mampu menjelaskan kedudukan dan tugas, organisasi Kanwil Ditjen
Pajak; KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, KPP Pratama, Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);
5. mampu menjelaskan kedudukan dan tugas, organisasi Kanwil Ditjen Bea
dan cukai; Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPU BC);Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPP BC)
6. mampu menjelaskan secara umum tugas, organisasi Kanwil Ditjen
Perbendaharaan; Kantor Perbendaharaan Negara (KPPN) Tipe A1, Tipe
A1 Khusus, dan Tipe A2;
7. mampu menjelaskan secara umum tugas, organisasi instansi vertikal
Ditjen Kekayaan Negara yaitu Kanwil Ditjen Kekayaan Negara dan
Kantor Pelayanan Negara dan Lelang (KPKNL).
B. Uraian dan Contoh
Instansi vertikal adalah penyelenggara tugas dan fungsi Kementerian di
daerah. Instansi vertikal Kementerian dapat dibedakan dalam 2 (dua)
macam:
1. Bagi Kementerian-Kementerian, yang Direktorat Jenderalnya dalam
melakukan tugas dan fungsinya masing-masing secara keseluruhan
mempunyai sifat yang sejenis (Integrated Type Department),
125
penyelenggara tugas dan fungsi Kementerian di daerah dilaksanakan oleh
Kantor Wilayah Kementerian. Misalnya: Kementerian Agama.
2. Bagi Kementerian-Kementerian, yang Direktorat Jenderalnya dalam
melakukan tugas dan fungsinya masing-masing mempunyai sifat dan jenis
yang berbeda-beda satu dengan lainnya (Holding Company Type
Department), penyelenggara tugas dan fungsi Kementerian di daerah
dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal. Misalnya:
Kementerian Keuangan.
Guna tercapainya kesatuan gerak yang serasi di antara unit-unit instansi
vertikal di daerah, sesuai tugas dan fungsinya, maka pada Kementerian yang
memiliki tipe holding company unit-unit instansi vertikalnya dikoordinasikan
oleh salah seorang dari Kepala Instansi Vertikal. Misalnya: dalam lingkungan
Kementerian Keuangan di Propinsi Jawa Timur terdapat Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan serta Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara, maka Kantor-kantor Wilayah Direktorat Jenderal
tersebut dikoordinir oleh Kepala Instansi Vertikal yang akan ditetapkan dan
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Keuangan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 22
Tahun 2007, maka dilingkungan Kementerian Keuangan terdapat empat
Direktorat Jenderal yang mempunyai instansi vertikal, yakni:
1. Direktorat Jenderal Pajak,
2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
3. Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
4. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Oleh karena Kementerian Keuangan mempunyai sifat holding company
type department, maka masing-masing Direktorat Jenderal mempunyai
struktur organisasi vertikal yang berbeda-beda. Berikut ini akan diuraikan
satu persatu struktur organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian Keuangan.
126
B.1. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2006, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2007, maka instansi
vertikal Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari:
a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP);
b. Kantor Pelayanan Pajak (KPP);
c. Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP).
Kanwil Ditjen Pajak terdiri dari 1 (satu) Bagian dan paling banyak 5
(lima) Bidang. Bagian terdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbagian, dan
setiap Bidang terdiri dari paling banyak 4 (empat) Seksi.
Kantor Pelayanan Pajak terdiri dari 1 (satu) Subabgian dan paling
banyak 9 (sembilan) seksi. Kantor Pelayanan Pajak dapat membawahkan
paling banyak 5 (lima) Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
Perpajakan.
Untuk menjelaskan lebih lanjut Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun
2006, maka telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
62/PMK.01/2009 yang menyatakan bahwa instansi vertikal Direktorat
Jenderal Pajak terdiri atas:
a. 31 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
b. 4 Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar,
c. 28 Kantor Pelayanan Pajak Madya di seluruh
d. 299 Kantor Pelayanan Pajak Pratama,
e. 207 Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) di seluruh Indonesia.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil Ditjen Pajak) adalah
instansi vertikal Ditjen Pajak yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Kanwil Ditjen Pajak, sedangkan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP) berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
127
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009,
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil Ditjen Pajak)
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis,
pengendalian, analisis, evaluasi, penjabaran kebijakan serta
pelaksanaan tugas di bidang perpajakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Jenis Kantor Wilayah terdiri dari:
1) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus;
2) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (selain Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus).
Kepala Kanwil Ditjen Pajak adalah jabatan eselon II a, sedangkan
Kepala-Kepala KPP adalah jabatan eselon III a, sedangkan Kepala
KP2KP adalah jabatan eselon IV a.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah instansi vertikal Direktorat
Jenderal Pajak berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Kantor Wilayah. Sedangkan jenis KPP terdiri dari KPP
Wajib Pajak Besar, KPP Madya dan KPP Pratama.
B.2. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2006, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2007 instansi
vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terdiri dari:
a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Kanwil DJBC);
b. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPU BC);
c. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC).
Di satu atau beberapa Provinsi dapat dibentuk 1 (satu) atau lebih dari
1 (satu) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan
analisis organisasi dan beban kerja.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terdiri dari 1 (satu)
Bagian dan paling banyak 4 (empat) Bidang. Bagian terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) Subbagian, dan setiap Bidang terdiri dari paling banyak 9
(sembilan) Seksi.
128
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 , Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai (Kanwil DJBC) mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan
tugas di bidang kepabeanan dan cukai dalam wilayah kerjanya
berdasarkan peratuan perundang-undangan yang berlaku
Selanjutnya, instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
berjumlah:
a. 16 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia;
b. 2 Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, yakni masing-masing:
1) Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A, Tanjung Priok,
2) Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B, Batam.
c. 113 unit Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai, yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia;
d. 91 Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai, dan 599 Pos Pengawasan
Bea dan Cukai.
Unit Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai dan Pos Pengawasan
Bea dan Cukai adalah unit organisasi non struktural, yang berada di
lingkungan Kantor Pelayanan Utama atau Kantor Pengawasan dan
Pelayanan.
Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai terdiri dari 1 (satu)
Bagian dan paling banyak 10 (sepuluh) Bidang. Bagian terdiri dari paling
banyak 4 (empat) Subbagian dan setiap Bidang terdiri dari paling banyak
7 (tujuh) Seksi.
Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPUBC) terdiri dari dua
tipe, yaitu: KPU Tipe A (Tanjung Priok), dan KPU Tipe B (Batam).
Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A adalah
jabatan struktural eselon II a, sedangkan Kepala Kantor Pelayanan
Utama Bea dan Cukai Tipe B adalah jabatan struktural eselon II b. Kantor
Pelayanan Utama Bea dan Cukai berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
129
Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai dapat membawahi Kantor
Bantu Pelayanan Bea dan Cukai dan/atau Pos Pengawasan Bea dan
Cukai.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai terdiri dari 1
(satu) Subbagian dan paling banyak 15 (lima belas) Seksi.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai terdiri dari enam
tipe, yakni:
1) Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya
Pabean
2) Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya
Cukai
3) Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A1
4) Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A2
5) Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3
6) Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe B
B.3. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Sesuai Perpres Nomor 95 tahun 2006 instansi vertikal Direktorat
Jenderal Perbendaraan terdiri atas:
a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
b. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil Ditjen
Perbendaharaan) adalah instansi vertikal Ditjen Perbendaharaan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan. Sementara, Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah instansi vertikal Ditjen
Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
Kanwil Ditjen Perbendaharaan terdiri dari 1 (satu) Bagian dan paling
banyak 4 (empat) Bidang. Bagian terdiri dari paling banyak 4 (empat)
Subbagian, dan setiap Bidang terdiri dari paling banyak 4 (empat) Seksi.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara terdiri dari 1 (satu) Subbagian
dan paling banyak 5 (lima) Seksi.
130
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, maka instansi vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan terdiri atas:
a. 33 (tiga puluh tiga) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan di seluruh wilayah Indonesia;
b. 181 (seratus delapan puluh satu) Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara, yang terdiri dari 73 (tujuh puluh tiga) KPPN Tipe A1, 2 (dua)
Tipe A1 Khusus, dan 106 (seratus enam) KPPN Tipe A2.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2008,
Kanwil Ditjen Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, pembinaan, penyuluhan, bimbingan teknis, penelaahan,
monitoring, evaluasi, penyusunan laporan, verifikasi, dan
pertanggungjawaban di bidang perbendaharaan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
KPPN terdiri dari 3 (tiga) tipe, yaitu Tipe A1, Tipe A1 Khusus dan
Tipe A2. Tipologi ini berdasarkan atas beban kerja. Kepala KPPN Tipe
A1, A1 Khusus, dan Tipe A2 adalah jabatan eselon III a, dan untuk
Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah eselon IV a.
KPPN Tipe A khusus terdiri atas:
a) KPPN tipe A1 Khusus Jakarta VI;
b) KPPN Tipe A1 Khusus Banda Aceh.
B.4. Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008,
instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara terdiri atas:
a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
b. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
Kanwil Ditjen Kekayaan Negara terdiri dari 1 (satu) Bagian dan paling
banyak 5 (lima) Bidang. Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian, dan setiap Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang terdiri dari 1 (satu)
Subabgian dan paling banyak 5 (lima) Seksi.
131
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara, instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
terdiri atas:
a. 17 (tujuh belas) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
di seluruh wilayah Indonesia;
b. 89 (delapan puluh sembilan) Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006,
Kanwil Ditjen Kekayaan Negara mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi, dan pelaksanaan
tugas di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang.
Seperti halnya Kantor Wilayah Ditjen-ditjen yang lain, Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara adalah jabatan eselon II a,
Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang eselon III a.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala Kanwil DJKN bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara, sedangkan
kepala KPKNL bertanggung jawab kepada Kepala Kanwil Ditjen
Kekayaan Negara setempat.
C. Latihan 5
Jawabalah soal-soal di bawah ini, kemudian cocokkan kembali dengan
materi Kegiatan Belajar 5!
1. Sebagai penyelenggara tugas dan fungsi di daerah instansi vertikal suatu
Kementerian dapat dibedakan menjadi dua macam. Sebutkan dan
jelaskan!
2. Instansi vertikal Kementerian Keuangan termasuk jenis yang mana?
3. Apakah tugas Kepala Instansi Vertikal dan siapa yang menetapkan
Kepala Instansi Vertikal?
4. Apakah tugas pokok Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?
5. Sebutkan tipologi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara!
6. Sebutkan tipologi Kanwil Direktorat Jenderal Pajak?
132
7. Sebutkan Kantor-Kantor Operasional yang berada di bawah Kanwil
Direktorat Jenderal Pajak!
8. Apakah tugas dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL)?
9. Sebutkan Kantor Operasional yang berada di bawah Kanwil DJBC!
10. Sebutkan Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian Keuangan yang
tidak mempunyai Kantor Wilayah!
D. Rangkuman
Instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak di daerah yaitu Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pajak. Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak terdiri dari Kanwil Ditjen Pajak Wajib Pajak Besar dan Kanwil
Ditjen Pajak Jakarta Khusus serta Kanwil Ditjen Pajak selain Kanwil Ditjen
Pajak Wajib Pajak Besar dan Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Khusus,
sedangkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdiri dari KPP Wajib Pajak
Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama serta KP2KP.
Di bidang kepabeanan dan cukai instansi vertikal di daerah ialah Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membawahi Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) yang terdiri dari 4 tipe, yaitu: KPBC tipe
A1, KPBC tipe A2, KPBC tipe A3, dan KPBC tipe B.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah instansi
vertikal dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan. Kantor Pelayanan Perbendaharaan terdiri dari KPPN Tipe
A1, KPPN Tipe A1 Khusus dan KPPN Tipe A2.
Adapun di bidang kekayaan negara, instansi vertikal di daerah ialah
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Kekayaan
Negara. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara membawahi
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
133
Meskipun Kementerian Keuangan merupakan holding company type
department, tidak semua Direktorat Jenderalnya mempunyai Kantor Wilayah.
Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang tidak mempunyai instansi vertikal
di daerah, karena tugas pekerjaan Direktorat Jenderal tersebut lebih bersifat
pembinaan, pemberian bimbingan, pengarahan, dan pemantauan.
E. Tes formatif 5
Kerjakan soal-soal berikut dengan memilih jawaban yang paling tepat!
1. Apakah tugas dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Negara?
a. melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendahara umum,
penyaluran pembiayaan atas beban anggaran, serta penatausahaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. pengujian terhadap dokumen surat perintah pembayaran berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
c. penerbitan surat perintah pencairan dana dari Kas Negara atas nama
Menteri Keuangan (sebagai Bendahara Umum Negara);
d. melaksanakan koordinasi, pembinaan, penyuluhan, bimbingan teknis,
penelaahan, monitoring, evaluasi, penyusunan laporan, verifikasi, dan
pertanggungjawaban di bidang perbendaharaan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Di manakah kedudukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai?
a. Di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Dirjen.
b. Secara teknis bertanggungjawab ke Direktur Kepabeanan dan Cukai.
c. Di bawah Kanwil.
d. Secara administratif dibawah Sekretaris Direktorat Jenderal.
3. Termasuk dalam eselon berapa Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai
(KPU) tipe B?
a. II b
b. IV a
c. III b
d. III a
134
4. Rentang kendali Kanwil Ditjen Pajak terdiri atas...
a. 1 (satu) Subbagian dan paling banyak 5 (lima) Bidang. Subbagian terdiri
dari paling banyak 4 (empat) urusan, dan setiap Bidang terdiri dari paling
banyak 4 (empat) Seksi
b. 1 (satu) Bagian dan paling banyak 5 (lima) Bidang. Bagian terdiri dari
paling banyak 4 (empat) urusan, dan setiap Bidang terdiri dari paling
banyak 4 (empat) Seksi
c. 1 (satu) Bagian dan paling banyak 5 (lima) Bidang. Bagian terdiri dari
paling banyak 4 (empat) urusan, dan setiap Bidang terdiri dari paling
banyak 4 (empat) Subseksi
d. 1 (satu) Bagian dan paling banyak 5 (lima) Bidang. Bagian terdiri dari
paling banyak 4 (empat) Subbagian, dan setiap Bidang terdiri dari paling
banyak 4 (empat) Seksi
5. Di bawah ini, yang merupakan Tipologi dan Eselonisasi instansi vertikal
Direktorat Jenderal Pajak adalah...
a. Kepala Kanwil eselon IIa; Kepala Bagian dan Kepala Bidang eselon
IIIa; Kepala KPP WP Besar eselon III a; KPP Madya, dan KPP Pratama
eselon IIIb; Kepala Subbagian dan Kepala Seksi eselon IVa; Kepala
Kantor Penyuluhan eselon IVa
b. Kepala Kanwil tipe A eselon IIa; Kepala Kanwil tipe B eselon IIb; Kepala
Bagian dan Kepala Bidang eselon IIIa; Kepala KPP WP Besar eselon III
a, KPP Madya, dan KPP Pratama eselon IIIb; Kepala Subbagian dan
Kepala Seksi eselon IVa; Kepala KP2KP eselon IVa
c. Kepala Kanwil eselon IIa; Kepala Bagian dan Kepala Bidang pada Kanwil
eselon IIIa; Kepala KPP WP Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama
eselon IIIa; Kepala Subbagian dan Kepala Seksi eselon IVa; Kepala
KP2KP eselon IVa
d. Kepala Kanwil tipe A eselon IIa; Kepala Kanwil tipe B eselon IIb; Kepala
Bagian dan Kepala Bidang eselon IIIa; Kepala KPP WP Besar eselon III
a, KPP Madya, dan KPP tipe B eselon IIIb; Kepala Subbagian dan
Kepala Seksi eselon IVa; Kepala KP2KP eselon IVa
6. Di bawah ini, yang merupakan Tipologi Kantor Pengawasan dan Pelayanan
Bea dan Cukai ( KPPBC)...
a. KPPBC Tipe Madya Pabean A; KPPBC Tipe Madya Cukai B
135
b. KPPBC Tipe Madya Pabean; KPPBC Tipe Madya Cukai; KPPBC Tipe
A1; KPPBC Tipe A2; KPPBC Tipe A3; KPPBC Tipe B
c. KPPBC Tipe Madya Pabean; KPPBC Tipe Madya Cukai; KPPBC Tipe
A1; KPPBC Tipe A2; KPPBC Tipe A3; KPPBC Tipe A4; Kantor Cabang
Tk I Bea dan Cukai
d. KPPBC Tipe Utama Pabean; KPPBC Tipe Utama Cukai; KPPBC Tipe A1;
KPPBC Tipe A2; KPPBC Tipe A3; KPPBC Tipe A4; Kantor Cabang Tk I
Bea dan Cukai
7. KPKNL adalah jabatan eselon...
a. II b
b. III b
c. IVa
d. IIIa
8. Span of control Kantor Wilayah Ditjen Kekayaan Negara, yaitu...
a. 1 (satu) Bagian dan paling banyak 4(empat) Bidang
b. 1 (satu) Bagian dan paling banyak 5 (lima) Bidang.
c. 1 (satu) Subbagian dan paling banyak 4(empat) Bidang
d. 1 (satu) Bagian dan paling banyak 4(empat) Subbidang
9. Manakah yang merupakan Instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara?
a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Piutang dan Kekayaan Negara;
b. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
c. Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara dan Lelang (KPKNL).
d. Kantor Lelang Negara (KLN).
10. KPPBC Tipe Madya Pabean termasuk dalam eselon...
a. II b
b. IV a
c. III b
d. III a
136
F. Kunci Jawaban Tes Formatif 5
1. d
2. c
3. a
4. d
5. c
6. b
7. d
8. b
9. b
10. d
137
VII. KEGIATAN BELAJAR 6
UNIT PELAKSANA TEKNIS KEMENTERIAN KEUANGAN
A. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada kegiatan belajar 6 antara lain:
1. mampu membedakan antara instansi vertikal dengan unit pelaksana
teknis;
2. mampu menjelaskan unit pelaksana teknis yang ada di lingkungan
Kementerian Keuangan;
3. menjelaskan kembali tugas pokok, fungsi, dan susunan organisasi
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai sebagai unit pelaksana teknis
Ditjen Bea dan Cukai;
4. menerangkan tugas pokok, fungsi, dan susunan organisasi Balai
Identifikasi Barang sebagai unit pelaksana teknis Ditjen Bea dan Cukai;
5. menerangkan tugas pokok, fungsi, dan susunan organisasi Balai Diklat
Keuangan sebagai unit pelaksana teknis Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan;
6. memahami tata kerja Kementerian Keuangan;
7. membedakan pola nomenklatur dan titelatur pada semua unit instansi
Kementerian Keuangan.
B. Uraian dan Contoh
B.1. Unit Pelaksana Teknis
Dalam Kegiatan Belajar 5 telah dijelaskan kedudukan, tugas pokok,
dan fungsi serta susunan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal-
Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian Keuangan serta kantor-
kantor operasional yang dibawahinya.
Pada kegiatan belajar 6 ini akan dijelaskan satu persatu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan. Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 sebagaimana diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 menyebutkan di
138
lingkungan Kementerian Keuangan dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis
sebagai pelaksana tugas teknis penunjang Direktorat Jenderal/Badan
sesuai dengan kebutuhan.
UPT yang ada di lingkungan Kementerian keuangan adalah:
a. Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai;
b. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang;
c. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Ketiga UPT tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai adalah Unit Pelaksana
Teknis nonaDirektorat Jenderal Bea dan Cukai di bidang pengelolaan
sarana patroli dan operasi yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Pangkalan
Sarana Operasi Bea dan Cukai secara teknis fungsional dibina oleh
Direktur Pencegahan dan Penyidikan.
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai menurut Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.01/2001 sebagaimana diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.01/2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengoperasian
sarana operasi Bea dan Cukai dalam rangka menunjang patroli dan
operasi pencegahan dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai
berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe A adalah
jabatan eselon III a sedang Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan
Cukai tipe B adalah jabatan eselon III b. Berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.01/2001, terdapat 4 (empat)
Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai yang berlokasi di Tanjung
Balai Karimun (Tipe A), Batam (tipe B),Tanjung Priok (Tipe B), dan
Pantoloan (Tipe B).
139
b. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang
Balai Pengujian dan Identifikasi Barang adalah Unit Pelaksana
Teknis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di bidang pengujian dan
identifikasi barang yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Balai Pengujian dan
Identifikasi Barang secara teknis fungsional dibina oleh Direktur Teknis
Kepabeanan.
Balai Pengujian dan Identifikasi Barang menurut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 449/KMK.01/2001 mempunyai tugas melaksanakan
pengujian laboratoris dan identifikasi barang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kepala Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Tipe A adalah
jabatan eselon III a sedangkan Kepala Balai Pengujian Tipe B adalah
eselon III b. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
449/KMK.01/2001, terdapat 3 (tiga) Balai Pengujian dan Identifikasi
Barang yang berlokasi di Jakarta (Tipe A), Medan dan Surabaya (Tipe
B).
c. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (Balai Diklat) adalah Unit
Pelaksana Teknis Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan menurut Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.01/2009 mempunyai tugas
melaksanakan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penataran
keuangan negara.
Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan adalah jabatan
eselon III a. Saat ini terdapat 11 (sebelas) Balai Diklat yang berlokasi di
Medan, Pekanbaru, Palembang, Yogyakarta, Malang, Denpasar,
Pontianak, Balikpapan, Makassar, Cimahi, dan Manado.
140
B.2. Tata Kerja
Semua unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan dalam
melaksanakan tugasnya selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang
menyangkut tugas atau fungsi lebih dari satu pendekatan dari beberapa
fungsi atau multi fungsional. Artinya bahwa setiap permasalahan
pelaksanaan tugas harus dipandang dari berbagai fungsi yang terlibat di
dalamnya, ini berarti bahwa setiap pelaksanaan sebagian tugas umum
pemerintah dan pembangunan di bidang keuangan harus
mengikutsertakan berbagai unit organisasi yang terlibat di dalamnya, oleh
sebab itu perlu adanya tata kerja.
Tata kerja adalah cara-cara pelaksanaan kerja yang seefisien mungkin
atas suatu tugas dengan mengikat segi-segi tujuan, peralatan, fasilitas,
tenaga kerja, waktu, ruang, dan biaya yang tersedia (LAN, 1997).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 kemudian diubah
menjadi Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 yang lebih lanjut diatur
dengan Keputusan Menteri Keuangan dalam setiap pembentukan masing-
masing unit organisasi, tata kerja bagi semua unit organisasi di lingkungan
Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan
Kementerian, maupun dalam hubungan antara Kementerian/Instansi untuk
kesatuan gerak yang serasi sesuai dengan tugas pokoknya masing-
masing.
Untuk hal tersebut, setiap pimpinan unit organisasi wajib mengawasi
pelaksanaan tugas bawahannya dan apabila terjadi penyimpangan agar
mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena itu, bagi setiap pimpinan unit organisasi diberi tanggung
jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan
bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
Selanjutnya setiap pimpinan unit organisasi wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk, bertanggungjawab kepada atasannya masing-masing dan
menyampaikan laporan pada waktunya. Dari setiap laporan yang diterima
oleh pimpinan satuan unit organisasi yang lebih tinggi, wajib diolah dan
141
dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan
memberikan petunjuk bagi bawahan.
Dalam menyampaikan laporan, tembusan laporan wajib disampaikan
juga kepada pimpinan unit organisasi lain yang secara fungsional
mempunyai hubungan kerja.
B.3. Pola Nomenklatur dan Titelatur
a. Kantor Pusat
Tabel 2
Pola Nomenklatur dan Titelatur Jabatan Kantor Pusat
Tingkat
Eselon
Nomenklatur Titelatur
I
II
III
IV
Sekretariat Jenderal
Biro
Bagian
Sub bagian
Sekretaris Jenderal
Kepala Biro
Kepala Bagian
Kepala Sub bagian
I
II
II
III
IV
Inspektorat Jenderal
Sekretariat Inspektorat Jenderal
Inspektorat
Bagian
Sub Bagian
Inspektur Jenderal
Sekretaris Inspektorat Jenderal
Inspektur
Kepala Bagian
Kepala Sub Bagian
I
II
II
III
III
IV
IV
Direktorat Jenderal
Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat
Bagian
Subdirektorat
Subbagian
Seksi
Direktur Jenderal
Sekretaris Direktorat Jenderal
Direktur
Kepala Bagian
Kepala Subdirektorat
Kepala Subbagian
Kepala Seksi
142
I
II
II
II
III
III
IV
IV
Badan
Sekretariat Badan
Biro
Pusat
Bagian
Bidang
Subbagian
Subbidang
a. Kepala Badan
b. Ketua Badan (BAPEPAM-LK)
Sekretaris Badan
Kepala Biro:
a. BAPEPAM-LK
b. Setjen
Kepala Pusat
a. BPPK
b. BKF
b. Pusat Sistem Informasi dan
Teknologi Keuangan
c. Pusat Pembinaan Akuntan
dan Jasa Penilai
d. Pusat Analisis dan
Harmonisasi Kebijakan
e. Pusat Layanan Pengadaan
Secara Elektronik;
f. Pusat Kepatuhan Internal
Kepabeanan dan Cukai.
Kepala Bagian:
- BAPEPAM-LK
Kepala Bidang:
- BPPK, BKF
Kepala Subbagian:
- BAPEPAM-LK
Kepala Subbidang
- BPPK, BKF
143
b. Kantor Instansi Vertikal
Tabel 3
Pola Nomenklatur dan Titelatur Jabatan Kantor Instansi Vertikal
Tingkat
Eselon
Nomenklatur Titelatur
II
III
III
IV
IV
III
Kantor wilayah
Bagian
Bidang
Subbagian
Seksi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Kepala Kantor Wilayah
Kepala Bagian
Kepala Bidang
Kepala Subbagian
Kepala Seksi
Kepala KPP
III Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai Tipe
A1, A2, A3;
Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara
(KPPN);
Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL)
Kepala KPPBC
Kepala KPPN
Kepala KPKNL
IV Kantor Pelayanan, Penyuluhan,
dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP)
Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea Tipe B
Kantor Pelayanan, Penyuluhan,
dan Konsultasi Perpajakan
Subbagian
Seksi
Kepala KP2KP
Kepala KPPBC
Kepala KP2KP
Kepala Subbagian
Kepala Seksi
144
c. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Tabel 4
Pola Nomenklatur dan Titelatur Jabatan Unit pelaksana Teknis
Tingkat
Eselon
Nomenklatur Titelatur
III
IV
IV
1. Di lingkungan DJBC
- Pangkalan Sarana Operasi
Bea dan Cukai Tipe A dan
B
- Balai Pengujian dan
identifikasi Barang, Tipe A
dan B
- Subbagian
- Seksi
Kepala Pangkalan
Sarana Operasi Bea
dan Cukai
Kepala Balai Pengujian
dan Identifikasi Barang
Kelapa Subbagian
Kepala Seksi
III
IV
IV
2. Di lingkungan BPPK
Balai Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan (Balai Diklat)
Subbagian
Seksi
Kepala Balai Diklat
Kepala Subbagian
Kepala Seksi
B.4. Telaah Organisasi Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan merupakan salah satu Kementerian Negara yang
organisasinya terdiri dari Sekretariat Jenderal, 10 Direktorat Jenderal,
Inspektorat Jenderal, 3 Badan, 5 Pusat serta 5 Staf Ahli. Unit-unit
dilingkungan organisasi tersebut mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda-
beda tetapi merupakan satu kesatuan dalam wadah unit organisasi
Kementerian Keuangan. Kondisi ini dikarenakan organisasi Kementerian
Keuangan merupakan holding company type department yang sangat sensitif
dengan dinamika perubahan lingkungan. Oleh karena itu, organisasi
Kementerian Keuangan sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,
sehingga diperlukan penataan organisasi yang berkelanjutan.
145
Penataan organisasi Kementerian Keuangan harus dilakukan secara
komprehensif dan tidak dimaksudkan untuk tujuan parsial dari salah satu unit
organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan, namun ditujukan untuk
tujuan Kementerian Keuangan secara menyeluruh. Penataan organisasi tidak
sama sekali dimaksudkan untuk kepentingan unit organisasi masing-masing,
tetapi lebih mengutamakan kepentingan seluruh organisasi Kementerian
Keuangan. Selain itu, penataan organisasi dimaksudkan untuk mengantisipasi
kebutuhan jangka panjang dan tidak bersifat temporer.
Sehubungan dengan hal tersebut, telaah yang terkait dengan organisasi
Kementerian Keuangan adalah:
1. Berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
Pasal 11, saat ini sedang disusun Peraturan Presiden mengenai tugas,
fungsi dan susunan organisasi Kementerian sebagai tindak lanjut UU
dimaksud. Dengan disusunnya Peraturan Presiden ini maka susunan
organisasi Kementerian akan disesuaikan.dengan pola yang berlaku.
2. Meskipun pengangkatan Menteri dan Wakil Menteri merupakan
kewenangan Presiden (UUD 1945 perubahan Pasal 17; UU 39 Tahun
2008 Pasal 22), dengan mempertimbangkan bahwa organisasi
Kementerian Keuangan susunan organisasinya besar yang meliputi tingkat
Pusat dan instansi vertikal yang merupakan pelaksana tugas pokok
Kementerian Keuangan, maka dengan merujuk pada Pasal 10 UU Nomor
39 Tahun 2008 bahwa ... dalam hal terdapat beban kerja yang
membutuhkan penanganan secara khusus, Presiden dapat mengangkat
wakil Menteri pada Kementerian tertentu, maka di lingkungan
Kementerian Keuangan seyogyanya ada jabatan Wakil Menteri Keuangan.
3. Reformasi birokrasi di bidang kelembagaan dilaksanakan diseluruh unit
eselon I Kementerian Keuangan melalui penataan organisasi yang antara
lain dengan melakukan penajaman tugas dan fungsi, pengalihan tugas
yang kurang tepat, dan menyeimbangkan beban kerja dengan pendekatan
fungsi-fungsi yang dilaksanakan.
4. Asas perubahan/penambahan jabatan struktural dilaksanakan dengan
mempertimbangkan aspek yuridis sebagai landasan hukum untuk
melakukan perubahan organisasi dan terkait dengan pelaksanaan tugas
pokok. Aspek lain yang dipertimbangkan adalah kebijakan pemerintah
146
yang implikasinya memerlukan perubahan struktur, tugas dan fungsi yang
berlaku. Disamping itu pertimbangan adanya perubahan visi dan misi, yang
merupakan pengembangan strategi yang dilakukan oleh pimpinan
Kementerian dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan. Adanya pertimbangan perubahan wilayah kerja, penambahan
beban kerja yang potensial juga merupakan dasar pertimbangan.
5. Secara umum telaah penataan organisasi Kementerian Keuangan adalah:
1) Secara garis besar jumlah unit eselon II di Sekretariat Jenderal,
Direktorat Jenderal, Badan-Badan, Inspektorat Jenderal sudah jumlah
maksimal yang dimungkinkan berdasarkan Perpres 9 Tahun 2005,
sebagaimana diubah dengan Perpres 47 Tahun 2009, yaitu:
Sekretariat Jenderal terdiri dari paling banyak 5 (lima) Biro, masing-
masing Biro terdiri dari paling banyak 4 (empat) Bagian, dan masing-
masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Inspektorat Jenderal terdiri atas:
Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri dari paling banyak 4 (empat)
Bagian dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 2 (dua)
Subbagian.
Inspektorat paling banyak 5 (lima), masing-masing Inspektorat terdiri
dari Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
Direktorat Jenderal terdiri dari:
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari paling banyak 4 (empat)
Bagian dan masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian.
Direktorat paling banyak 5 (lima), masing-masing Direktorat terdiri dari
paling banyak 5 (lima) Subdirektorat dan Subbagian Tata Usaha, dan
masing-masing Subdirektorat terdiri dari paling banyak 2 (dua) Seksi.
Khusus Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari paling banyak 12 (dua
belas) Direktorat.
Badan terdiri dari:
Sekretariat Badan terdiri dari paling banyak 5 (lima) Bagian dan
masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 4 (empat) Subbagian.
Pusat paling banyak 7 (tujuh), dan masing-masing Pusat terdiri dari
Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri dari paling banyak
147
5 (lima) Bidang dan masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 4
(empat) Subbidang.
Khusus Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan terdiri
dari paling banyak 12 (dua belas) Biro, masing-masing Biro terdiri
paling banyak 5 (lima) Bagian dan masing-masing Bagian terdiri dari
paling banyak 4 (empat) Subbagian.
Pola rentang kendali organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan
tersebut merupakan pola khusus dan tidak berlaku untuk Kementerian
lain.
2) Saat ini di lingkungan Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Pajak,
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pada Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan, terdapat jabatan setingkat eselon II b
yaitu Tenaga Pengkaji yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada eselon I masing-masing. Pola jabatan ini tidak ada dalam
Perpres 9 Tahun 2005 sebagaimana diubah dengan Perpres 47 Tahun
2009 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian
3) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.01/2007
Pusat Investasi Pemerintah (PIP) berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Pembinaan teknis
dilakukan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dan secara
administratif dilakukan oleh Sekretaris Jenderal. Pola nomenklatur
Divisi dan Satuan Pemeriksaan Intern pada PIP, untuk organisasi
dilingkungan Kementerian tidak dikenal. Karena itu perlu penataan
berdasarkan pola pengelolaan Badan Layanan Umum yang diatur
secara khusus dan terpisah dari susunan organisasi Kementerian.
4) Sekretariat Pengadilan Pajak, ke depan organisasinya berada dibawah
Mahkamah Agung sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan peraturan perundang-
undangan lain yang terkait dengan lembaga peradilan. Dengan
5) Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai, berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009 berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan yang karena sifat
tugasnya secara teknis operasional dan administratif bertanggung
148
jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Kedudukan dalam pola
ini tidak sejalan dengan unit yang sejenis yang berada di dilingkungan
Direktorat Jenderal Pajak dan pada Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan.
6) Kelembagaan Sekolah Tinggi Akuntasi Negara agar diperjelas, selaras
dengan UU Pendidikan Nasional dan peraturan perundang-undangan
lain yang terkait dengan pendidikan. Dengan demikian menjadi alas hak
dan kewenangan bagi pejabat yang melaksanakan tugas di Sekolah
Tinggi Akuntasi Negara. Saat ini berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 pasal 2220 dinyatakan bahwa
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang telah ada pada saat berlakunya
peraturan ini tetap berlaku sebelum diubah atau disesuaikan dengan
yang baru berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal ini seyogyanya dirumuskan lebih tegas agar Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara mempunyai dasar hukum yang mengikat.
Untuk melaksanakan reformasi birokrasi tidak akan terlepas dengan
dukungan, kerjasama dan partisipasi semua unsur dalam masyarakat sebagai
tiang penyangga pemerintahan yang baik (good governance).
C. Latihan 6
Jawablah soal-soal di bawah ini, kemudian cocokkan kembali dengan
materi Kegiatan Belajar 5!
1. Selain kantor operasional yang berada di bawah Kantor Wilayah,
Kementerian Keuangan mempunyai juga kantor-kantor operasional lain
yang tidak berada di bawah Kanwil. Sebutkan!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Unit Pelaksana Teknis!
3. Apakah tugas Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan?
4. Kepada siapa Kepala Balai Diklat bertanggung jawab?
5. Sebutkan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
beserta tugas masing-masing UPT!
149
D. Rangkuman
Unit Pelaksana Teknis merupakan pelaksana tugas-tugas teknis
penunjang Direktorat Jenderal atau pun Badan yang dibentuk sesuai
kebutuhan. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Keuangan
adalah Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan sebagai UPT Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan. Selain itu ada pula Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai
serta Balai Pengujian dan Identifikasi Barang sebagai UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang juga berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
E. Tes Formatif 6
Kerjakan soal-soal berikut dengan memilih jawaban yang paling tepat!
1. Yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan adalah...
a. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)
b. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
c. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
d. Balai Program Diploma Keuangan
2. Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai secara teknis fungsional dibina
oleh...
a. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
b. Direktur Pencegahan dan Penyidikan
c. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Bea dan Cukai
d. Sekretaris Ditjen Bea dan Cukai
3. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, sebagai Unit Pelaksana Teknis
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan bertanggung jawab kepada...
a. Menteri Keuangan
b. Ketua Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
c. Kepala Kantor Wilayah Badan
d. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
150
4. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Keuangan, terdiri atas:
a. Pangkalan Sarana Kapal Bea dan Cukai
b. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang
c. Balai Pendidikan dan Program Diploma Keuangan
d. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
5. Unit Pelayanan Terpadu dibentuk sebagai pelaksana tugas teknis
penunjang Direktorat Jenderal/ Badan. Di bawah ini merupakan Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Keuangan, kecuali...
a. Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai
b. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
c. Kantor Pelayanan Pajak
d. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang
6. Di bawah ini adalah susunan organisai Balai Diklat Keuangan, kecuali
a. Subbagian Umum
b. Seksi Penyelenggaraan
c. Seksi Evaluasi dan Informasi
d. Seksi Perencanaan Diklat
7. Tipologi dan eselonisasi Balai Pengujian dan Identifikasi Barang adalah
a. Tipe A jabatan eselon III; Tipe B .eselon IV
b. Tipe A jabatan eselon II; Tipe B eselon III
c. Tidak ada tipe eselon III
d. Tipe A eselon III a; Tipe B eselon III b
8. Manakah yang merupakan tugas dari Pangkalan Sarana Operasi Bea dan
Cukai?
a. melaksanakan pengelolaan dan pengoperasian sarana operasi Bea
dan Cukai dalam rangka menunjang patroli dan operasi pencegahan
dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai
b. melakukan pelayanan pengiriman dan penerimaan berita serta
pemantauan hubungan antarstasiun radio
c. melakukan pemeliharaan dan perawatan sarana operasi dan sarana
penunjang
d. melaksanakan penyusunan, pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan
laporan pelaksanaan, program perawatan sarana operasi dan
pelaksanaan administrasinya
151
F. Kunci Jawaban Tes Formatif 6
1. B
2. B
3. D
4. B
5. C
6. D
7. D
8. A
152
TES SUMATIF
Pilih salah satu jawaban yang paling benar!
1. Mempromosikan semangat tim akan memberikan rasa kesatuan pada
organisasi. Prinsip ini adalah merupakan prinsip .....
a. Pembagian kerja
b. Kesatuan komando
c. Kesatuan dalam pengarahan
d. Semangat korps
2. Sesuai asas pembagian tugas, tugas-tugas pemerintah perlu dibagi habis ke
dalam tugas-tugas Kementerian, lembaga non Kementerian, dan aparatur
pemerintah lainya sehingga,
a. dapat dijamin selalu adanya instansi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan tugas pemerintah
b. dapat dijamin selalu adanya koordinasi sesuai fungsionalisasi
c. dapat dijamin alokasi dana sesuai tugasnya
d. menjadi jelas mana tugas pemerintah dan mana tugas lembaga non
Kementerian.
3. Prinsip organisasi yang menyatakan bahwa setiap karyawan/pegawai perlu
menghormati peraturan yang mengatur organisasi, adalah merupakan asas
.
a. Kesatuan komando
b. Wewenang dan tanggung jawab
c. Disiplin
d. Hierarki
4. Garis wewenang dalam organisasi sering digambarkan dalam bentuk kotak-
kotak pada bagan organisasi, berjalan menurut peringkat dari manajemen
puncak ke tingkat paling bawah di dalam organisasi. Prinsip organisasi ini
adalah prinsip .
a. Susunan (Order)
b. Hirarki (Scalar chain)
c. Sentralisasi (Centralization)
d. Kesatuan Komando (Unity of Command)
153
5. Kementerian sebagai bagian pemerintah negara berkedudukan .
a. sebagai perumus dan pelaksana Pemerintah Pusat
b. membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum
pemerintah dan pembangunan
c. melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas
Kementerian
d. merupakan unsur pelaksana pemerintah
6. Sekretariat Jenderal adalah jabatan setingkat dengan jabatan...
a. Direktur
b. Kepala Biro
c. Kepala Badan
d. Kepala Pusat
7. Organisasi di mana pemimpin tertinggi melimpahkan wewenangnya kepada
unit struktural yang memimpin kelompok jabatan fungsional, dikenal sebagai
bentuk organisasi...
a. Lini
b. Lini dan staf
c. Fungsional
d. Lini dan fungsional
8. Unit organisasi yang mempunyai tugas melaksanakan fungsi pengawasan
fungsional di dilingkungan Kementerian adalah...
a. Sekretariat Jenderal
b. Staf Ahli Menteri
c. Badan dan/atau Pusat
d. Inspektorat Jenderal
9. Di lingkungan Kementerian yang kewenangannya tidak diserahkan kepada
daerah, perangkatnya di daerah adalah...
a. Instansi vertikal
b. Dinas daerah
c. Kepala Daerah
d. Kepala Wilayah
154
10. Koordinasi yang dilakukan oleh seorang pejabat dalam suatu instansi
pemerintah terhadap pejabat (pegawai) instansi bawahannya, disebut
koordinasi...
a. Vertikal
b. Fungsional
c. Fungsional Horizontal
d. Fungsional diagonal
11. Manfaat/tujuan pengembangan jabatan fungsional dalam suatu organisasi
adalah...
a. efisiensi dalam pelaksanaan tugas
b. mengurangi kecenderungan bertambahnya jabatan struktural
c. memperjelas pembinaan pegawai
d. jawaban a, b, dan c benar
12. Unit organisasi di lingkungan Kementerian yang melaksanakan tugas-tugas
teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang disebut...
a. instansi vertikal
b. pusat
c. unit pelaksana teknis
d. staf ahli
13. Untuk mencapai sukses dalam mencapai suatu sasaran atau tujuan
organisasi, maka organisasi tersebut harus memiliki...
a. Rencana strategis, Struktur Organisasi, & Manajemen yang profesional
b. Manajemen profesional, rencana strategis, struktur organisasi, dan
budaya organisasi
c. Struktur Organisasi, rencana strategis, dan budaya organisasi
d. Budaya organisasi, manajemen profesional, dan rencana strategis.
14. Struktur organisasi yang datar, menggunakan tim lintas hierarki dan
fungsional, formalisasi rendah, jaringan komunikasi yang menyeluruh, dan
bergantung pada pengambilan keputusan partisipatif adalah merupakan ciri
dari organisasi...
a. Mekanistik
b. Birokratik
c. Virtual
d. Organik
155
15. Tantangan manajemen modern saat ini adalah...
a. Perlunya kekuasaan, jaringan yang luas, etika, dan pelatihan
b. Perlu visi, keterampilan tehnis, pelatihan, dan keberagaman budaya
c. Perlu visi, etika, keberagaman budaya, dan pelatihan
d. Perlu etika, visi, kekuasaan, dan keterampilan tehnis
16. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi
oleh Bursa Efek, Lembagai Kliring dan Penjaminan merupakan salah satu
fungsi dari
a. Badan Kebijakan Fiskal
b. Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan
c. Ditjen Pengelolaan Utang
d. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan.
17. Direktorat Penyusunan Asumsi Makro merupakan salah satu Direktorat pada
unit
a. Ditjen Perbendaharaan
b. Badan Kebijakan Fiskal
c. Ditjen Anggaran
d. Ditjen Pajak.
18. Melaksanakan pembinaan, pelaksanaan, pengkoordinasian dan pelayanan
serta pengembangan sistem informasi dan teknologi keuangan , merupakan
tugas dari
a. Bapeksta Keuangan
b. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
c. Badan Informasi dan Teknologi Keuangan
d. Badan Akuntansi Keuangan Negara.
19. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpajakan merupakan salah satu
organisasi yang berada dalam lingkungan
a. Direktorat Jenderal Pajak
b. Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan
c. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
d. Badan Kebijakan Fiskal
156
20. Pengadministrasian, pembinaan, dan penilaian jabatan fungsional pranata
komputer merupakan salah satu fungsi dari unit organisasi dalam
lingkungan
a. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
b. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai
c. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
d. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
21. Direktorat Pengelolaan Kas Negara merupakan salah satu Direktorat pada
unit
a. Ditjen Anggaran
b. Ditjen Perbendaharaan
c. Ditjen Pengelolaan Utang
d. Ditjen Kekayaan Negara
22. Unit di bawah ini merupakan unit yang berada dalam lingkungan Ditjen
Pengelolaan Utang, kecuali...
a. Direktorat Lelang Negara Perbankan
b. Direktorat Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
c. Direktorat Surat Berharga Negara
d. Direktorat Portofolio dan Risiko Utang.
23. Staf Ahli Menteri Keuangan berkedudukan di bawah...
a. Koordinator Staf Ahli
b. Sekretariat Jenderal
c. Menteri Keuangan
d. Badan Kebijakan Fiskal
24. Inspektorat Bidang III bertugas mengawasi unit pada bidang...
a. Pajak serta Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
b. Pajak dan Kebijakan Fiskal
c. Pajak serta Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
d. Pabean dan Cukai serta Pengawasan
25. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan berada di bawah...
a. Ditjen Anggaran
b. Badan Kebijakan Fiskal
c. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
d. Ditjen Perbendaharaan
157
26. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dibagi dalam tipe
a. Tipe A dan Tipe B
b. Tipe A, Tipe A khusus, Tipe B dan Tipe C
c. Tipe A sampai dengan Tipe D
d. Tidak ada tipe
27. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dibagi dalam tipe...
a. Tipe A1, A1 Khusus, dan Tipe A2
b. Tipe A, Tipe A1 khusus, Tipe B
c. Tipe A sampai dengan Tipe D
d. Tidak ada tipe
28. Pembina Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai secara teknis fungsional
ialah
a. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
b. Direktur Pencegahan dan Penyidikan
c. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Bea dan Cukai
d. Sekretaris Ditjen Bea dan Cukai
29. Pembinaan terhadap Penilai, Usaha Jasa Lelang, dan Profesi Pejabat
Lelang adalah fungsi dari
a. Kantor Wilayah Ditjen Kekayaan Negara
b. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
c. Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
d. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai
30. Kantor Pelayanan Pajak Pratama diklasifikasikan dalam tipe...
a. Tipe A dan Tipe B
b. Tipe A sampai dengan Tipe C
c. Tipe A sampai dengan Tipe D
d. Tidak ada klasifikasi tipe
31. Manakah yang merupakan tugas dari Perwakilan Kementerian Keuangan?
a. memberikan pembinaan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal di
daerah
b. melakukan koordinasi atas semua unsur pelaksana Kementerian
Keuangan di daerah
c. membimbing dan memberikan pengarahan kepada Kantor Operasional
Kementerian Keuangan di daerah
158
d. memeriksa dan mengawasi semua unsur pelaksana Kementerian
Keuangan di daerah
32. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara adalah unit organisasi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
a. Direktur Jenderal Kekayaan Negara
b. Ketua Panitia Kekayaan Negara
c. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
d. Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Kekayaan Negara
33. Kantor operasional di bawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai adalah
a. Kantor Inspeksi Bea dan Cukai
b. Kantor Cabang Inspeksi Bea dan Cukai
c. Kantor Pemeriksaan Bea dan Cukai
d. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
34. Kementerian yang bertipe holding company adalah
a. Kementerian yang masing-masing Direktorat Jenderalnya melakukan
tugas dan fungsi yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya
b. Kementerian yang masing-masing Direktorat Jenderalnya mempunyai
Kantor Wilayah Kementerian di daerah
c. Kementerian yang masing-masing Direktorat Jenderalnya melakukan
tugas dan fungsi dengan ruang lingkup dan sifat yang sejenis
d. Kementerian yang masing-masing Direktorat Jenderalnya melakukan
tugas mempunyai perwakilan di daerah
35. Direktorat Jenderal Pajak memberikan wewenang kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar dan KPP Madya untuk
menyelenggarakan fungsi
a. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya
b. Penatausahaan piutang pajak, penagihan restitusi, dan kompensasi Pajak
Bumi dan Bangunan
c. Penyusunan program dan melakukan pemeriksaan serta penyusunan
laporan hasil pemeriksaan wajib pajak
d. Pengurusan administrasi penatausahaan serta kompilasi piutang negara
159
36. KPKNL adalah unit organsiasi setingkat
a. eselon II a
b. eselon III a
c. eselon III b
d. eselon IV a
37. Instansi vertikal yang tidak dihapus dalam reorganisasi Kementerian
Keuangan adalah
a. Kantor Akuntansi Khusus
b. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
c. Kantor Data dan Informasi Keuangan Regional
d. Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara
38. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
adalah
a. Sekolah Tinggi Akuntansi Keuangan Negara (STAN);
b. Balai Diklat Keuangan
c. Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM
d. Balai Program Diploma Keuangan
39. Instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak terdiri atas
a. Kantor Pelayanan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
b. Kantor Pemeriksaan PBB
c. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Kosultasi Perpajakan
d. Kantor Inspeksi Pajak
40. UPT di lingkungan Kementerian Keuangan antara lain:
a. Kantor Pelayanan Pajak
b. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
c. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang
d. Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai
41. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan tugasnya
bertanggung jawab kepada...
a. Kantor Wilayah Ditjen Pajak
b. Kantor Pelayanan Pajak Madya
c. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
d. Direktur Jenderal Pajak
160
42. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada
a. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
b. Direktur Teknis Kepabeanan
c. Direktur Pencegahan dan Penyidikan
d. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Bea dan Cukai
43. Pembinaan teknis sistem akuntansi adalah fungsi dari
a. Ditjen Perbendaharaan
b. Direktorat Informasi dan Akuntansi
c. Kanwil Ditjen Perbendaharaan
d. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
44. Pembagian tipe dalam Pangkalan Saranan Operasi Bea dan Cukai adalah...
a. Tipe A dan B
b. Tipe A, B dan C
c. Tipe A, B, C, dan D
d. Tidak ada pembagian tipe
45. Pembagian tipe dalam Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan adalah...
a. Tipe A dan B
b. Tipe A, B dan C
c. Tipe A, B, C, dan D
d. Tidak ada pembagian tipe
161
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF
1. D
2. A
3. C
4. B
5. B
6. C
7. C
8. D
9. A
10. A
11. D
12. C
13. B
14. D
15. C
16. B
17. C
18. B
19. C
20. D
21. B
22. A
23. C
24. C
25. D
26. A
27. A
28. B
29. A
30. D
31. B
32. C
33. D
34. A
35. A
36. A
37. B
38. B
39. C
40. C
41. C
42. A
43. C
44. A
45. D
162
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Bandingkan hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Sumatif. Hitung
jumlah jawaban Anda dengan benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui Tingkat Penguasaan (TP) Anda terhadap materi Modul ini.
TP Kategori
90 % - 100% Baik sekali
80% - 89% Baik
70 % - 79% Cukup
0 % - 69% Kurang
Bila TP Anda mencapai 81% ke atas, berarti Anda telah menguasai modul ini
dengan baik. Namun, Apabila TP Saudara belum mencapai 81%, Anda perlu
mengulang modul ini, terutama pada bagian yang belum dikuasai.
163
DAFTAR PUSTAKA
Appleby, Robert C. Modern Business Administration. London: Pitman Press,
1969.
Atmosudirdjo, Prof. Dr. Mr. Prajudi. Dasar-dasar Office Management. Jakarta:
Djambatan, 1973.
Dubrin, Andrew J. Essentials of Management. Ohio: South-Western Pulishing
Co., 1990
Gibson, James L., et al. Organization: Behavior, Structure, Processes. Illinois:
Richard D. Irwin, 1991.
Griffin, Ricky W., and Ronald J. Ebert. Business. New Jersey: Prentice Hall,
1999.
Jones, Gareth R. Organizational Theory. New York: Addison, 1999.
Kotter, John P., and James L. Haskett. Corporate Culture. New York: The Free
Press, 1992.
Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. Organizational Behavior. New York:
McGraw-Hill, 2007.
Moeljono, Dr. Djokosantoso. Good Corporate Culture. Jakarta: PT Gramedia,
2005.
Peters, Thomas J., and Robert H. Waterman, Jr. In Search of Excellence. New
York: Harper & Row, 1984.
Robbins, Stephen P. Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall, 2003.
Robbins, Stephen P. and Mary Coulter. Management. New Jersey: Prentice Hall,
2002.
Sri Mulyani Indrawati, Orasi ilmiah Dies Natalis ke 63 PTIK , 2009
Stoner, James A.F., et al. Management. New Jersey: Prentice Hall, 1996.
Terry PhD, George R. Principles of Management. Illinois: Richard D. Irwin, 1968.
Dr. Wibowo, S.E., M.Phil. Manajemen Perubahan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada , 2006.
164
Undang-Undang Dasar 1945 (berikut amandemennya).
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI, sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009.
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Kementerian Negara RI, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2006.
Keputusan Presiden RI Nomor 84 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikan di
Lingkungan Kementerian Keuangan tanggal 2 Juli 2001
Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian
sebagaimana telah Beberapa kali kiubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 22 Tahun 2004
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Kementerian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2004
Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden Nomor 84 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan
Kementerian Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi Tata
Kerja Kementerian Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Perarturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
165
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, tanggal 3 Juli 2001.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 449/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Pengujian dan Identifikasi Barang, tanggal 23 Juli 2001.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, tanggal 23 Juli 2001.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana
Strategis Kementerian Keuangan Tahun 20102014, tanggal 29 Januari
2010.
Kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Perampingan Organisasi,
Jakarta, 1997
Kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Visi, Misi, dan Profil
Organsiasi Birokrasi Pemerintah pada Abad ke-21, Jakarta, 1997
Lembaga Administrasi Negara. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia.
Jilid 2. Edisi Ketiga. Toko Gunung Agung: Jakarta, 1997.
166

Anda mungkin juga menyukai