Anda di halaman 1dari 22

AKUNTABILITAS

PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN INSTANSI
PEMERINTAH

Oleh: Syafri Adnan Baharuddin, S.E., Ak., M.B.A
(Auditor Utama Keuangan Negara II BPK RI)

Hotel Grand Sahid, Jakarta, 02 Februari 2012

1. PENGERTIAN (1)
AKUNTABILITAS
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam
bahasa Inggris accountability yang berarti
pertanggunganjawab atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk
diminta pertanggunganjawab.
Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip good
corporate governance berkaitan dengan
pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan
hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang
dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab
mengelola organisasi.

2
1. PENGERTIAN (2)
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA

Pasal 1 UU 15 tahun 2004:
Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan
kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai
dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban.
Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban
Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan
transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
3
2. DASAR HUKUM
a. UUD 1945 Bab VIII tentang Hal Keuangan Pasal 23 dan 23C
dan Bab VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 23E
b. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara
e. UU No. 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
f. PP RI No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
g. Aturan-aturan lain yang mengatur Pertanggungjawaban
Keuangan Negara
4
3. Pertanggungjawaban Keuangan yang
Akuntable (1)

Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara

a. Asas Tahunan
b. Asas Universalitas
c. Asas Kesatuan
d. Asas Spesialitas
e. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil
f. Asas Profesionalitas
g. Asas Proporsionalitas
h. Asasa Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan
negara
i. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa
yang bebas dan mandiri

5
3. Pertanggungjawaban Keuangan
yang Akuntable (2)

Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban
mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sasarannya adalah laporan keuangan yang mencakup
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan
instansi pemerintah. Komponen pembentuk akuntabilitas
keuangan terdiri atas :
1) Integritas Keuangan.
2) Pengungkapan.
3) Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan.

6
3. Pertanggungjawaban Keuangan yang
Akuntable (3)
Dalam pelaksanaan akuntabilitas dalam
lingkungan pemerintah, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip akuntabilitas sebagai berikut :
Harus ada komitmen dari pimpinan dan
seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
Harus merupakan suatu sistem yang dapat
menjamin penggunaan sumber daya secara
konsisten dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
7
4. Pokok-pokok Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Negara (1)

Penjelasan UU No. 17 tahun 2003
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu
dan disusun dengan mengikuti standar
akuntansi pemerintah yang telah diterima
secara umum.

8
4. Pokok-pokok Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Negara (2)
Penjelasan UU No. 17 tahun 2003
Laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan
APBN/APBD disampaikan berupa laporan
keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus
kas dan catatan atas laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah.

9
4. Pokok-pokok Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Negara (3)
Penjelasan UU No. 17 tahun 2003
Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku
pengguna anggaran/pengguna barang
bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan yang ditetapkan dalam
Undang-undang tentang APBN/
Peraturan Daerah tentang APBD, dari
segi manfaat/hasil (outcome).



10
4. Pokok-pokok Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Negara (4)
Penjelasan UU No. 17 tahun 2003
Sedangkan Pimpinan unit organisasi kementerian
negara/lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-undang
tentang APBN, dari segi barang dan/atau jasa yang
disediakan (output).
Sebagai konsekuensinya, dalam undang-undang
diatur sanksi yang berlaku bagi menteri/pimpinan
lembaga serta Pimpinan unit organisasi kementerian
negara/lembaga yang terbukti melakukan
penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah
ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN
sebagai upaya preventif dan represif, serta berfungsi
sebagai jaminan atas ditaatinya Undang-undang.

11
4. Pokok-pokok Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Negara (5)
Penjelasan UU No. 17 tahun 2003
Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku
universal bahwa barang siapa yang diberi
wewenang untuk menerima, menyimpan dan
membayar atau menyerahkan uang, surat
berharga atau barang milik negara
bertanggungjawab secara pribadi atas semua
kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya.
Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan
negara oleh para pengelola keuangan negara
dimaksud merupakan unsur pengendalian intern
yang andal.

12
5. SPI dan Pengawasan Internal (1)
Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah
Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

13
5. SPI dan Pengawasan Internal (2)
Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel,
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan
bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang
berpedoman pada SPIP.
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan
negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
14
5. SPI dan Pengawasan Internal (3)
Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu,
pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik. Pengawasan intern sebagaimana dimaksud dilakukan oleh
aparat pengawasan intern pemerintah melalui:
a. audit;
b. reviu;
c. evaluasi;
d. pemantauan; dan
e. kegiatan pengawasan lainnya.

15
6. Lingkup Pemeriksaan Keuangan
Negara oleh BPK RI (1)

UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Negara
Pasal 2
(1) Pemeriksaan keuangan negara meliputi
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara dan pemeriksaan atas tanggung
jawab keuangan negara.
(2) BPK melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.


16
6. Lingkup Pemeriksaan Keuangan
Negara oleh BPK RI (2)
UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara

Pasal 4
(2) Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas
laporan keuangan.
(3) Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta
pemeriksaan aspek efektivitas.
(4) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah
pemeriksaan yang tidak termasuk dalam
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3).
17
7. Kondisi Pertanggungjawaban
Keuangan pada Kementerian
Perindustrian dalam Opini BPK

Tahun Anggaran Opini
2007 WDP
2008 WTP dengan Paragraf Penjelasan
2009 WTP
2010 WTP
18
8. Hal-hal yang Harus Mendapat
Perhatian Lebih pada Kemenperin (1)

1) Masih ditemukan berbagai kelemahan SPI yang
harus diwaspadai pengaruhnya terhadap
keseluruhan penyajian angka-angka pada Laporan
Keuangan.
2) Perlu adanya regenerasi pengelola keuangan
karena perbedaan usia yang cukup mencolok
antara pegawai senior dan pegawai-pegawai
muda.
3) Perlunya pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
bagi pengelola keuangan karena adanya
pemecahan satker ataupun pembentukan satker
baru untuk meningkatkan kualitas Laporan
Keuangan Satker.


19
8. Hal-hal yang Harus Mendapat
Perhatian Lebih pada Kemenperin (2)
4) Perlunya penempatan sebagian pegawai
yang mengerti dan memahami peraturan-
peraturan pengelolaan keuangan pada
satker-satker baru.
5) Tetap fokus dan berhati-hati pada
penyajian dan pengungkapan akun-akun
yang bernilai material dalam laporan
keuangan seperti aset tetap.

20
9. PENUTUP
Penyusunan dan penyajian laporan
keuangan Kementerian negara/lembaga dalam
rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam
pengelolaan keuangan, termasuk prestasi kerja
yang dicapai atas penggunaan anggaran.
Hal ini merupakan hasil kerjasama yang
sinergi dari semua pihak terkait mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan
evaluasi untuk terus memperbaiki kualitas
laporan keuangan dan mempertahankan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

21

TERIMA KASIH
22

Anda mungkin juga menyukai