Anda di halaman 1dari 5

MACET BUKAN MASALAH BANGSAKU

Hanung Kurniawan
Jurusan Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ) TEGAL
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 17 Kota Tegal
Hanung.kurniawan91@gmail.com
Abstrak
Permasalahan transportasi di Indonesia tumbuh seiring dengan perkembangan
pertumbuhan kendaraan dan bertambahnya mobilitas masyarakat Indonesia yang bergerak
secara dinamis, permasalahan yang belum memiliki solusi yang optimal adalah kemacetan.
Kemacetan menjadi isu Nasional, hampir seluruh Kota-Kota besar di Indonesiaa sudah
mengalami kemacetan di ruas jalan perkotaanya. Penyebab kemacetan yang ada di
Indonesia antara lain disebabkan karena penggunaan mobil pribadi sebagai alat transportasi
sehari-hari dan berkurangnya minat masyarakat untuk menggunakan alat angkutan umum
(BUS) ditambah belum maksimalnya pembangunan jalan. Dalam sebuah penelitian oleh
Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), Bus Rapid Transit (BRT)
atau yang lebih biasa kita sebut angkutan masal lebih efektif 10 kali-lipat dibandingkan
mobil pribadi dalam hal memindahkan orang dalam satuan ruang yang sama. Selain itu
BRT juga dapat menekan produksi pencemaran udar dari kendaraan, dapat menurunkan
resiko kecelakaan dan dapat memerindah suatu Kota.
A. PENDAHULUAN
Kemacetan seringkali dihubungkan dengan volume kendaraan dan kapasitas maupun
lingkungan jalan, volume pertumbuhan kendaraan yang setiap tahunya mengalami
pertumbuhan selalu dibandingkan dengan pertumbuhan pembangunan jalan di indonesia
yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan. Kebutuhan akan transportasi di
Indonesia semakin meningkat, hal ini dikarenakan mobilitas masyarakat yang begitu
banyak dan beragam, oleh karena itu perlunya transportasi yang murah, mudah, selamat
dan ramah lingkungan.
BRT dinilai sebagai solusi yang terbaik karena dilihat dari sisi ekonomi pengadaan BRT
tergolong murah apabila dibandingkan dengan biaya kerugian akibat kemacetan dan
kecelakaan.
Di negara kota Bogota BRT dapat mengangkut sebanyak 1.500.000 penumpang perhari
dengan populasi penduduk 8 juta jiwa, di Cina volume pengguna BRT mencapai 26.000
Penumpang Per Arah Per Jam (ppddp), di Belanda BRT dapat mengangkut 1,6 juta
penumpang/hari dengan populasi 16 juta penduduk, sedangkan di Indonesia pengguna
angkutan masal (BRT) hanya mencapai 500.000 orang.
B. OBJEK KAJIAN
Dalam penelitian ini kami meneliti tentang optimalisasi Bus Rapid Transit (BRT), dan apa
dampak yang ditimbulkan dalam pengadaan Bus Rapid Transit (BRT).
C. KAJIAN PUSTAKA
Kemacetan adalah suatu keadaan dimana kapasitas jalan hampir tidak dapat menampung
volume kendaraan. Kemacetan dapat sangat erat kaitanya dengan kemacean antara lain
Volume (V), Kecepatan (S) dan Kerapatan (D).
Gambar.1 Hubungan antara Volume, Kecepatan dan Kerapatan menurut US-HCM 1994
Namun kemacetan juga dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang tidak berhubungan
dengan volume dan kapasitas antara lain dapat disebabkan karena kecelakaan, longsor yang
menutup jalan, banjir, mogok dan lain sebagainya.
Perubahan paradigma tekait lalu lintas juga memberikan suatu peranan yang signifikan,
paradigma yang berkembang dimasyarakat akan mempengaruhi karakteristik dalam suatu
laulintas. Contoh paradigma negatif untuk menangani kemacetan bagaiman memfasilitasi
penggunaan mobil padahal paradigma yang seharusnya kita kembangkan seperti
bagaimana cara mengurangi penggunaan mobil.
Dalam sebuah penelitian oleh Institute for Transportation and Development Policy (ITDP),
Bus Rapid Transit (BRT) atau yang lebih biasa kita sebut angkutan masal lebih efektif 10
kali-lipat dibandingkan mobil pribadi dalam hal memindahkan orang dalam satuan ruang
yang sama.
D. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang kami lakukan adalah studi literatur, yaitu mengkaji data sekunder
dari berbagai sumber dan diterapkan dengan hasil observasi lapangan.
E. PEMBAHASAN
Pertumbuhan lalu lintas yang sangat cepat mengungdang permasalahan lalu lintas yang
kompleks, permasalahan transportasi perkotaan umumnya meliputi kemacetan lalu lintas,
parkir, angkutan umum, polusi dan masalah ketertiban lalulintas (Munawar, 2004).
Beberapa hal yang dapat digunakan untuk menguraikan kemacetan atara lain dengan
melakukan manajmen rekayasa lalu lintas, manajemen yang sangat erat kaitanya dengan
penguraian kemacetan adalah manajemen kapasitas. Implementasi dari manajemen
kapasitas dapat berupa :
a. Pada prasarana
- Meningkatkan kapasitas pada persimpangan maupun ruas jalan dengan cara
melebarkan ruas jalan
- Menerapkan sistem satu arah
- Larangan parkir pada badan jalan (parking onstreet)
- Larangan berputar dengan cara menerapkan kebijakan dilarang lalu lintas belok
kanan maupun tidak menyediakan fasilitas U-turn
- Kanalisasi berdasarkan waktu sibuk
b. Pada sarana (moda)
- Mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan masal
- Menerapkan sistem ganjil genap
- Menerapkan sistem 4 in 1 atau 3 in 1
Dalam pembahasan selanjutnya akan dibahas secaara komprehensif mengenai dampak
BRT (Bus Rapit Transit) terhadap perubahan suatu tatanan perkotaan.
a. Berkurangnya polusi
Polusi udara dari hasil pembakaran bahan bakar pada kendaraan memiliki dampak
yang tidak bersahabat bagi pengguna jalan, antara lain produksi gas beracun seperti
C (karbon), CO (karbon monoksida), NO2 (natrium dioksida), dll
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah bahwa produksi karbon (C)
dalam 1 liter Bensin maka akakan menghasilkan 5 liter gas karbon (C). Jika BRT
dapat diterpakan maka secara langsung akan mengurangi produksi gas-gaas
berbahaya tersebut.
b. Menurunkan kecelakaan
Kecelakaan dianalogikan bebanding lurus dengan banyaknya perjalanan lalu lintas,
apabila BRT dapat dioptimalkan maka secara langsung akan mengurangi
banyaknya gerak kendalaan di jalan dan secara otomatis akan menurunkan
kecelakaan.
Gambar 2. Hubungan Antara Perjalanan Dengan Resiko Kecelakaan
c. Membuat kota lebih bersahabat dengan masyarakat
Pembangunan jalan yang diprediksi dapat menguraikan kemacetan ternyata bukan
satu-satunya solusi untuk mengurangi kemacetan di jalan. Dengan cara membatasi
suang gerak dari kendaraan pribadi ternyata dapat mengalihkan pengguna mobil
pribadi menjadi pengguna Bus, walaupun cara ini terkesan memaksa namun
terbukti berhasil. Contohnya di Cheong gye cheon- Seoul, dimana jalan layang
sejauh 6 Kilometer dirobohkan dan ditata menjadi sebuah sungai dan jalan khusus
BRT.
Gambar 3. Kondisi Jalan Di Seoul Sebelum dan Sesudah Ditata
F. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
- BRT dapat mengurangi polusi udara di kawasan perkotaan karena mengurangi
produksi pembakaran bahan bakar.
- BRT dapat menurunkan potensi kecelakaan karena mengurangi banyaknya
perjalanan.
- BRT dapat mengubah kota menjadi lebih sejuk dan nyaman untuk ditinggali.
b. Saran
Kita harus fokus dengan apa tujuan pengangkutan sesungguhnya yaitu
bagaimana caranya memindahkan manusia dalam jumlah yang banyak dengan
optimal, karena kemacetan tidak serta-merta dapat diatasi dengan pembangunan
jalan.
G. DAFTAR PUSTAKA
- Berbagai sumber diklat PKTJ

Anda mungkin juga menyukai