PENDAHULUAN
I.I. LATAR BELAKANG
Anak merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaannya merupakan anugerah
yang harus dijaga, dirawat dan dilindungi. Setiap anak secara kodrati memliliki harkat, martabat dan
hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun. Hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hokum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Oleh karena itu pengakuan dan penghargaan terhadap keberadaan anak dilakukan dengan
memberikan perlindungan terhadap kepentingan anak. Perlindungan terhadap anak merupakan hal
yang penting untuk diwujudkan karena anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus
cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara pada masa depan.
Berkaitan dengan eksistensi anak, Purnianti mengatakan bahwa sesungguhnya pembangunan
anak terdiri dari tiga kegiatan utama, yaitu: pembinaan, pengembangan dan perlindungan. Pembinaan
anak berusaha untuk memberikan anak yang terbaik bagi pertumbuhannya, sedangkan pengembangan
adalah menumbuhkan segala kemampuan dan bakat yang terkandung dalam diri anak. Perlindungan
anak ditujukan pada segala kegiatan untuk menjaga agar anak dapat tumbuh dengan wajar, secara
lahir dan bathin dan bebas dari segala bentuk ancaman, hambatan dan gangguan. Upaya
pemeliharaan, pengasuhan dan perlindungan merupakan suatu hak yang paling asasi yang harus
diterima oleh setiap anak tanpa kecuali.
Upaya perlindungan dan pengakuan terhadap keberadaan anak yang dalam kedudukannya
yang memiliki hak asasi yang sama dengan individu lainnya seringkali mengalami kendala. Hal ini
dikarenakan keberadaan anak sendiri yang rentan dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
pembelaan atas perlakuan yang tidak sesuai dengan kondisinya sebagai anak. Selain itu, sistem nilai
masyarakat maupun budaya kurang mendukung terwujudnya perlindungan terhadap hak anak. Dalam
pandangan masyarakat keseluruhan (dari semua etnis) anak adalah milik keluarga. Patron hubungan
fungsional yang selalu berlangsung adalah anak yang harus menghormati, berbakti dan membalas
budi orang tua dan keluarga. Salah satu manifestasinya adalah kepatuhan anak terhadap orangtua
(orang dewasa) yang memiliki macam-macam kehendak.
Namun tidak sedikit anak yang berperilaku menyimpang melakukan perbuatan-perbuatan
yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hokum. Jenis dan karakteristik perbuatan tersebut tidak
ada bedanya dengan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Penyimpangan tingkah laku
atau perbuatan melanggar hokum yang dilakukan oleh anak-anak, disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain adanya dampak negative perkembangan, pembangunan yang cepat, arus globalisasi di
bidang komunikasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya hidup sebagian
orang tua telah membawa perubahan yang mendasar dalam kehidupan bermasyarakat yang sangat
berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh
kasih sayang, asuhan, bimbingan dalam pengembangan sikap perilaku, penyesuaian dan adaptasi diri
serta pengawasan dari orang tua, wali atau orang tua asuh mudah terseret dalam arus pergaulan
masyarakat yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya.
Perkembangan anak memang tidak terlepas dari perkembangan lingkungan tempat dimana ia
berada. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya keluarga inti, tetapi juga saudara, sekolah, tetangga
maupun teman-teman. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh anak untuk melakukan tindak pidana
tidak sama dengan orang dewasa. Tindak pidana yang dilakukan oleh anak merupakan kenakalan atau
disebut juga delinkuensi. Delikuensi anak memberikan kekhususan bentuk kejahatan dan pelanggaran
yang terdapat dalam diri anak itu sendiri atau faktor lingkungan sosial tempat anak itu berada.
Berbagai bentuk penyimpangan perilaku sosial anak dan akan menjadi obyek delinkuensi anak yang
petensial manakala faktor-faktor penyimpangan tersebut tidak mendapat reaksi dari kepentingan
hokum nasional, khususnya mengenai hukum pidana dan acara pidana. Kasus-kasus pelanggaran
terhadap hak anak masih sering terjadi, dan bahkan cenderung terus meningkat jumlahnya. Hal ini
membuktikan bahwa masih diperlukannya upaya perlindungan yang lebih dari pemerintah dan
masyarakat dalam melindungi hak anak dan berupaya mencegah terjadinya pelanggaran hak anak di
Indonesia.
I.II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah bentuk perlindungan terhadap Hak Anak yang diatur dalam undang-undang
Hak Asasi Manusia dan Perlindungan Anak di Indonesia?
2. Bagaimanakah tanggung jawab pemerintah dalam upaya perlindungan terhadap
Anak?
3. Bagaimanakah Penegakan hukum dan HAM terhadap Anak di Indonesia?
I.III. TUJUAN PENULISAN
Supaya pembaca mengetahui bentuk perlindungan terhadap Hak anak yang diatur dalam
undang-undang Hak Asasi Manusia dan Perlindungan Anak di Indonesia,
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
Mengetahui bentuk perlindungan terhadap Hak anak yang diatur dalam undang-undang Hak
Asasi Manusia dan Perlindungan Anak di Indonesia.
Mengindenfikasi tanggung jawab pemerintah dalam upaya perlindungan terhadap anak serta
Mengetahui Penegakan hukum dan HAM terhadap anak di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam beberapa ketentuan hukum, manusia disebut sebagai anak dengan
pengukuran/batasan usia. Kondisi ini tercermin dari perbedaan batasan usia, menurut
Konvensi Hak Anak (KHA), maupun UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Menurut
KHA definisi anak secara umum adalah manusia yang umurnya belum mencapai 18 tahun.
Dalam implementasi keputusan KHA tersebut, setiap negara diberikan peluang untuk
menentukan berapa usia manusia yang dikategorikan sebagai anak. Dalam KHA (pasal 1)
disebutkan bahwa anak berarti setiap manusia yang berusia di bawah delapan belas tahun
kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai
lebih cepat. Hal yang sama juga dijelaskan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No 23
Tahun 2002, bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan (Yanuar, 2006).
Konversi PBB mengenai Hak Anak pada tahun 1989 mengemukakan hak-hak yang
harus diperhatikan pada anak. Hak-hak yang dimaksud mencakup: hak untuk kelangsungan
hidup, yaitu hak untuk hidup dan memperoleh perlakuan dan perawatan kesehatan yang
mandiri; hak perlindungan yang meliputi perlindungan. atas diskriminasi, perlakuan kasar,
aniaya, dan penyalahgunaan lainnya; hak pengembangan, yaitu mencakup segala jenis
pendidikan formal, non formal, dan hak untuk hidup layak sesuai dengan kebutuhan
pengembangan fisik, mental dan spiritual, moral dan sosial; hak berperan serta yang
mencakup hak anak untuk menyampaikan pandangan pada semua halhal yang berkaitan
dengan diskriminasi hukum, hak untuk didengar secara adil dalam kasus kejahatan dan sistem
yang tersendiri dan terpisah untuk keadilan yang diakibatkan kenakalan, hak kebangsaan,hak
untuk berkumpul kembali dengan keluarga, dan hak perlindungan lainya; serta hak sosial dan
budaya mencakup kesehatan dan pendidikan dan hak-hak lainnya (Edy, 2000).
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungianak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatperlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Dalam pengertian ini tersirat bahwaanak terlindungi dari segala bentuk
kekerasan, perlakuan salah, penelantaran, danveksploitasi (Rahmat, 2007).
Perlindungan anak adalah suatu hasil interaksi karena adanya interalasi
antarafenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, apabila kita
maumengetahui adanya, terjadinya perlindungan anak yang abik atau buruk, tepat atautidak
tepat, maka kita harus memperhatikan fenomena mana yang relevan, yang mempunyai
peran penting dalam terjadinya kegiatan perlindungan anak (Gosita,2004)
Pemenuhan perlindungan hak asasi manusia bagi anak dari hasil perkawinancampuran sa
ngat relevansi sebagai obyek studi kriminologi sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini.
Konsep hak asasi manusia dan hukum asasi manusia bersifat dinamis.Sekalipun serangkaian
hak asasi manusia dasar sudah diakui secara hukum, tidak ada yang bisa menghalangi hak-
hak yang ada untuk ditafsirkan secara lebih luas atauditerimanya hakhak tambahan kapanpun
juga oleh komunitas negara-negara.
Hak-hak Anak Yang Terdapat Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
wajar sesuaidengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dandiskriminasi.
Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengantingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh
orang tuanya sendiri.
Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang
anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau
diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya. Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak
yang menyandang cacatjuga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan
bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan
memberikaninformasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan
tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial,
dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan
sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.
Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan
dan/atau aturanhukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari :
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan
e. pelibatan dalam peperangan.
Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan,
ataupenjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.Penangkapan,
penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan
hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :mendapatkan perlakuan
secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa; memperoleh
bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya
hukum yang berlaku; dan membela diri dan memperoleh keadilan di depan
pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan
dengan hukum berhak dirahasiakan.
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum danbantuan lainnya.
Pelanggaran terhadap hak-hak anak bukan saja terjadi di negara yang sedang terjadi
konflik bersenjata, tapi juga terjadi di negara-negara berkembang bahkan negara-negara
maju. Permasalahan sosial dan masalah anak sebagai akibat dari dinamika pembangunan
ekonomi diantaranya anak jalanan (street shildren), pekerja anak (child labour), perdagangan
anak (child trafficking) dan prostitusi anak (child prostitution).
Berdasarkan kenyataan di atas, PBB mengesahkan Konvensi Hak-hak Anak (Convention
On The Rights of The Child) untuk memberikan perlindungan terhadap anak dan
menegakkan hak-hak anak di seluruh dunia pada tanggal 20 Nopember 1989 dan mulai
mempunyai kekuatan memaksa (entered in to force) pada tanggal 2 September 1990.
Konvensi ini telah diratifikasi oleh semua negara di dunia, kecuali Somalia dan Amerika
Serikat. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak ini dengan Keputusan Presiden
Nomor 36 Tahun 1996.
Konvensi Hak-hak Anak
Terdiri dari 54 pasal yang terbagi dalam 4 bagian, yaitu :
1. Mukadimah, yang berisi konteks Konvensi Hak-hak Anak.
2. Bagian Satu (Pasal 1-41), yang mengatur hak-hak anak.
3. Bagian Dua (Pasal 42-45), yang mengatur masalah pemantauan dan pelaksanaan
Konvensi Hak-hak Anak.
4. Bagian Tiga (Pasal 46-54), yang mengatur masalah pemberlakuan konvensi.
Konvensi Hak-hak Anak mempunyai 2 protokol opsional, yaitu :
1. Protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik
Bersenjata (telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun
2012).
2. Protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak
dan Pornografi Anak (Indonesia telah meratifikasi protokol opsional ini dengan Undang-
undang Nomor 10 Tahun 2012).
Konvensi Hak-hak Anak berisi 8 kluster, yaitu:
1. Kluster I : Langkah-langkah Implementasi
2. Kluster II : Definisi Anak
3. Kluster III : Prinsip-prinsip Hukum KHA
4. Kluster IV : Hak Sipil dan Kebebasan
5. Kluster V : Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
6. Kluster VI : Kesehatan dsn Kesejahteraan Dasar
7. Kluster VII : Pendidikan, Waktu Luang dan Kegiatan Budaya
8. Kluster VIII : Langkah-langkah Perlindungan Khusus
Hak-hak anak menurut Konvensi Hak-hak Anak dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Hak Kelangsungan Hidup, hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak
memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya.
2. Hak Perlindungan, perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, kekerasan dan
keterlantaran.
3. Hak Tumbuh Kembang, hak memperoleh pendidikan dan hak mencapai standar hidup
yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial.
4. Hak Berpartisipasi, hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang
mempengaruhi anak.
Sebagai perwujudan komitmen pemerintah dalam meratifikasi Konvensi Hak-hak
Anak, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak pada tanggal 22 Oktober 2002 yang secara keseluruhan, materi
pokok dalam undang-undang tersebut memuat ketentuan dan prinsip-prinsip Konvensi Hak-
hak Anak. Bahkan sebelum Konvensi Hak-hak Anak disahkan, Pemerintah telah
mengesahkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 telah diperluas pengertian anak, yaitu bukan hanya
seseorang yang berusia dibawah 18 tahun, seperti yang tersebut dalam Konvensi Hak-hak
Anak, tapi termasuk juga anak yang masih dalam kandungan. Begitu juga tentang hak anak,
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 terdapat 31 hak anak.
Setelah meratifikasi Konvensi hak-hak Anak, negara mempunyai konsekuensi :
1. Mensosialisasikan Konvensi Hak-hak Anak kepada anak.
2. Membuat aturan hukum nasional mengenai hak-hak anak.
3. Membuat laporan periodik mengenai implementasi Konvensi Hak-hak Anak setiap 5
tahun.
Peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan Konvensi Hak-hak Anak,
diantaranya;
1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO 138 tentang
Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja;
3. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO 182 tentang
Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk
untuk Anak;
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentan Perlindungan Anak;
6. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
7. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga;
9. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
10. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang;
11. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
12. Keppres Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan
Eksploitasi Seksual Komersial Anak (RAN-PESKA)
BAB III
PEMBAHASAN
Pada dasarnya terdapat dua hak dasar pada manusia yaitu pertama, hak manusia (human
rights) yaitu hak yang melekat pada manusia dan secara asasi ada sejak manusi itu dilahirkan. Ia
berkaitan dengan eksitensi hidup manusia, bersifat tetap dan utama, tidak dapat dicabut, tidak
tergantug dengan ada atau tidaknya orang lain disekitarnya. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki
oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002).4 John Locke menyatakan bahwa HAM adalah
hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
(Mansyur Effendi, 1994).
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita
jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia seutuhnya.5
Konvensi Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Bahasa Inggris: United Nations Convention
on the Rights of the Child) adalah sebuah konvensi internasional yang mengatur hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial, dan kultural anak-anak. Negara-negara yang meratifikasi konvensi internasional ini
terikat untuk menjalankannya sesuai dengan hukum internasional. Pelaksanaan konvensi ini diawasi
oleh Komite Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa yang anggota-anggotanya terdiri dari
berbagai negara di seluruh dunia. Setiap tahun, Komite ini memberikan laporan kepada Komite
Ketiga Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang juga akan mendengar pernyataan ketua
Komite Hak-Hak Anak dan mengadopsi resolusi mengenai Hak-Hak Anak.6 Dalam pasal 1 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia. Hak asasi anak, Konvensi Hak-Hak Anak di Jenewa (Convention On The Right of
The Child):
1) Setiap anak berhak mendapat jaminan perlindungan dan perawatan yang dibutuhkan untuk
kesejahteraan anak.
2) Setiap anak memiliki hak yang merupakan kodrat hidup.
3) Negara menjamin kelangsungan hidup dan pengembangan anak.
4) Bagi anak yang terpisah dari orangtuanya, berhak mempertahankan hubungan pribadi dan kontak
langsung secara tetap.
5) Setiap anak berhak mengembangkan diri, menyatakan pendapatnya secara bebas, kemerdekaan
berpikir dan beragama.
6) Setiap anak berhak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,
perlakuan salah, termasuk penyalahgunaan seksual.
7) Setiap anak berhak mendapat pelayanan kesehatan, perawatan dan pemulihan kesehatan, dengan
sarana yang sebaik-baiknya
8) Setiap anak berhak mendapat pendidikan dasar secara Cuma-cuma, yang dilanjutkan pendidikan
menengah, umum, kejuruan, pendidikan tinggi sesuai sarana dan kemampuan
9) Setiap anak berhak mendapat pemeliharaan, perlindungan atau perawatan kesehatan rohani dan
jasmani secara berkala dan semaksimal mungkin.
10) Setiap anak berhak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam rekreasi yang
sesuai dengan usia anak.
Hak hak anak di atur dalam 15 pasal, terdiri dari:
Pasal 52
(1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara.
(2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi
oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.
Pasal 53
(1) Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan
meningkatkan taraf kehidupannya.
(2) Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
Pasal 54
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan,
dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat
kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pasal 55
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan
tingkat intelektualitas dan usianya di bawah bimbingan orang tua dan atau wali.
Pasal 56
(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri.
(2) Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan memelihara anaknya dengan baik dan
sesuai dengan Undang-undang ini, maka anak tersebut boleh diasuh atau diangkat sebagai anak oleh
orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 57
(1) Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing
kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan pengadilan
apabila kedua orang tua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang sah tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai orang tua.
(3) Orang tua angkat atau wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menjalankan kewajiban
sebagai orang tua yang sesungguhnya.
Pasal 58
(1) Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik
atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang
tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut.
(2) Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk penganiayaan fisik atau
mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual termasuk pemerkosaan, dan atau
pembunuhan terhadap anak yang seharusnya dilindungi, maka harus dikenakan pemberatan hukuman.
Pasal 59
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan dengan
kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah yang menunjukkan bahwa
pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak.
(2) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hak anak untuk tetap bertemu langsung
dan berhubungan pribadi secara tetap dengan orang tuanya tetap dijamin oleh Undang-undang.
Pasal 60
(1) Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.
(2) Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat
intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan
dan kepatutan.
Pasal 61
Setiap anak berhak untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan
berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan dirinya.
Pasal 62
Setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara layak, sesuai
dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya.
Pasal 63
Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan di dalam peristiwa peperangan, sengketa bersenjata,
kerusuhan sosial, dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan.
Pasal 64
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi dan setiap
pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu pendidikan, kesehatan fisik,
moral, kehidupan sosial, dan mental spiritualnya.
Pasal 65
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual,
penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya.
Pasal 66
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan
hukuman yang tidak manusiawi.
(2) Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana
yang masih anak.
(3) Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
(4) Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai dengan hukum
yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir.
(5) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan
dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan
dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya.
(6) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum atau bantuan
lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
(7) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di
depan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum.
Pemerintah indonesia pada tahun 2002 telah mekeluarkan uu no. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, dan sudah sejak tahun 1979 pemerintah telah memberlakukan uu no. 4 tahun 1979
tentang kesejahteraan anak, juga pada tahun 1979 telah memberlakukan tentang uu peradilan anak.
namun demikian masih banyak anggota masyarakat yang belum memahami tentang hukum
kesejahteraan dan perlindungan anak. banyak diantara anggota masyarakat yang belum memahami
hak dan kewajiban anak, kewajiban dan tanggung jawab atas kesejahteraan dan perlindungan anak,
kedudukan anak, penyelenggaraan kesejahteraan dan perlindungan anak, pendidikan anak, tanggung
jawab orang tua dan keluarga terhadap anak dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesejahteraan dan
perlindungan anak. pada hal di dalam pelaksanaan kesejahteraan dan perlindungan anak ( kpa )
diperlukan kerjasama yang erat antara pemerintah masyarakatdan keluarga. ketiga komponen ini
bertanggung jawab di dalam kegiatan perlindungan anak dikarenakan seorang anak, di samping
merupakan amanah dari alloh swt, juga anak merupakan penerus keturunan dari sebuah keluarga dan
juga seorang anak adalah merupakan generasi penerus bangsa.
Dewasa ini seringkali kita melihat dan mendengar dalam kehidupan seharihari permasalahan
anak telah demikian berkembang dan menciptakan kelompok-kelompok khusus yang membutuhkan
metodologi secara khusus pula di dalam penyelesaiannya, misalnya terungkap bahwa setiap hari tak
terhitung anak-anak di dunia yang terpapar pada mass-media baik itu media cetak maupun media
elektronik mengenai bahaya-bahaya yang mengancam setiap saat yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya kekerasan yang terjadi di lingkungan hidup anak,
baik lingkungan keluarga, tempat bermain, masyarakat, sampai dengan peperangan, pengungsian,
diskriminasi rasial, eksploatasi seks, eksploatasi tenaga kerja, kurangnya perhatian terhadap
perlindungan dan hak-hak anak serta kecacatan anak. Pemerkosaan hak anak oleh pelaku pendidikan
yang tidak memahami pedagogi pendidikan anak. Secara tidak profesional anak didik TK (Taman
Kanak-Kanak) telah dipaksa untuk mampu baca tulis serta matematika, sekalipun hitungan-
hitungan ringan. Pada hal kebutuhan emosional anak yang seharusnya pertama kali dirangsang.
Rangsangan terhadap kemampuan rasional anak-anak yang terlalu dini, mengakibatkan terbentuknya
manusia-manusia yang sulit menerima pendapat orang lain, mudah konflik dan lain sebagainya.
Situasi di atas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya
pemahaman mengenai hak-hak anak dan tanggungjawab masyarakat serta keluarga dalam
kesejahteraan dan perlindingan anak sebagaimana telah diatur dalam UU Perlindungan Anak.
Sebetulnya di dalam UU Perlindungan Anak sudah diatur tentang aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam pemenuhan hak-hak anak.: beberapa pengertian yang harus difahami dalam UU
Perlindungan Anak, mulai kapan upaya terhadap perlindungan anak perlu dilakukan, latar belakang
dikeluarkannya UU Perlindungan Anak, tujuan dari perlindungan anak, hak-hak anak diperhatikan
oleh orang tua/keluarga, masyarakat dan negara/pemerintah adalah : hak-hak sipil dan kebebasan yang
menyangkut di dalamnya nama dan kebangsaan anak, hak untuk mempertahankan identitas, hak untuk
bebas menyatakan pendapat, hak untuk memperoleh informasi yang tepat, hak untuk merdeka
berpikir, barhati nurani dan beragama, hak untuk melindungi kehidupan pribadi anak, hak untuk tidak
disiksa atau diperlakukan yang kejam atau hukuman yang tidak manusiawi; hak untuk memperoleh
lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif yang mencakup : bimbingan orang tua, tanggung
jawab orang tua, hak untuk tidak dipisahkan dari orang tua tanpa dikehendaki oleh anak, hak untuk
mendapatkan dukungan dari lingkungan keluarga, hak untuk tidak disalahgunakan dan diterlantarkan,
adopsi hanya diperbolehkan apabila kepentingan terbaik bagi anak menghendaki dan merupakan
pertimbangan yang paling utama; hak atas kesehatan dan kesejahteraan dasar yang mencakup :
kelangsungan hidup dan pengembangan anak, anak cacat fisik dan mental hendaknya menikmati
kehidupan penuh dan layak, hak atas kesehatan dan pelayanan kesehatan; hak untuk memperoleh
pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya; upaya perlindungan khusus bagi anak-
anak yang mengalami konflik dengan hukum untuk diperlakukan dengan baik, hak perlindungan dari
eksploatasi ekonomi, seks, penculikan, perdagangan bayi dan traficking, beserta kewajiban-kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh seorang anak terhadap orang tuanya, sesamanya, lingkungan sosialnya
dan kewajiban-kewajiban lanilla. Di dalam Kesejahteraan Anak dan UU Perlindungan Anak yang
merupakan perwujudan hak asasi manusia dan perlindungan anak untuk mewujudkan generasi
penerus bangsa yang berkualitas di atur tentang hak-hak anak dicantumkan dalam ketentuan Pasal 2
sampai dengan Pasal 8 UU Kesejahteraan Anak diantaranya:
1. anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan casi sayang
baik dalam lingkungan keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan
berkembang secara wajar;
2. anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya
dengan baik dan berguna;
3. anak berhak ats pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun
sesudah dilahirkan;
4. anak berhak ats perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar.;
5. dalam keadaan yang membahayakan anaklah yang pertama kali berhak mendapatkan
pertolongan, bantuan, dan perlindungan;
Di dalam UU Perlindungan anak, hak-hak anak diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan
Pasal 18. Perlu diketahui bahwa di dalam UU Perlindungan Anak, diberikan batasan tentang usia
seseorang dikategorikan sebagai seorang anak apabila ia belum berusia 18 tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Di antara hak-hak anak yang diatur dalam UU Perlindungan tersebut adalah:
1. hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi;
2. hak atas sebuah nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan;
3. hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat
kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua;
4. hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri;
5. apabila karena susuatu hal orang tuanya tidak bisa mengasuh sendiri, anak tersebut berhak
diasuh dan diangkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan social sesuai dengan kebutuhan
fisik, mental, spiritual dan sosial
7. hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran;
8. hak untuk menyatakan dan di dengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan
informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya;
9. hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu Luang, bergaul dengan anaksebaya, bermain,
berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya;
Adapun kewajiban anak tertuang di dalam ketentuan pasal 19 UU perlindungan anak, di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. menghormati orang tua, wali dan guru;
2. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;
3. mencintai tanah air, bangsa dan negara;
4. menunaikan Ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan;
5. melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Peran dan tanggung jawab dalam pemberian perlindungan pada anak termasuk pemenuhan
hak-hak anak serta mengarahkan anak untuk bisa memenuhi kewajiban- kewajibannya supaya bisa
menjadi generasi penerus yang berkualitas pada hakekatnya ada di tangan keluarga, masyarakat dan
negara/pemerintah.
BAB IV
IV.I. KESIMPULAN
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002, tindakan kekerasan terhadap anak
dalam rumah tangga sangat dilarang karena tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, hak seorang
anak benar-benar dilindungi mulai dari kandungan sampai berusia 18 tahun atau sampai menikah.
Akan tetapi sumber hukum tersebut memberikan toleransi kekerasan selama hal tersebut tidak
mempengaruhi terhadap perkembangan fisik dan mental sebagai sarana pendidikan terhadap anak,
namun tetap tidak melanggar terhadap hak-hak seorang anak.
IV.II. SARAN
Pemerintah harus mengoptimalkan HAM terhadap perlindungan anak agar anak-anak di Indonesia
mendapatkan hak-hak nya supaya hidup dengan nyaman sampai dia dewasa dan mendapat kewajiban
sebagai warga Negara yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Academia.edu [online],
(http://www.academia.edu/2017310/PERLINDUNGAN_TERHADAP_HAK_ASASI_ANAK diakses
tanggal 09 Maret 2014)
Okky Chahyo Nugroho, Perlindungan anak [pdf] (diakses tanggal 08 Maret 2014)
Presly Prayogo, Aplikasi hukum terhadap perlindungan anak dikaitkan dengan hak asasi manusia
[pdf] ( diakses tanggal 08 Maret 2014)